Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Tujuan Perusahaan

Memahami manajemen keuangan dan implementasinya di suatu perusahaan
adalah penting, karena dapat memahami sesungguhnya yang menjadi tujuan
perusahaan. Banyak pihak yang berpendapat bahwa tujuan suatu perusahaan
adalah untuk memaksimalkan laba, namun demikian memaksimalkan laba dinilai
kurang tepat sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan.
hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:
a.

Memaksimalkan laba tidak memerhatikan dimensi waktu atau berorientasi
jangka pendek.


b.

Terminologi laba mempunyai pengertian ganda, karena terdapat banyak
pengertian laba (laba kotor, laba operasi, laba bersih, dan sebagainya).

c.

Memaksimalkan laba tidak memperhatikan faktor risiko.

d.

Memaksimalkan laba tidak atau kurang memerhatikan tangggung jawab
sosial.

Mengingat tujuan memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar
pengambilan keputusan di bidang keuangan, sehingga tujuan normatif suatu
perusahaan yang paling tepat adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau
kekayaaan bagi pemegang saham, yang dalam jangka pendek bagi perusahaan
yang sudah go public tercermin pada harga pasar saham perusahaan.


Universitas Sumatera Utara

Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan perusahaan
karena:
a.

Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang
dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa
yang akan datang atau berorientasi jangka panjang.

b.

Memperhatikan faktor risiko.

c.

Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas
daripada sekadar laba menurut pengertian akuntansi.


d.

Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab
sosial (Sudana, 2011:7-8).

2.2

Makro Ekonomi

Faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahan baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti tingkat bunga domestik, tingkat
inflasi, peraturan perpajakan, kurs valuta asing, dan lain-lain (Samsul, 2006:200).
Menurut Utami dan Rahayu (2003), ada 7 indikator makro ekonomi yang
mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu GDP (Gross Domestic Product),
inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan
defisit anggaran. Namun, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan dalam
penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1

Inflasi

2.2.1.1 Pengertian Inflasi
Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Tingkat inflasi adalah persentase
perubahan pada indeks harga dari satu periode ke periode berikutnya (Samuelson
dan Nordhaus, 2004:406). Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan
harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya,
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produk, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat,
karena harga-harga barang kebutuhan meningkat, sedangkan pendapatan
masyarakat tetap. Penurunan ini akan menyebabkan penurunan pada penjualan
perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi dari segi laba yang akan dihasilkan
oleh perusahaan sehingga peningkatan inflasi akan mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Oleh karena itu, pada
saat inflasi meningkat, investor akan menarik dana yang diberikan kepada

perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham perusahaan di Bursa Efek
menjadi turun (Tandelilin, 2010:212).
2.2.1.2 Tiga Ketegangan Inflasi
Seperti halnya penyakit, inflasi menunjukkan berbagai tingkat kepelikan. Penting
untuk mengklasifikannya kedalam tiga kategori (Samuelson,2004:385):

1.

Inflasi Rendah

Universitas Sumatera Utara

Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat
diramalkan. Tingkat inflasi ini dapat didefinisikan sebagai tingkat inflasi tahunan
dengan digit tunggal.
2.

Inflasi yang Melambung

Inflasi yang melambung adalah inflasi dalam cakupan ganda atau triple misalnya,

20, 100, 200 % per tahun. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan
sangat cepat, sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat
minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari. Pasar financial bertambah
buruk saat modal terbang ke luar negeri. Orang-orang menimbun barang, membeli
rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga nominal yang
rendah.
3.

Hiperinflasi

Hiperinflasi adalah jenis inflasi yang mematikan. Tidak ada hal bagus yang dapat
dikatakan tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-harga meningkat
jutaan bahkan miliar persen per tahun. Dampak hiperinflasi adalah harga-harga
menjadi kacau-balau dan produksi menjadi tidak terorganisasi.
2.2.1.3 Sumber dan Sebab Awal Inflasi
Beberapa penyebab awal terjadinya inflasi adalah sebagai berikut (Samuelson dan
Nordhaus, 2004:391-392):
a.

Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)


Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi ketika permintaan
keseluruhan naik lebih cepat daripada potensi ekonomi produktif, menarik harga
naik pada keseimbangan permintaan dan penawaran keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara

b.

Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang terjadi
dikarenakan naiknya biaya selama periode pengangguran yang tinggi dan
pengencangan pemanfaatan sumber daya.
2.2.1.4 Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi yakni terjadinya kenaikan harga yang meluas di seluruh sistem
perekonomian sehingga sesuai apabila untuk mengukur inflasi adalah dengan
mengukur kenaikan harga, yakni Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengertian
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah ukuran harga produk-produk tertentu yang
dibeli oleh konsumen yang tinggal di wilayah perkotaan. Dengan menggunakan

IHK, inflasi dapat diperoleh melalui perbandingan perubahan indeks harga dengan
indeks harga awal (Grifin dan Ebert, 2007:36).
2.2.2. Suku Bunga
2.2.2.1 Pengertian Suku Bunga
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga
adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai
persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus
membayar kesempatan untuk meminjam uang (Samuelson dan Nordhaus,
2004:190).
Suku bunga digunakan sebagai ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk menggunakan dana dari pemilik modal, yang disebut dengan
bunga pinjaman. Peningkatan suku bunga menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan

Universitas Sumatera Utara

ataupun deposito sehingga menyebabkan kinerja pasar modal menjadi lesuh dan
berdampak pada penurunan harga saham perusahaan. Penurunan harga saham
juga mengakibatkan penurunan pada nilai perusahaan.
Kenaikan tingkat bunga juga akan ditanggung oleh investor, yaitu berupa

kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Pada umumnya, masyarakat tidak mau
menanggung risiko untuk melakukan investasi dengan biaya yang tinggi,
akibatnya investasi menjadi tidak berkembang. Perusahaan banyak mengalami
kesulitan untuk mempertahankan hidupnya dan ini menyebabkan kinerja
perusahaan menurun. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berakibat pada
penurunan harga saham, yang berarti nilai perusahaan juga akan menurun
(Tandelilin, 2010:213-214).
2.2.2.2 Fungsi Suku Bunga
Adapun fungsi suku bunga adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2004:81):
1.

Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu
sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri
tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah akan memberi tingkat
bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

2.


Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Itu artinya pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam
suatu perekonomian.

2.2.2.3 Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik (Bank Indonesia, 2012). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain
dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampui sasaran yang telah ditetapkan,
sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
2.2.3


Nilai Tukar

2.2.3.1 Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai
tukar ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang
yang

berbeda

diperdagangkan

(Samuelson

dan

Nordhaus,

2004:305).

Melemahnya nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menimbulkan biaya
impor yang lebih besar. Terlebih bagi perusahaan yang berada di bidang
manufaktur, yang mana bahan baku untuk produksi diperoleh melalui impor.
Peningkatan biaya impor akan menyebabkan pembengkakan biaya produksi.
Apabila pembengkakan

biaya ini tidak segera diatasi maka pendapatan

perusahaan akan menjadi turun, yang akan berpengaruh juga pada laba

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Penurunan laba akan

menjadi sinyal negatif oleh investor dan

mampu membuat harga saham menjadi turun (Tandelilin, 2010:214).
2.2.3.2 Jenis-jenis Nilai Tukar
Nilai tukar dibedakan menjadi dua jenis (Keown, et al, 2000:885):
1.

Kurs Jual (selling rate)

Asked rate (kurs yang diminta) adalah kurs yang “diminta” bank atau pedagang

valuta asing untuk dibayar oleh konsumen dalam mata uang domestik untuk mata
uang asing saat bank menjual dan konsumen yang membeli. Kurs yang diminta
dikenal juga kurs jual (selling rate).
2.

Kurs Beli (buying rate)

Bid rate (kurs yang ditawarkan) adalah kurs dimana bank membeli mata uang

asing dari konsumen dengan membayar dalam mata uang domestik. Kurs yang
ditawarkan dikenal juga dengan kurs beli (buying rate).
2.2.3.3 Sistem Nilai Tukar
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:312-319) terdapat tiga sistem nilai tukar,
yaitu :
a.

Sistem Nilai Tukar tetap

Dalam sistem ini, setiap Negara menetapkan nilai mata uangnya dalam jumlah
emas yang tetap, sehingga membentuk nilai tukar tetap diantara Negara-negara
berdasarkan standar emas.

Universitas Sumatera Utara

b.

Sistem Nilai Tukar Fleksibel

Pada sistem nilai tukar fleksibel, pemerintah berada di luar sistem. Dengan
demikian, pasar valuta asing dapat menentukan nilai tukar. Nilai tukar akan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
c.

