Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Fawzia Rachmi Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/TanggalLahir : Lhokseumawe / 14 Januari 1993 Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Blok L 5A, Komplek Taman Setia Budi Indah
Telepon/HP : 08116211493
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1999-2005 : Sekolah Dasar Swasta 1 Yapena
(2)
2008-2011 : Sekolah Menengah Atas Swasta Yapena
2012-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
(3)
Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
“Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014”
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 500,000 2. Biaya penjilidan dan penggandaan skripsi Rp 400,000
__________________________________________________________
Total Rp 900,000
Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.
Peneliti, Fawzia Rachmi
(4)
Lampiran 3
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan
proposal 2. Seminar proposal 3. Pengumpula
n data 4. Pengolahan
dan analisis data
5. Penyusunan laporan 6. Seminar
hasil
7 Sidang skripsi
(5)
LAMPIRAN 4
1. Persentase jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 14-23 28 13.0 13.0 13.0
24-33 23 10.6 10.6 23.6
34-43 43 19.9 19.9 43.5
44-53 54 25.0 25.0 68.5
54-63 49 22.7 22.7 91.2
64-73 15 6.9 6.9 98.1
>74 4 1.9 1.9 100.0
Total 216 100.0 100.0
2. Persentase jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 90 41.7 41.7 41.7
Perempuan 126 58.3 58.3 100.0
(6)
LAMPIRAN 5 DATA MENTAH
2.00 2.00 5.00 1.00 5.00 1.00 3.00 2.00 5.00 2.00 6.00 1.00 3.00 2.00 3.00 1.00 4.00 2.00 5.00 2.00 1.00 1.00 4.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 5.00 1.00 4.00 2.00 4.00 2.00 6.00 1.00
(7)
3.00 2.00 4.00 2.00 6.00 1.00 3.00 2.00 3.00 2.00 7.00 1.00 5.00 2.00 3.00 2.00 3.00 1.00 3.00 2.00 3.00 2.00 4.00 1.00 3.00 2.00 5.00 1.00 5.00 1.00 4.00 2.00 1.00 1.00 4.00 2.00 5.00 1.00 3.00 2.00
(8)
3.00 2.00 5.00 2.00 6.00 2.00 1.00 1.00 6.00 1.00 5.00 2.00 6.00 1.00 4.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 4.00 2.00 3.00 2.00 5.00 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 5.00 2.00 4.00 2.00 2.00 2.00 3.00 1.00 2.00 1.00
(9)
5.00 2.00 3.00 1.00 5.00 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00 3.00 1.00 4.00 2.00 6.00 2.00 4.00 2.00 4.00 1.00 3.00 1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00 3.00 2.00 3.00 2.00 4.00 2.00 4.00 2.00 4.00 1.00 4.00 2.00
(10)
4.00 1.00 5.00 2.00 4.00 1.00 6.00 1.00 2.00 2.00 4.00 2.00 2.00 1.00 6.00 1.00 4.00 2.00 5.00 2.00 1.00 2.00 5.00 1.00 3.00 1.00 4.00 2.00 3.00 1.00 1.00 2.00 3.00 2.00 1.00 2.00 4.00 1.00 5.00 2.00
(11)
5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 4.00 1.00 4.00 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00 5.00 1.00 2.00 1.00 5.00 2.00 7.00 2.00 2.00 2.00 5.00 2.00 3.00 1.00 4.00 1.00 4.00 2.00 2.00 1.00 5.00 2.00 3.00 2.00 2.00 1.00
(12)
4.00 2.00 1.00 1.00 5.00 1.00 5.00 2.00 3.00 2.00 2.00 1.00 5.00 2.00 3.00 2.00 3.00 2.00 3.00 1.00 5.00 2.00 7.00 1.00 5.00 1.00 3.00 2.00 5.00 2.00 6.00 1.00 5.00 2.00 2.00 1.00 5.00 2.00 5.00 1.00
(13)
3.00 2.00 5.00 1.00 2.00 2.00 4.00 2.00 5.00 1.00 6.00 2.00 4.00 2.00 4.00 1.00 4.00 2.00 4.00 1.00 3.00 2.00 4.00 2.00 6.00 1.00 3.00 1.00 1.00 2.00 4.00 1.00 5.00 2.00 1.00 2.00 3.00 2.00 2.00 1.00
(14)
2.00 2.00 5.00 2.00 6.00 2.00 4.00 2.00 4.00 2.00 4.00 2.00 5.00 2.00 3.00 1.00 4.00 1.00 1.00 2.00 4.00 2.00 1.00 2.00 4.00 2.00 5.00 1.00 5.00 1.00 4.00 1.00 4.00 2.00 6.00 1.00 3.00 1.00 1.00 2.00
(15)
5.00 1.00 5.00 2.00 3.00 1.00 3.00 1.00 3.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 5.00 2.00 5.00 1.00 4.00 1.00 4.00 2.00 1.00 1.00 4.00 1.00 7.00 1.00 4.00 1.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 2.00 6.00 2.00
(16)
1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 4.00 1.00 3.00 2.00 3.00 2.00 5.00 2.00 5.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 1.00 2.00 4.00 2.00 5.00 1.00 5.00 2.00 4.00 2.00 4.00 2.00 3.00 2.00 2.00 2.00
(17)
(18)
DAFTAR PUSTAKA
1. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier, 2007: 211.
2. Saikhedkar R, Neema H. Evaluation of various factors for extraction of teeth in a rural dental college. Journal of Pierre Fauchard Academy 2014; 28: 28. 3. Ngangi R, Mariati N, Hutagalung B. Gambaran pencabutan gigi di balai
pengobatan rumah sakit gigi dan mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2012. 2012: 2.
4. Preethanath R. Reason for tooth extraction in urban and rural populations of saudi arabia. Pakistan Oral and Dental Journal 2010; 30(1): 199.
5. Dixit L, Gurung C, Gurung N, Joshi N. Reasons underlying the extraction of permanent teeth in patient attending peoples dental college and hospital. Nepal Med Coll J 2010; 12(4): 204.
6. Gossadi Y, Nahari H, Kinani H, Abdelwahab S, et al. Reasons for permanent teeth extraction in jizan region of Saudi Arabia. Journal of Dental and Medical Sciences 2015; 14: 3.
7. Jafarian M, Etebarian A. Reasons for extraction of permanent teeth in general dental practices in Teheran, Iran. Med Princ Pract 2013; 22: 1-5.
8. Rowson J, Slaney A. Dentistry. India: AITBS Publishers dan Distributors, 2001: 96.
9. Nasution M. Pengenalan gigi. Medan: USU Press, 2012: 61-70.
10.Hupp J, Ellis E, Tucker M. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 6 th ed., Missouri: Elsevier, 2014: 91, 179.
11.Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: EGC, 2014: 1.
12.Bagheri S,Bell B, Khan H. Current therapy in oral and maxillofacial surgery, Missouri: Elsevier, 2012: 250.
13.Sanghai S, Chatterjee P. A Concise textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2009: 91, 102.
(19)
14.MedicineNet. Definition of vincent angina. (6 April 2012).
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6261. (3 Maret 2016).
