Ikhwanul Muslimin di Asia Tenggara

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Waktu Al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin, situasi masyarakat
Muslim di Mesir sedang dilanda krisis. Dia pun berpikir bahwa untuk mengubah
krisis itu, harus dengan perubahan yang berangsur-angsur. Untuk mengantisipasi
adanya penolakan, maka Al-Banna dalam awal-awal pendirian Ikhwan, lebih
fokus pada pendidikan generasi masa depan. Al-Banna menunjuk hidung
peradaban barat (sekularisme dan komunisme-termasuk kepada elite muslim yang
kebarat-baratan) sebagai penyebab sakitnya masyarakat modern termasuk
memberi andil pada kemunduran Islam.
Salah satu penyebab hal demikian adalah kedatangan negara-negara
penjajah asing yang membawa undang-undang buatan, sebagai ganti dari undangundang buatan Islam, maka umat Islam pun terperangah dengan peradaban Eropa,
glamor, materialisme, dan kebebasasn mutlak. Mereka menawarkan kita wanitawanita yang berpakaian ketat seperti telanjang, diskotik-diskotik dan kesenangankesenangan malam lainnya. Mereka menyebarkannya ke desa-desa hingga ke
kota-kotanya. Mereka merasuki sisi ekonomi kita dengan nilai mereka, lalu
membangun perbankan, perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga. Negaranegara penjajah itu menguras habis keuangan negara yang dijajah yang secara
perlahan membuat pamor Islam semakin mundur.
Dari sinilah kebudayaan barat mulai menapak keberhasilannya dengan
segala unsurnya, menang atas kebudayaan Islam dengan segala unsurnya di rumah
sendiri, menang dalam mempengaruhi jiwa generasi Muslim, ruh, akkidah, dan
akal mereka, yang menghalangimu untuk mengusir penjajah.


1

Hasan Al-Banna yang memulai dakwahnya pada saat beliau berusia 22
tahun, dan dia menamakan dakwahnya itu dengan “Seruan Kebangkitan dan
Penyelamatan”, yang kemudian beliau membuat organisasi yang bernama
“Jamaah Ikhwanul Muslimin” pada tahun 1928.
Dakwah yang bermula dari sesuatu yang ringan tetapi mendalam,
kemudian tumbuh, membaik dan selanjutnya banyak orang-orang mukmin yang
bergabung, setelah butir-butir keimanan mengkristal kuat didalam hati mereka,
amal mereka benar dan berani berjihad dijalan Allah.
Tujuan

Hasan

Al-Banna

adalah

mengumpulkan


umat

dan

menggerakkannya. Demikianlah istilah baru itu muncul, yaitu “Gerakan Islam”
sebagai ganti dari “Gerakan Bangsa” atau “gerakan Nasional”.
Agar gerakan apapun berhasil maka dia harus memenuhi unsur-unsur
keberhasilan berikut:


Misi utama yang diserukannya adalah untuk menutupi kekurangan yang




sedang terjadi.
Memiliki keistimewaan , kepribadian, dan nilai-nilai yang jelas.
Dipimpin oleh orang yang cerdas dan bijaksana, yang mengetahui tujuan




dan jalannya.
Memiliki tentara-tentara yang percaya risalah mereka, jujur, sadar dan
bersatu
Tujuan mereka jelas
Gerakan Ikhwanul Muslimin tidak hanya berkembang dan meluas hanya

di wilayah negara-negara Arab akan tetapi juga tersebar dan meluas hingga
sampai ke wilayah Asia Tenggara. Gerakan Ikhwanul Muslimin terus melebarkan
sayapnya untuk menyebarkan pengaruhnya dalam berbagai bentuk atas dasar
menegakkan kembali syari’at Islam, budaya, serta pemikiran-pemikiran Islam.

2

Pergerakan Ikhwanul Musliminin meluas di negara-negara di Asia
Tenggara antara lai; Filiphina, Malaysia, dan Indonesia. Secara perlahan namun
pasti Ikhwanul Muslimin meluas dan mengajarkan pemahaman mereka.
1.2 Rumusan Masalah
 Awal Mula Berdirinya Ikhwanul Muslimin.

 Perkembangan Gerakan Ikhwanul Muslimin.
 Tujuan Gerakan Ikhwanul Muslimin.
 Perkembangan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Asia Tenggara.