Sistem Nilai Tukar Terkendali

Nilai tukar ditetapkan oleh kekuatan pasar namun, pemerintah membeli atau
menjual mata uang atau mengubah penawaran uang untuk mempengaruhi nilai
tukar.
2.3

Kinerja Keuangan

2.3.1 Pengertian kinerja
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement”, yaitu
kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian kinerja adalah
suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaaan untuk mengevaluasi efisensi
dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode
tertentu (Hanafi, 2003:69).
Bagi investor, informasi kinerja keuangan dapat digunakan untuk melihat apakah
mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau
mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik, maka nilai usaha akan
tinggi sehingga membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk
menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Atau dapat
dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Tujuan Pengukuran Kinerja Perusahaan
Adapun yang menjadi tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah
(Munawir, 2002:31):
a.

Mengetahui tingkat likuditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
b.

Mengetahui tingkat solvabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik bagi keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang.
c.

Mengetahui tingkat rentabilitas

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d.

Mengetahui tingkat stabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahan untuk melakukan usahanya dengan stabil,
yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.
2.3.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk
mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada
dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angkaangka yang ada dalam neraca saja, laba rugi saja, atau kombinasi keduanya.

Universitas Sumatera Utara

Disebut rasio karena dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi)
antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya
(Syahyunan, 2004:81).
Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama pemakai laporan keuangan
adalah sebagai berikut (Bringham dan Houston, 2006:119):
a.

Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,
mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan.

b.

Analis kredit, termasuk petugas peminjaman bank dan analis peringkat
obligasi yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, dan

c.

Analis saham yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek
pertumbuhan perusahaan.

Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan yang dapat dijadikan
landasan dalam pengambilan keputusan. Beberapa keunggulan analisis rasio
keuangan adalah sebagai berikut (Soyfan Syafri, 2006:298):
a.

Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.

b.

Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

c.

Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

d.

Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi.

Universitas Sumatera Utara

e.

Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan prusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

f.

Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.

Selain keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan. Berikut ini
beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan (Syahyunan,
2004:82-83):
a.

Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

b.

Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian
persediaan.

c.

Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil
manipulasi.

d.

Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil
manipulasi.

2.3.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dibagi menjadi lima jenis yang berbeda (Horne dan
Wachowicz, 2005:205-225):
1.

Rasio likuiditas (liquidity ratio)

Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini

Universitas Sumatera Utara

membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
(atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Ada beberapa
macam rasio likuiditas, antara lain: rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat
(Quick Ratio).

2.

Leverage

Leverage keuangan (atau utang) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana

perusahaan dibiayai oleh utang. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio
solvabilitas, maka semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima
pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum
laba dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Ada beberapa
macam rasio leverage, antara lain: rasio utang terhadap total ekuitas (Debt To
Equity Ratio), rasio utang terhadap total aktiva (Debt To Total Asset).

3.

Rasio cakupan adalah rasio yang menghubungkan beban keuangan
perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya.
Jenis

rasio cakupan adalah rasio cakupan bunga (Interest Coverage

Ratio).

4.

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan berbagai aktivanya. Beberapa macam rasio aktivitas, antara
lain: rasio perputaran piutang (Receivable Turnover), rasio perputaran
piutang dalam hari (Receivable Turnover In Days), rasio perputaran utang
(Payable Turnover), rasio perputaran piutang dalam hari (Payable
Turnover In Days). rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover) dan

Universitas Sumatera Utara

rasio perputaran persediaan dalam hari (Inventory Turnover In Days), dan
perputaran total aktiva.
5.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan
dan investasi. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang
tinggi. agar dapat melangsungkan hidupnya, sebaiknya perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila
perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan
sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditur maupun
investasi dari pihak luar. Beberapa macam rasio profitabilitas, antara lain:
rasio marjin laba kotor (Gross Profit Margin), rasio marjin laba bersih (Net
Profit Margin), rasio pengembalian atas aktiva (Return On Assets), dan

rasio pengembalian atas ekuitas (Return On Equity).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti memilih 2 jenis rasio, yaitu rasio
profitabilitas dan rasio leverage. Untuk rasio profitabilitas akan diwakili rasio
pengembalian atas ekuitas (Return on Equity-ROE). Sedangkan rasio yang
mewakili dari rasio leverage, yaitu rasio utang terhadap ekuitas (Debt To Equity
Ratio-DER).

