Tinjauan Hukum Tentang Tanggungjawab Perusahaan Jasa Muatan Dalam Proses Angkutan Barang Melalui Darat (Studi Pada Pt. Komol Transport).

9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasa transportasi saat ini banyak digunakan orang untuk mempelancar
memajukan arus perdagangan di Indonesia, dalam pengangkutan darat terdapat banyak
hambatan maupun resiko yang dihadapi baik saat pemuatan barang, pengiriman barang,
sampai pembongkaran barang di tempat tujuan. Peranan trasportasi dapat juga dilihat
dari segi kehidupan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan barang
dan jasa angkutan.
Dengan menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas dan
angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan
mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat, teratur, lancar
dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (yang selanjutnya
disingkat dengan UULLAJ) mengatur asas dan tujuan pengangkutan.
Transportasi


jalan

sebagai

salah

satu

modal

transportasi

nasional

diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil,
merata, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum, dan
percaya pada diri sendiri.1
Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas
dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, nyaman dan efisien,

mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh aspek pelosok

Universitas Sumatera Utara

10

wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai
pendorong, pengerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat.2
Peranan transportasi

sangat penting dalam penyelanggaraan pengangkutan

barang, khususnya transportasi angkutan jalan raya(darat), peranan pengangkutan
tersebut bersifat mutlak untuk mempelancar arus perdagangan. Dalam objek perjanjian
pengangkutan itu dimulai pada saat diserahkannya barang tersebut kepada pengangkut,
maka penguasaan dan pengawasan atas barang tersebut ditanggung pengangkut.
Namun dalam

penyelenggaraan


pengangkutan barang melalui darat

atau

kendaraan bermotor tidak selamanya didalam penyelenggaraan pengangkutan barang
berjalan lancar, karena ada kalanya dalam penyelenggaraan pengangkutan barang ada
hal tidak direncanakan atau ada resiko, seperti barang rusak, hilang, keterlambatan,
ataupun terjadi keadaan memaksa(force majure) yang dapat membebaskan pengangkut
dari tanggung jawab.
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009, dalam Pasal 28 pengemudi
kendaraan bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh orang atau
pemilik barang atau pihak ketiga yang timbul karena kesalahannya atau kelalaian
pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor, sedangkan dalam Pasal 45 ayat
(1) pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
penumpang,pengirim barang atau pihak ketiga.
Bentuk perlindungan hukum bagi pemilik barang atau pihak ketiga akibat dari
terjadinya resiko dalam perjanjian pengangkutan darat adalah memberikan ganti rugi
yang diberikan oleh pengangkut.


1
2

Pasal 2 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009.
Pasal 3 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

11

Dalam perjanjian pengangkutan tersebut bahwa pihak pengirim barang atau
pihak ketiga disebut juga dengan konsumen, maka pihak pengirim barang atau pihak
pihak ketiga berhak atas perlindungan hukum yaitu tentang perlindungan kosumen, di
indonesia telah diatur mengenai peraturan perundang-undangan yang memberikan
perlindungan terhadap pengguna jasa dalam memanfaatkan atau memakai produk atau
jasa dari produsen

yaitu Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang UULLAJ.

Kepuasan akan pengguna jasa atau kosumen juga diukur dari ketaatan pelaku
usaha angkutan darat dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawab didalam
perjanjian pengangkutan barang apabila terjadi resiko-resiko dalam penyelenggaraan
pengangkutan dengan mengganti rugi kepada pengguna jasa yang merasa haknya
dilanggar sesuai dengan perjanjian dan peraturan Perundang-undangan, dan sepanjang
apabila kesalahan tersebut dari pihak pengangkut.
Adapun penyusunan skripsi ini menitik beratkan pada pengangkutan barang
melalui jalur darat, yang banyak digunakan masyarakat untuk mengangkut barang
dagangannya ke daerah lain. Dalam pelaksanaan pengangkutan barang, hak dan
kewajiban para pihak dapat dijumpai dalam perjanjian Pengangkutan dan harus
dipenuhi oleh masing-masing pihak.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis mengemukakan hal yang
merupakan masalah dalam skripsi ini yakni :
1. Bagaimana tanggung jawab hukum pengangkut dalam menyelenggarakan
pengangkutan barang ?.
2. Bagaimana pembatasan pertanggungjawaban pengangkut dalam pengangkutan
barang tersebut ?
Universitas Sumatera Utara


12

3. Bagaimana pemberian ganti rugi yang diberikan oleh pihak pengangkut dalam hal
pengangkut wanprestasi terhadap perjanjian pengangkutan barang tersebut ?