3

BAB II
Pembahasan
2.1 Awal Mula Berdirinya Ikhwanul Muslimin
2.1.1 Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin
Gerakan Ikwanul Muslimin didirikan oleh Hasan Al-Banna (1906-1949).
Menurut Muhammad Abdul nQadir Abu Faris dalam bukunya Fikih Politik
menurut Imam Hasan Al-Banna, Hasan Al-Banna adalah seorang ulama yang
mumpuni dalam memahami Nash-nash Syar’i. Beliau juga mendalami berbagai
persoalan pada zamannya di dunia Arab dan Islam, mengikuti peristiwa-peristiwa
dunia, dan memahami hakikat peradaban barat yang merupakan peradaban yang
terfokus pada kenikmatan dan nafsu syahwat.(Syukur, 2013, 21)
Dan dalam salah satu tulisan Hasan Al-Banna yang bertajuk Nahnu wa
Siyasat (Kami dan Politik), beliau mengatakan “Terkadang sebagian orang
bertanya, ‘Ada apa dengan Al-Ikhwan dan Parlemen? Bukankah Al-Ikhwan

adalah jama’ah keagamaan dan parlemen adalah institusi politik?’. Terhadap
dengan orang-orang seperti itu dengan tegas aku mengatakan , “Wahai saudarasaudaraku, jika kami dianggap para politisi dalam arti bahwa kami mendukung
suatu partai dan memusuhi partai lain, maka kami tidak seperti itu, dan tidak akan
pernah seperti itu. Tidak seorang pun yang dapat menghadirkan bukti atau serupa
dengan bukti atas anggapan ini”.(Taufiq, 2003, 20)
Hasan Al-Banna dilahirkan pada Ahad 25 Sya’ban

1324 (bertepatan

dengan 14 Oktober 1906) di kota Mahmudiyah, sebuah kawan dekat Iskandariyah.
Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna, AlBanna berasal dari sebuah keluarga pedesaan kelas menengah. Keluarganya
termasuk penghuni “ Negeri seribu menara” Mesir.(Syukur, 2013, 23)

4

Waktu Al-Banna mendirikan Ikwan, situasi masyarakat Muslim di Mesir
sedang dilanda krisis. Dia pun berpikir bahwa untuk mengubah krisis itu, harus
dengan perubahan yang berangsur-angsur. Untuk mengantisipasi adanya
penolakan, maka Al-Banna dalam awal-awal pendirian Ikhwan, lebih fokus pada
pendidikan generasi masa depan. Al-Banna menunjuk hidung peradaban

barat(sekularisme dan komunisme-termasuk kepada elite muslim yang kebaratbaratan) sebagai penyebab sakitnya masyarakat modern termasuk memberi andil
pada kemunduran Islam.(Syukur, 2013, 22)

Gambar: Foto Hasan Al-Banna *Sumber: Google.com

Salah satu penyebab hal demikian adalah kedatangan negara-negara
penjajah asing yang membawa undang-undang buatan, sebagai ganti dari undangundang buatan Islam, maka umat Islam pun terperangah dengan peradaban Eropa,
glamor, materialisme, dan kebebasasn mutlak. Mereka menawarkan kita wanitawanita yang berpakaian ketat seperti telanjang, diskotik-diskotik dan kesenangankesenangan malam lainnya. Mereka menyebarkannya ke desa-desa hingga ke
kota-kotanya. Mereka merasuki sisi ekonomi kita dengan nilai mereka, lalu
membangun perbankan, perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga. Negaranegara penjajah itu menguras habis keuangan negara yang dijajah yang secara
perlahan membuat pamor Islam semakin mundur.(Mahmud, 2004, 8)
Dari sinilah kebudayaan barat mulai menapak keberhasilannya dengan
segala unsurnya, menang atas kebudayaan Islam dengan segala unsurnya di rumah

5

sendiri, menang dalam mempengaruhi jiwa generasi Muslim, ruh, akkidah, dan
akal mereka, yang menghalangimu untuk mengusir penjajah.(Mahmud, 2004, 8)
Hasan Al-Banna yang memulai dakwahnya pada saat beliau berusia 22
tahun, dan dia menamakan dakwahnya itu dengan “Seruan Kebangkitan dan

Penyelamatan”, yang kemudian beliau membuat organisasi yang bernama
“Jamaah Ikhwanul Muslimin” pada tahun 1928.(Mahmud, 2004, 9)
Dakwah yang bermula dari sesuatu yang ringan tetapi mendalam,
kemudian tumbuh, membaik dan selanjutnya banyak orang-orang mukmin yang
bergabung, setelah butir-butir keimanan mengkristal kuat didalam hati mereka,
amal mereka benar dan berani berjihad dijalan Allah.
Tujuan

