T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perangkat Desa terhadap Pengambilan Keputusan Terkait Kesehatan Maternal di Desa Binaus, Nusa Tenggara Timur T1 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Binaus Kecamatan
Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Kecamatan Mollo
Tengah 99,69 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :




Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Mollo Utara dan
Kec.Polen



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec.Mollo Selatan



Kec.Kuatnana


Sebelah Timur berbatasan dengan Kec.Oenino dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kec.Mollo Barat dan
Kec.Mollo Utara
Secara astronomis, Kecamatan Mollo Tengah berada

diantara : 90 43 02.46” LS – 90 48’ 51.94” LS, dan 1240 09’
35.69” BT - 1240 24’ 48.75” BT. Dari segi topografi, kondisi
permukaan tanah di Kec.Mollo Tengah terdiri dari bukit-bukit,
padang rumput serta tanah merah. Di Kecamatan Mollo
Tengah terdapat 6 Desa, salah satunya adalah Desa Binaus
dengan ibu kota Sakteo dan memiliki Luas Wilayah 14,76 km2.
Terdapat 3 dusun kecil di Desa Binaus yaitu, Dusun 1:
Aneotob, Dusun 2: Tofle’u, dan Dusun 3: Nishala. Desa
Binaus memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.049 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 528 jiwa dan perempuan
sebanyak 521 jiwa. Dalam Desa Binaus terdapat 252 kepala
keluarga (KK). Banyaknya sarana kesehatan yang ada di
Desa Binaus terdiri dari 1 puskesmas, 1 puskesmas

pembantu, dan 2 posyandu. (Mollo Tengah Dalam Angka
2015, 2015).
22

4.2 Gambaran Umum Partisipan
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan enam orang perangkat
desa dan tiga puluh empat orang kepala keluarga yang selanjutnya
dalam penelitian ini disebut dengan partisipan (P). Adapun
karakteristik partisipan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
4.2.1 dan table 4.2.2
Tabel 4.2.1 Karakteristik Partisipan Wawancara
P1

P2

P3

P4

P5


P6

Inisial

Tn. NT

Tn. YK

Tn. YK

Tn. JM

Tn. BS

Ny. YT

Jenis Kelamin

L


L

L

L

L

P

Usia

53

38

34

22


67

40

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

SMA

SMP


SMK

SMA

SD

SMP

Kepala

Kepala

Kepala

Kepala

Pemuka

Anggota


Desa

Dusun

Dusun

Dusun

Adat

BPD

Timor

Timor

Timor

Rote


Timor

Timor

Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan

Suku

Keterangan Tabel :
P1-P6 : Partisipan 1 (satu) sampai dengan 6 (enam)
P

: Perempuan/Wanita

L

: Laki-laki/Pria


Tabel 4.2.2 Karakteristik Partisipan FGD (Focus Group Discussion)
Jumlah Partisipan
Dusun 1 : Dusun Aneotob

11 P

Dusun 2 : Dusun Tofle’u

15 P

Dusun 3 : Dusun Nishala

8P

23

Total Partisipan

34 P


4.3 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian ini didapatkan delapan tema besar
yang tujuh diantaranya didapat dari analisa hasil wawancara
dan satu lainnya didapat dari analisa hasil FGD yang digabung
dari dua ide pokok besar hasil interprestasi jawaban partisipan.
Delapan tema ini menjawab tujuan umum dan tujuan khusus
penelitian, selain itu juga muncul dalam hasil penelaahan
analisa data sebagai data pendukung yang dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Kesehatan ibu penting untuk perangkat desa Binaus
2. Sumber informasi berasal dari masyarakat Binaus sendiri
3. Sebagian masyarakat patuh terhadap saran dan instruksi
perangkat desa
4. Sanksi sebagai upaya perangkat desa terkait masalah
kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan
5. Karakter individu dan keterbatasan jangkauan sebagai
hambatan dalam meningkatkan akses layanan kesehatan
6. Hambatan yang terjadi diatasi dengan ketegasan dan
inisiatif dari perangkat desa

7. Implementasi program Pemerintah daerah terkait kesehatan
Ibu dan anak
8. Adanya transisi dari peran dukun beranak beralih kepada
peran bidan atau tenaga kesehatan
Kedelapan tema tersebut didapat dari hasil analisis yang
dijabarkan dalam bentuk bagan dan deskripsi hasil bagan pada
masing-masing tema yang disajikan sebagai berikut.

24

4.3.1 Tema 1. Kesehatan ibu penting untuk perangkat desa
Binaus
Kata Kunci

Kategori

Tema

Kesehatan ibu:
- Peduli sekali
- Suatu hal yang penting
- Sesuatu

yang

Suatu hal yang
sangat penting

sangat

penting
Kesehatan ibu:

Memanfaatkan

- Tempat-tempat

yang

fasilitas kesehatan
yang

ditunjuk

disediakan

- Harus ke posyandu

seperti

posyandu

- Harus ke puskesmas

dan puskesmas

Kesehatan ibu:
- Ibu itu kuat
- Sehat

jasmani

dan

rohani
- Tidak

cacat

dalam
Sehat secara fisik,

penyakit
- Mengkonsumsi makanan
yang

mengandung

vitamin dan protein
- Ibu yang sehat, Ibu yang
tidak sakit-sakitan
- Harus
kesehatan

