Hubungan Persepsi Dan Kontrol Orang Tua Dalam Praktik Pemberian Makan Dengan Child Feeding Questionnaire Terhadap Status Nutrisi Anak

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status nutrisi
Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan
manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan
keadaan kesehatan dan kesejahteraan secara umum baik individu
maupun

populasi.

Antropometri

digunakan

untuk

mengukur


dan

memperkirakan kesehatan dan kesintasan individu dan merupakan
refleksi status sosial dan ekonomi suatu populasi. Antropometri telah
digunakan untuk mengukur status nutrisi individu dan populasi, yang pada
akhirnya dapat memprediksi individu atau kelompok mana yang
memerlukan intervensi nutrisi.9 Faktor yang langsung menentukan status
nutrisi adalah asupan makanan, kesehatan dan perawatan terhadap
anak.10
Pengukuran antropometri minimal pada anak umumnya meliputi
pengukuran berat badan (BB), panjang badan (TB), dan lingkar kepala
(dari lahir sampai umur 3 tahun). Berat badan menurut tinggi badan lebih
akurat dalam menetapkan dan mengklasifikasi status gizi pada anak.9

2.2. Pemberian air susu ibu (ASI) dan susu formula
Pemberian ASI atau susu formula pada awal kehidupan merupakan
pilihan yang penting karena bayi sedang dalam masa pertumbuhan yang

6


cepat dan dianjurkan untuk mengajarkan kebiasaan yang sehat.11
Pemberian ASI adalah yang terbaik dalam pemberian makan bayi karena
mempengaruhi perkembangan anatomi dan fisiologis saluran pencernaan,
berbeda dengan pemberian susu formula. Suatu

bukti

menunjukkan

bahwa perbedaan awal dalam pengalaman rasa yang diberikan oleh
payudara dan pemberian susu formula juga mempengaruhi penerimaan
bayi terhadap makanan padat, terutama makanan yang mungkin tidak
mudah diterima, seperti sayuran. Masih dibutuhkan penelitian lain yang
menunjukkan bahwa bayi mampu mengatur asupan kalori dengan
menyesuaikan volume susu yang di konsumsi. Bayi dengan susu formula
lebih pasif dalam proses makan dan memiliki lebih sedikit peluang untuk
mengontrol jumlah susu yang dikonsumsi, sehingga mudah untuk minum
susu berlebih.1

2.3. Pengaruh orangtua secara umum

Orangtua menciptakan lingkungan makan untuk anak mereka sebagai
pengalaman awal dengan makanan dan makan. Orangtua menciptakan
lingkungan untuk anak yang dapat mendorong perkembangan kebiasaan
makan yang sehat atau dapat mendorong terjadinya berat badan berlebih
dan aspek gangguan makan pada anak.12
Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik pemberian makan
adalah persepsi ibu terhadap status nutrisi anak.13 Sebuah studi di
Chicago melaporkan tingginya kejadian kesalahan persepsi ibu terhadap

7

berat badan berlebih pada anak mereka. Ibu dengan tingkat pendidikan
yang rendah lebih sering mengalami kesalahan dalam mengelompokkan
berat badan pada anak mereka.14
Strategi orangtua dan praktik pemberian makan seperti penyediaan
makanan

sebagai

hadiah,


kontrol

makan

yang

berlebihan

dan

pembatasan makanan yang tepat adalah contoh faktor lingkungan yang
dapat dirubah dan harus dinilai kembali agar dapat menjadi dasar yang
lebih baik untuk mencegah obesitas.8 Keluarga adalah suatu lingkungan
sosial utama yang mempengaruhi anak, mungkin dapat mengubah faktor
risiko obesitas pada anak.9 Berdasarkan teori saat ini menyatakan nutrisi
yang baik untuk anak prasekolah adalah tergantung pada penyediaan
makanan dalam rumah tangga, kesehatan lingkungan yang memadai,
perawatan ibu dan anak yang memadai.10
Penelitian di Houston Texas, menunjukkan bahwa makanan yang

disukai oleh anak yang lebih kecil dari 2 tahun terkait dengan makanan
kesukaan ibu. Orangtua beranggapan bahwa mereka mengetahui
makanan mana yang sehat dan pengalaman makan orangtua juga
mempengaruhi asupan makanan anak.3

