Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Efektifitas
2.1.1. Efektifitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu
berkaitan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yangsesungguhnya dicapai.
Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (point of view) dan dapat
dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang eratdengan efisiensi. Seperti
yang dikemukakan oleh H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S.
(1994:16) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mahmudi dalam bukunya "Manajemen Kinerja Sektor Publik "
mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output terhadap pencapaian
tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan,
maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92).
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal balik
antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka satu program
atau kegiatan akan semakin efektif.
Georgopolous dan Tannembaum (1985:50), mengemukakan: “Efektivitas

ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus

13

Universitas Sumatera Utara

mempertimbangkan

bukan saja sasaran

organisasi

tetapi

juga

mekanisme

mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas
harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan”.

Menurut Steers (dalam Halim, 2004:166) efektivitas adalah “seberapa jauh
organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai”. Efektivitas harus dinilai atas
tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum.
Sementara itu menurut The Liang Gie (dalam Halm, 2004:167) berpendapat bahwa
efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yangdikehendaki kalau
seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksudtertentu dan memang
dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau
mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya.
Pendapat lain mengenai efektivitas menurut Robin (dalam Hermaya, 2004:7)
adalah efektivitas sering digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar
yaitu aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai sasaran.
Efektivitas menurut Gibson (1996:25) adalah pencapaian sasaran yang telah
disepakati atau usaha bersama. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam
bukunya

Transformasi Pelayanan

kemampuan

melaksanakan


tugas,

Publik
fungsi

mendefinisikan
(operasi

Efektivitas

kegiatan

program

adalah
atau

misi)daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109).

Efektivitas merupakan keadaan yang berpengaruh terhadap suatu hal
yang berkesan, kemanjuran, keberhasilan usaha, tindakan ataupun hal yang

Universitas Sumatera Utara

berlakunya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Supriyono dalam bukunya Sistem
Pengendalian

Manajemen

mendefinisikan

pengertian

efektivitas

merupakan

hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti
dicapai, semakin besar konstribusi dari keluaran yang dihasilkan terhadap nilai

pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut
(Supriyono,2000:29). Dengan demikian efektivitas merupakan suatu tindakan yang
mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki
danmenekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.
Dari

beberapa

pendapat

di

atas

mengenai

efektivitas,

dapat


disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang
manatarget tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa Efektivitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu)
telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makintinggi
efektivitasnya.
2.1.2. Ukuran Efektifitas
Mengukur efektivitas bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena
efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang
menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka
seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas
dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan

Universitas Sumatera Utara

membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah
diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan
tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,
maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai

pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian
(1978:77), yaitu:
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya dalam
pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan dapat tercapai.
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah “pada
jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaransasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian
tujuan.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitandengan tujuan
yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkanartinya kebijakan harus
mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa
yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan
dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para
pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

Universitas Sumatera Utara

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi

adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan saranadan prasarana yang
tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka tidak akan mencapai
sasarannya.
h. Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas, ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani danLubis (1987:55), yakni:
a. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitasdari input.
Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan untuk memperoleh sumber
daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Pendekatan proses ( process approach) adalah untuk melihat sejauh mana
efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal.
c. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan
rencana.
Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5 (lima)
kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:
1. Produktivitas
2. Kemampuan adaptasi kerja
3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

Universitas Sumatera Utara

5. Pencarian sumber daya
Sehubungan

dengan

hal

tersebut

di

atas,

maka

pengukuran


merupakan penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Bila sasaran atau tujuan
telahtercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi,
apabila suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan,maka tidak efektif.

2.2. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu proses mendidik baik secara individu mauapun
masyarakat yang bertujuan agar mereka mampu memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang sedang mereka dihadapi. Pendidikan bukan merupakan satu-satunya
cara dalam merubah perilaku, tetapi pendidikan memiliki peranan yang cukup penting
dalam perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004)
Green (2005) mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap
dari sesesorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas
yang mendukung terjadinya perilaku.


Universitas Sumatera Utara

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang
untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturanperaturan, surat keputusan.

2.3. Media Promosi Kesehatan
2.3.1. Pengertian Media Promosi Kesehatan
Media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu yang
dipakai untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, bertujuan untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi
(Depkes, 2008). Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui
media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga
sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi
perilaku yang positif.
2.3.2. Jenis Media Promosi Kesehatan
Menurut Depkes (2004), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok
besar:
a.

Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya
tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain :

Universitas Sumatera Utara

-

Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain
sebagainya.

