Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencabutan
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar
oleh karena gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. 1 Pencabutan
gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh seorang dokter gigi. Tahap
awal dari prosedur ini adalah membuat pasien pati rasa dan cara yang paling umum
untuk memperoleh tujuan tersebut adalah dengan anestesi lokal meskipun ada cara
lain seperti hipnotis atau anestesi umum yang dapat digunakan. Pencabutan gigi
dilakukan dengan menggunakan tang. Ada berbagai macam tang dirancang agar
sesuai dengan gigi dan mulut pasien namun alat yang digunakan dalam setiap kasus
ditentukan oleh pengalaman pribadi operator. Pencabutan gigi dapat juga dilakukan
dengan menggunakan elevator yang dikhususkan untuk mengungkit gigi. Dalam
beberapa kasus, elevator digunakan untuk menggerakkan gigi dengan cara
mengungkit dari tulangnya.8
Selama ekstraksi gigi diharuskan untuk tidak merusak gigi tetangga atau
jaringan lunak dan termasuk jaringan lunak bibir. Terkadang cedera kecil ini tidak
dapat terhindarkan, tergantung dari banyaknya faktor, seperti ukuran, bentuk dari gigi
dan mulut itu sendiri, kesulitan pencabutan dan yang paling penting adalah kooperatif
dari pasien. Terkadang tang yang besar harus dipakai dan ahli bedah harus berhatihati akan kemungkinan terjadinya fraktur rahang, khususnya pada pasien lanjut usia

dengan tulang yang relatif lebih rapuh dan merusak jaringan sekitar, seperti saraf dan
sinus maksilaris.8
Setelah pencabutan gigi selesai, periksa apakah seluruh bagian gigi yang
dicabut telah terangkat atau ada beberapa bagian yang harus ditinggalkan untuk
mencapai perawatan terbaik. Keputusan untuk mencabut semua bagian gigi atau ada
bagian yang ditinggalkan tergantung dari keadaan pasien. 8

Universitas Sumatera Utara

2.2 Anatomi Gigi Anterior Maksila
Gigi anterior maksila terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan
kaninus yang masing-masing mempunyai bentuk anatomis dan fungsi yang berbedabeda.9

2.2.1 Insisivus Sentralis
Gigi ini adalah gigi pertama rahang atas yang terletak di kiri dan kanan garis
tengah/median. Permukaan labialnya lebih cembung dibandingkan dengan gigi
insisivus lateralis maupun kaninus atas, sehingga bentuk gigi insisivus sentralis
maksila seperti segi empat (squared). Insisivus sentralis maksila juga memiliki
permukaan enamel yang halus. Gigi ini tumbuh dengan normal, kadang-kadang
memiliki radiks pendek tetapi crown panjang, berada paling anterior di dalam rongga

mulut. Terdapat dua bentuk dasar: pertama, daerah servikal lebih lebar dibandingkan
lebar mesiodistal kontak area; kedua, daerah servikal lebih sempit dibandingkan lebar
mesiodistal kontak area.9

2.2.2 Insisivus Lateralis
Gigi ini adalah gigi ke-2 dari garis tengah. Gigi insisivus lateralis maksila
berfungsi sebagai pelengkap gigi sentralis, bentuk crownnya hampir sama. Seluruh
aspek gigi lebih kecil dari gigi insisivus sentralis maksila, kecuali panjang radiksnya.
Gigi

ini

berbeda

dengan

gigi

insisivus


sentralis

dalam

hal

perkembangan/pertumbuhan, sering bervariasi. Variasi pertumbuhan gigi disebut
perkembangan anomali, salah satunya adalah “peg-shaped”.9
2.2.3 Kaninus Maksila
Kaninus adalah gigi ke-3 dari garis tengah. Gigi kaninus berperan untuk
mendukung fungsi gigi insisivus dan premolar. Dari aspek labial, bagian mesial
menyerupai insisivus, bagian distal menyerupai premolar. Oleh karena itu gigi
kaninus terlihat sebgai peralihan dari gigi anterior ke gigi posterior. Radiks kaninus
lebih panjang dibandingkan radiks gigi lainnya. Ukuran labiopalatal crown 1 mm