15.Darby M, Walsh M. Dental hygiene: Theory and practice. 4 th ed., Missouri: Elsevier, 2015: 569, 570.
16.Dostalova T, Seydlova M. Dentistry & oral diseases for medical students. Praha: Grada, 2010: 75.
17.Gozhenko A, Gurkalova I. Pathology. Radom: Radom University, 2009: 279, 280.
18.Ghosh P. Synopsis of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee, 2006: 6.
19.Adha H. Embolisasi pada malformasi arteriovenosa otak. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013: 3.
20.Ghorpade K. Essentials of local anesthesia with MCQs. New Delhi: Jaypee, 2006: 29-30.
21.Logothetis D. Local anesthesia for the dental hygienist. Missouri: Elsevier, 2012: 230.
22.Kademani D, Tiwana P. Atlas of oral & maxillofacial surgery. Missouri: Elsevier, 2015: 87.
23.Koerner K. Manual of minor oral surgery for the general dentist. Iowa: Blackwell Munksgaard, 2006: 31.
24. Peterson L. Oral and maxillofacial surgery. 4 th ed., Missouri: Mosby, 2003: 140-1.
25.Pogrel M, Kahnberg K, Anderson L. Essentials of oral and maxillofacial surgery. Sussex: Wiley, 2014: 53.
26.Riawan L. Penanggulangan komplikasi pencabutan gigi. Bandung: Universitas Padjajaran, 2002: 16-7.
27.Dahlan M. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Edisi 3., Jakarta: Salemba Medika, 2013: 138-9.
(20)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Penelitian survei deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada 1 Desember 2015 hingga 31 Januari 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin pada Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari Januari 2013 hingga Desember 2014, yaitu sebanyak 823 kasus.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari Januari 2013 hingga Desember 2014 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini dan tercatat dalam rekam medis. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara
simple random sampling, yaitu setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang
(21)
lotere (undian). Tentukan dulu nomor setiap unit di dalam populasi sehingga didapat
sampling frame (daftar populasi). Lalu diambil secara acak gulungan kertas yang
berisi nomor-nomor tersebut sejumlah yang ditentukan. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random sampai memperoleh sampel sebanyak 216 orang. Besar sampel pada penelitian ini diperoleh dari rumus di bawah ini:27
n : Jumlah sampel
: Skor derajat kepercayaan, dalam penelitian ini 1,96 P : Proporsi kasus penelitian sebelum ini = 16,5% Q : 1-P
d : Presisi mutlak = 5%
Jika dimasukkan dalam rumus:
n= (1.962)(0.165) (0.835)
0.052 n= 215,04 n= 216 sampel
(22)
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Seluruh data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014.
2. Data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014 yang memiliki informasi mengenai data pribadi (umur dan jenis kelamin).
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Data rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2013-2014 yang tidak mempunyai informasi mengenai data pribadi (umur dan jenis kelamin).
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
NO Variabel Penelitian Definisi Operasional
1 Umur Usia pasien pencabutan gigi anterior maksila yang tercatat dalam rekam medis. Dikelompokkan menjadi :
a. 14-23 b. 24-33 c. 34-43 d. 44-53 e. 54-63 f. 64-73 g. >74
2 Jenis Kelamin Pasien pencabutan gigi anterior maksila baik berjenis kelamin laki-laki maupun
(23)
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui data sekunder, yaitu rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari tahun 2013-2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dimulai dari Januari 2013 hingga Desember 2014.
3.7Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk mendapatkan data adalah rekam medik.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word.
3.9 Analisa Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif, yaitu analisis univariat. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
3.10 Ethical Clearance
Ethical clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah perempuan yang tercatat dalam rekam medis.
3 Pencabutan gigi anterior maksila
Pencabutan gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan kaninus maksila.
(24)
memenuhi persyaratan tertentu. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(25)
3.11 Alur Penelitian
Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari komisi etik.
Setelah itu, dilakukan pengolahan dan analisis data. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data dalam table frekuensi
dan melakukan coding data.
Perhitungan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Peneliti menghitung jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan usia dan
jenis kelamin di departemen bedah mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 melalui rekam medis.
(26)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Anterior Maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014
Dari data sekunder rekam medis, diperoleh jumlah pasien pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU adalah sebanyak 823 pasien. Rincian data pencabutan gigi anterior maksila adalah sebagai berikut:
Sebanyak 553 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada tahun 2013.
Sebanyak 270 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila pada tahun 2014.
Tabel 1. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Tahun Jumlah
2013 553
2014 270
Total 823
Jadi angka prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 adalah 11,94%.
(27)
4.2 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014
Berdasarkan uraian di atas telah disebutkan bahwa jumlah seluruh sampel adalah 216 orang. Dari 216 orang tersebut, jumlah pasien yang paling banyak melakukan pencabutan gigi anterior maksila adalah rentang umur 44-53 tahun, yakni sebanyak 54 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 60 buah dengan persentase sebesar 25% kemudian diikuti rentang umur 54-63 tahun sebanyak 49 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 71 buah dengan persentase 22,7%, usia 34-43 tahun sebanyak 43 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 50 buah dengan persentase 19,9%, usia 14-23 tahun sebanyak 28 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 33 buah dengan persentase 13% , usia 24-33 tahun sebanyak 23 orang dan jumlah gigi yang dicabut 25 buah dengan persentase 10,6% , usia 64-73 tahun sebanyak 15 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 21 buah dengan persentase 6,9% dan pasien yang paling sedikit melakukan pencabutan gigi anterior maksila adalah usia 74 tahun ke atas, yaitu sebanyak 4 orang dan jumlah gigi yang dicabut sebanyak 8 buah dengan persentase 1,9%.
Tabel 2. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Usia Jumlah Pasien Jumlah Gigi yang Dicabut
Persentase
14-23 28 33 13%
24-33 23 25 10,6%
34-43 43 50 19,9%
44-53 54 60 25%
54-63 49 71 22,7%
64-73 15 21 6,9%
>74 4 8 1,9%
(28)
Tabel 3. Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Tabel 4. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
33 25 50 60 71 21 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80
14-23 24-33 34-43 44-53 54-63 64-73 >74
Jumlah kasus pencabutan gigi anterior
maksila berdasarkan umur
Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur 13% 10,6% 19,90% 25% 22,70% 6,90% 1,90% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
14-23 24-33 34-43 44-53 54-63 64-73 >74
Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila
berdasarkan umur
Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur
(29)
4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014
Dari 216 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila, terdapat sebanyak 90 pasien berjenis kelamin laki-laki yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 dengan persentase sebesar 41,7%. Sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 126 orang dengan persentase sebesar 58,3%. Dengan demikian, rasio perbandingan jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1 : 1,4.
Tabel 5. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase
Laki-laki 90 41,7%
Perempuan 126 58,3%
(30)
Tabel 6. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
41,70%
58,30%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%
Laki-Laki Perempuan
Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila
berdasarkan jenis kelamin
Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin
(31)
BAB 5
PEMBAHASAN
Gigi anterior maksila merupakan gigi yang berada di depan dari rahang atas yang terdiri dari gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis dan kaninus. Gigi ini mempunyai fungsi dalam rongga mulut, yaitu dalam pengucapan huruf, pengunyahan, dan estetika.