-

Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dan lain-lain.

-

Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya unstuk diperdagangkan seperti
oralit, dan lain-lain.

b.

Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.

c.

Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan lainlain
1.

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat
pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter.
Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan
banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk
mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau

Universitas Sumatera Utara

satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
2.

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
pencegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

3. Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk
topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang
dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa
hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga
kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu
mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun
psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.

Universitas Sumatera Utara

Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang
informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan
instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.
4. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.
5. Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album
dan dokumentasi lepasan
6. Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide
cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali,
dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak
sekolah, karena alat ini lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet.
7. Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan
pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok
besar, dan kolosal.
2.3.3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah (Sadirman,2006):
a. Bermaksud mendemonstrasikannya
b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut
c. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret
d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang biasa dilakukan
Berdasarkan uraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi
dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat
memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Connel yang dikutip oleh Sadirman (2006), mengatakan bahwa jika media itu sesuai
pakailah, “If the medium fits, Use it”. Hal yang menjadi pertanyaan disini adalah apa
ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
misalnya adalah tujuan yang ingin dicapai, karakteristik sasaran, jenis rangsangan
yang diinginkan, keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor tersebut akhirnya diterjemahkan dalam
keputusan pemilihan.

2.4 . Perilaku
2.4.1. Definisi Perilaku
Secara biologis, perilaku menurut Notoatmodjo (2006) adalah suatu kegiatan
atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Dari segi biologis
makhluk hidup mulai dari binatang sampai manusia, mempunyai aktifitas masing
masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai kegiatan yang sangat
luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara,
bekerja, menulis, membaca, berpikir, dan seterusnya.
Aktifitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yakni:
a. Akivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya: berjalan,
bernyanyi, tertawa dan sebagainya.
b. Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berpikir,
berfantasi, bersikap dan sebagainya

Universitas Sumatera Utara

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati
bahkan dapat dipelajari. Sementara itu, Ensikiopedia Amerika mengartikan perilaku
sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Seorang ahli psikologi Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Skinner juga menyatakan faktor-faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui melalui proses:
Stimulus→Organisme→Respons, sehingga teori Skiner ini disebut teori “ S-O-R “
(stimulus–organisme–respons).
Teori Skiner menjelaskan, ada dua jenis respon, yaitu :
a. Responden respon atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan
respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup dan
sebagainya.
b. Operan respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang
yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi
untuk memperkuat respons.
Berdasarkan teori “S–O–R” tersebut maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
a. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang, respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unubservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah
pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable
behavior” (Notoatmodjo, 2007).
2.4.2. Ilmu-ilmu Dasar Perilaku
Pada uraian–uraian sebelumnya disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di
dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni : stimulus merupakan faktor dari

Universitas Sumatera Utara

luar diri seseorang tersebut (factor eksternal), dan respons merupakan faktor dari
dalam diri orang yang bersangkutan/factor internal (Notoatmodjo, 2007). Faktor
eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non
fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada, faktor eksternal yang
paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan
budaya dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang
menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah: perhatian,
pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Faktor sosial merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara
lain, struktur sosial, pranata-pranata sosial dan permasalahan-permasalahan sosial
yang lain. Ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini adalah sosiologi. Faktor
budaya sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain:
nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat, tradisi dan sebagainya.
Ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini adalah antropologi. Sedangkan faktorfaktor internal yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seperti perhatian, motivasi,
persepsi, inteligensi, fantasi dan sebagiannya dicakup oleh psikologi.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu perilaku dibentuk atau dikembangkan dari 3
cabang ilmu yaitu, psikologi, sosiologi dan antropologi sehingga dalam ilmu perilaku
terdapat konotasi atau pengertian jamak “ilmu- ilmu perilaku” atau “behavioral
sciences (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Domain Perilaku
Perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan seseorang yang
merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Perilaku seseorang
sangat kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2010).
Benyamin Blomm (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan
adanya 3 area wilayah, ranah atau domain perilaku ini yakni kognitif (cognitive),
afektif (affective) dan psikomotor (chompsyotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di
Indonesia, ke tiga domain diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif) dan
karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa dan peri tindak (Notoatmodjo, 2007).
Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom
ini dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tiga tingkat
ranah perilaku sebagai berikut: Pengetahuan, Sikap dan Tindakan. Namun dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang Pengetahuan dan Sikap.
2.4.4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dalam ranah Pengetahuan, ada enam tingkatan Pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

Universitas Sumatera Utara

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan

secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui,

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis) , merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthetis), adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari

formulasi-formulasi

yang

ada.