25

menjaga

jasmani dan rohani

Kesehatan
penting
perangkat
Binaus

ibu
untuk
desa

Tema 1: Kesehatan ibu penting untuk perangkat desa Binaus
Kesehatan ibu dianggap sebagai sesuatu hal yang sangat
penting bagi perangkat desa yang berada di desa Binaus.
Ditemukan berbagai ungkapan yang diberikan oleh partisipan
terkait pentingnya kesehatan ibu, sebagai berikut:
“…… ibu itu sesuatu yang sangat penting, sebagai seorang ibu kita
harus menjaga kesehatan dalam rumah tangga, anak-anak dan diri
sendiri.” (P6.4)
“…… kesehatan ibu yang pertama waktu ibu yang melahirkan dan
hamil itu setiap tanggal 18 harus ke posyandu, terus waktu melahirkan
itu harus ke puskesmas atau layanan kesehatan.” (P2.3)
“……beritahu bahwa setiap tanggal 18 itu harus ke posyandu untuk
periksa kehamilan trus pas waktu untuk melahirkan harus ke
puskesmas ditolong oleh perawat.” (P2.14)
“…… jadi kesehatan ibu itu berarti ibu yang sehat dan ibu yang tidak
sakit-sakitan.” (P5.4)

Berdasarkan hasil penelitian semua partisipan telah mengetahui
pentingnya

kesehatan

ibu

dengan

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan yang disediakan di Desa seperti posyandu dan
puskesmas.

26

4.3.2 Tema 2. Sumber informasi berasal dari masyarakat
Binaus sendiri
Kata Kunci
Sumber

Kategori

Tema

informasi

permasalahan

Sumber

kesehatan ibu:
- Pemuda

desa

atau

karang taruna
- Kader posyandu
- Bapak RT, RW, trus

Sumber informasi

informasi

berasal

berasal

dari

masyarakat

masyarakat

Binaus sendiri

Binaus sendiri

masyarakat
- Istri yang adalah Kader

Tema 2: Sumber informasi berasal dari masyarakat Binaus
sendiri
Di

Desa

Binaus

masih

terjadi

masalah-masalah

terkait

kesehatan ibu dan yang menjadi sumber informasi permasalahan
diperoleh dari masyarakat Binaus sendiri. Ditemukan berbagai
ungkapan yang diberikan oleh partisipan terkait sumber informasi
yang diperoleh, sebagai berikut:
“…… ada pemuda desa atau karang taruna terus ada beberapa
komunitas seperti yang saya bilang ada BKBHI ada, kita tidak susah
cari informasi.” (P1.17)
“…… adakalanya yang pertama dari bapak RT, RW, trus masyarakat
sendiri yang ada di RT itu.” (P2.23)
“……itu dari posyandu dengan dia punya kader dong.” (P6.11)

Berdasarkan hasil penelitian semua partisipan sangat dibantu
dengan sumber informasi yang diperoleh dari masyarakat Binaus
sendiri.
27

dari

4.3.3 Tema 3. Sebagian masyarakat patuh terhadap saran dan
instruksi perangkat desa
Kata Kunci

Kategori

Tema

Komunikasi
partisipan dengan
masyarakat:
- Itu

aman,

omong

Komunikasi
saya

apa

sa

berjalan

aman

dan baik

dong ikut
- Berjalan baik

Sebagian

- Baik-baik saja

masyarakat
patuh terhadap

Bentuk

saran

dan

komunikasi

Partisipan

instruksi

partisipan dengan

berkomunikasi

perangkat desa

masyarakat:

dengan

- Monitoring

masyarakat

langsung

ke

rumah-rumah

melalui
tatap

cara
muka

- Bentuk tim

langsung

- Turun kasih tau ke

rumah-rumah

ke

masyarakat

28

Tema 3: Sebagian masyarakat patuh terhadap saran dan
instruksi perangkat desa
Saran dan instruksi yang diberikan oleh partisipan diterima dan
dipatuhi dengan baik oleh sebagian masyarakat di Binaus.
Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan wawancara berikut
ini:
“…… soal komunikasi itu aman, saya omong apa sa dong ikut karena
dulu memang saya su pernah jadi kepala desa, nah saya tidak mau
tapi dong paksa bapak harus naik lagi.” (P1.15)
“……Sejauh ini baik-baik saja.” (P4.3)
“……kita dari desa setiap kali ditugaskan oleh bapak desa untuk kita
keluar monitoring langsung ke rumah-rumah untuk ibu hamil, kita pi
lihat kondisi ibu hamil seperti apa kita beritahu dan laporkan ke desa
trus kita laporkan lagi ke kader posyandu begitu.” (P2.21)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kepatuhan
masyarakat Binaus terhadap saran dan instruksi yang diberikan
oleh partisipan dibuktikan dengan berjalannya komunikasi yang
baik.

29

4.3.4 Tema 4. Sanksi sebagai upaya perangkat desa terkait
masalah kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan
Kata Kunci

Kategori

Tema

Masalah yang terjadi di

Masyarakat

Binaus:

masih ada yang

- Melahirkan di rumah

melahirkan

- Bersalin di rumah

rumah

di

Masalah yang terjadi di
Binaus:
- Kurang

aktif

di

posyandu

- Tidak mau ke posyandu
- Tidak

mau

periksa

kemamilan

ke

puskesmas
- Sudah 6 bulan baru dia
datang

periksa

di

Masyarakat

Sanksi sebagai

kurang

upaya

memanfaatkan

perangkat desa

fasilitas

terkait masalah

kesehatan

yang

kurangnya

disediakan

pemanfaatan

seperti posyandu

fasilitas

dan puskesmas

kesehatan

posyandu
Peran partisipan untuk
menyelesaikan

Diberikan sanksi

masalah:

kepada pembuat

- Sanksi sosial

masalah

- Sanksi bayar 500.000

30

Peran partisipan untuk
menyelesaikan masalah:

Sanksi sebagai

- Selalu menghimbau

upaya

- Beritahu mereka dengan
baik
- Selalu pi kastau

- Diikuti terus
- Memecahkan

masalah

Mengupayakan

perangkat desa

untuk

terkait masalah

memecahkan

kurangnya

masalah bersama

pemanfaatan

bersama
- Panggil

fasilitas
kesehatan

yang

bersangkutan

Tema 4: Sanksi sebagai upaya perangkat desa terkait masalah
kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan
Permasalahan terkait kesehatan ibu masih terjadi di Desa
Binaus. Permasalahan ini yakni kurangnya pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang disediakan seperti posyandu dan puskesmas,
sehingga masih ditemukan adanya masyarakat yang melahirkan di
rumah. Partisipan menanggapi permasalahan yang terjadi ini
dengan upaya menajalankan sanksi bagi masyarakat yang menjadi
pelaku masalah. Pernyataan ini dapat didukung dengan kutipan
wawancara berikut ini:
“……akhir-akhir ini ya su lumayan, memang ada beberapa yang
melahirkan, contoh ke kemarin ada yang melahirkan di rumah.”
(P1.10)
“…… waktu dia hamil tidak mau ke posyandu. Kita sudah
memberitahu sampai di rumah beritahu kalau hamil kesana untuk
periksa kehamilan itu kira-kira bagaimana, tidak mau periksa
kemamilan ke puskesmas juga.” (P2.6)
“…… kita teror dong lain, ya kita omong kalu lu tidak ikut ya sudah kita
bisa kasih dia sanksi sosial.” (P1.13)

31

“…… ada keputusan untuk sanksi lahir eh melahirkan di rumah itu dia
punya sanksi bayar 500.000 satu kali melahirkan di rumah, kalau
melahirkan di puskesmas tidak ada biaya.” (P2.8)
“…… kita dapat informasi, kita dilibatkan oleh Pak Desa kita diberikan
undangan menghadiri untuk memecahkan masalah bersama.” (P5.7)

Berdasarkan hasil penelitian di atas sanksi digunakan oleh
perangkat desa sebagai upaya mengatasi permasalahan kurangnya
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang disediakan bagi masyarakat
Binaus terkait masalah kesehatan ibu. Sanksi yang diterapkan
berupa sanksi sosial dan sanksi bayar. Di samping sanksi yang
diterapkan partisipan juga mengupayakan untuk memecahkan
masalah bersama dengan memanggil dan bertemu langsung
dengan pelaku permasalahan.

32

4.3.5 Tema 5. Karakter individu dan keterbatasan jangkauan
sebagai

hambatan

dalam

meningkatkan

akses

layanan

kesehatan
Kata Kunci
Perbedaan

Kategori

Tema

karakter

sebagai hambatan:
- Sudah

beritahu

trus

tidak mau ikut
Karakter

- Sifat masyarakat bedaPerbedaan

beda
- Kastau dan dong sonde
mau datang

- Kastau

tapi

orang

setiap

individu

dan

keterbatasan
jangkauan

sonde mau dengar

partisipan
Keterbatasan
jangkauan

terhadap
sebagai

hambatan:
- Waktu

ini

yang

menyulitkan
- Kendaraan sonde bisa
masuk
- Jarak pi dusun talalu
jauh

33

individu

karakter

masyarakat

dan

keterbatasan
jangkauan

sebagai
hambatan dalam
meningkatkan
akses

layanan

kesehatan

Tema 5: Karakter individu dan keterbatasan jangkauan sebagai
hambatan dalam meningkatkan akses layanan kesehatan
Dalam menjalankan peran dalam masyarakat, partisipan
mengalami berbagai hambatan terkait meningkatkan akses layanan
kesehatan. Hambatan yang dialami oleh partisipan di golongkan
menjadi dua hal yakni hambatan perbedaan karakter individu
masyarakat dan hambatan keterbatasan jangkauan partisipan
kepada masyarakat. Berbagai hambatan terkait meningkatkan
akses layanan kesehatan diberikan oleh partisipan, sebagai berikut:
“……dalam bentuk yak e kita sudah beritahu trus tidak mau ikut kita
punya mau ikut dia punya mau, itu kan pengertian ini tidak sama bedabeda.” (P2.11)
“…… kalau sifat masyarakat dong tergantung, ada beda-beda jadi
kuncinya perlu kita memahami dong punya karakter.” (P3.7)
“…… hanya kadang kami punya waktu ini yang menyulitkan saya
untuk bertemu dengan masyarakat.” (P3.7)
“…… itu ada kk, jarak pi dusun talalu jauh ko kadang pake motor
sampe parkir ko jalan kaki.” (P4.6)

Dari apa yang diungkapkan oleh partisipan pada kutipan
wawancara di atas dapat diketahui berbagai macam hambatan
yang dihadapi oleh partisipan terkait meningkatkan akses layanan
kesehatan.