Universitas Sumatera Utara

lebih besar dan ukuran mesiodistalnya 1 mm lebih kecil bila dibandingkan dengan
insisivus sentralis maksila.9


2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan
2.3.1 Indikasi Pencabutan
Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi
gagal atau tidak indikasi, sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai berikut:10

1. Karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan oleh
berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme, air ludah,
permukaan dan bentuk gigi. Karies merupakan alasan paling umum dan yang dapat
diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies parah yang sudah tidak
dapat direstorasi. Seberapa luas karies dan pertimbangan tidak direstorasinya gigi
merupakan keputusan yang dibuat antara dokter gigi dengan pasien. Terkadang,
kompleksitas dan biaya yang diperlukan untuk perawatan gigi dengan karies parah,
membuat pencabutan menjadi pilihan yang wajar.10,11

2. Gigi dengan patologi apikal
Kedua, alasan yang berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah adanya
nekrosis pulpa atau pulpitis irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan
endodontik. Dapat dikarenakan pasien yang menolak perawatan endodontik atau

perawatan endodontik yang mana saluran akarnya berliku-liku, kalsifikasi, dan tidak
dapat dirawat dengan teknik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan
endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal menghilangkan rasa sakit sehingga
diindikasikan untuk pencabutan.10

Universitas Sumatera Utara

3. Penyakit Periodontal
Alasan umum pencabutan gigi adalah penyakit periodontal yang luas dan
parah. Penyakit periodontal kronis adalah suatu proses peradangan immune-mediated
yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dan mengakibatkan kerusakan
terhadap struktur pendukung gigi dan tulang disekitarnya. Pada umumnya
periodontitis kronis adalah gangguan yang tidak menyakitkan. Biasanya pasien hanya
mengeluh adanya pembengkakan pada gusi karena inflamasi dan berdarah ketika
meyikat gigi atau pada saat probing. Hal ini terjadi karena hilangnya perlekatan
gingiva disekitar leher gigi dan kehilangan pendukung tulang yang mengakibatkan
mobiliti gigi. Jika periodontitis sudah terjadi sekian lama, maka dapat mengakibatkan
hilangnya banyak tulang dan mobiliti gigi yang parah. Sehingga gigi yang
hipermobiliti tersebut harus dicabut.10,12


4. Alasan Ortodonti
Pasien yang ingin melakukan perawatan ortodonti dengan keadaan lengkung
rahang yang tidak cukup memerlukan ekstraksi untuk menyediakan ruang bagi
penyelarasan gigi. Gigi-gigi yang paling umum dicabut adalah gigi premolar rahang
atas dan rahang bawah, tetapi kadang-kadang insisivus rahang bawah juga perlu
diekstraksi untuk alasan yang sama.10

5. Gigi Malposisi
Gigi yang mengalami malposisi dalam situasi parah, dapat diindikasikan
untuk pencabutan. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat
ditangani oleh perawatan ortodonti, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum
adalah molar tiga rahang atas yang keluar ke arah bukal dalam kondisi parah dan
menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi ini, gigi
malposisi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.10

Universitas Sumatera Utara

6. Gigi yang Fraktur
Indikasi ini jelas harus dilakukan pencabutan karena gigi yang telah fraktur.
Pencabutan gigi yang mengalami fraktur bisa sangat sakit dan rumit dengan teknik

yang lebih konservatif. Bahkan prosedur endodontik dan kompleks tidak dapat
mengurangi rasa sakit akibat gigi fraktur tersebut. 10

7. Gigi Impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika
terdapat sebagian gigi yang impaksi, maka oklusi fungsional tidak akan optimal
karena ruang yang tidak memadai. Sehingga harus dilakukan bedah untuk
pengangkatan gigi impaksi tersebut.10