Dari hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014, diperoleh sebanyak 823 pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila. Sehingga diperoleh persentase prevalensi sebesar 11,94%.
Dari keterangan tabel 4 pada bab 4 hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada thun 2013-2014 yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa prevalensi terbesar terdapat pada kelompok umur 44-53 tahun dengan presentase 25%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yahya I Gossadi dkk yang dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien Polyclinic and Primary Health Centers di Jizan dari bulan Februari hingga Desember 2014. Pada penelitian tersebut didapat bahwa persentase pencabutan tertinggi terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun, yaitu 20,2%.6
Selain itu, hal senada juga disampaikan dalam penelitian Dixit dkk pada pasien pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut Peoples Dental College and
Hospital (PDCH) dari bulan Agustus hingga Oktober 2006. Dixit membagi kelompok
umur sampel penelitiannya menjadi dua, yaitu pasien berusia di bawah 30 tahun dan berusia di atas 30 tahun. Dari 282 pasien yang tercatat, hanya 239 pasien yang mempunyai informasi data lengkap dan didapat sebanyak 189 pasien yang melakukan pencabutan gigi pada usia di atas 30 tahun dengan persentase sebesar 79,1%.5
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kebersihan gigi dan rongga mulut serta keadaan sosial ekonomi
(32)
yang kurang mendukung berdampak pada pola makan dan asupan gizi yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka peroleh. Sehingga berakibat pada turunnya quality of life terhadap kelompok umur tersebut.7
Pada tabel 6 dalam bab 4 yang telah dibahas, menampilkan keadaan prevalensi pencabutan gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014. Dari hasil penelitian terhadap 216 sampel, diperoleh prevalensi pencabutan gigi anterior maksila pada pasien laki-laki adalah sebesar 41,7% atau sebanyak 90 orang. Sedangkan pada pasien perempuan, diperoleh prevalensi sebesar 58,3% atau sebanyak 126 orang yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila. Dari data tersebut diperoleh perbandingan rasio pasien laki-laki dan perempuan adalah 1:1,4. Data di atas menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak mengalami kehilangan gigi anterior maksila dibandingkan pasien laki-laki. Hal ini dapat kita lihat dari data kunjungan pasien ke Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU bahwa pasien perempuan yang lebih banyak melakukan kunjungan dan pengobatan.
Dalam penelitian sebelumnya, data ini sesuai dengan penelitian Rilly S Ngangi dkk yang dilakukan di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2012. Dalam penelitiannya ditunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan tindakan pencabutan gigi daripada laki-laki dengan persentase sebesar 59,48%. Sedangkan pasien laki-laki memiliki persentase sebesar 40,52%.3
Selain itu, hal serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Dixit dkk yang menyatakan bahwa lebih banyak pasien perempuan yang melakukan pencabutan gigi daripada pasien laki-laki dengan persentase sebesar 54% atau sebanyak 156 orang.5 Prevalensi pada jenis kelamin perempuan dapat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien laki-laki bisa disebabkan oleh faktor hormonal yang mengakibatkan perempuan lebih rentan terhadap masalah di dalam rongga mulut, misalnya gingivitis atau karies.3
(33)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014, kasus pencabutan gigi anterior maksila mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 11,94%. Kasus-kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin juga mengalami penurunan, dimana hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 adalah kelompok umur 44-53 tahun dengan persentase sebesar 25%.
2. Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dengan persentase sebesar 58,3%. Sedangkan pasien laki-laki 41,7%. Perbandingan rasio keduanya adalah 1:1,4.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 memang sudah banyak mengalami penurunan, namun sangat diharapkan prevalensi tersebut dapat ditekan menjadi lebih kecil lagi. Maka dari itu, disarankan untuk diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya persentase pencabutan gigi anterior maksila dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan metode yang lebih baik.
(34)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pencabutan
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar oleh karena gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.1 Pencabutan gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh seorang dokter gigi. Tahap awal dari prosedur ini adalah membuat pasien pati rasa dan cara yang paling umum untuk memperoleh tujuan tersebut adalah dengan anestesi lokal meskipun ada cara lain seperti hipnotis atau anestesi umum yang dapat digunakan. Pencabutan gigi dilakukan dengan menggunakan tang. Ada berbagai macam tang dirancang agar sesuai dengan gigi dan mulut pasien namun alat yang digunakan dalam setiap kasus ditentukan oleh pengalaman pribadi operator. Pencabutan gigi dapat juga dilakukan dengan menggunakan elevator yang dikhususkan untuk mengungkit gigi. Dalam beberapa kasus, elevator digunakan untuk menggerakkan gigi dengan cara mengungkit dari tulangnya.8
Selama ekstraksi gigi diharuskan untuk tidak merusak gigi tetangga atau jaringan lunak dan termasuk jaringan lunak bibir. Terkadang cedera kecil ini tidak dapat terhindarkan, tergantung dari banyaknya faktor, seperti ukuran, bentuk dari gigi dan mulut itu sendiri, kesulitan pencabutan dan yang paling penting adalah kooperatif dari pasien. Terkadang tang yang besar harus dipakai dan ahli bedah harus berhati-hati akan kemungkinan terjadinya fraktur rahang, khususnya pada pasien lanjut usia dengan tulang yang relatif lebih rapuh dan merusak jaringan sekitar, seperti saraf dan sinus maksilaris.8
Setelah pencabutan gigi selesai, periksa apakah seluruh bagian gigi yang dicabut telah terangkat atau ada beberapa bagian yang harus ditinggalkan untuk mencapai perawatan terbaik. Keputusan untuk mencabut semua bagian gigi atau ada bagian yang ditinggalkan tergantung dari keadaan pasien.8
(35)
2.2 Anatomi Gigi Anterior Maksila
Gigi anterior maksila terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan kaninus yang masing-masing mempunyai bentuk anatomis dan fungsi yang berbeda-beda.9
2.2.1 Insisivus Sentralis
Gigi ini adalah gigi pertama rahang atas yang terletak di kiri dan kanan garis tengah/median. Permukaan labialnya lebih cembung dibandingkan dengan gigi insisivus lateralis maupun kaninus atas, sehingga bentuk gigi insisivus sentralis maksila seperti segi empat (squared). Insisivus sentralis maksila juga memiliki permukaan enamel yang halus. Gigi ini tumbuh dengan normal, kadang-kadang memiliki radiks pendek tetapi crown panjang, berada paling anterior di dalam rongga mulut. Terdapat dua bentuk dasar: pertama, daerah servikal lebih lebar dibandingkan lebar mesiodistal kontak area; kedua, daerah servikal lebih sempit dibandingkan lebar mesiodistal kontak area.9