34

4.3.6 Tema 6. Hambatan yang terjadi diatasi dengan ketegasan
dan inisiatif dari perangkat desa
Kata Kunci
Pendekatan
hambatan

Kategori
dalam

perbedaan

Ketegasan

karakter:

perangkat

- Pake kekerasan

dalam

- Kata-kata

saja

yang

- Memahami dong punya

desa
usaha

peningkatan
akses

kasar

layanan

kesehatan

Hambatan yang

karakter

terjadi

Pendekatan
jangkauan:

- Kader untuk bantu saya

Inisiatif perangkat

- Beta pake motor ko pi

desa

motor

sampe

parkir ko jalan kaki
- Pengumuman di greja,
di posyandu

35

dalam

menjangkau

cek kk

diatasi

dengan

dalam

hambatan keterbatasan

- Pake

Tema

masyarakat

ketegasan

dan

inisiatif

dari

perangkat desa

Tema 6: Hambatan yang terjadi diatasi dengan ketegasan dan
inisiatif dari perangkat desa
Pada tema ke enam ini partisipan diminta untuk menceritakan
pendekatan

atau

strategi

apa saja

yang

dilakukan

dalam

menghadapi hambatan di masyarakat. Dari wawancara yang
dilakukan setiap partisipan menerapkan strategi yang berbeda-beda
disesuaikan dengan hambatan yang dialami. Pernyataan ini dapat
didukung dengan kutipan wawancara berikut ini:
“…… hanya kata-kata saja, tidak maen fisik hanya kata-kata saja yang
kasar.” (P2.13)
“…… sifat masyarakat dong tergantung, ada beda-beda jadi kuncinya
perlu kita memahami dong punya karakter.” (P3.7)
“…… kadang kalau kastau dan dong sonde mau datang, beta pake
motor ko pi cek kk.” (P4.5)
“……omong begitu karna su begini lama pengumuman di greja, di
posyandu tapi dia masih tetap orang pertama yang kita ambil itu.”
(P6.7)

Pendekatan

atau

strategi

yang

dilakukan

diatas

telah

disesuaikan dengan hambatan yang dialami oleh partisipan.
Strategi yang diterapkan kepada masyarakat dilakukan dengan
tegas dan disertai

inisiatif

partisipan sendiri

dalam

usaha

peningkatan akses layanan kesehatan.

36

4.3.7 Tema 7. Implementasi program Pemerintah daerah terkait
kesehatan Ibu dan anak
Kata Kunci
Kegiatan

Kategori

Tema

yang

diselenggarakan

di

Binaus:
- Posyandu tanggal 18
dan 20

Implementasi

Implementasi

program

program

Pemerintah

Pemerintah

Daerah

- Program KB
- Pertemuan di kantor

terkait

kesehatan

Ibu

dan Anak

Daerah

terkait

kesehatan
dan Anak

- Penyuluhan kesehatan
ibu dan anak

Tema 7: Implementasi program Pemerintah daerah terkait
kesehatan Ibu dan anak
Di Desa Binaus diselenggarakan berbagai kegiatan terkait
kesehatan ibu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
tersedia. Kegiatan ini termasuk di dalamnya yakni posyandu,
program KB, pertemuan di kantor dan penyuluhan kesehatan ibu
dan anak. Ditemukan berbagai ungkapan yang diberikan oleh
partisipan terkait kegiatan yang diselenggarakan di Binaus, sebagai
berikut:
“…… posyandu disini tanggal 18 dan

dibawah tanggal 20 terus

ditambah BKBHI sekitar tanggal 15 ditambah lagi kegiatan lain seperti
posyandu lansia.” (P1.6)
“…… suami bagaimana sementara istri masih sakit dia sudah buat
lagi, jadi saya anjurkan untuk ikut program KB.” (P3.5)
“…… biasanya kadang 1 bulan itu 2 sampai 3 kali katong buat
pertemuan di kantor.” (P3.9)

37

Ibu

“…… mereka dilibatkan ke misalnya penyuluhan kesehatan dari
tingkat kecamatan atau kabupaten, posyandu setiap bulan berjalan
tanggal 20 dengan 21,” (P5.12)

Berdasarkan ungkapan yang diberikan oleh partisipan di atas
dapat diketahui bahwa kegiatan-kegiatan yang berjalan dan
diselenggarakan di Desa Binaus merupakan implementasi program
Pemerintah Daerah terkait kesehatan Ibu dan Anak.

38

4.3.8 Tema 8. Adanya transisi dari peran dukun beranak beralih
kepada peran bidan atau tenaga kesehatan
INTERPRESTASI JAWABAN
Pengalaman

dalam

pengambilan

keputusan

IDE POKOK

proses 1. Adanya transisi dari peran
di

Desa

dukun

beranak

beralih

Binaus :

kepada peran bidan atau

- Pengambilan Keputusan dulunya di

tenaga kesehatan.

tangan

seorang

sekarang

suami

berubah

tetapi 2. Sebagian besar masyarakat
menjadi

di

Desa

Binaus

sudah

kesepakatan bersama antar suami-

menjalankan program yang

istri

diberlakukan

- Di Desa Binaus terdapat perubahan

pemerintah

oleh
dengan

pengambilan keputusan dari dukun

mempertimbangkan aturan

ke bidan

yang

- Terdapat partisipasi aktif dari suami
untuk

membawa

ibu

hamil

ke

sarana kesehatan
- Berdasarkan

masalah-masalah

kesehatan ibu yang terjadi di Desa
Binaus, pemerintah telah membuat
Perda yang mengharuskan semua
ibu hamil malahirkan di fasilitas
kesehatan
- Sebagian kecil keluarga di Desa
Binaus

masih

menggunakan

layanan dukun beranak
Dalam mengambil keputusan yang
menjadi pertimbangan :
- Aturan yang berlaku
- Pengalaman yang dimiliki
39

berlaku

dan

pengalaman yang dimiliki.