2.3.5 Return on Equity (ROE)
Menurut Horne dan Wachowicz (2005:223-224), Return on Equity (ROE)
merupakan pengukuran ringkasan atas kinerja keseluruhan perusahaan. ROE
adalah rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen
saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di
perusahaan. ROE bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam

Universitas Sumatera Utara

keuangan perusahaan karena pada dasarnya, ROE mengukur pengembalian
absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham berdasarkan
besarnya laba yang dihasilkan. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa
keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga
saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu
juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi
pasar yang sesuai, dan pada giliran akan memberikan laba yang lebih besar lagi.
Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi dan pertumbuhan
yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya. Adapun metode perhitungan
Return On Equity adalah sebagai berikut (Ross, et al, 2004:59):
Return On Equity =

2.3.6 Debt To Equity Ratio (DER)

�� �



� �

Rasio utang atas ekuitas (Debt to Equity Ratio -DER) merupakan perbandingan
hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya Syahyunan
(2004:84). Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung. Seluruh
utang dalam neraca memberikan pihak ketiga klaim waktu yang teratur, ditambah
pembayaran kembali pokok pinjaman selama waktu yang telah disetujui.
Tingginya DER suatu perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang buruk.
Perusahaan dianggap tidak mampu menghasilkan laba. Para investor enggan
untuk mengivestasikan dananya pada perusahaan yang memiliki DER yang cukup
tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki DER yang cukup tinggi akan
memiliki nilai perusahaan yang rendah yang ditunjukkan oleh harga saham di

Universitas Sumatera Utara

Bursa Efek yang lebih rendah. Adapun metode perhitungan Debt To Equity Ratio
adalah sebagai berikut (Ross, et al, 2004:55):
Debt To Equity Ratio =

2.4

Nilai Perusahaan



� �

Menurut Keown, et al (2005:35), nilai perusahaan adalah nilai pasar dari hutang
dan ekuitas perusahaan sedangkan menurut Bringham dan Houston (2004:294),
nilai perusahaan adalah nilai jual suatu perusahaan dalam pasar modal. Nilai
perusahaan merupakan bentuk memaksimalkan tujuan perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham
meningkat apabila harga saham yang dimiliki juga meningkat. Nilai perusahaan
selalu memegang peranan dalam pengambilan keputusan investor. pertumbuhan
yang positif terhadap nilai perusahaan mengindikasikan peningkatan kinerja
perusahaan, sehingga memberikan tanggapan positif dari para investor, seperti
meningkatnya permintaan atas saham perusahaan dan keengganan para investor
untuk menjual saham perusahaan. Hal ni dapat meningkatkan harga saham
perusahaan.
2.4.1 Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor

menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin
pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba
yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor
mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia

Universitas Sumatera Utara

membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011:23). Nilai yang ada pada PER
ditentukan oleh investor yang berfokus pada masa depan, para investor merupakan
pihak yang paling berkepentingan dengan prospek pertumbuhan laba. (Walsh,
2004:158). Adapun metode perhitungan Price Earning Ratio adalah sebagai
berikut (Ross, et al, 2004:59):
Price Earning Ratio =

2.5

Penelitian Terdahulu

� � � ��

� � ��









Beberapa penelitian yang dijadikan sebagai penelitian terdahulu, yaitu:
1.

Ling Du dan Jing Li (2015) yang berjudul “Study on The Factors
influencing The PE Ratio of Baogang Group ”. Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER).
Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Inflation

Rate, GDP, Exchange Rate, Interest Rate, Inventory

Turnover, Operating Profit Margin, Liquidity Rate, Asset-Liability Rate.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Berganda. Hasil penelitian menyatakan Inflation Rate berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PER, GDP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PER, Current Ratio berpengaruh positif dan siginfikan
terhadap PER. Interest Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER,
Exchange Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER, Operating
Profit Margin berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap PER, dan The
Asset-Liability Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER.

Universitas Sumatera Utara

2.

Agustina dan Ardiansari (2015) yang berjudul “Pengaruh Faktor Makro
Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan”. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan
melalui Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel independen
adalah Faktor Makro Ekonomi melalui Inflasi, Kurs dan Kinerja Keuangan
melalui Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi
Berganda. Hasil penelitian menyatakan inflasi dan kurs berpengaruh positif
tidak siginifikan terhadap PER. ROE berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap PER dan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap PER.