2.2.2 Insisivus Lateralis
Gigi ini adalah gigi ke-2 dari garis tengah. Gigi insisivus lateralis maksila berfungsi sebagai pelengkap gigi sentralis, bentuk crownnya hampir sama. Seluruh aspek gigi lebih kecil dari gigi insisivus sentralis maksila, kecuali panjang radiksnya. Gigi ini berbeda dengan gigi insisivus sentralis dalam hal perkembangan/pertumbuhan, sering bervariasi. Variasi pertumbuhan gigi disebut perkembangan anomali, salah satunya adalah “peg-shaped”.9
2.2.3 Kaninus Maksila
Kaninus adalah gigi ke-3 dari garis tengah. Gigi kaninus berperan untuk mendukung fungsi gigi insisivus dan premolar. Dari aspek labial, bagian mesial menyerupai insisivus, bagian distal menyerupai premolar. Oleh karena itu gigi kaninus terlihat sebgai peralihan dari gigi anterior ke gigi posterior. Radiks kaninus lebih panjang dibandingkan radiks gigi lainnya. Ukuran labiopalatal crown 1 mm
(36)
lebih besar dan ukuran mesiodistalnya 1 mm lebih kecil bila dibandingkan dengan insisivus sentralis maksila.9
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan 2.3.1 Indikasi Pencabutan
Indikasi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi, sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai berikut:10
1. Karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan oleh berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme, air ludah, permukaan dan bentuk gigi. Karies merupakan alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies parah yang sudah tidak dapat direstorasi. Seberapa luas karies dan pertimbangan tidak direstorasinya gigi merupakan keputusan yang dibuat antara dokter gigi dengan pasien. Terkadang, kompleksitas dan biaya yang diperlukan untuk perawatan gigi dengan karies parah, membuat pencabutan menjadi pilihan yang wajar.10,11
2. Gigi dengan patologi apikal
Kedua, alasan yang berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpitis irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Dapat dikarenakan pasien yang menolak perawatan endodontik atau perawatan endodontik yang mana saluran akarnya berliku-liku, kalsifikasi, dan tidak dapat dirawat dengan teknik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.10
(37)
3. Penyakit Periodontal
Alasan umum pencabutan gigi adalah penyakit periodontal yang luas dan parah. Penyakit periodontal kronis adalah suatu proses peradangan immune-mediated yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dan mengakibatkan kerusakan terhadap struktur pendukung gigi dan tulang disekitarnya. Pada umumnya periodontitis kronis adalah gangguan yang tidak menyakitkan. Biasanya pasien hanya mengeluh adanya pembengkakan pada gusi karena inflamasi dan berdarah ketika meyikat gigi atau pada saat probing. Hal ini terjadi karena hilangnya perlekatan gingiva disekitar leher gigi dan kehilangan pendukung tulang yang mengakibatkan mobiliti gigi.Jika periodontitis sudah terjadi sekian lama, maka dapat mengakibatkan hilangnya banyak tulang dan mobiliti gigi yang parah. Sehingga gigi yang hipermobiliti tersebut harus dicabut.10,12
4. Alasan Ortodonti
Pasien yang ingin melakukan perawatan ortodonti dengan keadaan lengkung rahang yang tidak cukup memerlukan ekstraksi untuk menyediakan ruang bagi penyelarasan gigi. Gigi-gigi yang paling umum dicabut adalah gigi premolar rahang atas dan rahang bawah, tetapi kadang-kadang insisivus rahang bawah juga perlu diekstraksi untuk alasan yang sama.10
5. Gigi Malposisi
Gigi yang mengalami malposisi dalam situasi parah, dapat diindikasikan untuk pencabutan. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonti, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum adalah molar tiga rahang atas yang keluar ke arah bukal dalam kondisi parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi ini, gigi malposisi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.10
(38)
6. Gigi yang Fraktur
Indikasi ini jelas harus dilakukan pencabutan karena gigi yang telah fraktur. Pencabutan gigi yang mengalami fraktur bisa sangat sakit dan rumit dengan teknik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi fraktur tersebut.10
7. Gigi Impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi, maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai. Sehingga harus dilakukan bedah untuk pengangkatan gigi impaksi tersebut.10
8. Gigi Berlebih (Supernumerary Teeth)
Gigi berlebih biasanya terpendam dan harus dicabut. Gigi ini dapat mengganggu erupsinya gigi dan memiliki potensi menyebabkan gigi resorpsi dan berpindah.10
9. Gigi yang Terlibat dalam Fraktur Rahang
Pasien yang melakukan perawatan fraktur mandibula atau prosesus alveolar terkadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Sebagian besar kondisi gigi yang berada dalam garis fraktur dapat diperthankan, tetapi jika gigi terluka, terinfeksi, dan terluksasi parah dari tulang atau mengganggu reduksi dan fiksasi yang baik dari fraktur, maka diperlukan pencabutan.10
10. Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua indikasi ekstraksi yang telah disebutkan dapat menjadi kuat apabila pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi. Ketidakmampuan pasien untuk membayar perawatan tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.10
(39)
2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan
Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, bisa menjadi relatif atau absolut tergantung dari kondisi umum dari pasien.13
1.3.2.1 Kontraindikasi Relatif
Kondisi dimana pencabutan dapat dilakukan apabila telah dilakukan perawatan yang adekuat sebelumnya. Beberapa keadaan yang termasuk ke dalam kontraindikasi relatif adalah sebagai berikut:13
a. Lokal
1. Patologi Periapikal Terlokasilisasi
Apabila pencabutan dilakukan kemudian infeksi menyebar luas secara perlahan, maka antibiotik sebaiknya diberikan terlebih dahulu sebelum pencabutan.13
2. Infeksi Oral seperti Vincent’s angina & Herpetic gingivostomatitis
Vincent’s angina merupakan „parit mulut‟, infeksi progresif yang
menyakitkan dengan ulserasi, pembengkakan dan peluruhan dari jaringan mati dari mulut dan tenggorokan karena penyebaran infeksi dari gusi. Bakteri tertentu (termasuk bakteri fusiform dan spirochetes) diduga terlibat. Penanganan yang baik adalah menggunakan antibiotik penicilin.14 Infeksi ini harus ditangani terlebih dahulu lalu diikuti dengan pencabutan.13
Herpetic gingivostomatitis merupakan manifestasi orofasial yang paling
umum terjadi dari infeksi HSV-1 dan penyakit ini memiliki karakteristik berupa lesi
vesiculoulcerative oral dan perioral. Virus herpetic gingivostomatitis menyebar