- Jarak tempuh ke sarana kesehatan
- Biaya transportasi
Keslamatan

seorang

ibu

adalah

kondisi yang menjadi prioritas dalam
mencari pertolongan.
Tanda-tanda
masyarakat

yang
untuk

diketahui

oleh

membawa

ibu

hamil ke fasilitas kesehatan adalah
pecahnya air ketuban dan nyeri hebat
di bagian pinggang yang dirasakan
oleh ibu hamil.
Ketika

belum

waktunya

untuk

melahirkan tetapi sudah ada tandatanda ibu hamil langsung dibawa ke
sarana kesehatan untuk di periksa.
Dukun tradisional di Desa Binaus ikut
memberikan

pelayanan

kesehatan

kepada ibu hamil sebelum melahirkan
dan dibawa ke sarana kesehatan,
dengan cara diurut (leopold letak
janin) dan juga membantu keluarga
atau

suami

untuk

naketi

yakni

pengakuan kembali perbuatan atau
kesalahan-kesalahan
dilakukan

yang

sebelumnya

sudah
guna

melancarkan proses persalinan.
Informasi mengenai kesehatan ibu
didapat secara turun-temurun dan dari
petugas kesehatan.
Dalam

menentukan

pilihan

untuk

40

pergi ke layanan kesehatan dilakukan
dengan cara sepakat atau kompromi
antara suami-istri dan dibantu oleh
kader.

Tema 8: Adanya transisi dari peran dukun beranak beralih
kepada peran bidan atau tenaga kesehatan
Pada tema ke delapan ini diperoleh dari dua ide pokok hasil analisa
data FGD yang dilakukan pada 34 orang partisipan yakni :
1. Adanya transisi dari peran dukun beranak beralih kepada peran
bidan atau tenaga kesehatan.
2. Sebagian besar masyarakat di Desa Binaus sudah menjalankan
program

yang

diberlakukan

oleh

pemerintah

dengan

mempertimbangkan aturan yang berlaku dan pengalaman yang
dimiliki.

41

4.4 Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
narasi berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
4.4.1 Kesehatan ibu penting untuk perangkat desa Binaus
Urie Bronfenbrenner (1994) dalam teorinya tentang sistem
ekologi berpendapat bahwa untuk memahami perkembangan
manusia, kita harus mempertimbangkan seluruh sistem ekologi
dimana pertumbuhan terjadi. Sistem ini terdiri dari lima
subsistem
mendukung

terorganisir

secara

dan menuntun

sosial

yang

membantu

pertumbuhan manusia.

Lima

subsistem ini yakni: mikrosistem, mesosistem, exosistem,
makrosistem, dan kronosistem.
Penelitian ini hanya memfokuskan cakupannya untuk
menganalisis mikrosistem, yaitu lingkungan dimana manusia
menghabiskan banyak waktu luang. Sistem ini adalah suatu
pola kegiatan, peran sosial, dan hubungan interpersonal yang
dialami oleh perkembangan seseorang dalam interaksi yang
lebih kompleks dengan lingkungan secara langsung. Contoh
meliputi

lingkungan

seperti

keluarga,

sekolah,

kelompok

sebaya, dan tempat kerja.
Hal ini didukung oleh penelitian-penelitian lain yang
menyatakan bahwa politik, sosial budaya, ekonomi dan
lingkungan

merupakan

faktor-faktor

penting

yang

mempengaruhi kesehatan ibu dan juga membentuk perilaku
sehat ibu (Firoz, dkk, 2016; Nzioki, dkk, 2015). Dengan
demikian hasil penelitian ini ingin memperkuat temuan-temuan
sebelumnya bahwa pembentukan perilaku sehat ibu sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial budaya dari
komunitas tempatnya berada.

42

4.4.2 Sumber informasi berasal dari masyarakat Binaus
sendiri
Di Desa Binaus masih ditemui masalah-masalah terkait
kesehatan

ibu

dan

yang

menjadi

sumber

informasi

permasalahan diperoleh dari masyarakat Binaus sendiri. Peran
aktif

masyarakat

dalam

memberi

informasi

mengenai

permasalahan kesehatan ibu merupakan hal yang esensial dan
penting bagi perangkat desa. Melalui informasi tersebut
perangkat desa bisa segera menjadikannya sebagai sumber
dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan juga
dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur tingkat kesehatan
masyarakat di desa binaannya. Secara spesifik informasi terkait
permasalahan kesehatan ibu ini memudahkan perangkat desa
dalam memantau perkembangan kesehatan masyarakat serta
memudahkan mereka dalam menjalankan setiap program
pemerintah terkait kesehatan ibu dan anak.
Hal ini didukung oleh penelitian Ishikawa, dkk (2016) di
Jepang

yang

menyatakan

bahwa

proses

mengakses,

memahami, menilai, dan menerapkan informasi kesehatan
dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan yang
memberdayakan individu untuk menavigasi sistem kesehatan.
Dengan demikian, sumber informasi yang didapat akan
membentuk kesadaran terhadap kesehatan yang dianggap
sebagai salah satu faktor penting dalam pembentukan perilaku
kesehatan individu.
Dalam konteks masyarakat Binaus, sumber informasi yang
didapat melalui internal masyarakat desa menjadi dasar bagi
perangkat desa untuk segera memantau perkembangan
kesehatan ibu di desa tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian
Hsu dan Tung (2015) yang menyatakan bahwa sumber daya

43

internal memberikan efek yang lebih besar dibanding sumber
daya eksternal.
Berdasarkan informasi tersebut, diketahui bahwa masih
kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu pada
masyarakat Binaus. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku ini yakni kurangnya pengetahuan terkait pentingnya
mengakses

layanan

kesehatan

masyarakat

di

Binaus.