3.

Dwipartha (2013) yang berjudul “Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Dan
Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan melalui Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah Faktor Makro Ekonomi melalui laju
inflasi, suku bunga, tingkat nilai tukar, dan Kinerja Keuangan melalui
Return On Equity (ROE). Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis

Regresi Berganda. Hasil Penelitian menyatakan laju inflasi, suku bunga,
dan tingkat nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap PER. ROE
berpengaruh positif signifikan terhadap PER.
4.

Septadi, et al (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), dan Tingkat Inflasi Terhadap PER
(Price Earning Ratio) Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Food and

Universitas Sumatera Utara

Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel dependen

yang digunakan dalam penelitian ini Price Earning Ratio (PER). Variabel
independennya adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
dan tingkat inflasi. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi
Berganda. Hasil Penelitian menyatakan ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap PER, ROE berpengaruh positif signifikan terhadap
PER, dan Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap PER.
5.

Faezinia (2012) yang berjudul “The Quantitative of Effective Factors on
Price Earning Ratio in Capital Market of Iran”. Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian ini Price Earning Ratio (PER). Variabel
independenNYA adalah Interest Rate (IR), Systematic Risk (SR), Debt To
Equity Ratio (DER), Dividend Yied (DY), Market Value, Growth Rate

(GR), Return On Equity (ROE), dan Inflation Rate. Teknik analisis yang
digunakan adalah EViews Software dan Data Panel. Hasil Penelitian
menyatakan Interest Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap PER.
Systematic Risk

berpengaruh positif

signifikan terhadap PER, DER

berpengaruh positif signifikan terhadap PER. Dividend Yied berpengaruh
negatif signifikan terhadap PER. Market Value berpengaruh positif
signifikan terhadap PER. Growth Rate berpengaruh positif signifikan
terhadap PER.. ROE berpengaruh positif signifikan terhadap PER.
Inflation Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER. Secara

ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No

1.

2.

Nama/
Tahun
Penelitian
Ling Du,
dan Jing Li
(2015)

Agustina,
dan
Ardiansari
(2015)

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Study on The
Factors
Influencing
The PE Ratio
of Baogang
Group

Dependen:
- Price Earning
Ratio (PER)

Pengaruh
Faktor
Ekonomi
Makro dan
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Nilai
Perusahaan

Dependen:
- Nilai
Perusahaan (PER)

Metode
Penelitian
Analisis
Regresi
Berganda

Independen:
- Inflation
rate
- Exchange rate
- Interest rate
- GDP
- Inventory
Turnover,
- Operating
Profit Margin,
- Asset-Liability
Rate
- Liquidity Rate

Analisis
Regresi
Berganda

Independen:
- Inflasi
- Kurs
- Return On
Equity (ROE)
- Debt To Equity
Ratio (DER)

Hasil
Penelitian
1. Inflation rate
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
2. Exchange rate
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap PER.
3. Interest rate
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap PER.
4. GDP berpengaruh
positif signifikan
terhadap PER.
5. Inventory Turnover
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
6. Operating Profit
Margin berpengaruh
positif signifikan
terhadap PER.
7. Asset-Liability rate
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
PER.
8. Liquidity rate
berpengaruh negatif
signifikan terhadap PER.
1. Inflasi berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
2. Kurs berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
3. Return On Equity
(ROE) berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
4. DER berpengaruh
negatif signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).

Lanjutan Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara

Penelitian Terdahulu
No

3.

4.

Nama/
Tahun
Penelitian
Dwipartha
(2013)

Septadi,
et al
(2013)

Judul
Penelitian
Pengaruh
Faktor
Ekonomi
Makro Dan
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Manufaktur
Di Bursa Efek
Indonesia

Analisis
Pengaruh
ROA, ROE,
dan Inflasi
Terhadap PER
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Bidang Food
and Beverages
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia

Variabel
Penelitian
Dependen:
- Nilai
Perusahaan
(PER)

Metode
Penelitian
Analisis
Regresi
Berganda

Independen:
- Inflasi
- Suku Bunga
- Nilai tukar
- Return On
Equity (ROE)

Dependen:
- PER.
Independen:
- Return On
Assets (ROA)
- Return On
Equity (ROE)
- Inflasi

Analisi
Regresi
Linier
Berganda

Hasil
Penelitian
1. Inflasi berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
2. Suku bunga
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
3. Nilai tukar berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
4. Return On Equity
(ROE) berpengaruh
positif signifikan
terhadap nilai
perusahaan (PER).
1. Return On Assets
(ROA) berpengaruh
positif signifikan
terhadap PER.
2. Return On Equity
(ROE) berpengaruh
positif signifikan
terhadap PER.
3. Inflasi berpengaruh
positif signifikan
terhadap PER.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No

5.