melalui kontak fisik. Walaupun penyakit ini merupakan penyakit „self-limiting
disease‟, pasien yang terkena herpetic gingivostomatitis dapat merasakan nyeri hebat
dan sulit makan ataupun minum. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala berupa ulser dengan lingakaran merah yang mengelilinginya (ekstraoral pada kulit dan vermillion
(40)
sakit kepala dan pembengkakan jaringan limpha. Maka dari itu, segala perawatan gigi harus ditunda terlebih dahulu hingga pasien dinyatakan sembuh.15
3. Penyakit Ganas
Penyakit ganas seperti gigi yang berada didalam area tumor, apabila dicabut dapat menyebarkan sel dan kemudian dapat mempercepat proses metastasis.13
4. Pencabutan gigi pada rahang yang baru saja terkena paparan radiasi. Perubahan-perubahan pada tulang rahang pasca terkena paparan radiasi dapat terjadi pada pasien yang menjalani radiografi kepala dan leher. Lalu, sebelum dilakukannya radiografi semua gigi nekrosis, semi-impaksi, dan impaksi, atau gigi dengan penyakit periodontal harus dicabut. Jika tidak, gigi ini dapat mengalami osteoradionekrosis diakibatkan gangguan vaskularisasi pada tulang (dicurigai munculnya mikrotrombi kecil pada pembuluh darah), dan inilah mengapa tulang menjadi tidak mampu merespon agen infeksi. Pada kasus pencabutan, biasanya pasien diberi antibiotik intravena.13,16
b. Sistemik
1. Diabetes Mellitus Tidak Terkontrol
Pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi sehingga penyembuhan luka menjadi lebih lambat. Pencabutan seharusnya dilakukan sesudah diagnosis tindakan pencegahan yang tepat dan dibawah profilaksis antibiotik.13 Apabila pencabutan dilakukan pada pasien DM tidak terkontrol, maka pasien akan rentan terhadap penyebaran infeksi hingga ke jaringan sekitarnya. Hak ini disebabkan oleh pengendapan kolesterol dalam sirkulasi perifer (karena penipisan arteriol) dan yang kedua, mekanisme kemotaktik yang seharusnya membantu dalam proses penyembuhan luka terganggu pada pasien diabetes.1
(41)
Pasien DM yang menjalani prosedur bedah minor dapat mengalami ketoasidosis diabetik (KAD) dikarenakan oleh stress. Respon stress mengarah pada suatu rantai metabolisme dan perubahan-perubahan neurohormonal yang mana membentuk suatu mekanisme untuk mengatasi stress. Hiperglikemia yang disebabkan karena stress, dihubungkan dengan hipersekresi dari hormon counterregulatory (bersifat melawan terhadap sistem regulasi) seperti katekolamin, glukagon, kortisol dan hormon pertumbuhan yang antagonis terhadap efek insulin dengan meningkatkan produksi glukosa. Hasil ini dalam suatu sirkulasi glukosa dari glikogenolisis dan gangguan penggunaan glukosa (hiperglikemia mengganggu penggunaan glukosa dan sekresi sisa insulin).1
2. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung yang sering menyulitkan pencabutan diantaranya adalah infark miokardial dan angina pektoris. Infark miokardial adalah proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Berawal dari terbentukya plak dari arterosklerosis yang menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri. Beberapa gejala klinis dari pasien infark miokardial adalah nyeri dada, sesak nafas, gejala gastrointestinal (mual dan muntah), rasa pusing dan sinkop.13
Angina pektoris adalah nyeri substernal yang hebat akibat menyempitnya arteri koroner jantung dan menurunnya aliran darah ke jantung. Nyeri angina menyebar ke lengan kiri, punggung, rahang atau ke daerah abdomen.13 Seorang dokter gigi harus mengikuti beberapa prosedur pencegahan seperti:1
Memperoleh riwayat pasien secara detail
Selalu mendapatkan persetujuan dokter spesialis yang menangani pasien
(42)
Pemberian profilaksis antibiotik untuk mencegah bakteri endokarditis dikarenakan Streptococcus viridans yang masuk ke dalam aliran darah, bersamaan saat pencabutan.
Protokol pengurangan stress sebaiknya diikuti.
3. Hipertensi
Pencabutan dapat dilakukan pada hipertensi ringan dan sedang, yaitu ketika tekanan sistolik dibawah 200 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 110 mmHg. Pencabutan menjadi kontraindikasi ketika tekanan darah melebihi nilai yang disebutkan di atas.1
4. Penyakit Addison‟s dan Pasien Terapi Steroid Jangka Panjang
Insufisiensi kronis dari substansi kortikal pada manusia dikenal dengan penyakit Addison‟s. Lebih sering muncul karena tuberkulosis kelenjar adrenal, atrofi substansi kortikal karena penyakit dengan infeksi berat atau karena penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Penyakit ini ditandai dengan badan lemas, mudah lelah, tidak nafsu makan, disfungsi saluran pencernaan, hipotensi arteri, dan terjadinya hiperpigmentasi pada kulit. Pasien yang mengidap penyakit Addison‟s memiliki efek patogenik yang berbeda, seperti trauma, infeksi, perdarahan dan bahkan pencabutan gigi dapat mengakibatkan insufisiensi akut substansi kortikal dari kelenjar adrenal.17
Pasien pengguna steroid kemungkinan mengalami penekanan dalam output hormon adrenokortikotropik dari kelenjar pituitari. Meskipun pasien yang terapi steroidnya sudah berhenti beberapa tahun lalu menunjukkan sekresi adrenal yang tidak cukup untuk menahan tekanan di kala pencabutan. Dokter spesialis sebaiknya meresepkan steroid sehari atau dua hari sebelum dan sesudah pencabutan. Suatu riwayat pasien yang detail mengenai komplikasi sistemik sebaiknya diperoleh terlebih dahulu untuk menghindari krisis adrenal dikarenakan stress. Krisis hipoadrenal dapat muncul pada pasien-pasien ini dikarenakan oleh mengingkatnya stress selama
(43)
pengobatan gigi. Untuk mencegah ini, 100 mg hidrokortison sebaiknya diberikan terlebih dahulu sebelum proses pengobatan.1,13
5. Demam Tanpa Penyebab yang Jelas
Alasan yang sering terjadi adalah bakteri endokarditis subakut dan pencabutan pada kondisi ini dapat menyebabkan bakterimia kemudian perawatan yang tepat harus dilaksanakan.13
6. Nephritis (Penyakit Ginjal)
Pencabutan pada gigi yang sudah terinfeksi secara kronis, sering kali menyebabkan nefritis akut maka sebelum dilakukannya pengobatan gigi, investigasi secara seksama sebaiknya dilakukan.13
7. Kehamilan
Kehamilan merupakan keadaan fisiologis normal dan tidak diperhatikan sebagai kontraindikasi dalam pencabutan kecuali terdapat beberapa komplikasi. Faktor yang beresiko tinggi menunjukkan, perlakuaan terhadap seorang pasien ibu hamil ialah mencegah kerusakan genetik terhadap janin. Perawatan yang ekstrim sebaiknya dilakukan selama radiografi dental dan pemberian obat.1 Hanya trisemester kedua yang aman untuk dilakukannya pencabutan. Pencabutan sebaiknya dicegah pada trisemester pertama dan ketiga, hal ini dikarenakan dapat terjadinya risiko kelahiran prematur dan timbulnya supine hypotensive syndrome.13,18
1.3.2.2 Kontraindikasi Absolut
Kondisi dimana pencabutan seharusnya tidak pernah dilakukan untuk menghindari risiko-risiko yang mungkin terjadi, diantaranya sebagai berikut:13
(44)
a. Lokal
1. Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous.
