T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga T1 Full text

Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan
Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga

Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh:
Rananta Khomarul Ninzar
482013027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN & REKREASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

Pendahuluan
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, baik dalam prestasi maupun untuk kebutuhan tiap
individu seperti mengisi waktu luang, bersenang-senang, menghilangkan stres,

menjaga kesehatan, diet, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Semakin banyak
melakukan olahraga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran
jasmani seseorang. Menurut Irianto (2007), seseorang dikategorikan memiliki derajat
kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan. Tingkat
kebugaran seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga dan pola makan. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, aktivitas berolahraga perlu didukung dengan
asupan gizi yang memadai. Kebiasaan olahraga dan pola makan yang baik sangat
berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Salah satu unsur yang paling penting dalam
kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi.
Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru,
pembuluh darah, dan kelompok otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan
yang keras dalam waktu yang lama, seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam
aerobik, mendayung, bersepeda, dan lain-lain (Len Kravitz, 2001:5). Oleh karena itu
daya tahan kardiorespirasi menjadi suatu komponen pokok yang penting bagi
kebugaran jasmani. Pengukuran daya tahan kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik
dapat dilakukan dengan cara mengukur konsumsi VO2 max (Ismaryati, 2006). VO2
max merupakan volume oksigen tubuh yang dapat digunakan saat bekerja keras,

dinyatakan dalam milliliter, per kilogram (berat badan), per menit. Hal ini

memberikan indikasi bagaimana tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan
aktivitas fisik misalnya pada waktu olahraga. Salah satu cabang olahraga yang
menuntut kemampuan fisik dan daya tahan kardiorespirasi adalah futsal.
Dalam futsal karakteristik sistem energi yang digunakan adalah sistem energi
anaerobik yang didukung dengan sistem aerobik. Bermain futsal membutuhkan
banyak energi sehingga asupan makan harus dijaga untuk memiliki kondisi tubuh
yang baik karena energi didapat dari mengkonsumsi makanan sehat. Jadi pemain
futsal perlu memiliki VO2 max yang baik untuk mensuplai oksigen guna menunjang
aktivitas mereka selama pertandingan berlangsung. Berdasarkan informasi yang

diperoleh dari kegiatan KBM (Kelompok Bakat Minat) FKIK UKSW, olahraga yang
diminati mahasiswa FKIK adalah futsal. Di dalam KBM futsal FKIK, para pemain
tidak bisa bertahan lama ketika menjalani latihan maupun bertanding. Sebagai
mahasiswa, hal tersebut bisa saja terjadi karena para pemain melakukan banyak
aktivitas dan pola makan yang kurang teratur sehingga terjadi kelelahan. Untuk itu
penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi tingkat VO2 max dan pola makan
pada anggota tim Kelompok Bakat Minat (KBM) futsal FKIK UKSW.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode
survei, untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada maka dipergunakan

tes dan pengukuran. Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui
pendapat dari informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari
seluruh populasi dan dapat pula dari sebagian dari populasi (Dharma, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tim KBM futsal FKIK UKSW yang
berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling yang dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu. Kriteria inklusi

subjek penelitian adalah aktif secara fisik, tidak memiliki penyakit kardiorespirasi,
dan bersedia menjadi subjek penelitian. Berdasarkan kriteria inklusi maka dipilih 20
orang sebagai subyek penelitian.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
pola makan pemain dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari frekuensi
makan, kebiasaan makan, konsumsi cairan, konsumsi makanan dan minuman
sebelum dan sesudah pertandingan. Sedangkan untuk tingkat VO2 max dengan
menggunakan Tes MFT atau Multistage Fitness Test. Tes ini dilakukan dengan
berlari bolak-balik antara 2 garis dengan jarak 20 meter dengan aba-aba bunyi beep.
Sumber data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer karena
data diambil langsung oleh peneliti melalui MFT. Sedangkan data sekunder adalah
data yang sudah tersedia sehingga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat,
misalnya data nama dan usia pemain. Pengambilan data dilakukan pada hari Rabu