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah di ajukan maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum pengangkut dalam menyelenggarakan
pengangkutan barang.
2. Untuk

mengetahui

pembatasan

pertanggungjawaban


pengangkut

dalam

pengangkutan barang tersebut.
3. Untuk mengetahui pemberian ganti rugi yang diberikan oleh pihak pengangkut
dalam hal pengangkut wanprestasi terhadap perjanjian pengangkutan barang
tersebut.
2. Manfaat Penulisan
Sedangkan manfaat penulisan ini adalah :
1.

Secara akademis, sebagai kerangka dasar bagi pengambilan langkah-langkah
guna

penyempurnaan

hukum

bagi


perlindungan

terhadap

perjanjian

pengangkutan, dan dapat dijadikan dasar guna pelaksanaan penelitian lebih lanjut.
2.

Secara praktis tulisan ini diharapkan menjadi masukan bagi para instansi terkait
guna mengantisipasi persoalan-persoalan juridis yang berkaitan dengan perjanjian
pengangkutan barang secara khususnya pengangkutan barang melalui darat.

D. Tinjauan Kepustakaan
Pengangkutan adalah merupakan suatu jasa dalam pemindahan barang
ataupun orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mempergunakan alat
angkutan melalui darat, laut maupun udara. Dalam hal pengangkutan barang,
Universitas Sumatera Utara


13

pengangkutan dapat diartikan yaitu memindahkan barang-barang produksi dan barang
perdagangan ke tempat konsumen dan sebaliknya bagi para produsen pengangkutan
memungkinkan mereka memperoleh bahan-bahan yang mereka perlukan untuk
memproduksi barang.
Mengenai defenisi dari pengangkutan secara umum dalam Kitab Undangundang Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengenai pengangkutan
laut yang dinyatakan dalam Pasal 466 Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang
dikatakan bahwa : “Pengangkutan dalam arti bab ini ialah barang siapa yang baik
dengan perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, baik dengan
perjanjian lainnya mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan”.
Kemudian Pasal 521 Kitab Undang-undang Hukum Dagang menyatakan :
“Pengangkutan dalam arti bab ini adalah barang siapa yang baik denganc arter menurut
waktu atau carter menurut perjalanan baik dengan perjanjian lain mengikatkan dirinya
untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau sebagian
melalui laut”.
Menurut Sution Usman Adji, bahwa pengangkutan adalah : “Sebuah
perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu,

sedangkan pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan
pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut”. 3
Sedangkan Purwosutjipto, berpendapat bahwa : “Pengangkutan adalah
perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari

3

Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan di Indonesia , Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2007,

hal. 6.

Universitas Sumatera Utara

14

suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”.4
Adapun sifat perjanjian pengangkutan ini adalah timbal balik, artinya kedua
belah pihak baik pengangkut maupun pengirim masing-masing mempunyai kewajiban

sendiri-sendiri. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang
dan atau orang dari suatu empat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
kewajiban pengirim ialah membayar uang angkutan.
Selanjutnya menurut Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan itu adalah :
“Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lain,
berkewajiban untuk membayar biaya tertentu, pekerjaan pengangkutan itu”. 5
Sebelum pengangkutan dilaksanakan pada umumnya terjadi suatu perjanjian
antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perjanjian
pengangkutan pada pembahasan ini adalah perjanjian pengangkutan darat
dengan menggunakan kendaraan bermotor berupa bus yang pada dasarnya sama
dengan perjanjian pada umumnya. Artinya untuk sahnya suatu perjanjian
haruslah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata
dan Pasal 1338 KUH Perdata tentang mengikatnya suatu perjanjian. Menurut
Pasal 1320 KUH Perdata syarat sahnya suatu perjanjian adalah :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Kemudian Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan :
1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.