Berdasarkan fakta tersebut diperlukan peran aktif perangkat
desa dan tenaga kesehatan di Binaus untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut guna
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Hal ini didukung
oleh beberapa penelitian menurut Schueth (2014) menyatakan
bahwa sistem kesehatan dapat bermitra dengan organisasi
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Investasi dalam
kemitraan tersebut dapat memiliki efek yang sangat positif pada
pemberdayaan masyarakat dan hasil kesehatan. Menurut
penelitian Sarker, dkk (2015) menyatakan bahwa faktor
ekonomi dan pendidikan mengakibatkan rendahnya kesadaran
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, sehingga
kegiatan masyarakat yang melibatkan petugas kesehatan dan
tokoh masyarakat bisa memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesadaran dan meningkatkan akses layanan
kesehatan. Sedangkan menurut Jonge & Sandall (2016)
menjelaskan bahwa perlu adanya peningkatan penelitian di
bidang

pelayanan

kesehatan

untuk

menginformasikan

keputusan yang dibuat oleh pengguna layanan, penyedia
layanan kesehatan, dan pembuat kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memilih
fasilitas kesehatan yang disediakan.

44

4.4.3 Sebagian masyarakat patuh terhadap saran dan
instruksi perangkat desa
Saran dan instruksi yang diberikan oleh perangkat desa
kepada masyarakat
pengetahuan

dapat meningkatkan kesadaran dan

masyarakat

terkait

pemanfaatan

fasilitas

kesehatan. Hal ini didukung oleh penelitian Harn, dkk (2011)
yang

menyatakan

bahwa

harapan

masyarakat

terkait

perubahan perilaku kesehatan akan meningkat dengan adanya
instruksi responsive yang diterima secara langsung. Hal ini
selaras dengan teori sistem ekologi Urie Bronfenbrenner (1994)
yang

menyatakan

bahwa

perkembangan

seseorang

dipengaruhi oleh orang-orang yang berada disekitarnya atau
dilingkungannya dimana orang itu tinggal. Kesehatan ibu
menjadi subjek dalam lingkungan, sehingga peran lingkungan
mikrosistem

yang

mempengaruhi

kesehatan

ibu

adalah

keluarga dan lingkungan sosial tempat ibu tinggal. Dalam hal ini
keluarga dan perangkat desa juga memegang peranan penting
untuk meningkatkan kesehatan ibu. Hal ini didukung oleh
penelitian

Ganle,

dkk

(2015)

yang

menyatakan

bahwa

pengambilan keputusan mengenai akses dan penggunaan
layanan kesehatan maternal terampil sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan pendapat dari suami, ibu mertua, dukun bayi dan
keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Menurut Mafuta, dkk
(2016) menjelaskan bahwa perempuan masih tunduk pada
budaya dominasi laki-laki, yang menahan keterlibatan mereka
dalam pengambilan keputusan, karena mereka cenderung
kurang

berpendidikan,

pengangguran

dan

menderita

kekurangan sumber daya atau keterampilan tertentu sehingga
laki-laki lebih berperan dalam mengambil keputusan dalam
memilih layanan kesehatan maternal. Disamping itu penelitian
lain
45

oleh

Davis,

dkk

(2016)

juga

berpendapat

bahwa

meningkatkan keterlibatan laki-laki yang lebih besar akan
menghasilkan berbagai manfaat untuk kesehatan ibu dan anak,
terutama melalui akses yang lebih besar ke layanan kesehatan.
Kepatuhan masyarakat terhadap saran dan instruksi yang
diberikan oleh perangkat desa dibuktikan dengan berjalannya
komunikasi yang aman dan baik. Komunikasi adalah kebutuhan
mendasar bagi seseorang dalam bermasyarakat sehingga
dalam berkomunikasi masyarakat harus terampil menjalaninya.
Hal ini didukung oleh penelitian Alofisan, dkk (2016) yang
menyatakan bahwa kemampuan komunikasi yang baik dapat
membangun hubungan yang berkualitas. Penelitian lain oleh
Thistlethwaite dan Storr (2004) menyatakan bahwa ketrampilan
komunikasi dibutuhkan untuk menciptakan motivasi belajar bagi
orang yang diajar, memberikan informasi yang tidak terbatas
kepada peserta didik dan memfasilitasi peserta didik untuk
belajar secara terampil. Penelitian oleh Kumakawa (2013)
menyatakan bahwa ketrampilan komunikasi perlu diekspos agar
meningkatkan kerjasama antar perilaku sekelompok orang di
suatu tempat tertentu.
4.4.4 Sanksi sebagai upaya perangkat desa terkait masalah
kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh perangkat desa dalam
mengatasi masalah kesehatan yang masih terjadi di Binaus.
Upaya

yang

dilakukan

diharapkan

dapat

meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang tersedia. Hal ini didukung oleh penelitian Atela, dkk (2015)
yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan
masyarakat

terhadap

pemanfaatan

fasilitas

kesehatan,

perhatian harus difokuskan pada mekanisme yang membantu

46

menegakkan pedoman resmi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan penggunaannya.
Masalah kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
disediakan di Binaus juga disebabkan oleh kendala yang
dihadapi oleh masyarakat sendiri seperti jarak tempuh menuju
fasilitas kesehatan yang jauh, keadaan ekonomi yang minim,
dan transportasi yang terbatas. Hal ini didukung oleh beberapa
penelitian menurut Scott, dkk (2013) menyatakan bahwa jarak
ke fasilitas kesehatan mempengaruhi kematian ibu, karena
untuk mencari perawatan profesional dalam keadaan darurat
dan mencapai perawatan tepat waktu tidak mungkin dapat
dicapai ketika tinggal jauh dari pusat kesehatan. Penelitian oleh
Titaley, dkk (2010) menemukan bahwa faktor-faktor yang
menghambat pemanfaatan pelayanan antenatal dan postnatal
adalah kesulitan keuangan, jarak fisik ke fasilitas kesehatan
diperburuk oleh infrastruktur jalan yang buruk, dan terbatasnya
ketersediaan

pelayanan

kesehatan.