Hasan

Al-Banna

adalah

mengumpulkan

umat

dan


menggerakkannya. Demikianlah istilah baru itu muncul, yaitu “Gerakan Islam”
sebagai ganti dari “Gerakan Bangsa” atau “gerakan Nasional”.
Agar gerakan apapun berhasil maka dia harus memenuhi unsur-unsur
keberhasilan berikut:


Misi utama yang diserukannya adalah untuk menutupi kekurangan yang




sedang terjadi.
Memiliki keistimewaan , kepribadian, dan nilai-nilai yang jelas.
Dipimpin oleh orang yang cerdas dan bijaksana, yang mengetahui tujuan



dan jalannya.
Memiliki tentara-tentara yang percaya risalah mereka, jujur, sadar dan





bersatu
Tujuan mereka jelas, tidak kacau dan tidak meragukan.
Sarana-sarana untuk merealisasikan tujuannya jelas, memiliki tahapan-



6

tahapan dan langkah yang jelas
Sikapnya terhadap[an masalah besar jelas, tidak terselubung dan kabur.
(Mahmud, 2004, 9-10)

Semua Unsur tersebut terpenuhi dalam jamaah Ikhwanul Muslimin, ketika
organisasi itu terbentuk atas prakarsa Hasan AL-Banna.
Jamaah Al-Ikhwan adalah gerakan besar yang didirikan Hasan Al-Banna.
Gerakan ini dibentuk pada bulan Dzulqaidah 1347 H/1928 di kota Islamiyah.
Gerakan ini tumbuh dengan pesat dan tersebar diberbagai kelompok masyarakat.

Sebelum mendirikan Al-Ikhwan, Al_Banna juga ikut mendirikan sebuah jamaah
sufi, bernama Thariqah Hashafiyah dan Jamaah Syubban AL-Muslimin, metode
gerakan yang diserukan oleh Al-Ikwan adalah bertumbuh pada tarbiyah
(pendidikan) secara bertahap. Tahapan tersebut adalah dengan membentuk pribadi
muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, pemerintah muslim, negara islam,
Khalifah Islam, dan akhirnya menjadi Ustadziyatul ‘Alam (kepeloporan dunia).
Jamaah Ikhwanul Muslimin yang termasuk salah satu gerakna yang
dibentuk di kota Islamiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hasan AlBanna, bersam keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad AlKhusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hazbullah, Ismail Izz dan Zaki alMaghribi. Al-Ikhwan yang pada saat itu dipimpin oleh Hasan Al-Banna. Pada
tahun 1930, Anggaran dasar Al-Ikhwan dibuat dan disahkan pada rapat umum AlIkwan pada 24 September 1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi AlIkhwan disusun dan pada tahun itu pula, Al-Ikhwan membuka cabang di suez,
Abu Soweir dsn al-Mahmoudiyah. Pada tahun 1933, Al-Ikhwan menerbitkan
majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.(Syukur,. 2013, 25-26)

2.1.2 Pemikiran Politik Hasan Al-Banna.
Hasan Al-Banna yang merupakan salah satu tokoh pergerakan Islam yang
memiliki pengaruh di Mesir (dunia Islam) tentu saja memiliki pemikiran politik.
Pemikiran politik Hasan Al-Banna jika diramu setidaknya ditemukan ada empat
hal yang menonjol yaitu: ‘Urubah (Arabisme), Wathaniyah (Patriotisme),
Qaumiyah (Nasionalisme), dan ‘Alamiyah (Internasionalisme).

7




‘Urubah (Arabisme)
Menurut Al-Banna, Arab merupakan umat Islam yang pertama,
yang merupakan bangsa pilihan. Islam, menurutnya tidak akan
pernah bangkit tanpa bersatunya bangsa Arab. Batas-batas
geografis dan pemetaan politis tidak pernah mengoyak makna
kesatuan Arab dan Islam. Islam juga tumbuih pertama kali di tana
Arab, kemudian ke berbagai bangsa melalui orang-orang Arab,
Kitabnya datang dengan bahasa Arab yang jelas, dan berbagai



bangsa pun bersatu dengan namanya.
Wathaniyah (Patriotisme)
Dalam memaknai Wathaniyah (Patriotisme), ada tiga arti yang
dikemukakan oleh Hasan Al-Banna, yaitu: pertama, Patriotisme
Kerinduan (cinta tanah air). Kedua, Patriotisme Kemerdekaan dan
Kehormatan



(Kemerdekaan

Negeri).