Sebuah bukti menunjukkan

bahwa pemilihan makanan oleh ibu selama hamil dapat mempengaruhi
penerimaan makanan padat oleh anak di kemudian hari. Berbagai macam
rasa dalam diet ibu muncul dalam cairan amnion. Rasa dan bau akan
berfungsi selama janin hidup, karena janin secara teratur akan menelan
cairan amnion.1

8

Orangtua yang menggunakan disiplin dengan tepat, terkait dengan
konsumsi makan yang sehat, sementara orangtua yang terlalu memaksa
terkait dengan konsumsi makan yang tidak sehat. Nilai-nilai budaya dapat
memberikan pola umum atau awal untuk menuntun keputusan orangtua
dan praktik sosialisasi. Sikap orangtua dalam membesarkan anak

dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan masalah sosial budaya,
sehingga praktik pengasuhan dapat berbeda antar kelompok etnis.4
Anak tidak mau makan karena mereka tidak suka. Pola penerimaan
makanan berkembang pada awal kehidupan dan masa kanak-kanak
adalah masa yang peka terhadap perkembangan makan yang disukai.
Perkembangan makan yang disukai selama masa bayi relatif stabil dan
tercermin pada pemilihan makanan di kemudian hari. Secara umum anak
memilih makan yang paling sering disediakan dan mereka cenderung
memilih makanan yang telah tersedia dirumah.3 Perkembangan makanan
yang disukai cenderung ditentukan dari genetik untuk menyukai

rasa

manis dan asin dan tidak menyukai rasa pahit dan asam. Rasa tambahan
untuk makanan yang spesifik adalah hasil dari pengetahuan. Anak yang
lebih kecil cenderung neophobic terhadap makanan. Pada tahun kedua
kehidupan bertepatan dengan periode penting dari transisi makan
dewasa, ada kecendrungan untuk menghindari makan baru (neophobia).12
Penerimaan makanan yang baru oleh anak dipengaruhi oleh
orangtua, saudara kandung yang tinggal serumah, teman sebaya,

kesempatan makan dalam suasana yang ramah dan respon pujian atau

9

negatif untuk mengkonsumsi makan tertentu. Anak yang menerima makan
hanya dalam jumlah terbatas dan tidak bersedia untuk mencoba makanan
yang tidak dikenal dinamakan neophobic, problem eaters atau picky
eaters.15
Pengaruh orangtua yang menggambarkan saling ketergantungan
antara faktor faktor dan bagaimana dampak konsumsi energi dan status
nutrisi anak (gambar 1). Penelitian lain di Houston Texas menunjukkan
bahwa

isyarat

lingkungan

sangat

berpengaruh


dalam

melibatkan

pengalaman awal makan dengan pengasuh (contohnya orangtua).16 Para
peneliti telah mencoba untuk mengindentifikasi faktor penyebab obesitas
untuk menghentikan atau memperlambat kejadian obesitas di kalangan
remaja.17

Gambar 1. Hubungan antara perilaku makan orangtua, gaya pengasuhan
dan fungsi keluarga dengan status nutrisi17

10

2.4. Keluarga dapat mempengaruhi status nutrisi anak
Praktik pemberian makan yang terlalu mengendalikan secara tidak
sengaja bisa berakibat terhadap kelebihan berat badan anak dengan
mengganggu otonomi anak tentang pemberian makanan dan makan.
Namun, sampai saat ini masih sedikit perhatian yang diberikan, apakah

orangtua melakukan praktik pemberian makan sudah mencerminkan
kebebasan terhadap perilaku makan anak mereka.18 Keluarga dapat
mempengaruhi status nutrisi anak melalui 3 hal:
1. Praktik pemberian makan dan kebiasaan orangtua
Kita lahir dengan kemampuan untuk mengontrol makan berdasarkan
dari isyarat lapar dan kenyang. Anak tumbuh dan mulai mempelajari
kebiasaan dan kultur dari makanan keluarga.19 Cara pemberian makan
oleh orangtua bisa saja mengakibatkan anak kelebihan makan.5 Anak
yang mendapat tekanan untuk makan dalam keluarga mempunyai
indeks massa tubuh yang lebih rendah dan kurang dari pada anak yang
tidak mendapat tekanan dari rumah. Hal ini menunjukkan anak belajar
menentang atau menolak makan setiap waktu atau anak ini selalu
kesulitan dalam pemberian makan dan mereka menunjukkan kebiasaan
yang dapat menimbulkan masalah pada orangtua.20
Praktik pemberian makan oleh orangtua menunjukkan kebiasaan
dari orangtua yang mempengaruhi makan anak. Strategi yang
digunakan oleh orangtua mungkin secara langsung berusaha untuk