tanggal 8 Februari 2017 pukul 15.00 sampai selesai di lapangan Salatiga Futsal.
Prosedur pelaksanaan MFT antara lain: persiapan lintasan yang akan digunakan
sepanjang 20 meter, tape/audio, recording sheet, dan pengarahan tata cara

pelaksanaan tes. Dalam pengambilan data terdapat 5 lintasan dan dibantu 5 teman
yang bertugas mengamati dan mencatat subjek dalam menjalani tes. Selanjutnya
yaitu pengumpulan recording sheet, diurutkan sesuai nomor peserta partisipan
kemudian data diolah untuk mengetahui persentase tingkat VO2 max pemain apakah
dalam kategori sangat kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik ataupun istimewa.
Hasil Penelitian
Data karakteristik responden dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas
mengenai gambaran responden dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi
usia, berat badan, tinggi badan, dan status gizi. Karakteristik responden disajikan
dalam tabel berikut.
Usia
Tabel 1 persentase usia responden
Usia (tahun)
18
19
20

21
22
Total

N
5
3
1
4
7
20

%
25
15
5
20
35
100


Dapat dilihat dari gambar 1 menunjukkan bahwa hasil wawancara dengan
responden terhadap usia sedikit beragam yaitu antara usia 18 sampai 22 tahun. Ratarata umur dari semua responden yaitu 20,25 tahun. Menurut Depkes RI (2009)
berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa responden tergolong ke dalam usia
remaja akhir.
Tinggi Badan
Tabel 2 Persentase tinggi badan responden
Tinggi Badan (cm)
156-160
161-165
166-170
171-175
176-180
181-185
Total

N
2
1
9
7

0
1
20

%
10
5
45
35
0
5
100

Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan responden 169,1 cm.
Menurut Riyadi (2003) Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran

antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan
normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.
Berat Badan
Tabel 3 Persentase berat badan responden

Berat Badan (kg)
46-55
56-65
66-75
76-85
86-95
Total

N
5
10
2
2
1
20

%
25
50
10

10
5
100

Responden sebagian besar memiliki berat badan 56-65 kilogram yaitu
sebanyak 10 orang dengan persentase 50%, kemudian 25% responden dengan berat
badan 46-55 kilogram, masing-masing 10% dengan berat badan 66-75 kilogram dan
76-85 kilogram, serta hanya 5% responden dengan berat badan 86-95 kilogram. Dari
hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata berat badan responden 62,05 kilogram.
Status Gizi
Tabel 4 Persentase status gizi responden
Status Gizi
sangat kurus
Kurus
Normal
Overweight
Obesitas
Total

N

0
1
16
3
0
20

%
0
5
80
15
0
100

Sebagian besar 80% responden memiliki status gizi normal, 15% responden
dengan status gizi overweight, dan hanya 5% responden memiliki status gizi kurus.
Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 max)
Proses awal dari analisis data yaitu melakukan deskripsi data responden yang
bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukaran diantaranya jumlah persentase, rata-rata

(mean), dan simpangan baku (standart deviasi). Pengolahan data dilakukan dengan
perhitungan manual dan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 versi
Windows. Dari hasil data yang diperoleh disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5 data deskriptif responden
Jumlah

Min

Max

Mean

Standart Deviasi

20

29,1

49

36,66

5,8

Pengukuran hasil tingkat VO2 max dilakukan dengan menggunakan
Multistage Fitness Test (MFT) yang dilakukan oleh 20 subjek penelitian anggota tim

KBM futsal FKIK dari UKSW. Hasil dari penelitian berguna untuk mengetahui
seberapa besar kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal responden. Hasil dari tes
tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 6 hasil tes MFT responden
Kategori
Istimewa
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Sangat Kurang
Total

N
0
0
2
6
5
7
20

%
0
0
10
30
25
35
100

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 35% responden memiliki tingkat
VO2 max sangat kurang, 30% responden dengan tingkat VO2 max sedang, 25%
responden memiliki tingkat VO2 max kurang, dan hanya 10% responden memiliki
kondisi tingkat VO2 max baik.
Pola Makan
Pola makan merupakan kebiasaan konsumsi pangan setiap harinya dimana
jumlah pangan baik tunggal maupun beragam yang dimakan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi makanan adalah untuk
memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh.
Frekuensi Makan
Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa frekuensi dan kebiasaan makan
digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan responden di ukur dalam satuan kali
per hari. Frekuensi makan responden dapat dilihat dari Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran frekuensi makan
Frekuensi makan
(kali/hari)
3
2
>3
Total