Penelitian

lain

oleh

Essendi, dkk (2015) menemukan bahwa sebagian besar
tantangan yang dirasakan oleh masyarakat yakni infrastruktur,
termasuk kurangnya listrik, air dan jalan yang buruk berdampak
negatif terhadap penyediaan dan akses ke layanan perawatan
ibu dan bayi baru lahir.
Masalah infrastruktur menjadi salah satu bagian penting
yang perlu diperhatikan dan dibenahi. Hal ini didukung oleh
penelitian Scholz, dkk (2015) yang menjelaskan bahwa
infrastruktur perawatan kesehatan merupakan komponen utama
dari kualitas struktural dari sistem kesehatan disuatu daerah.

47

4.4.5 Karakter individu dan keterbatasan jangkauan sebagai
hambatan dalam meningkatkan akses layanan kesehatan
Salah satu yang menjadi hambatan perangkat desa dalam
meningkatkan akses masyarakat ke layanan kesehatan adalah
perbedaan karakter individu dari masing-masing anggota
masyarakat di desa Binaus. Perbedaan karakter ini dipengaruhi
oleh latar belakang pengetahuan, pendidikan, sosial dan
ekonomi masyarakat yang berbeda. Dalam hal ini perangkat
desa

juga

dituntut

untuk

dapat

berperan

aktif

dalam

menjalankan tugas. Hal ini didukung oleh penelitian Sarker, dkk
(2015) menyatakan bahwa faktor ekonomi dan pendidikan
mengakibatkan

rendahnya

memanfaatkan

fasilitas

kesadaran
kesehatan,

masyarakat
sehingga

dalam
kegiatan

masyarakat yang melibatkan petugas kesehatan dan tokoh
masyarakat

bisa

memainkan

peran

penting

dalam

meningkatkan kesadaran dan meningkatkan akses layanan
kesehatan.
Akses ke layanan kesehatan yang tersedia merupakan
faktor

penentu

pentingnya

kesehatan

itu

sendiri

bagi

masyarakat pengguna layanan kesehatan. Selain hambatan
perbedaan

karakter

individu

masyarakat,

keterbatasan

jangkauan juga menjadi hambatan yang dihadapi perangkat
desa dalam meningkatkan akses masyarakat ke layanan
kesehatan

yang

tersedia.

Keterbatasan

jangkauan

yang

biasanya dialami oleh perangkat desa yakni jarak jangkau ke
masyarakat yang cukup jauh, kesulitan dalam pembagian waktu
dan infraktruktur jalan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan.
Hal ini didukung oleh penelitian Atuoye, dkk (2015) di
pedesaan Ghana menyatakan bahwa transportasi masih
menjadi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan
maternal dimana infrastruktur jalan dan kemiskinan endemik di
48

daerah penelitian membuat penyediaan jasa transportasi
alternatif untuk perawatan kesehatan yang sulit. Akibatnya,
wanita

hamil

menggunakan

sepeda/becak/sepeda

motor

metode
untuk

berisiko

mengakses

seperti
layanan

kebidanan perawatan kesehatan, sehingga perlunya kebijakan
untuk mengatasi masalah transportasi pedesaan dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu. Seperti yang terjadi di lokasi
penelitian, jarak tempuh ke layanan kesehatan yang jauh dari
tempat tinggal, infrastruktur jalan yang tidak bisa dilewati oleh
kendaraan merupakan hambatan yang masih dialami oleh
masyarakat.
4.4.6 Hambatan yang terjadi diatasi dengan ketegasan dan
inisiatif dari perangkat desa
Pada penelitian ini strategi yang dilakukan oleh perangkat
desa disesuaikan dengan kondisi hambatan yang dialami.
Strategi yang dilakukan diantaranya diatasi dengan sikap yang
tegas dan disertai tindakan inisiatif untuk meningkatkan akses
masyarakat ke layanan kesehatan. Inisiatif perangkat desa atau
perangkat

pendukung

di

masyarakat

lain

dapat

sangat

mempengaruhi akses terhadap layanan kesehatan. Bentuk
inisiatif yang dilakukan diantaranya bekerja sama dengan kader
untuk menjangkau masyarakat, memberikan himbauan lewat
papan pengumuman di gereja dan langsung mengunjungi
masyarakat ke rumah-rumah. Hal ini didukung oleh penelitian
Mason, PhD, (2016) menyatakan bahwa modal sosial yang
merupakan strategi untuk menyediakan akses kesehatan
dimana mereka membentuk komunitas kecil yang sering
dikunjungi oleh tim kesehatan dalam memberikan promosi
kesehatan dan pemahaman untuk pencegahan penyakit kepada
masyarakat yang rentan dan terpinggirkan. Dalam penelitian
49

lain O’Donnell, dkk (2016) pada kelompok terpinggirkan
(perspektif migran, Traveller Irlandia, tunawisma, pengguna
narkoba, pekerja seks dan orang-orang yang tinggal di
pinggiran

jalan)

meningkatkan

menemukan

akses

ke

bahwa

layanan

strategi

kesehatan

untuk

dibutuhkan

pendekatan dan pertemuan langsung kepada kelompok ini
karena mereka merasa umumnya kurang diprioritaskan.
4.4.7 Implementasi program Pemerintah daerah terkait
kesehatan Ibu dan anak
Sebagai implementasi dari program yang dicanangkan oleh
pemerintah

daerah,

masyarakat

Binaus

sudah

menyelenggarakan beberapa kegiatan yang terkait kesehatan
ibu yakni posyandu, program KB, pertemuan di kantor desa dan
penyuluhan kesehatan ibu dan anak. Dalam rangka mengatasi
masalah kematian ibu, pemerintah pusat, provinsi maupun
kabupaten telah mengeluarkan dan menjalankan beberapa
kebijakan, seperti Safe Motherhood Initiative yang dimulai sejak
tahun 1980-an, Making Pregnancy Safer (MPS) sejak tahun
2000, Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) pada tahun 2009,
Program