Malformasi arterio-venous adalah suatu lesi pada pembuluh darah dimana terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan terjadinya shunting patologis pada aliran darah dari arteri ke vena tanpa melalui kapiler.19 Nidus sering diketahui sebagai benda asing pada parenkim serebral dan terkadang membentuk lesi berukuran besar yang menempati lobus otak. Selama bertahun-tahun, AVM diduga disebabkan oleh kelainan kongenital, namun beberapa penelitian mendapatkan bahwa AVM juga merupakan kelainan yang didapat. AVM tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan sedikit atau tanpa risiko pada kesehatan atau kehidupan seseorang, sedangkan lainnya menyebabkan efek berat dan mematikan apabila timbul perdarahan.19
b. Sistemik 1. Leukimia 2. Gagal ginjal 3. Sirosis hati
4. Gagal jantung
2.4 Teknik Anestesi Gigi Anterior Maksila
Teknik yang digunakan untuk menganestesi gigi anterior maksila adalah injeksi supraperiosteal yang melumpuhkan nervus alveolaris superior anterior. Teknik ini dapat menganestesi keenam gigi anterior. Larutan anestetikum dideponir dekat
atau pada permukaan periosteum. Anestetikum berdifusi ke dalam periosteum ,tulang yang porus hingga bagian periapikal gigi. Dalam hal ini, membran mukosa,
tulang alveolar, dan gigi akan teranestesi. Jika injeksi yang diberikan jauh dari permukaan periosteal, jumlah larutan anestesi yang tersedia untuk berpenetrasi hingga periosteum dan tulang akan berkurang.20
Indikasi dari kesuksesan injeksi supraperiosteal adalah mati rasanya setiap jaringan lunak yang terkait dan hilangnya rasa tidak nyaman pada pasien saat
(45)
melakukan prosedur pencabutan. namun demikian, pasien mungkin dapat merasakan sakit apabila jarum suntik membuat kontak tulang terhadap periosteum. Dalam hal ini, jarum harus ditarik dan dimasukkan kembali lebih jauh (ke lateral) dari periosteum.21
2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila
Gerakan pencabutan terdiri dari pengaplikasian yang lembut dan tekanan terkontrol pada daerah apikal. Tulang alveolar dilonggarkan secara berulang dengan gerakan ke arah labial dan palatal. Kemudian tingkatkan tekanan terhadap gigi secara bertahap. Secara anatomis, akar gigi anterior rahang atas berbentuk konus, maka diaplikasikanlah gerakan rotasional yang selanjutnya digunakan untuk memutuskan ligamen periodontal dan membantu dalam melepaskan gigi. Gigi dilepaskan dengan gerakan mencabut yang lembut, hati-hati, dan tidak menggunakan tekanan yang berlebihan. Pencabutan yang keras dapat membuat tang melukai gigi tetangga, menyebabkan fraktur gigi dan tulang alveolar.22,23
2.5.1 Pencabutan Gigi Insisivus Maksila
Gigi insisivus maksila dicabut menggunakan tang universal gigi atas (no. 150), meskipun tang yang lain juga dapat digunakan. Umumnya akar gigi insisivus maksila berbentuk konus, sementara gigi insisivus lateral memiliki akar yang sedikit lebih panjang dan lebih ramping. Gigi insisivus lateral juga memiliki kurvatura distal pada sepertiga apikal akar, sehingga diperlukan pemeriksaan radiografi sebelum melakukan pencabutan gigi. Gigi insisivus memiliki tulang alveolar yang tipis pada sisi labial dan lebih tebal pada sisi palatal, hal ini mengindikasikan bahwa ekpansi yang besar dari prosesus alveolar akan berada pada arah bukal. Gerakan awal harus pelan dan stabil pada arah labial yang merupakan perluasan tulang crestal bukal. Gunakan tekanan palatal yang tidak terlalu kuat diikuti dengan tekanan rotasional. Gerakan rotasional harus dikurangi pada gigi insisivus lateral, terutama jika terdapat kurvatura pada gigi tersebut.24
(46)
2.5.2 Pencabutan Gigi Kaninus Maksila
Kaninus merupakan gigi dengan akar terpanjang. Penampang akarnya berbentuk lonjong dan biasanya terdapat tonjolan yang disebut eminensia kaninus pada permukaan anterior. Seluruh tulang pada sisi labial umumnya sangat tipis. Meskipun tulang labial tipis, gigi ini sulit untuk dicabut karena akarnya yang panjang. Pencabutan gigi kaninus maksila menggunakan tang universal gigi atas (no. 150). Gerakan awal berada pada aspek bukal, dengan tekanan balik ke arah palatal. Ketika tulang diperluas dan gigi digoyangkan, posisi tang harus berada di daerah apikal. Tekanan rotasional yang ringan sangat berguna untuk melonggarkan socket gigi, terutama apabila gigi sebelahnya hilang atau telah dicabut. Saat gigi telah benar-benar goyang, maka gigi dikeluarkan dari soket dengan gerakan dari labial ke insisial menggunakan tang pencabutan.24
2.6 Komplikasi Pencabutan
Pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang terlalu dipaksakan dan teknik yang salah sering menimbulkan komplikasi, diantaranya fraktur alveolar, masuknya fragmen akar ke rongga sinus, perdarahan berlebihan, rasa sakit pada jaringan keras dan pembengkakan.10,13,25,26
2.6.1 Fraktur Tulang Alveolar
Penyebab yang paling mungkin dari fraktur tulang alveolar adalah penggunaan tang dengan kekuatan yang berlebihan, yaitu frakturnya pelat kortikal. Apabila diperlukan kekuatan yang besar untuk mencabut gigi, flap jaringan lunak harus diangkat, dan kontrol jumlah tulang yang harus dibuang sehingga gigi dapat di dilepaskan atau pada kasus gigi dengan akar multipel, dapat dilakukan pemisahan gigi. Jika prinsip ini tidak ditaati oleh dokter gigi, maka fraktur tulang alveolar dapat terjadi.10
(47)
2.6.2 Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris
Komplikasi ini bisa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus maksilaris atau perluasan sinus yang besar dan ujung akar yang bengkok. Biasanya terjadi pada akar gigi premolar dan molar atas dan yang sering terjadi pada akar palatal.pada kasus seperti ini, pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus dihindari.13
2.6.3 Perdarahan yang Berlebihan
Perdarahahan pasca pencabutan merupakan efek samping dari prosedur dentoalveolar. Pada pasien yang sehat, perdarahan yang terjadi adalah perdarahan yang minimal dan dapat berhenti dengan sendirinya melalui proses clotting. Penting untuk dapat membedakan perdarahan aktif setelah pembedahan. Pasien akan sering mengeluh perdarahan yang belebihan karena mereka telah melihat darah di dalam air liur mereka. Darah yang mengalir seharusnya berhenti dalam waktu 36-72 jam pasca pencabutan, harus merespon tekanan, dan umumnya hal ini merupakan gangguan bagi pasien. Sebaliknya, pasien dengan perdarahan aktif akan sering megeluhkan mulut mereka yang penuh dengan darah segera setelah melepaskan pembalut kasa.25
2.6.4 Rasa Sakit pada Jaringan Keras
Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrumen atau bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara teknis melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone file serta membersihkan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan kemungkinan penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi.26
2.6.5 Pembengkakan pasca operasi
Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan gigi dapat menimbulkan edema traumatik hingga menghambat penyembuhan luka. Hal ini biasanya disebabkan trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak baik atau tersangkut putaran bor merupakan faktor predisposisi keadaan ini.26
(48)
2.7 Kerangka Teori Pencabutan Gigi
Definisi pencabutan gigi
Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Teknik anestesi gigi anterior maksila
Teknik pencabutan gigi anterior maksila