8. Gigi Berlebih (Supernumerary Teeth)
Gigi berlebih biasanya terpendam dan harus dicabut. Gigi ini dapat
mengganggu erupsinya gigi dan memiliki potensi menyebabkan gigi resorpsi dan
berpindah.10

9. Gigi yang Terlibat dalam Fraktur Rahang
Pasien yang melakukan perawatan fraktur mandibula atau prosesus alveolar
terkadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Sebagian besar kondisi gigi yang
berada dalam garis fraktur dapat diperthankan, tetapi jika gigi terluka, terinfeksi, dan
terluksasi parah dari tulang atau mengganggu reduksi dan fiksasi yang baik dari
fraktur, maka diperlukan pencabutan.10


10. Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua
indikasi ekstraksi yang telah disebutkan dapat menjadi kuat apabila pasien tidak mau
atau

tidak

mampu

secara

finansial

untuk

mendukung

keputusan


dalam

mempertahankan gigi. Ketidakmampuan pasien untuk membayar perawatan tersebut
memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.10

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan
Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, bisa menjadi relatif atau
absolut tergantung dari kondisi umum dari pasien.13

1.3.2.1 Kontraindikasi Relatif
Kondisi dimana pencabutan dapat dilakukan apabila telah dilakukan
perawatan yang adekuat sebelumnya. Beberapa keadaan yang termasuk ke dalam
kontraindikasi relatif adalah sebagai berikut:13
a. Lokal
1. Patologi Periapikal Terlokasilisasi
Apabila pencabutan dilakukan kemudian infeksi menyebar luas secara
perlahan, maka antibiotik sebaiknya diberikan terlebih dahulu sebelum pencabutan. 13
2. Infeksi Oral seperti Vincent’s angina & Herpetic gingivostomatitis

Vincent’s

angina

merupakan

„parit

mulut‟,

infeksi

progresif

yang

menyakitkan dengan ulserasi, pembengkakan dan peluruhan dari jaringan mati dari
mulut dan tenggorokan karena penyebaran infeksi dari gusi. Bakteri tertentu
(termasuk bakteri fusiform dan spirochetes) diduga terlibat. Penanganan yang baik
adalah menggunakan antibiotik penicilin.14 Infeksi ini harus ditangani terlebih dahulu

lalu diikuti dengan pencabutan.13
Herpetic gingivostomatitis merupakan manifestasi orofasial yang paling

umum terjadi dari infeksi HSV-1 dan penyakit ini memiliki karakteristik berupa lesi
vesiculoulcerative oral dan perioral. Virus herpetic gingivostomatitis menyebar

melalui kontak fisik. Walaupun penyakit ini merupakan penyakit „ self-limiting
disease‟, pasien yang terkena herpetic gingivostomatitis dapat merasakan nyeri hebat

dan sulit makan ataupun minum. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa ulser
dengan lingakaran merah yang mengelilinginya (ekstraoral pada kulit dan vermillion
border bibir, sedangkan intraoral pada permukaan mukosa), nyeri, demam, malaise,

Universitas Sumatera Utara

sakit kepala dan pembengkakan jaringan limpha. Maka dari itu, segala perawatan gigi
harus ditunda terlebih dahulu hingga pasien dinyatakan sembuh. 15

3. Penyakit Ganas
Penyakit ganas seperti gigi yang berada didalam area tumor, apabila dicabut
dapat menyebarkan sel dan kemudian dapat mempercepat proses metastasis. 13

