Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berb

Nama Jurnal
ISSN
Judul Artikel

: Salam; Jurnal Studi Masyarakat Islam
: 1410-4512
: Pengembangan Pendidikan Agama
Islam Berbudaya Nirkekerasan: Perspektif
Interdisipliner
Penulis
: A. Rifqi Amin
Identitas Jurnal
: Volume 18, No. 2, Halaman 184-383,
Malang, Desember 2015
Halaman artikel ini
: 217-232

1

Tentang Penulis
A. Rifqi Amin lahir di Kabupaten Kediri tanggal 02

November 1987. Jenjang pendidikan dasar ia tempuh di SD
(tahun 1993-1999) dan di MTsN Kota Kediri 2 (tahun 19992002). Adapun jenjang Pendidikan menengahnya di SMA
Kota Kediri (tahun 2002-2005). Kemudian, ia melanjutkan
kuliah di STAIN Kediri (tahun 2005-2009) mengambil
program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Setelah
wisuda, pada bulan Januari tahun 2010 ia diajak oleh salah
satu kakak kelas kampus untuk ikut serta mendirikan
Madrasah baru di lereng gunung Kelud, sekaligus dipercaya
e jadi wakil kepala Madrasah.
Di tengah upaya pengembangan madrasah, penulis mendapat kesempatan menempuh
kuliah Strata Dua (S2) di STAIN Kediri (September tahun 2011 – 19 Juni 2013) dengan
mengambil program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Setelah merasakan kuliah
selama satu setengah semester, dengan berbagai pertimbangan –salah satunya
madrasah sudah mulai mengalami perkembangan signifikan dengan jumlah siswa lebih
dari 90 orang— penulis memutuskan untuk mengurangi intensitas kegiatan di madrasah.
Di antara alasan lainnya adalah agar bisa fokus menempuh perkuliahan Sekolah
Pascasarjana. Pada jenjang S2 inilah ia merasa mendapatkan pencerahan, semangat, dan
kesadaran baru yang tak didapatkan ketika menempuh pendidikan di tingkat SD, SMP,
“MA, da “1. Kesadara baru tersebut e ghasilka beberapa prestasi. Beberapa di
antaranya mendapatkan piagam penghargaan semasa kuliah dan mendapat gelar

wisudawan ke-2 terbaik (cumlaude) sekaligus sebagai wisudawan tesis terbaik ke-1 di
antara 49 wisudawan S2 prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Rifqi, salah satu sapaan akrabnya saat ini sedang aktif kuliah S3 prodi Pendidikan Agama
Islam Berbasis Studi Interdisipliner (PAI-BSI) di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
(September 2014 - sekarang). Selain di Madrasah, pengalaman kerja dan mengajar pada
dunia pendidikan yang pernah ia tempuh adalah mengajar bidang Pendidikan Agama
Islam. Di mana, penekanan utamanya ialah motivasi internalisasi nilai-nilai Islam kepada
peserta didik. Aktivitas itu, dilakukan baik di SD, SMP, SMA, dan SMK pada beberapa
kegiatan bakti sosial, kegiatan peningkatan kualitas agama, maupun safari Ramadan.
Salah satunya, pernah mengisi kegiatan keagamaan di SMP Grogol Kab. Kediri. Selain
pengalaman mengajar di jenjang pendidikan dasar dan menengah, pada pertengahan
tahun 2014, penulis dipercaya menjadi staf pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam
Hasanuddin (STAIH) Pare sampai sekarang. Tak lama setelah itu ia mengemban tugas
dan tanggung jawab mengikuti diklat peningkatan kompetensi calon Dosen STAIN Kediri
selama 6 bulan yang masih berjalan hingga sekarang.
Adapun dalam bidang tulis-menulis, dengan didukung keterampilan mengetik
menggunakan sepuluh jari secara cepat dan tepat, A. Rifqi Amin telah melahirkan
beberapa karya tulis ilmiah maupun sastra-fiksi. Salah satu karya yang pernah
diterbitkan adalah buku ber-ISBN berjudul Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama


2

Islam pada Perguruan Tinggi Umum, jurnal ber-ISSN dengan artikel berjudul
Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbudaya Nirkekerasan: Perspektif
Interdisipliner, Arah Pendidikan Agama Islam dalam Menyikapi Modernitas, dan lainlain. Serta beberapa tulisannya telah dimuat pada majalah, buletin, dan dimuat di media
massa lainnya baik dalam bentuk online maupun offline. Untuk berkorespondensi atau
berdiskusi terkait buku ini dengan Rifqi dapat melalui: banjirembun@yahoo.co.id.

3

Sekolah Tinggi Hasanuddin Kediri

4

5

6

.


7

8

9

10

11

12

13

14

15

Konteks
masyarakat yang

tak sesuai
harapan

DINAMIKA

Perencaan dan
penghimpunan
kekuatan

Aksi
kekerasan

Pencegahan
kekerasan
melalui PAI

Sistem
masyarakat
ideal


16

Pengambilan
kebijakan yang
adil, terbuka,
manusiawi, dan
merata

Respon (aksi
balasan)

Mereda
sesaat

17

- Mencari pembenaran (atas
nama moral dan agama)
- Penamaan (label) yang
halus (santun)

- Pembandingan
dengan
“kekerasan” yang lain

Tindakan
Tercela
(Amoral)

Penafsiran ulang segala
konsekuensi yang ada
(demi
mendapatkan
kemanfaatan bersama
yang lebih tinggi)

Timbul
kerusakan/
kerugian

Pengalihan dan penyebaran

tanggung jawab

18

- Dehumanisasi
(pengkaburan nilai-nilai
kemanusisaan)
- Pelemparan kesalahan
(tanggung jawab)

Korban
manusia

Pengampunan diri dan
tidak merasa bersalah
(terjadi perluasan makna
tentang moralitas dalam
pribadi pelaku
kekerasan)


)

19

20

21

22

23



24

.”




1

25

2

Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual. Manusia terdorong oleh kebutuhan untuk
mengajukan pertanyaan mendasar dan pokok. Mengapa saya dilahairkan? Apa makn hidup saya?
Apa yang membuat semua itu berharga? Manusia merindukan untuk menemukan makna dan nilai
dari apa yang telah diperbuat dan dialami.
3
Setiap kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu;
menurut garder teori kecerdasan dapat berlaku bila didasarkan pada biologi (struktur otak).
Kecerdasan linguistik berfungsi dibelahan otak kiri, kecerdasan musikal, spasila, dan antarpribadi
cenderung pada belahan otak kanan. Kecerdasan kinestetik menyangkut korteks motor, ganglia
basal, dan serebelum (otak kecil). Thomas Amstrong, “Seven Kinds of Smart: Menemukan dan
Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence,” dalam Seven Kinds of
Smart: Identifying anda Developing Your Multiple Intelligences ed. T. Hermaya (Jakarta:
Gramedia, 2005), hlm. 7.
4

Pembahasan mengenai teori “kecerdasan,” pada awalnya identik dengan dunia Psikologi, akan
tetapi ilmu biologi utamanya bidang neurosains juga memiliki peran yang tak kalah penting.
Dengan demikian pembahasan terkait “kecerdasan” bukanlah kajian dunia abstrak (terkait proses
berpikir dan berimajenasi). Namun juga menenyuh aspek “organ” tubuh manusia yang memiiki
peran utama dalam “menyusun” kecerdasan, yaitu otak dan yang bersangkut paut dengannya.

26

5

Menurut penulis dalam otak emosional terdapat kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
berarti “kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadap
frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana
hati dan menjaga agar beban strest tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan
berdoa.” Lihat, Goleman, “Kecerdasan Emosional,” hlm. 45.

27

3.

28


http://kbbi-offline.googlecode.com/files/kbbi-offline-1.5.zip,
.

29

The

,

30

31

32