Misalnya,

dapat

menyusun,

dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Dalam
penelitian ini, pengetahuan akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner dengan
bentuk pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang
benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.
2.4.5. Sikap
Sikap menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang
berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek,
ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong
atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan
apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang
disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan
apa yang harus dihindari.(Notoatmodjo, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
a. Menerima (Receiving), dapat diartikan bahwa seseorang atau subjek mau
memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.
b. Menanggapi (Responding), diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai (Valuing), diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung Jawab (Responsible), Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah
bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.

2.5. Remaja
2.5.1. Pengertian Remaja
Pada umumnya remaja didefenisikan sebagai individu yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk

Universitas Sumatera Utara

mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi
kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun.
Menurut BKKBN, remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan
pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah
mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan
sperma (Hurlock, 2009 ; Proverawati & Misaroh, 2009).
2.5.2. Tumbuh Kembang Remaja
Tumbuh kembang remaja adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan
perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja merupakan
proses atau tahap perubahan/transisi dari masa kanak – kanak menjadi dewasa yang
ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Perubahan tersebut meliputi.
1.

Pubertas
Masa puber merupakan masa seseorang mengalami perubahan fisik dan

psikis. Masa puber ditandai dengan kematangan organ – organ reproduksi primer
(sperma, ovum) maupun sekunder (kumis, rambut, payudara dan lain lain). Mengenai
masa puber berkisar antara umur 13 – 14 tahun pada laki laki dan 11 – 12 tahun pada
perempuan, pubertas perempuan lebih cepat dari pada laki – laki, dan pubertas
berakhir pada umur 17 – 18 tahun. Mengenai batas umur ini tidak mutlak karena
kondisi tubuh masing – masing berbeda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

antara lain gizi makanan, lingkungan keluarga, dan lain lain. Hal ini berpengaruh
pada perasaan dan emosi remaja (perubahan psikologisnya).
2. Perubahan fisik pada perempuan
Pertumbuhan pada perempuan ada hormon estrogen dan progesterone
berperan aktif dan menimbulakn perubahan fisik, tumbuh payudara, pinggul mulai
melebar dan membesar, tumbuh bulu – bulu halus disekitar ketiak dan vagina,
mengalami haid atau menstruasi.
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Menstruasi dimulai saat
pubertas berhenti sesaat waktu hamil dan menyusui dan berakhir saat menopause,
terjadi pada umur sekitar 45 – 50 tahun. Menstruasi mulai terjadi setelah buah dada
mulai membesar, tumbuh rambut disekitar alat vital dan vagina mengeluarkan cairan
keputih – putihan.
Perempuan mengalami menstruasi kira – kira umur 9 tahun paling lambat kira
– kira umur 16 tahun. Menstruasi akan terus berlangsung setiap bulan selama sel telur
matang dan tidak dibuahi sperma. Siklus menstruasi sekitar 25 – 32 hari tetapi ada
yang kurang maupun lebih dari proses yang normal. Siklus ini tidak selalu sama
karena ditentukan beberapa faktor antara lain gizi, stres, kelelahan, usia, dan pada
masa remaja biasanya mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur,
karena hormone seksualnya belum stabil.

Universitas Sumatera Utara

3. Perubahan fisik pada laki- laki
Pertumbuhan pada laki – laki, ada hormon testoteron yang akan membantu
tumbuhnya bulu – bulu halus di sekitar ketiak, kemaluan, wajah, (jenggot dan kumis),
terjadi perubahan suara pada laki –laki, tumbuhnya jerawat, dan dimulai reproduksi
sperma yang pada waktu tertentu keluar mimpi basah. Pada saat laki – laki mimpi
basah secara ilmiah sperma akan keluar saat tidur saat mimpi tentang seks.
4. Perubahan Psikologis pada Perempuan dan Laki – laki
a. Perubahan kebutuhan, konflik nilai pada keluarga dengan lingkungan dan
perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif.
b. Remaja sering bersikap irasional mudah tersinggung, stress.
c. Ciri – ciri tingkah laku remaja yang sedang puber :
(1) Mulai meninggalkan ketergantungan pada keluarga dan kenangan masa kecil.
(2) Butuh diterima kelompoknya.
(3) Mulai banyak menghabiskan waktunya dengan teman – teman sebaya.
(4) Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda antara keluarganya
dengan lingkungan sekitar (tentang moral, seksualitas dll).
(5) Mulai menghadapi konflik dan memutuskan apa saja norma yang harus
diambil dari lingkungan sekitar serta berapa banyak ajaran orang tuanya yang
dia tolak.
(6) Mulai muncul kebutuhan akan privasi.
(7) Mulai muncul kebutuhan keintiman dan eksrpresi erotik.
(8) Mulai memperhatikan penampilannya.