4. Pencabutan gigi pada rahang yang baru saja terkena paparan radiasi.
Perubahan-perubahan pada tulang rahang pasca terkena paparan radiasi dapat terjadi
pada pasien yang menjalani radiografi kepala dan leher. Lalu, sebelum dilakukannya
radiografi semua gigi nekrosis, semi-impaksi, dan impaksi, atau gigi dengan penyakit
periodontal harus dicabut. Jika tidak, gigi ini dapat mengalami osteoradionekrosis
diakibatkan gangguan vaskularisasi pada tulang (dicurigai munculnya mikrotrombi
kecil pada pembuluh darah), dan inilah mengapa tulang menjadi tidak mampu
merespon agen infeksi. Pada kasus pencabutan, biasanya pasien diberi antibiotik
intravena.13,16

b. Sistemik

1. Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol
Pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi sehingga penyembuhan luka
menjadi lebih lambat. Pencabutan seharusnya dilakukan sesudah diagnosis tindakan
pencegahan yang tepat dan dibawah profilaksis antibiotik. 13 Apabila pencabutan
dilakukan pada pasien DM tidak terkontrol, maka pasien akan rentan terhadap
penyebaran infeksi hingga ke jaringan sekitarnya. Hak ini disebabkan oleh
pengendapan kolesterol dalam sirkulasi perifer (karena penipisan arteriol) dan yang
kedua,

mekanisme

kemotaktik

yang

seharusnya

membantu

dalam

proses

penyembuhan luka terganggu pada pasien diabetes.1

Universitas Sumatera Utara

Pasien DM yang menjalani prosedur bedah minor dapat mengalami
ketoasidosis diabetik (KAD) dikarenakan oleh stress. Respon stress mengarah pada
suatu rantai metabolisme dan perubahan-perubahan neurohormonal yang mana
membentuk suatu mekanisme untuk mengatasi stress. Hiperglikemia yang disebabkan
karena stress, dihubungkan dengan hipersekresi dari hormon counterregulatory
(bersifat melawan terhadap sistem regulasi) seperti katekolamin, glukagon, kortisol
dan hormon pertumbuhan yang antagonis terhadap efek insulin dengan meningkatkan
produksi glukosa. Hasil ini dalam suatu sirkulasi glukosa dari glikogenolisis dan
gangguan penggunaan glukosa (hiperglikemia mengganggu penggunaan glukosa dan
sekresi sisa insulin).1

2. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung yang sering menyulitkan pencabutan diantaranya adalah
infark miokardial dan angina pektoris. Infark miokardial adalah proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Berawal dari terbentukya plak dari arterosklerosis yang menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah arteri. Beberapa gejala klinis dari pasien infark
miokardial adalah nyeri dada, sesak nafas, gejala gastrointestinal (mual dan muntah),
rasa pusing dan sinkop.13
Angina pektoris adalah nyeri substernal yang hebat akibat menyempitnya
arteri koroner jantung dan menurunnya aliran darah ke jantung. Nyeri angina
menyebar ke lengan kiri, punggung, rahang atau ke daerah abdomen.13 Seorang
dokter gigi harus mengikuti beberapa prosedur pencegahan seperti:1



Memperoleh riwayat pasien secara detail
Selalu mendapatkan persetujuan dokter spesialis yang menangani
pasien

Universitas Sumatera Utara



Pemberian profilaksis antibiotik untuk mencegah bakteri endokarditis
dikarenakan Streptococcus viridans yang masuk ke dalam aliran darah,



bersamaan saat pencabutan.
Protokol pengurangan stress sebaiknya diikuti.