2.6

Nama/
Tahun
Penelitian
Faezinia
(2012)

Judul
Penelitian
The
Quantitative
of Effective
Factors on
Price Earning
Ratio in
Capital
Market of Iran

Variabel
Penelitian
Dependen:
- Price Earning
Ratio (PER).
Independen:
- Interest Rate
(IR)
- Growth Rate
(GR)
- Dividen Yield
(DY)
- Systematic Risk
(SR)
- Debt To Equity
Ratio (DER)
- Market value
- Return On
Equity (ROE)
- Inflation Rate

Metode
Penelitian
EViews
Software
dan Data
Panel

Hasil
Penelitian
1. Interest Rate
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
PER.
2. Growth Rate
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
3. Dividen Yield
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
PER.
4. Systematic Risk
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
5. Debt To Equity Ratio
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
6. Market value
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
PER.
7. Return On Equity
berpengaruh positif
signifikan terhadap
PER.
8. Inflation Rate
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
PER.

Kerangka Konseptual

Dalam perspektif manajemen keuangan dinyatakan tujuan perusahaan pada
dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai
perusahaan, maka perusahaan akan memaksimalkan kekayaan dari pemegang
saham. Price Earning Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur nilai perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor

menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin
pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba
yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor
mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia
membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011:23).
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara
keseluruhan. Inflasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli
uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya
(Tandelilin, 2010:212). Penelitian yang dilakukan Faezinia (2012), Inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER).
Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut
sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan (Samuelson dan Nordhaus,
2004:190). Suku bunga yang meningkat menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
ataupun deposito. Selain itu, Suku bunga yang meningkat akan turut
meningkatkan

biaya

modal

yang

harus

ditanggung

perusahaan

(Tandelilin,2010:213-214). Penelitian yang dilakukan Faezinia (2012), tingkat
suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio
(PER).

Universitas Sumatera Utara

Nilai tukar adalah harga satuan mata uang dalam satuan mata uang lain.
(Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). Menguatnya kurs rupiah terhadap mata
uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk kegiatan produksi
dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2010:214).
Penelitian yang dilakukan Ling Du dan Jing Li (2015), nilai tukar berpengaruh
negatif dan signifikan terhdap Price Earning Ratio (PER)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang membandingkan laba bersih

setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah
diinvestasikan pemegang saham di perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005:223224). Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan
yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat
dengan mudah menarik dana baru. Penelitian yang dilakukan Dwipartha (2013),
Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan yang diproksikan melalui Price Earning Ratio (PER).
Rasio utang atas ekuitas (Debt to Equity Ratio -DER) merupakan perbandingan
hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan,
2004:84). Jika rasio ini buruk, maka perusahaan akan memiliki masalah riil jangka
panjang; salah satunya dapat menyebabkan kebangkrutan (Walsh, 2004:122).
Penelitian yang dilakukan Agustina dan Ardiansari (2015), Debt To Equity Ratio
(DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan
melalui Price Earning Ratio (PER). Sehingga dapat dikembangkan kerangka
konseptual sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Faktor-Faktor Makro
Ekonomi:
-

Inflasi

-

Suku Bunga

-

Nilai Perusahaan

Nilai Tukar
Kinerja Keuangan:

(Price Earning RatioPER)

-

Return On Equity (ROE)

-

Debt To Equity Ratio (DER)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.7

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis adalah “Faktor-faktor makro
ekonomi yang terdiri dari inflasi, suku bunga, nilai tukar dan Kinerja keuangan
yang terdiri dari Return On Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Price Earning Ratio -PER) Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

IMPLIKASI FAKTOR EKONOMI MAKRO, STRUKTUR MODAL, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013

1 19 94

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

1 9 121

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 27 126

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI CASH HOLDING PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 9 132

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

1 2 12

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

0 0 2

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

0 0 11

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

0 0 3

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8