Universitas Sumatera Utara

(9) Tertarik pada lawan Janis.
(10) Ingin menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.

2.6. Narkoba
2.6.1. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan
cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian narkoba menurut pakar kesehatan adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang
telah diluar batas dosis. (Kurniawan, 2008)
2.6.2 Jenis-jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam 3 jenis , yaitu :
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika
adalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya
dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan,
hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalankhayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis
bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang
pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :


Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan.
Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.



Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan
betametadol.



Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya.

2. Psikotropika
Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.
Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabushabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
Menurut WHO 1992, Zat psikotropika yang sering disalahgunakan adalah :
1. Alkohol : Semua minuman beralkohol yang mengandung etanol (Etil alkohol).
2. Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu.
3. Kanabinoida : Ganja, hashish.
4. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.

Universitas Sumatera Utara

Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :
1. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh:
MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin,
dan metakualon.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan
fleenitrazepam.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam dan
diazepam.
3.

Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang

dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
1. Rokok
2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan.
3. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin
yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008). Demikianlah jenis-jenis
narkoba, untuk selanjutnya faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkotika.

Universitas Sumatera Utara

2.6.3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor,
yaitu :
1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan
penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja
yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang
pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan obat-obat
terlarang ini. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih
besar untuk menjadi penyalahguna narkoba.
2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak
menjadi penyalahgunaan obat terlarang. Namun, makin banyak faktor-faktor diatas,
semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahgunaan narkoba.
Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak
selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan
narkoba. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga
yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi penyalahgunaan narkoba.

Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Tanda Gejala Dini Korban Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Ami Siamsidar Budiman (2006 : 57–59) tanda awal atau gejala dini
dari seseorang yang menjadi korban kecanduan narkoba antara lain :
1. Tanda-tanda fisik Penyalahgunaan Narkoba
Kesehatan fisik dan penampilan diri menurun dan suhu badan tidak
beraturan,

jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh),

mengantuk, agresif, nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin,
nafas lambat/berhenti, mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa
sakit

diseluruh

tubuh,

takut

air sehingga

malas

mandi,kejang,

kesadaran

menurun, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan,
gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh
lain (pada pengguna dengan jarum suntik)
2. Tanda-tanda Penyalahgunaan Narkoba ketika di rumah
Sikap membangkang terhadap teguran orang tua, tidak mau mempedulikan
peraturan keluarga, mulai melupakan tanggung jawab rutin di rumah, malas
mengurus diri, sering tertidur dan mudah marah, sering berbohong, banyak
menghindar pertemuan dengan anggota keluarga lainnya karena takut ketahuan
bahwa ia adalah pecandu, bersikap kasar terhadap anggota keluarga lainnya
dibandingkan dengan sebelumnya, pola tidur berubah, menghabiskan uang
tabungannya dan selalu kehabisan uang, sering mencuri uang dan barang-barang
berharga di rumah, sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan
berbagai alasan, berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya, sering

Universitas Sumatera Utara

pulang lewat jam malam dan menginap di rumah teman, sering pergi ke disko, mall
atau pesta, bila ditanya sikapnya defensive atau penuh kebencian, sekali-sekali
dijumpai dalam keadaan mabuk.
3. Tanda-tanda Penyalahgunaan Narkoba di sekolah
Prestasi belajar di sekolah tiba-tiba menurun mencolok, perhatian terhadap
lingkungan tidak ada, sering kelihatan mengantuk di sekolah, sering keluar dari kelas
pada waktu jam pelajaran dengan alasan ke kamar mandi, sering terlambat masuk
kelas setelah jam istirahat; mudah tersinggung dan mudah marah di sekolah, sering
berbohong, meninggalkan hobi-hobinya yang terdahulu (misalnya kegiatan
ekstrakurikuler dan olahraga yang dahulu digemarinya), mengeluh karena
menganggap keluarga di rumah tidak memberikan dirinya kebebasan, mulai sering
berkumpul dengan anak-anak yang “tidak beres” di sekolah.
2.6.5. Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Penggunaan

narkoba

dapat

menyebabkan

efek

negatif

yang

akan

menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan terganggunya
sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem
neuro-transmitter akan mengakibatkan tergangunya fungsi kognitif (alam pikiran),
afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.
Berbagai upaya untuk mengatasi berkembangnya pecandu narkoba telah
dilakukan, namun terbentur pada lemahnya hukum. Beberapa bukti lemahnya hukum
terhadap narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi pengedar dan pecandu, bahkan
minuman beralkohol di atas 40 persen (minol 40 persen) banyak diberi kemudahan