3. Hipertensi
Pencabutan dapat dilakukan pada hipertensi ringan dan sedang, yaitu ketika
tekanan sistolik dibawah 200 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 110 mmHg.
Pencabutan menjadi kontraindikasi ketika tekanan darah melebihi nilai yang
disebutkan di atas.1
4. Penyakit Addison‟s dan Pasien Terapi Steroid Jangka Panjang
Insufisiensi kronis dari substansi kortikal pada manusia dikenal dengan
penyakit Addison‟s. Lebih sering muncul karena tuberkulosis kelenjar adrenal, atrofi
substansi kortikal karena penyakit dengan infeksi berat atau karena penggunaan
kortikosteroid jangka panjang. Penyakit ini ditandai dengan badan lemas, mudah
lelah, tidak nafsu makan, disfungsi saluran pencernaan, hipotensi arteri, dan
terjadinya hiperpigmentasi pada kulit. Pasien yang mengidap penyakit Addison‟s
memiliki efek patogenik yang berbeda, seperti trauma, infeksi, perdarahan dan
bahkan pencabutan gigi dapat mengakibatkan insufisiensi akut substansi kortikal dari
kelenjar adrenal.17
Pasien pengguna steroid kemungkinan mengalami penekanan dalam output
hormon adrenokortikotropik dari kelenjar pituitari. Meskipun pasien yang terapi
steroidnya sudah berhenti beberapa tahun lalu menunjukkan sekresi adrenal yang
tidak cukup untuk menahan tekanan di kala pencabutan. Dokter spesialis sebaiknya
meresepkan steroid sehari atau dua hari sebelum dan sesudah pencabutan. Suatu
riwayat pasien yang detail mengenai komplikasi sistemik sebaiknya diperoleh terlebih
dahulu untuk menghindari krisis adrenal dikarenakan stress. Krisis hipoadrenal dapat
muncul pada pasien-pasien ini dikarenakan oleh mengingkatnya stress selama

Universitas Sumatera Utara

pengobatan gigi. Untuk mencegah ini, 100 mg hidrokortison sebaiknya diberikan
terlebih dahulu sebelum proses pengobatan.1,13

5. Demam Tanpa Penyebab yang Jelas
Alasan yang sering terjadi adalah bakteri endokarditis subakut dan pencabutan
pada kondisi ini dapat menyebabkan bakterimia kemudian perawatan yang tepat
harus dilaksanakan.13

6. Nephritis (Penyakit Ginjal)
Pencabutan pada gigi yang sudah terinfeksi secara kronis, sering kali
menyebabkan nefritis akut maka sebelum dilakukannya pengobatan gigi, investigasi
secara seksama sebaiknya dilakukan.13

7. Kehamilan
Kehamilan merupakan keadaan fisiologis normal dan tidak diperhatikan
sebagai kontraindikasi dalam pencabutan kecuali terdapat beberapa komplikasi.
Faktor yang beresiko tinggi menunjukkan, perlakuaan terhadap seorang pasien ibu
hamil ialah mencegah kerusakan genetik terhadap janin. Perawatan yang ekstrim
sebaiknya dilakukan selama radiografi dental dan pemberian obat. 1 Hanya trisemester
kedua yang aman untuk dilakukannya pencabutan. Pencabutan sebaiknya dicegah
pada trisemester pertama dan ketiga, hal ini dikarenakan dapat terjadinya risiko
kelahiran prematur dan timbulnya supine hypotensive syndrome.13,18

1.3.2.2 Kontraindikasi Absolut
Kondisi dimana pencabutan seharusnya tidak pernah dilakukan untuk
menghindari risiko-risiko yang mungkin terjadi, diantaranya sebagai berikut:13

Universitas Sumatera Utara

a. Lokal
1. Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous.
Malformasi arterio-venous adalah suatu lesi pada pembuluh darah dimana
terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan terjadinya shunting patologis
pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui kapiler. 19 Nidus sering diketahui
sebagai benda asing pada parenkim serebral dan terkadang membentuk lesi berukuran
besar yang menempati lobus otak. Selama bertahun-tahun, AVM diduga disebabkan
oleh kelainan kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa AVM juga
merupakan kelainan yang didapat. AVM tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan
sedikit atau tanpa risiko pada kesehatan atau kehidupan seseorang, sedangkan lainnya
menyebabkan efek berat dan mematikan apabila timbul perdarahan. 19