4

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia , Jilid 3, Penerbit
Djambatan, Jakarta, 2001, hal. 2.
5
Mr. R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Bagian Pertama Hukum Pengangkutan di
Darat, Penerbit Soeroeng, Jakarta, 2004, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara

15

2. Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak.
3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian disini adalah pihak pengangkut
dengan pengirim barang. Jadi, dapat dikatakan bahwa perjanjian pengangkutan pada
dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya, dimana ketentuan dasarnya seperti
yang telah disebutkan di atas.
Selanjutnya, perjanjian pengangkutan pada umumnya adalah bersifat tidak
tetap atau disebut dengan pelayanan berkala. Artinya dalam melaksanakan perjanjian
pengangkutan tidak terus-menerus. Tetapi hanya kadang kala, kalau pengirim
membutuhkan pengangkutan untuk mengirimkan barang. Perjanjian yang bersifat
pelayanan berkala ini terdapat pada Pasal 1601 KUH Perdata yaitu pada bagian
ketentuan umum.
Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang atau
barang di suatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan menempuh
perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut maupun udara. Dimana
pengangkutan itu berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke
tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai dari barang
tersebut.

E. Metode Penelitian
Skripsi sebagai suatu karya ilmiah yang harus dijabarkan secara tegas dan jelas,
oleh karena itu suatu metode dalam melakukan penelitian ilmiah mutlak diperlukan,
karena

metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, dan memahami

Universitas Sumatera Utara

16

lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Sehingga sebelum memulai penulisan di
perlukan adanya penelitian.6
Penelitian merupakan suatu sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu
hukum, oleh karena itu penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara
sistematik, metodelogi dan konsisten dengan mengadakan analisa dalam penulisan
skripsi ini.
Adapun metodologi penelitian yang dipergunakan dalam pembuatan skripsi ini
adalah dengan menetapkan :
1. Sifat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif dan penelitian
hukum empiris. Langkah pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada
bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan perjanjian pengangkutan barang melalui darat. Selain itu
dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan melalui :
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Dalam metode pengumpulan data melalui library research ini maka penulis
melakukannya dari sumber bacaan yang berhubungan dengan judul pembahsan, baik
dari literatur-literatur ilmiah, majalah maupun Peraturan Perundang-Undangan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)

6

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008,

hal.

14.

Universitas Sumatera Utara

17

Penelitian lapangan ini penulis lakukan dengan mengunjungi langsung objek
penelitian yakni PT. Komol Transport dengan melakukan wawancara dan
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu
data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis
secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya
tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.

F. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengetahuan penulis, penulisan mengenai Tinjauan Hukum
Tentang Tanggungjawab Perusahaan Pengurusan Jasa Muatan Dalam Proses Angkutan
Barang Melalui Darat (Studi pada PT. Komol Transport) belum pernah diteliti.
Demikian juga di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
menurut informasi yang penulis peroleh, tidak ditemukan judul seperti tersebut di atas.
Oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang pertama kali
dilakukan, sehingga keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab akan
di uraikan mengenai pokok-pokok pentingnya saja, adapun uraian bab-bab tersebut
adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara

18

Dalam bab ini di uraiakan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian,
sistematika penulisan dan keaslian penulisan.
BAB II

PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT
Dalam Bab ini penulis membahas mengenai pengangkutan dan pengaturan
hukumnya, perjanjian angkutan barang, hak dari pengurusan jasa muatan dan
pengangkut serta obyek dalam pengangkutan.

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH
PERUSAHAAN JASA MUATAN ANGKUTAN DARAT
Pada bab ini penulis membahas tentang pelaksanaan perjanjian pengangkutan
barang, hak dan kewajiban para pihak dalam ketentuan Undang-undang No.
22 Tahun 2009 serta tanggungjawab pengangkut dalam hal terjadi
kecelakaan.
BAB IV TANGGUNGJAWAB PENGANGKUT DALAM PROSES ANGKUTAN
BARANG MELALUI ANGKUTAN DARAT
Pada bab ini membahas tentang tanggungjawab pengangkut dalam proses
pengangkutan barang, pembatasan pertanggungjawaban pengangkut, serta
pengaturan ganti rugi yang diberikan pihak pengangkut dalam perjanjian
pengangkutan barang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan serta saran yang merupakan masukan
penulis untuk perbaikan bagi pihak pengangkut dan pengguna jasa angkutan
tersebut.

Universitas Sumatera Utara