Ketiga,

Patriotisme

Kebangsaan (Kesatuan Bangsa).
Qaumiyah (Nasionalisme)
Tentang Nasionalisme kejayaan Al-Banna mendukung
nasionalisme yang berarti bahwa generasi penerus harus mengikuti



jejak para pendahulunya dalam mencapai kejayaan.
‘Alamiyah (Internasionalisme)
Internasionalisme menurut Hasan Al-Banna inheren dalam
islam, oleh karena Islam diperuntukan oleh seluruh umat manusia.
“Adapun dakwah kita disebut internasional, karena ia ditunjukan
kepada seluruh umat manusia. Manusia pada dasarnya bersaudara,
asal mereka satu, bapak mereka satuy, dan nasab mereka pun satu.
Tidak ada keutamaan selain karena takwa dan karena amal yang
dipersembahkannya, meliputi kebaikan dan keutamaan yang dapat
dirasakan semuanya.(Syukur, 2013, 23-27)

2.2 Perkembangan Gerakan Ikhwanul Muslimin

8

Sosok Al-Banna yang cerdas, ikhlas, namun tetap memilih jalan
perjuangan dengan kesederhanaannya, hal ini banyak menarik hati rakyat Mesir.
Siapa pun yang diajaknya bicara selalu terkenang dengan kebersihan hati beliau
yang memancar dari kedua matanya yang jernih dan senyumnya yang tulus. AlBanna selalu mengajak orang-orang yang ditemuinya untuk kembali ke jalan
Islam yang lurus, untuk kembali ke jalan dakwah Rasulullah SAW yang hanya
menggantungkan hidup dan kehidupan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dakwah Ikhwan pun berkembang luas dan merekrut banyak kader di berbagai
kota di Mesir.
Di tahun 1933, kantor Ikhwanul Muslimin dipindahkan dari Ismailiyah ke
Kairo. Penekanan dakwah yang dilakukan Ikhwan adalah memakmurkan masjidmasjid, menghidupkan pembinaan (usrah) dalam arti sebenarnya dan hanya untuk
menegakkan Islam dalam dada para anggotanya, mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan, perpustakaan-perpustakaan, dan pusat-pusat kegiatan sosial di Mesir.
Model dakwah Islam yang dilakukan Ikhwan ini selalu membantu dan
meringankan kehidupan rakyat Mesir yang saat itu masih banyak yang kesusahan
dalam arti sebenarnya. Selain menanamkan ruhiyah umat dengan tauhid yang
benar, wala wal baro’ yang lurus, Ikhwan lewat Albana juga merintis usaha
perekonomian kerakyatan yang banyak membantu kesulitan hidup rakyat Mesir
kebanyakan. Inilah kiprah Albana yang mampu membuat gebrakan baru yang
belum pernah dilakukan oleh para ulama besar di Al-Azhar saat itu.(
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com)

Pada masa itu, banyak orang Mesir di Kairo yang alergi dengan nilai-nilai
Islam. Barat dengan segala hal yang sesungguhnya merusak dianggap sebagai
peradaban yang jauh lebih maju ketimbang Islam. Islam dipinggirkan dan
dianggap sebagai agama yang jumud. Albana dengan Ikhwannya meluruskan
anggapan yang keliru ini dengan tulus dan cinta. Umat tidak dicekoki dengan
materi-materi tarbiyah yang nyeleneh, yang hak dinyatakan hak sedangkan yang
bathil dikatakan bathil, jadi tidak pernah Ikhwan dan Al-Banna “mengusap-usap”
sesuatu yang makruh menjadi al-haq. Ketegasan Ikhwan seperti inilah yang

9

membuatnya beda dan menarik hati ratusan ribu hingga jutaan umat Islam yang
ada.

Gambar : Logo Ikhwanul Muslimin *Sumber: Wikipedia.com



Perkembangan 1930-1948

Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi
Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin
bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan
Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan alBanna. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan
Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul
Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri
Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah
pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan
Ikhwanul Muslimin.( http://pendidikan4sejarah.blogspot.com)



10

Perkembangan tahun 1950-1970

Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal
dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah
Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir
dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa
pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal
23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan
Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja
Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini,
dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang
dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini,
Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat
revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.