11


mengontrol asupan makan anak, seperti mendorong anak untuk makan
banyak atau mengurangi asupan makanan yang tidak sehat.21
2. Gaya pengasuhan
Para peneliti mulai mencari hubungan antara gaya pengasuhan,
asupan nutrisi dan praktik makan. Mereka menemukan bahwa
keseimbangan antara aturan/ kontrol dan tanggung jawab/ kasih
sayang adalah hal yang penting untuk perilaku makan sehat dalam
keluarga.19

Gaya

pengasuhan

yang

positif

dinamakan

gaya


pengasuhan otoritatif. Hal ini terkait dengan hasil yang positif pada
anak,17,22

seperti

hasil

akademik

yang

tinggi,

meningkatnya

kemampuan self regulatory, lebih sering menggunakan strategi
adaptive, lebih sedikit gejala depresi dan lebih sedikit kebiasaan yang
berisiko.22
Ada 4 bagian klasifikasi dari gaya pengasuhan.22
a. Otoritatif

: Menghormati pendapat anak tetapi tetap
mempertahankan batas yang jelas

b. Otoriter

: Disiplin yang ketat

c. Tidak memaksa : Memanjakan tanpa disiplin
d. Lalai

: Tidak emosional dan tidak mempunyai aturan.

Rasa tanggung jawab adalah sejauh mana orangtua memupuk
individualitas, self regulation, pernyataan diri, terhadap anak mereka
dengan menjadi selaras dan mendukung kebutuhan dan tuntutan anak.
Tuntutan adalah sejauh mana orangtua menumbuhkan kontrol diri dan

12

tanggung jawab pada anak mereka melalui pengawasan orangtua,
peraturan, struktur dan upaya disiplin.17
3. Fungsi keluarga
Fungsi anggota keluarga
peran orangtua,

mengelola rutinitas sehari-hari, memenuhi

berkomunikasi, penghubung secara emosional

dengan masing-masing anggota keluarga, menyediakan konteks lain di
mana perilaku orangtua diinterpretasikan oleh anak dan dapat
mempengaruhi perkembangan anak dan perilaku. Makan bersama
keluarga merupakan bagian dari fungsi keluarga.22
Anak yang makan bersama anggota keluarga mengkonsumsi
makanan yang lebih sehat.3 Asupan energi pada anak terutama sangat
dipengaruhi oleh keluarga. Kendali dari orangtua terhadap asupan diet
merupakan

masalah

yang

banyak

diperdebatkan.

Penelitian

menunjukkan bahwa terlalu banyak kendali dapat membuat anak sulit
beradaptasi, khususnya pada keluarga dengan anak yang berat badan
berlebih.23

2.5. Strategi pemberian makan pada anak
Orangtua menggunakan cara yang berbeda pada anak dengan berat
badan berlebih dan berat badan normal untuk mendorong anak makan.24
Ada beberapa strategi pemberian makan pada anak:

13

1. Menyarankan anak untuk makan
Perduli terhadap makanan yang dimakan oleh anak adalah hal yang
normal untuk orangtua. Dalam beberapa keluarga, menyuruh anak
untuk makan sayuran atau makanan bernutrisi merupakan suatu
tantangan.

Penelitian

menunjukkan

bahwa

ketika

orangtua

menyarankan anak untuk makan, mereka mungkin memakan lebih
banyak makanan dan lebih cepat dari kebutuhan nutrisi yang
sesuai.17,22,19
2. Makanan sebagai penghargaan
Penelitian telah menemukan bahwa, makanan yang digunakan sebagai
hadiah menjadi lebih diinginkan, sedangkan makanan yang dibutuhkan
untuk dikonsumsi menjadi kurang diinginkan, hal ini berlawanan dari
keinginan orangtua.19 Orangtua yang memaksa anak untuk makan dan
menawarkan hadiah cenderung terkait dengan penolakan makan oleh
anak.25
3. Membatasi hak untuk makan
Beberapa peneliti menemukan bahwa ketika orangtua membatasi
akses terhadap makanan tertentu atau mencoba untuk mengontrol
jumlah makanan yang anak makan, anak sebenarnya dapat makan
lebih banyak dari makanan yang tersedia.19
4. Memberi contoh perilaku makan yang sehat
Penting bagi orangtua untuk menyediakan berbagai macam makanan
sehingga anak-anak dapat mengenal selera baru, rasa, tekstur, dan