Komplikasi pencabutan Anatomi gigi anterior maksila
1.Insisivus Sentralis
2.Insisivus Lateralis
(49)
2.8 Kerangka Konsep
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan Pencabutan Gigi Anterior
Maksila :
1. Insisivus sentralis 2. Insisivus lateralis 3. Kaninus
Umur : 1. 14-23 2. 24-33 3. 34-43 4. 44-53 5. 54-63 6. 64-73 7. >74
(50)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksodonsia merupakan cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan pencabutan gigi dari soket di dalam tulang. Pencabutan gigi yang ideal didefinisikan sebagai pencabutan seluruh bagian gigi atau akar gigi tanpa rasa sakit dengan trauma yang minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga luka bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.1 Meskipun banyak perkembangan berbagai tindakan pencegahan dan konservatif dalam kedokteran gigi, pencabutan gigi masih menjadi salah satu prosedur yang umum dilakukan dalam praktik sehari-hari.2
Tindakan pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir apabila gigi pasien sudah rusak dan tidak dapat dirawat lagi. Banyak diantara kalangan masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya mempertahankan gigi didalam rongga mulut, namun tidak sedikit juga yang masih belum mengerti dan cenderung untuk mencabut gigi yang rusak daripada merawat gigi tersebut.3
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan gigi, dokter gigi dituntut untuk memahami bentuk dan penyebab kerusakan gigi. Survei dilakukan untuk menentukan alasan pencabutan gigi berdasarkan umur dan jenis kelamin.4
Terdapat banyak alasan pencabutan gigi di antaranya karies gigi, periodontitis, gigi impaksi, pencabutan gigi untuk keperluan perawatan ortodonti dan prostetik, serta kegagalan perawatan saluran akar. Namun dari semua alasan diatas, karies dan periodontitis merupakan dua alasan utama yang memungkinkan terjadinya pencabutan gigi, berapapun usia pasien tersebut.2 Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa karies lebih banyak menjadi penyebab pencabutan gigi, sementara kehilangan gigi yang disebabkan oleh periodontitis lebih banyak terjadi seiring dengan bertambahnya usia.4
(51)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saikhedkar dan Neema pada pasien
College of Dental Science & Hospital, Rau, Indore, didapat bahwa 1608 pasien
melakukan pencabutan gigi permanen, dimana 840 (52,23%) adalah laki-laki dan 768 (47,76%) adalah perempuan.2
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dixit pada pasien yang melakukan pencabutan gigi di rumah sakit di Nepal, menunjukkan bahwa terdapat 282 pasien yang melakukan pencabutan, dimana 126 (46%) adalah laki-laki dan 156 (54%) adalah perempuan.5
Gossadi, Nahari, Kinani dkk dalam penelitiannya menemukan bahwa persentasi pencabutan gigi tertinggi terdapat pada pasien muda dengan kelompok umur 20-29 tahun. Karies merupakan alasan terbanyak penyebab pencabutan gigi pada kelompok umur 20-29 (33,3%) diikuti oleh alasan ortodonti pada kelompok umur yang sama. Penyakit periodontal merupakan alasan pencabutan terbanyak pada kelompok umur 40-49 (23,4%) dan 50-59 (37,5%).6 Senada dengan Gossadi dkk, Preethanath juga mengungkapkan bahwa usia 20-30 tahun (< 50 tahun) pencabutan gigi cenderung disebabkan oleh karies.4
Preethanath pada penelitiannya juga menemukan bahwa dari 2800 gigi yang dicabut pada 400 masyarakat perkotaan (urban) Arab Saudi, sebanyak 8,29% (116) pada gigi anterior maksila, 56% (784) pada gigi posterior maksila, 6% (84) pada gigi anterior mandibula, dan 29,71% (416) pada gigi posterior mandibula. Sedangkan pada 420 masyarakat pinggiran (rural) Arab Saudi, sebanyak 11,43% (160) pada gigi anterior maksila, 38% (532) pada gigi posterior maksila, 10% (140) pada gigi anterior mandibula dan 40,57% (568) pada gigi posterior mandibula.4
Dalam beberapa penelitian, ditemukan prevalensi ekstraksi gigi anterior maksila cukup tinggi dan sering menimbulkan masalah bagi penderitanya, yaitu terganggunya kualitas hidup. Adapun yang menyebabkan tingginya prevalensi pencabutan gigi dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan kebiasaan hidup.7 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Medan, khususnya di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU.
(52)
1.2Rumusan Masalah
1. Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
2. Berapa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
3. Berapa jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
1.3Tujuan Penelitian Tujuan umum
1. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur
2. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin
1.3 Manfaat Penelitian
1. Memberi konstribusi bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi dimana temuan-temuan empiris dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan berharga sekaligus sebagai pengkayaan materi dalam ilmu kedokteran gigi.
2. Dengan mengetahui prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam usaha meningkatkan kesehatan rongga mulut bagi masyarakat setempat.
(53)
3. Memberikan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.
4. Memberikan data mengenai prevalensi pencabutan gigi anterior maksila kepada LITBANG setempat untuk ditindaklanjuti.
(54)
PREVALENSI PENCABUTAN GIGI ANTERIOR
MAKSILA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS
KELAMIN DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT
RSGMP FKG USU TAHUN 2013-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH : Fawzia Rachmi NIM: 120600147
Pembimbing:
Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(55)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2016
Fawzia Rachmi
Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014.
xi + 36 halaman
Eksodonsia merupakan cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan pencabutan gigi dari soket di dalam tulang. Pencabutan gigi yang ideal didefinisikan sebagai pencabutan seluruh bagian gigi atau akar gigi tanpa rasa sakit dengan trauma yang minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga luka bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Meskipun banyak perkembangan berbagai tindakan pencegahan dan konservatif dalam kedokteran gigi, pencabutan gigi masih menjadi salah satu prosedur yang umum dilakukan dalam praktik sehari-hari. Tindakan pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir apabila gigi pasien sudah rusak dan tidak dapat dirawat lagi. Banyak diantara kalangan masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya mempertahankan gigi didalam rongga mulut, namun tidak sedikit juga yang masih belum mengerti dan cenderung untuk mencabut gigi yang rusak daripada merawat gigi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif. Data didapatkan melalui data sekunder, yaitu rekam medik pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari tahun 2013-2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dimulai dari Januari 2013 hingga Desember 2014. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan
(56)
kepustakaan yang ada disertai dengan perhitungan berupa persentase. Persentase
pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014 adalah 11,94%. Prevalensi tertinggi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 44-53 tahun dengan persentase sebesar 25%. Sedangkan prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dengan persentase 58,3%.