Perkembangan Tahun 1970-Sekarang

Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang
dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada
tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar
Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa.
Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana
ikhwanul menduduki posisi sebagai oposisi di parlemen Mesir.
2.3 Tujuan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak
dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti
yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafushshalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam
dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah,
syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Di
kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia. Orientasi
gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir ingin mengubah rakyat Mesir yang tadinya

11

alergi terhadap Islam dan menderita "minderwaardigheit-complex", perasaan
minder karena beragama Islam, menjadi umat yang bangga dengan Islam. Strategi
awal adalah memberi kejernihan dalam makna syahadat yang merupakan gerbang
utama dalam berIslam. “Tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad adalah
Rasulullah SAW!” Inilah Islam yang sejati. Jadi tiada tuhan-tuhan yang lain selain
Allah SWT. (http://pendidikan4sejarah.blogspot.com)
Cita-cita besar gerakan Ikhwan di Mesir adalah mengubah masyarakat
Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang semata berlandaskan Syariah
Islam. Dengan tegas Ikhwan selalu mengatakan memperjuangkan Syariah Islam
dan tidak pernah malu-malu atau ragu untuk mengatakan hal itu. Dalam waktu
singkat, gerakan Ikhwan pun mendapat kader yang cukup banyak. Sehingga pada
tahun 1936 mendapat perhatian khusus dari penguasa Mesir ketika itu. Seperti
halnya Rasulullah SAW yang dalam mendakwahkan Islam banyak mengirim surat
kepada raja-raja di Jazirah Arab untuk menerima Islam secara utuh dan
membuang tradisi-tradisi yang tidak baik, Hasan Albana pun tanpa ragu dan tetap
dengan santun namun tegas mengirimkan berbagai surat seruan kepada Raja
Faruk dan para menterinya untuk sadar dan mau membuang undang-undang Barat
yang sekuler dan menggantinya dengan Undang-Undang Islam, yakni kitab suci
Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Bukan itu saja, Al-Banna juga menyerukan agar para pemimpin dan
pejabat Mesir bisa mencontohkan hidup yang baik kepada rakyatnya seperti tidak
hidup bermewah-mewahan (apalagi atas fasilitas negara yang sebenarnya
merupakan uang rakyat) di tengah lautan kemiskinan dan kesulitan hidup
rakyatnya, mengharamkan pergaulan bebas, mengharamkan berjudi dalam segala
bentuknya, menghentikan segala acara yang dianggap mubazir dan foya-foya
seperti yang ditampilkan di berbagai klub malam dan panggung hiburan, dan
menegakkan sholat (jadi bukan hanya mengerjakan sholat). (Mahmud, 2004, 27)
Selain itu, dalam suratnya, Albana juga menyerukan agar para pejabat
negara mulai membiasakan berbahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an

12

menggantikan bahasa Ingris dan Perancis yang saat itu biasa dilakukan para
pejabat dalam acara-acara kenegaraan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolahsekolah Islam dan tidak memasukkan anak-anak Mesir ke sekolah-sekolah Barat
yang secara akidah akan bisa sangat merusak. Saat itu, surat seruan ini sangat
menggemparkan Mesir. Banyak pejabat Mesir yang tidak suka karena mereka
telah terbiasa hidup mewah dari fasilitas negara, namun rakyat kebanyakan sangat
mendukung karena menganggap tugas asasi para pejabat negara dan alat-alat
negara lainnya adalah melayani umat, bukan umat yang harus jadi pelayan atau
bahkan sapi perah bagi para pejabat tersebut. Politik sesungguhnya adalah cara
untuk mengIslamkan negara, bukan sebaliknya, Islam dijadikan sekadar alat
politik untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang sangat murah dan absurd.(
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com)

Salah satu sentral perhatian Ikhwan di Mesir adalah pembinaan terhadap
generasi muda. Hassan Al-Banna amat menekankan pentingnya sektor ini. Kepada
penguasa, tanpa lelah Hassan Al-Banna menyerukan agar kurikulum di sekolahsekolah Mesir direkonstruksi kembali, terutama dalam materi keagamaan, moral,
dan juga sejarah Dunia Islam. Albana juga menegaskan jika materi pengajaran di
sekolah-sekolah haruslah dibersihkan dari paham materialistik.
Dakwah Ihkwan di Mesir meluas hingga ke berbagai negara dan benua.
Dengan tegas Albana berkata: “Kita tidak akan berdiam diri dan merasa senang
atau berhenti selagi Qur'an belum benar-benar menjadi perlembagaan negara. Kita
akan hidup untuk mencapai tujuan ini atau mati karenanya" Al-Qur’an adalah
undang-undang dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal bernegara.
Tidak pernah sekali pun prinsip-prinsip Islam dikorbankan demi menggapai suatu
hal yang bersifat duniawi.