Jaminan

Persalinan

(Jampersal)

yang

baru

dikeluarkan pada tahun 2011 dan pada tahun 2000 pemerintah
Indonesia menyepakati Deklarasi Millennium tetapi kemudian
mulai tahun 2016 Millennium Development Goals (MDGs) resmi
digantikan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda
pembangunan global yang baru untuk periode 2016-2030 dan
berlaku bagi negara-negara maju dan berkembang termaksud
Indonesia. Terlepas dari program yang dicanangkan oleh
pemerintah, pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih
diperhadapkan dengan AKI (Angka Kematian Ibu) yang masih
50

tinggi, di TTS sendiri masih banyak yang memilih untuk
melahirkan di rumah dengan pertolongan bukan tenaga
kesehatan, yang pastinya sangat beresiko bagi keselamatan
ibu. Hal ini dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan masyarakt akan
adat istiadat yang diyakini. Kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah ini guna menunjang kesehatan ibu kearah yang
lebih baik. Hal ini didukung oleh penelitian Fossati (2016) yang
menyatakan bahwa pemerintah daerah Indonesia bertanggung
jawab

atas masyarakat

miskin,

bukti

dari implementasi

kebijakan kesehatan dimana menjalankan asuransi kesehatan
seperti

pelaksanaan

Jamkesmas

dan

program

asuransi

kesehatan nasional untuk orang miskin. Penelitian lain oleh
Schueth (2014) menyatakan bahwa sistem kesehatan dapat
bermitra dengan organisasi masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan. Investasi dalam kemitraan tersebut dapat memiliki
efek yang sangat positif pada pemberdayaan masyarakat dan
hasil kesehatan.
4.4.8 Adanya transisi dari peran dukun beranak beralih
kepada peran bidan atau tenaga kesehatan
Proses pengambilan keputusan pada masyarakat Binaus
merupakan salah satu hal yang mengalami masa transisi atau
perubahan. Pada penelitian ini ditemukan adanya perubahan
perilaku pada masyarakat, dimana pengambilan keputusan
yang dulunya di tangan seorang suami, sekarang berubah
menjadi kesepakatan bersama antar suami-istri. Selain itu
pengambilan keputusan dalam menentukan layanan kesehatan
yang dipilih oleh masyarakat tidak lagi ditentukan oleh dukun
tetapi beralih dan ditentukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
Hal ini didukung oleh penelitian Ganle, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa pengambilan keputusan mengenai akses
51

dan penggunaan layanan kesehatan maternal terampil sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan pendapat dari suami, ibu mertua,
dukun bayi dan lainnya keluarga dan anggota masyarakat.
Penelitian lain oleh Sujana, dkk (2016) yang menjelaskan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan
perempuan dalam memilih pelayanan maternal diantaranya
pekerja kesehatan, dukun beranak dan keluarga yang juga
sangat mempengaruhi perilaku kesehatan ibu. Pernyataan ini
juga didukung oleh penelitian oleh Treacy & Sagbakken (2015)
dalam

temuan mereka menyatakan bahwa pengambilan

keputusan saat proses melahirkan di pedesaan Sierra Leone
sering dibuat secara kolektif yang artinya diambil secara
bersama antara ibu hamil, keluarga dan tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa
55,4% ibu melahirkan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit
(pemerintah dan swasta), rumah bersalin, Puskesmas, Pustu,
praktek dokter atau praktek bidan dan terdapat 43,2% ibu
melahirkan di rumah/lainnya dan hanya 1,4% yang melahirkan
di polindes/poskesdes. Apabila dianalisis lebih lanjut, diantara
anak yang dilahirkan di rumah/lainnya, ternyata tenaga yang
menolong proses persalinan adalah dokter (2,1%), bidan
(51,9%), paramedis lain (1,4%), dukun (40,2%), serta keluarga
(4,0%). Peran dukun masih cukup besar untuk membantu
proses melahirkan. Sedangkan jika dibandingkan dengan
analisis data Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa
sebagian besar persalinan angka tertinggi ditolong oleh dokter
atau bidan (87,1%) dan dukun (10,9%) dengan angka terendah.
Jika dilihat dari tempat persalinan menunjukkan bahwa (70,4%)
kelahiran terjadi di fasilitas kesehatan namun masih terdapat
(29,6%) yang melahirkan di rumah/lainnya. Dengan melihat
angka di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pola
52

penggunaan

layanan

kesehatan

tradisional

ke

layanan

kesehatan professional. Hal ini mendukung hasil penelitian di
Binaus, dimana terjadi transisi dari peran dukun beranak beralih
kepada peran bidan atau tenaga kesehatan.

4.5 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menemukan keterbatasan dalam penelitian ini, sebagai
berikut :


Bahasa yang digunakan oleh beberapa partisipan yaitu
bahasa daerah Dawan sebagai bahasa komunikasi saat
pengambilan



data,

sehingga

peneliti

membutuhkan

penerjemah bahasa.
Tujuan awal penelitian dipersempit menjadi lebih spepisifik
dari peran lingkungan sosial menjadi peran perangkat desa.

53