14

bau. Hal yang biasa untuk anak-anak menjadi ragu-ragu untuk
mencoba hal baru (neophobic). Bagai manapun jika orangtua antusias
untuk mencoba makanan baru, anak anak mungkin akan lebih mau
mencoba dan menikmatinya dengan baik.19

2.6. Penataan waktu makan dalam keluarga
Rutinitas dan ritual dalam keluarga dapat menghubungkan anggota
keluarga, menunjukkan identitas, komunikasi

dan berkaitan dengan

psikologis kesehatan anak, status nutrisi dan diet.26 Pemberian makan
terkait dengan asupan diet. Pengasuhan pemberian makan mempunyai
dampak yang penting untuk pola perkembangan makan anak.16 Ada
beberapa cara penataan waktu makan dalam keluarga:
1. Anak makan di ruang makan, dapur, ruang duduk dan sebagainya
Para peneliti melaporkan bahwa atmosfir yang positif pada saat makan
membuat waktu makan menjadi istimewa. Penataan suasana selama
waktu makan dapat melindungi masa kecil anak untuk mengalami
gangguan perilaku makan. Keluarga yang melakukan komunikasi
secara langsung pada saat makan dan jelas tata cara makan mungkin
memiliki anak dengan sedikit perilaku merusak.25
2. Anak makan waktu menonton televisi
Bererapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa menonton
televisi terkait dengan obesitas masa kanak kanak. Anak yang sering
menonton televisi terkait dengan meningkatnya asupan energi. Dalam

15

rumah tangga, menonton televisi selama makan membuat anak
mengkonsumsi lebih banyak daging, pizza, makanan ringan, soda,
lebih sedikit buah buahan dan sayur sayuran.26 Kebiasaan nonton
televisi dan juga kebiasaan makan umumnya dipelajari dari orangtua.
Pilihan orangtua memilih menonton televisi selama makan terkait
dengan pilihan makanan yang mereka beli.27
3. Orangtua menemani anak makan
Secara umum gaya pengasuhan memberikan penjelasan yang
berbeda dalam perilaku makan, terutama ketika mempertimbangkan
hasil

pada

anak

yang

lebih

kecil,

karena

mereka

banyak

menghabiskan keseluruhan waktu makan dirumah dengan satu atau
kedua orangtua.25
4. Makan bersama keluarga
Sebuah penelitian menemukan frekuensi makan bersama keluarga
berhubungan positif dengan asupan buah buahan, sayur sayuran, bijibijian, makanan kaya kalsium, asupan protein, kalsium, besi, folat,
serat, vitamin A, C, E dan B-6. Dan berhubungan negatif dengan
konsumsi minuman ringan. Namun apakah dampak diet tersebut
menyebabkan berat badan yang sesuai selama masa kanak kanak dan
dewasa masih belum jelas3,28 Hubungan antara dorongan makan dari
ibu dan asupan kalori anak di pengaruhi interaksi langsung ibu anak
sewaktu makan.29

16

5. Anak makan sambil bermain
Waktu makan harus menyenangkan dan berorientasi pada keluarga,
makan bersama anggota keluarga dan berbagi pengalaman. Ketika
waktu makan sangat singkat (kurang dari 10 menit), anak tidak
mempunyai punya cukup waktu untuk makan, khususnya ketika anak
baru mendapat keterampilan makan dan mungkin anak makan makan
lebih lambat. Cara yang lain adalah duduk lebih dari 20 atau 30 menit
sering kali sulit terhadap anak dan waktu makan menjadi musuh
baginya. Ketika waktu makan ditandai dengan gangguan dari televisi,
argumen keluarga, atau kegiatan bersaing, anak menjadi tidak fokus
untuk makan. Pengasuh harus memisahkan waktu makan dari waktu
bermain dan menghindari menggunakan mainan atau televisi untuk
mengalihkan perhatian anak selama waktu makan.30
Intervensi orangtua terhadap anak yang mengalami kesulitan makan :31
1. Secara alami anak