(57)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 14 Maret 2016
Pembimbing: Tanda tangan
1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM .………. NIP. 19530401 198003 1 006
(58)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 14 Maret 2016
TIM PENGUJI
KETUA : Isnandar, drg., Sp. BM
ANGGOTA : 1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp. BM 2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes
(59)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Ir. H. Zahrul Fuadi T, PE dan Ibunda Hj. Andian, SKM atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.
2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi tanpa jemu selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang sangat banyak memberikan bantuan.
6. Adik satu-satunya yang senantiasa mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis, Raisha Fathima.
7. Teman-teman semasa perkuliahan dan tidak lupa teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi di Dept. Bedah Mulut dan Maksilofasial. Semoga semuanya sukses dalam menyiapkan skripsi.
8. Sahabat-sahabat tersayang, Miana, Nurul, Windy, dan teman-teman akrab yang selalu mendukung dan mendoakan meskipun kita semua terhalang jarak.
(60)
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.
Medan, 14 Maret 2016
Penulis,
(Fawzia Rachmi) NIM: 120600147
(61)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...………...
HALAMAN JUDUL...………... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN TIM PENGUJI... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang……….... 1
1.2 Rumusan Masalah………... 3
1.3 Tujuan Penelitian……….... 3
1.4 Manfaat Penelitian………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Definisi Pencabutan...……….... 5
2.2 Anatomi Gigi Anterior Maksila...………. 6
2.2.1 Insisivus Sentralis…..………... 6
2.2.2 Insisivus Lateralis……..……….... 6
2.2.3 Kaninus Maksila...…………..……….. 6
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan...…..… 7
2.3.1 Indikasi Pencabutan...……….. 7
2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan... 10
2.3.2.1 Kontraindikasi Relatif... 10
2.3.2.2 Kontraindikasi Absolute... 14
2.4 Teknik Anastesi Gigi Anterior Maksila... 15
2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila... 16
2.5.1 Pencabutan Gigi Insisivus Maksila... 16
2.5.2 Pencabutan Gigi Kaninus Maksila... 17
2.6 Komplikasi Pencabutan... 17
(62)
2.6.2 Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris... 18
2.6.3 Perdarahan yang Berlebihan... 18
2.6.4 Rasa Sakit pada Jaringan Keras... 18
2.6.5 Pembengkakan Pasca Operasi... 18
2.7 Kerangka Teori... 19
2.8 Kerangka Konsep... 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 21
3.1 Jenis Penelitian………...……. 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….… 21
3.3.1 Populasi... 21
3.3.2 Sampel... 21
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... 23
3.4.1 Kriteria Inklusi... 23
3.4.2 Kriteria Eksklusi... 23
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………... 23
3.6 Metode Pengumpulan Data………... 24
3.7 Alat Penelitian... 24
3.8 Pengolahan Data………... 24
3.9 Analisa Data………. 24
3.10 Ethical Clearance... 24
3.11 Alur Penelitian... 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 27
4.1 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Anterior Maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 27
4.2 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 28
4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 30
BAB 5 PEMBAHASAN... 32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 34
6.1 Kesimpulan... 34
6.2 Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA
(63)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
Tahun 2013-2014... 27 2 Persentase pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... ... 28 3 Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... 29 4 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... 29 5 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior
maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen
Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014... 30 6 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdsarkan
jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG
(64)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Biaya Penelitian 3. Jadwal Kegiatan
4. Tabel SPSS
5. Tabel Data Mentah
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Ir. H. Zahrul Fuadi T, PE dan Ibunda Hj. Andian, SKM atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis hingga saat ini.
2. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi tanpa jemu selama proses penyusunan skripsi sampai dengan selesai.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang sangat banyak memberikan bantuan.
6. Adik satu-satunya yang senantiasa mendukung dan memberikan kasih sayang kepada penulis, Raisha Fathima.
7. Teman-teman semasa perkuliahan dan tidak lupa teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi di Dept. Bedah Mulut dan Maksilofasial. Semoga semuanya sukses dalam menyiapkan skripsi.
8. Sahabat-sahabat tersayang, Miana, Nurul, Windy, dan teman-teman akrab yang selalu mendukung dan mendoakan meskipun kita semua terhalang jarak.
(2)
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.
Medan, 14 Maret 2016
Penulis,
(Fawzia Rachmi) NIM: 120600147
(3)
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK...………...
HALAMAN JUDUL...………... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN TIM PENGUJI... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang……….... 1
1.2 Rumusan Masalah………... 3
1.3 Tujuan Penelitian……….... 3
1.4 Manfaat Penelitian………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Definisi Pencabutan...……….... 5
2.2 Anatomi Gigi Anterior Maksila...………. 6
2.2.1 Insisivus Sentralis…..………... 6
2.2.2 Insisivus Lateralis……..……….... 6
2.2.3 Kaninus Maksila...…………..……….. 6
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan...…..… 7
2.3.1 Indikasi Pencabutan...……….. 7
2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan... 10
2.3.2.1 Kontraindikasi Relatif... 10
2.3.2.2 Kontraindikasi Absolute... 14
2.4 Teknik Anastesi Gigi Anterior Maksila... 15
2.5 Teknik Pencabutan Gigi Anterior Maksila... 16
2.5.1 Pencabutan Gigi Insisivus Maksila... 16
2.5.2 Pencabutan Gigi Kaninus Maksila... 17
2.6 Komplikasi Pencabutan... 17
(4)
2.6.2 Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus Maksilaris... 18
2.6.3 Perdarahan yang Berlebihan... 18
2.6.4 Rasa Sakit pada Jaringan Keras... 18
2.6.5 Pembengkakan Pasca Operasi... 18
2.7 Kerangka Teori... 19
2.8 Kerangka Konsep... 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 21
3.1 Jenis Penelitian………...……. 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….… 21
3.3.1 Populasi... 21
3.3.2 Sampel... 21
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi... 23
3.4.1 Kriteria Inklusi... 23
3.4.2 Kriteria Eksklusi... 23
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…………... 23
3.6 Metode Pengumpulan Data………... 24
3.7 Alat Penelitian... 24
3.8 Pengolahan Data………... 24
3.9 Analisa Data………. 24
3.10 Ethical Clearance... 24
3.11 Alur Penelitian... 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 27
4.1 Jumlah Pasien yang Melakukan Pencabutan Gigi Anterior Maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 27
4.2 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 28
4.3 Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014... 30
BAB 5 PEMBAHASAN... 32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 34
6.1 Kesimpulan... 34
6.2 Saran... 34 DAFTAR PUSTAKA
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
Tahun 2013-2014... 27 2 Persentase pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... ... 28 3 Jumlah kasus pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... 29 4 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan
umur di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU
tahun 2013-2014... 29 5 Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior
maksila berdasarkan jenis kelamin di Departemen
Bedah Mulut RSGMP FKG USU tahun 2013-2014... 30 6 Prevalensi pencabutan gigi anterior maksila berdsarkan
jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Anggaran Biaya Penelitian 3. Jadwal Kegiatan
4. Tabel SPSS
5. Tabel Data Mentah