Universitas Sumatera Utara

oleh pemerintah. Sebagai perbandingan, di Malaysia jika kedapatan pengedar atau
pecandu membawa dadah 5 gr ke atas maka orang tersebut akan dihukum mati.
2.6.6. Langkah-langkah Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Semboyan inipun dapat kita
terapkan untuk penyalahgunaan Narkoba. Pencegahan tersebut dapat kita mulai dari
keluarga kita sendiri, pada anak-anak kita sendiri, karena mereka merupakan generasi
penerus bangsa.Sebenarnya tidak terlalu rumit mencegah penyalahgunaan Narkoba,
asalkan kita tahu langkah-langkah yang harus kita lakukan. Ada 7 langkah
pencegahan untuk menghindarkan seseorang dari pemakaian dan penyalahgunaan
Narkoba, yaitu :
1. Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini
Menanamkan pemahaman akan perilaku hidup sehat harus sudah kita mulai
sedini mungkin, sejak anak-anak masih kecil. Segala yang kita tanamkan pada anakanak sedari kecil, akan mereka ingat terus sampai mereka dewasa. Perilaku hidup
sehat, seperti pentingnya asupan makanan yang bergizi untuk menghindari tubuh dari
racun-racun, pentingnya menjaga kesehatan tubuh, menyayangi tubuh dengan tidak
mengkonsumsi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Hal-hal tersebut apabila
ditanamkan pada anak-anak kita, maka mereka akan semakin peduli akan kesehatan
tubuh mereka. Sementara itu, orang tua sendiri juga harus menjadi contoh dengan
menerapkan kebiasaan hidup sehat, seperti tidak merokok, tidak minum minuman
keras dan tidak memakai narkoba.

Universitas Sumatera Utara

2. Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita
Sebagai orangtua, kita harus menjelaskan kepada anak-anak sedini mungkin
tentang adanya racun di sekeliling kita, dan bahaya racun tersebut bagi tubuh kita.
Seperti racun pada tumbuh-tumbuhan seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang
beracun, racun pada gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang
berbisa, juga racun yang secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh manusia,
seperti polusi asap dari knalpot mobil, asap dan limbah beracun dari pabrik-pabrik,
asap rokok, dll. Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam menyelamatkan anakanak dari penggunaan zat-zat berbahaya.
Mendidik meraka untuk menyadari bahwa zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh
kita ada di sekitar kita dan setiap zat yang membahayakan kesehatan kita harus
dijauhi atau dihindari atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan
berhadapan dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman
terdekatnya), maka kita harapkan mereka akan menolak untuk mengkonsumsi
narkoba, zat yang asing yang dapat membahayakan kesehatan dan hidupnya. Oleh
sebab itu informasi mengenai racun di sekeliling kita termasuk tentang narkoba, harus
diberikan kepada mereka sedetail dan sejelas mungkin.
3. Memberikan informasi yang akurat dan jelas
Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap
jenis narkoba merupakan kewajiban bila kita ingin membentengi/menyelematkan
anak-anak kita (atau pun orang lainnya) dari bahaya narkoba. Tanpa informasi yang
akurat dan jelas, seorang anak belum tentu menyadari narkoba yang ditawari

Universitas Sumatera Utara

temannya itu berbahaya bagi kehidupannya. Tetapi bila ia mendapat informasi yang
akurat dan jelas mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Seharusnya
pemberian informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah
sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak. Informasi
mengenai jenis-jenis narkoba. Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi
organ-organ tubuh kita serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki,
menggunakan atau mengedarkan narkoba; Penyakit yang dapat diderita sebagai
akibat

pemakaian

narkoba

(infeksi

klep

kanan

jantung,

kerusakan

hati

atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)
4. Bekerjasama dengan tempat pendidikan
Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas di mana anak-anak kita
menuntut ilmu, untuk merancang program pemantauan, pencegahan, dan juga
program penanggulangan narkoba secara holistic yang spesifik dengan pusat-pusat
pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda sedikit saja dari satu sekolah ke
sekolah yang lainnya). Kerjasama yang baik dan melibatkan setiap sendi dalam
kehidupan di sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru, guru bimbingan
konseling, OSIS, Satpam/security,penjaga kantin, dan karyawan lainnya di
lingkungan sekolah/kampus.
5. Tanggap lingkungan
Orang tua harus tanggap lingkungan di rumah mereka sendri, di mana anakanak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-perubahan kecil
dari perilaku sang anak. Perubahan-perubahan masa puber dan peralihan anak