mampu mengatur energi diri dan dapat

mengenali, menanggapi isyarat internal lapar dan isyarat kenyang
2. Isyarat eksternal (misalnya: kontrol orangtua) berpotensi dapat
mengganggu kemampuan alami untuk mengenali dan merespon
isyarat internal
3. Tanggung jawab orangtua terutama terletak dalam menyediakan
makanan bergizi dan
makanan ini

menentukan kapan harus menyediakan

17

4. Anak-anak harus dibiarkan untuk memilih dan berapa banyak
pilihan makanan sehat yang mereka makan
5. Menggunakan makanan sebagai hadiah atau ancaman

yang

mungkin dapat menumbuhkan rasa suka terhadap makanan
tertentu (misalnya, makanan penutup) dengan nilai khusus.

2.7. Child Feeding Questionnaire (CFQ)
Child Feeding Questionnaire (CFQ) dapat digunakan untuk menilai
persepsi pemberian makan pada anak, penerimaan makan oleh anak,
mengkontrol asupan energi dan obesitas.Child Feeding Questionnaire
didisain untuk digunakan pada orangtua yang mempunyai anak dengan
usia sekitar 2 sampai 11 tahun.32
Child Feeding Questionnaire yang terbaru terdiri dari 7 dimensi
pertanyaan yang berbeda, termasuk 4 faktor persepsi orangtua yang
digunakan untuk mengkontrol praktik pemberian makan. Menyadari berat
badan orangtua, menyadari berat badan anak, perhatian orangtua
terhadap berat badan anak dan rasa tanggung jawab orangtua. Tiga faktor
lainnya untuk menilai perilaku kontrol orangtua dan praktik pemberian
makan termasuk mengurangi makan anak, memaksa anak untuk makan
dan pemantauan.32
Child Feeding Questionnaire ini berisi 31 pertanyaan dan menilai
tujuh faktor berikut: rasa tanggung jawab (3 pertanyaan), kesadaran
orangtua atas berat badannya (4 pertanyaan) ,kesadaran orangtua akan

18

berat badan anaknya (6 pertanyaan), perhatian orangtua terhadap berat
badan anaknya (3 pertanyaan), pembatasan makanan (8 pertanyaan),
tekanan untuk makan (4 pertanyaan) dan pemantauan (3 pertanyaan).8

19

2.8. Kerangka Konseptual
Praktik pemberian
makan

-Rasa tanggung jawab
-Menyadari berat badan
orangtua
-Menyadari berat badan anak
-Perhatian terhadap berat
b d
k
Persepsi

Ketersediaan
makanan dalam
rumah tangga

-Restriksi
-Memaksa untuk
Makan
-Monitoring

Kontrol

Penilaian
dengan CFQ

Asupan makanan

Pemeliharaan kesehatan
dan lingkungan yang
sehat

Status kesehatan

Status nutrisi

Obesitas

Overweight

Normal

Gambar 2. Kerangka konseptual

Gizi kurang

Gizi buruk

Yang diteliti

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN NUTRISI TERHADAP STATUS GIZI ANAK TODDLER Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Nutrisi Terhadap Status Gizi Anak Toddler Di Desa Gonilan.

0 0 14

Hubungan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian Makan dan Perilaku Anak dengan Status Gizi Anak Usia 10-12 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Timur 1.

0 0 1

Hubungan perilaku Orang Tua dalam Pemberian Makan dan Perilaku Makan Anak dengan Status Gizi Anak Usia 10-12 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar timur I.

0 0 1

Hubungan Persepsi Dan Kontrol Orang Tua Dalam Praktik Pemberian Makan Dengan Child Feeding Questionnaire Terhadap Status Nutrisi Anak

0 0 13

Hubungan Persepsi Dan Kontrol Orang Tua Dalam Praktik Pemberian Makan Dengan Child Feeding Questionnaire Terhadap Status Nutrisi Anak

0 0 2

Hubungan Persepsi Dan Kontrol Orang Tua Dalam Praktik Pemberian Makan Dengan Child Feeding Questionnaire Terhadap Status Nutrisi Anak

0 0 3

Hubungan Persepsi Dan Kontrol Orang Tua Dalam Praktik Pemberian Makan Dengan Child Feeding Questionnaire Terhadap Status Nutrisi Anak

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 4-5 TAHUN

0 0 6