b. Sistemik
1. Leukimia
2. Gagal ginjal
3. Sirosis hati
4. Gagal jantung

2.4 Teknik Anestesi Gigi Anterior Maksila
Teknik yang digunakan untuk menganestesi gigi anterior maksila adalah
injeksi supraperiosteal yang melumpuhkan nervus alveolaris superior anterior. Teknik
ini dapat menganestesi keenam gigi anterior. Larutan anestetikum dideponir dekat
atau pada permukaan periosteum. Anestetikum berdifusi ke dalam periosteum
,tulang yang porus hingga bagian periapikal gigi. Dalam hal ini, membran mukosa,
tulang alveolar, dan gigi akan teranestesi. Jika injeksi yang diberikan jauh dari
permukaan periosteal, jumlah larutan anestesi yang tersedia untuk berpenetrasi
hingga periosteum dan tulang akan berkurang.20
Indikasi dari kesuksesan injeksi supraperiosteal adalah mati rasanya setiap
jaringan lunak yang terkait dan hilangnya rasa tidak nyaman pada pasien saat

Universitas Sumatera Utara

melakukan prosedur pencabutan. namun demikian, pasien mungkin dapat merasakan
sakit apabila jarum suntik membuat kontak tulang terhadap periosteum. Dalam hal
ini, jarum harus ditarik dan dimasukkan kembali lebih jauh (ke lateral) dari
periosteum.21

2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila
Gerakan pencabutan terdiri dari pengaplikasian yang lembut dan tekanan
terkontrol pada daerah apikal. Tulang alveolar dilonggarkan secara berulang dengan
gerakan ke arah labial dan palatal. Kemudian tingkatkan tekanan terhadap gigi secara
bertahap. Secara anatomis, akar gigi anterior rahang atas berbentuk konus, maka
diaplikasikanlah gerakan rotasional yang selanjutnya digunakan untuk memutuskan
ligamen periodontal dan membantu dalam melepaskan gigi. Gigi dilepaskan dengan
gerakan mencabut yang lembut, hati-hati, dan tidak menggunakan tekanan yang
berlebihan. Pencabutan yang keras dapat membuat tang melukai gigi tetangga,
menyebabkan fraktur gigi dan tulang alveolar.22,23

2.5.1

Pencabutan Gigi Insisivus Maksila

Gigi insisivus maksila dicabut menggunakan tang universal gigi atas (no.
150), meskipun tang yang lain juga dapat digunakan. Umumnya akar gigi insisivus
maksila berbentuk konus, sementara gigi insisivus lateral memiliki akar yang sedikit
lebih panjang dan lebih ramping. Gigi insisivus lateral juga memiliki kurvatura distal
pada sepertiga apikal akar, sehingga diperlukan pemeriksaan radiografi sebelum
melakukan pencabutan gigi. Gigi insisivus memiliki tulang alveolar yang tipis pada
sisi labial dan lebih tebal pada sisi palatal, hal ini mengindikasikan bahwa ekpansi
yang besar dari prosesus alveolar akan berada pada arah bukal. Gerakan awal harus
pelan dan stabil pada arah labial yang merupakan perluasan tulang crestal bukal.
Gunakan tekanan palatal yang tidak terlalu kuat diikuti dengan tekanan rotasional.
Gerakan rotasional harus dikurangi pada gigi insisivus lateral, terutama jika terdapat
kurvatura pada gigi tersebut.24

Universitas Sumatera Utara

2.5.2

Pencabutan Gigi Kaninus Maksila

Kaninus merupakan gigi dengan akar terpanjang. Penampang akarnya
berbentuk lonjong dan biasanya terdapat tonjolan yang disebut eminensia kaninus
pada permukaan anterior. Seluruh tulang pada sisi labial umumnya sangat tipis.
Meskipun tulang labial tipis, gigi ini sulit untuk dicabut karena akarnya yang panjang.
Pencabutan gigi kaninus maksila menggunakan tang universal gigi atas (no.
150). Gerakan awal berada pada aspek bukal, dengan tekanan balik ke arah palatal.
Ketika tulang diperluas dan gigi digoyangkan, posisi tang harus berada di daerah
apikal. Tekanan rotasional yang ringan sangat berguna untuk melonggarkan socket
gigi, terutama apabila gigi sebelahnya hilang atau telah dicabut. Saat gigi telah benarbenar goyang, maka gigi dikeluarkan dari soket dengan gerakan dari labial ke insisial
menggunakan tang pencabutan.24