2.4 Perkembangan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Asia Tenggara

13

Gerakan Ikhwanul Muslimin tidak hanya berkembang dan meluas hanya
di wilayah negara-negara Arab akan tetapi juga tersebar dan meluas hingga
sampai ke wilayah Asia Tenggara. Gerakan Ikhwanul Muslimin terus melebarkan
sayapnya untuk menyebarkan pengaruhnya dalam berbagai bentuk atas dasar
menegakkan kembali syari’at Islam, budaya, serta pemikiran-pemikiran Islam.
(Syukur, 2013, 44)
Pergerakan Ikhwanul Musliminin meluas di negara-negara di Asia
Tenggara antara lai; Filiphina, Malaysia, dan Indonesia. Secara perlahan namun
pasti Ikhwanul Muslimin meluas dan mengajarkan pemahaman mereka.
2.4.1 Hubungan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Indonesia
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum
pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salimpergi
ke Mesir dan

mencari

dukungan

kemerdekaan.

Waktu

itu, Agus

Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia.(Hassan,
1980, 220)

H. Agus Salim, Ketua Delegasi RI, bersama H. Rasyidi menyampaikan terima kasih bangsa Indonesia kepada Syaikh
Hasan Al-Banna, Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun, yang kuat sekali menyokong perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan
Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir (masih
dalam status belum sepenuhnya merdeka Unilateral Declaration of Egyptian

14

Independence, Mesir merdeka penuh dari Inggris pada tanggal 18 Juni 1953,
menjadi negara pertama yang mengakui secara de facto (bukan de jure)
kemerdekaan Republik Indonesia, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal
ini akhirnya diikuti oleh beberapa negara dengan status seperti Mesir dan
akhirnya Vatican sebagai negara berdaulat penuh yang pertama mengakui
Indonesia. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat
bagi Republik Indonesia.
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia
setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul
Muslimin, yaitu Partai Masyumi.
Partai

Masyumi

kemudian

dibredel

oleh Soekarno dan

dilarang

keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang
menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam
Indonesia Masyumi (PPII Masyumi). Selain itu berdiri juga Partai Bulan
Bintang (PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan
jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai
keluarga besar pendukung Masyumi. Sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi, Partai
Keadilan (kini berganti nama menjadiPartai Keadilan Sejahtera atau PKS)
merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang
mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama,
negeri, dunia, dan zamannya . Namun tulisan ulama yang kini bermukim
di Qatar itu belum pernah mendapat konfirmasi dari para pengurus DPP PKS .
Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS dan AD/ART PKS , PKS tidak pernah
menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.
Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang
terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas
tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan
Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin
Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah. Sedangkan

15

IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein
Al Habsyi.
Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi
tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai
Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PBB
masih dapat terus mengikuti pemilu. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004
setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu
2004, PBB hampir tidak bisa mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral
threshold. Pada akhirnya PBB bisa mengikuti pemilu 2009 sebagaimana PKS dan
PPP yang masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral
threshold.
Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan
inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang
benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Jika
diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin antara
lain:
1. Partai Masyumi
2. Persaudaraan Muslimin Indonesia
3. Partai Masyumi Baru (1998)
4. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
5. Partai Bulan Bintang (1998)
6. Partai Keadilan (1998)
7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
8. Partai Keadilan Sejahtera (2002)

16

Di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disebut-sebut sebagai
gerakan yang paling dekat dengan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, yang
bisa dilihat dari berbagai refrensi dalam liqo’at (pertemuan pekanan), dan kerap
menyebarkan dan mengutip pendapat dari kelompok Al-Ikhwan Mesir.(Taufiq,
2003, 56)
KH. Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal Partai
Keadilan Sejahtera memastikan awal pendirian partai itu pada Juli 1998 dibantu
banyak tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Timur Tengah. Tokoh-tokoh
diawal pendirian PKS merupakan aktifis Al-Ikhwan di indonesia. Gerakan ini
sendiri pada mulanya digagas sejumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di
Madinah. Arab Saudi, termasuk KH. Yusuf Supendi sendiri dan KH. Hilmi
Aminuddin.(Syukur, 2013, 46)
Latar belakang Hilmi sebagai anak Panglima Militer Darul Islam, Danu
Muhammad Hasan, menurut Yusuf , juga sudah diketahui banyak pendiri PK
lainnya ketika itu. Menurut He-Man (nama samaran), mantan Sekretaris II Badan
Pemuda Remaja Masjid Indonesia Wilayah Jawa Barat (2000-2003) yang menulis
Intelijen dan Islam Radikal (tulisan ini beredar di beberapa milis), Hilmi
Aminuddin adalah anak dari Danu Muhammad Hasan, senior Darul Islam (DI)
yang meninggal secara misterius, tak lebih dari 24 jam setelah ia keluar dari
penjara. Hilmi pada saat itu adalah Menteri Luar Negeri NII sebelum akhirnya di
tangkap oleh Komkamtib pada 1980, dan ditahan tanpa pengadilan di Rumah
Tahanan Cimanggis dan yang kemudian Hilmi akhirnya dibebaskan tahun 19831984.
Selepas dari penjara, Hilmi kemudian dikirim ke Timur Tengah untuk
mempelajari ajaran, manhaj, dan berhubungan langsung secara organisasional
dengan Gerakan Ikhwanul Muslimin