Universitas Sumatera Utara

menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, tidak sama dengan perubahan perilaku
seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau yang sudah kecanduan
narkoba.
6. Bekerjasama dengan lingkungan rumah
Kerjasama dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan rumah kita seperti
dengan ketua RT, RW, dsb, terutama dengan tetangga yang mempunyai anak seusia
atau yang lebih tua dari anak kita, akan selalu mendatangkan kenyamanan dan
keamanan bagi kita. Kita dapat membuat sistem pemantauan keamanan bersama
tetangga lainnya yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum
dan memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunkan narkoba.
Bila sistem yang dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin gejala-gejala
penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi
dengan baik.
7. Hubungan interpersonal yang baik
Membina dan menjaga hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan
dan juga dengan anak-anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal
pemakaian narkoba pada anak-anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua
akan membuat anak merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan
mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.
Bila orang tua tidak akur, sering bertengkar, maka itu akan mempengaruhi
sang anak secara psikologis. Kegalauan ini akan menyebabkan si anak mencari
kenyamanan di luar ruah dengan bergabung bersama anak-anak lain, sehingga

Universitas Sumatera Utara

akhirnya memungkinkan anak untuk mencoba narkoba dengan berbagai macam
alasan yang dicarinya sendiri. Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa bodoh
terhadap hidupnya, untuk mengatasi kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang
timbul dari melihat orang tua mereka yang selalu bertengkar.

2.7. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan Teori S – O – R (Skiner , 1938) sebagai Landasan
Teorinya. Landasan teori yang digunakan adalah model S – O – R

(Stimulus,

Organism, Respon) atau selanjutnya peneliti akan menyebutnya SOR. Pada model
SOR ini, manusia menjadi objek materialnya memiliki jiwa yang mencakup
komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut
model ini, organism akan menghasilkan perilakutertentu bila ada kondisi stimulus
tertentu pula, dan efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antar pesan
dan reaksi komunikan.
Adapun asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek
yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory
atau S – R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi
– reaksi. Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,
symbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu. Pola SOR ini dapat berlangsung secara positif ataupun negative,
misalnya jika seseorang tersenyum, maka akan dibalas dengan senyum bila respon

Universitas Sumatera Utara

positif, namun bila respon negative maka akan dibalas dengan memalingkan muka.
Model ini yang kemudian akan mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu
Hypodermic needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh
berbeda dengan model SOR, dimana media secara langsung dan cepat memiliki efek
yang kuat terhadap komunikan. Jadi unsure dalam model ini adalah Pesan (Stimulus,
S), Komunikan (Organism, O), Efek (Response, R).
Adapun keterkaitan model SOR dengan penelitian ini adalah:
1. Stimulus

yang

dimaksud

dalam

penelitian

ini

adalah

pesan

tentang

penyalahgunaan narkoba yang akan disampaikan dalam bentuk film dan slide
show
2. Organism yang dimaksud adalah siswa-siswi SMAN-1 Peureulak
3. Respon yang dimaksud adalah pengetahuan dan sikap siswa-siswi SMAN-1
Peureulak.

Stimulus

Organisme

Respons
Tertutup
Pengetahuan
Sikap

Respons
Terbuka
Praktik
Tindakan
Gambar 2.1. Landasan Teori

Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Konsep
Intervensi
Penyuluhan Kesehatan
 Media Film
 Media Slide Show

Postest

Pretest
Pengetahuan dan Sikap
Siswa Tentang
Penyalahgunaan Narkoba

Pengetahuan dan Sikap
Siswa Tentang
Penyalahgunaan Narkoba

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Individu, Pengetahuan, Sikap Dan Peran Petugas Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat Di Kecamatan Peureulak Timur Kabupaten Aceh Timur Tahun 2008

2 52 136

Efektivitas Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Perubahan Sikap Dalam Penyuluhan Perikanan Budidaya

0 14 77

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 18

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 16

Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

0 0 18

Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

0 0 12

Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

0 0 3

Efektivitas Penyuluhan Melalui Media Film Dan Slide Show Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dalam Penyalagunaan Napza Di SMUN 1 Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2015

0 0 23

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 2