2.6 Komplikasi Pencabutan
Pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang terlalu dipaksakan dan teknik
yang salah sering menimbulkan komplikasi, diantaranya fraktur alveolar, masuknya
fragmen akar ke rongga sinus, perdarahan berlebihan, rasa sakit pada jaringan keras
dan pembengkakan.10,13,25,26

2.6.1

Fraktur Tulang Alveolar

Penyebab yang paling mungkin dari fraktur tulang alveolar adalah
penggunaan tang dengan kekuatan yang berlebihan, yaitu frakturnya pelat kortikal.
Apabila diperlukan kekuatan yang besar untuk mencabut gigi, flap jaringan lunak
harus diangkat, dan kontrol jumlah tulang yang harus dibuang sehingga gigi dapat di
dilepaskan atau pada kasus gigi dengan akar multipel, dapat dilakukan pemisahan
gigi. Jika prinsip ini tidak ditaati oleh dokter gigi, maka fraktur tulang alveolar dapat
terjadi.10

Universitas Sumatera Utara

2.6.2

Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris

Komplikasi ini bisa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus maksilaris atau
perluasan sinus yang besar dan ujung akar yang bengkok. Biasanya terjadi pada akar
gigi premolar dan molar atas dan yang sering terjadi pada akar palatal.pada kasus
seperti ini, pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus dihindari.13

2.6.3

Perdarahan yang Berlebihan

Perdarahahan pasca pencabutan merupakan efek samping dari prosedur
dentoalveolar. Pada pasien yang sehat, perdarahan yang terjadi adalah perdarahan
yang minimal dan dapat berhenti dengan sendirinya melalui proses clotting. Penting
untuk dapat membedakan perdarahan aktif setelah pembedahan. Pasien akan sering
mengeluh perdarahan yang belebihan karena mereka telah melihat darah di dalam air
liur mereka. Darah yang mengalir seharusnya berhenti dalam waktu 36-72 jam pasca
pencabutan, harus merespon tekanan, dan umumnya hal ini merupakan gangguan
bagi pasien. Sebaliknya, pasien dengan perdarahan aktif akan sering megeluhkan
mulut mereka yang penuh dengan darah segera setelah melepaskan pembalut kasa.25

2.6.4

Rasa Sakit pada Jaringan Keras

Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrumen
atau bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara
teknis melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone file serta
membersihkan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan kemungkinan
penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi.26

2.6.5

Pembengkakan pasca operasi

Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan gigi dapat menimbulkan
edema traumatik hingga menghambat penyembuhan luka. Hal ini biasanya
disebabkan trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak baik
atau tersangkut putaran bor merupakan faktor predisposisi keadaan ini. 26

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Teori
Pencabutan Gigi

Definisi pencabutan gigi
1.Insisivus Sentralis

Anatomi gigi anterior maksila

Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi

2.Insisivus Lateralis

Teknik anestesi gigi anterior maksila

Teknik pencabutan gigi anterior maksila

3.Kaninus

Komplikasi pencabutan

Universitas Sumatera Utara

2.8 Kerangka Konsep
Umur :

Pencabutan Gigi Anterior
Maksila :
1. Insisivus sentralis
2. Insisivus lateralis
3. Kaninus

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

14-23
24-33
34-43
44-53
54-63
64-73
>74

Jenis Kelamin :
1. Laki-Laki
2. Perempuan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

4 36 45

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

1 8 64

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 12

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 1

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 3

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 3

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 11

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 4

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 2

Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014

0 0 17