faksi Said Hawwa, pimpinan Ikhwanul

Muslimin cabang Suriah pada tahun 1985. Hilmi mengenal Al-Ikhwan di Arab
Saudi dan mendirikan gerakan ini di Indonesia sepulangnya ia ke Tanah Air.
Karena itulah di awal perkembangannya, PKS banyak dibantu Gerakan

17

Persaudaraan Muslim yang didirikan oleh Hasan Al-Banna, bahkan jumlah dana
bantuannya di taksir 90 persen dari jumlah dana yang dibutuhkan (Syukur, 2013,
47)

2.4.2 Hubungan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Malaysia
Partai Islam Se-Malaysia (bahasa Melayu: Parti Islam Se-Malaysia),
disingkat PAS, adalah sebuah partai politik di Malaysia. Partai ini didirikan untuk
menjadikan Islam sebagai tuntunan hidup dan bertujuan menjadikan Malaysia
sebagai negara Islam. PAS memperjuangkan kedaulatan Islam dan meletakkan
Islam sebagai faksi pemerintahan. Walaupun PAS adalah sebuah partai yang
mendukung Islam, tetapi di Malaysia PAS dianggap sebagai oposan atau pihak
pembangkang.
Presiden PAS sekarang adalah Abdul Hadi Awang dan merupakan salah
seorang wakil dewan dari negera bagian Terengganu. mantan timbalan
presidennya adalah Nasharudin Mat Isa. Beberapa anggota penting partai ini
antara lain atau naib presiden PAS Husam Musa, Sallahudin Ayub, dan
Dato' Mahfuz Omar.
Golongan

reformasi

ini

tidak

hanya

berhasil

menyadarkan

masyarakat Melayu tentang betapa pentingnya menghapus penjajah barat untuk
mewujudkan sebuah negara Islam , tetapi juga menyuarakan pendapat bahwa
kelemahan umat Islam sebenarnya adalah bersumber dari masyarakat Islam yang
tidak mau mengikuti ajaran Islam dengan benar sebagaimana yang terkandung di
dalam al - Quran dan Sunnah .(wikipedia.com)
Dalam usaha mereka menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
kembali kepada Islam , pada tahun 1906 mereka telah berhasil menerbitkan
sebuah majalah di Singapura yang diberi nama al - lmam . Selanjutnya pada tahun

18

1925 terbit pula koran Edaran Zaman di Penang , majalah al - Ikhwan pada tahun
1926 dan Suara pada tahun 1928 .
Dengan terbitnya koran dan majalah tersebut , golongan ini telah berhasil
memicu Revolusi lntelektual di kalangan masyarakat Melayu dan akhirnya bibit bibit kesadaran yang ditanamkan itu telah mendorong masyarakat Melayu untuk
mendirikan beberapa serikat atau organisasi untuk memajukan bangsa Melayu dan
umat Islam pada tahun - tahun berikutnya. PAS menerbitkan satu koran resmi,
yaitu Harakah.
2.4.3 Hubungan Gerakan Ikhwanul Muslimin di Filiphina
Di Filiphina kelompok MILF(Moro Islamic Front Liberation) pimpinan
Salamat Hashim yang berbasis di Moro juga memiliki hubungan dengan pengaruh
serta perkembangan Ikhwanul Muslimin. Henry Nurdi, wartawan yang pernah
bertemu dengan Salamat Hashim, pernah menulis pengalamannya di laman
pribadinya penerang.com, Henry menulis sebagai berikut, “Saya belajar tentang
menanam benih budi dari seseorang yang bernama Ustadz Salamat Hashim.
Beliau adalah pimpinan Moro Islamic Liberation Front, gerakan Islam yang
berjuang memperoleh kemerdekaan kaum Muslimin di wilayah Mindanao,
Filipina Selatan”.(Syukur, 2013, 44-45)
MILF juga mendapat pengaruh dan bantuan dari Gerakan Ikhwanul
Muslimin, akan tetapi hubungan antara Gerakan Ikhwanul Muslimin dengan
MILF tidak terlalu nampak di muka Internasional, hal ini di mungkinkan untuk
menjaga privasi dari kedua gerakan yang sama-sama memperjuangkan dan
menaikkan kembali kejayaan Islam.

19

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Cita-cita besar gerakan Ikhwan di Mesir adalah mengubah masyarakat
Mesir secara menyeluruh kepada masyarakat yang semata berlandaskan Syariah
Islam. Dengan tegas Ikhwan selalu mengatakan memperjuangkan Syariah Islam
dan tidak pernah malu-malu atau ragu untuk mengatakan hal itu. Dalam waktu
singkat, gerakan Ikhwan pun mendapat kader yang cukup banyak. Sehingga pada
tahun 1936 mendapat perhatian khusus dari penguasa Mesir ketika itu. Seperti
halnya Rasulullah SAW yang dalam mendakwahkan Islam banyak mengirim surat
kepada raja-raja di Jazirah Arab untuk menerima Islam secara utuh dan
membuang tradisi-tradisi yang tidak baik, Hasan Albana pun tanpa ragu dan tetap
dengan santun namun tegas mengirimkan berbagai surat seruan kepada Raja
Faruk dan para menterinya untuk sadar dan mau membuang undang-undang Barat
yang sekuler dan menggantinya dengan Undang-Undang Islam, yakni kitab suci
Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Bukan itu saja, Al-Banna juga menyerukan agar para pemimpin dan
pejabat Mesir bisa mencontohkan hidup yang baik kepada rakyatnya seperti tidak
hidup bermewah-mewahan (apalagi atas fasilitas negara yang sebenarnya
merupakan uang rakyat) di tengah lautan kemiskinan dan kesulitan hidup
rakyatnya, mengharamkan pergaulan bebas, mengharamkan berjudi dalam segala
bentuknya, menghentikan segala acara yang dianggap mubazir dan foya-foya
seperti yang ditampilkan di berbagai klub malam dan panggung hiburan, dan
menegakkan sholat (jadi bukan hanya mengerjakan sholat).
Selain itu, dalam suratnya, Albana juga menyerukan agar para pejabat
negara mulai membiasakan berbahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an

20

menggantikan bahasa Ingris dan Perancis yang saat itu biasa dilakukan para
pejabat dalam acara-acara kenegaraan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolahsekolah Islam dan tidak memasukkan anak-anak Mesir ke sekolah-sekolah Barat
yang secara akidah akan bisa sangat merusak. Saat itu, surat seruan ini sangat
menggemparkan Mesir. Banyak pejabat Mesir yang tidak suka karena mereka
telah terbiasa hidup mewah dari fasilitas negara, namun rakyat kebanyakan sangat
mendukung karena menganggap tugas asasi para pejabat negara dan alat-alat
negara lainnya adalah melayani umat, bukan umat yang harus jadi pelayan atau
bahkan sapi perah bagi para pejabat tersebut. Politik sesungguhnya adalah cara
untuk mengIslamkan negara, bukan sebaliknya, Islam dijadikan sekadar alat
politik untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang sangat murah dan absurd.
Pergerakan Ikhwanul Musliminin meluas di negara-negara di Asia
Tenggara antara lai; Filiphina, Malaysia, dan Indonesia. Secara perlahan namun
pasti Ikhwanul Muslimin meluas dan mengajarkan pemahaman mereka.

21

Daftar Pustaka
Hassan, M.Z. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Bulan
Bintang.
Jami’, Mahmud. 2004, Ikhwanul Muslimin “Yang Saya Kenal”. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Syukur, Yanuardi. 2013. Presiden Mursi “Kisah Ketakutan Dunia Pada Ikhwanul
_______Muslimin”. Jakarta: Hayyun Media.
Yusuf Al-Wa’iy, Taufiq. 2003. Pemikiran Politik Kontemporer “Al –Ikhwan AlMuslimun”. _______Solo: Yogi Intermedia.

Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimin. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013,
pada pukul 19.06.
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/08/gerakan-ikhwanul-muslimin-dimesir.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013, pada pukul 19.23.
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Islam_Se-Malaysia. Diakses pada tanggal 7 Oktober
2013, pada pukul 19.34.

22