Sebaran
N
14
5
1
20

%
65
25
5
100

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 65% responden memiliki frekuensi makan
sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memilik frekuensi makan
sebanyak dua kali sehari yaitu 25% dan hanya 5% responden memiliki frekuensi
makan lebih dari tiga kali setiap harinya.
Kebiasaan Makan
Tabel 8 sebaran kebiasaan makan
Kebiasaan makan
Kebiasaan sarapan pagi
Selalu
kadang-kadang
Jarang
tidak pernah
Menu sarapan pagi
Mie
Roti
nasi+lauk pauk
Lainnya
Susunan menu konsumsi makan
siang
nasi, lauk hewani, lauk nabati,
sayur, buah
nasi, lauk hewani/nabati, sayur
nasi, lauk hewani
Lainnya
Susunan menu konsumsi makan
malam
nasi, lauk hewani, lauk nabati,
sayur, buah
nasi, lauk hewani/nabati, sayur
nasi, lauk hewani
Lainnya
Konsumsi fastfood (makanan
cepat saji)
Selalu
kadang-kadang
Jarang
tidak pernah

Sebaran
N

%

6
13
1
0

30
65
5
0

0
1
19
0

0
5
95
0

4

20

12
4
0

60
20
0

3

15

10
3
4

50
15
20

0
8
11
1

0
40
55
5

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden sebagian
besar yaitu sebesar 65% membiasakan diri untuk melakukan sarapan dengan menu
berupa nasi dan lauk pauk dengan persentase 95% dan hanya 5% responden
melakukan sarapan hanya dengan makan roti. Kebiasaan makan siang 60%

responden mengkonsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur,
sedangkan sisanya masing-masing 20% memilih menu lengkap berupa nasi, lauk
hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan juga hanya nasi dan lauk hewani saja.
Kemudian untuk kebiasaan makan malam responden 50% konsumsi menu berupa
nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, serta 20% memilih lainnya dengan variasi menu
seperti nasi goreng, nasi dan telur, sisanya masing-masing 15% responden konsumsi
menu nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan hanya nasi dengan lauk
hewani. Konsumsi makanan cepat saji (fastfood) sebagian besar 55% responden
jarang mengkonsumi fastfood, sisanya 40% kadang-kadang mengkonsumsi fastfood
dan 5% tidak pernah mengkonsumsi fastfood.
Kebiasaan Minum
Tabel 9 sebaran konsumsi minum
Kebiasaan minum
konsumsi air mineral
< 5 gelas
5 gelas
7 gelas
> 8 gelas
konsumsi sport drink
Ya
Tidak
konsumsi alkohol
Ya
Tidak
konsumsi minum selama
bertanding
Ya
Tidak

Sebaran
N

%

3
4
5
8

15
20
25
40

1
19

5
95

4
16

20
85

16
4

80
20

Dari hasil mengenai kebiasaan minum responden menunjukkan bahwa
sebagian 40% responden mengkonsumsi air mineral lebih dari 8 gelas perhari, dan
sisanya 25% responden konsumsi air mineral 7 gelas per hari, 20% konsumsi 5 gelas
air mineral per hari, dan 15% responden konsumsi air mineral kurang dari 5 gelas
per hari. Konsumsi sport drink sebagian besar 95% responden tidak mengkonsumsi
sport drink, hanya 5% responden mengkonsumsi sport drink. Konsumsi alkohol

diketahui bahwa sebesar 80% responden tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya
20% responden mengkonsumsi alkohol. Responden selalu mengkonsumsi minuman
selama bertanding (80%), sementara sisanya tidak mengkonsumsi minuman selama
bertanding (20%).

Kebiasaan Makan Sebelum Bertanding
Tabel 10 kebiasaan makan sebelum bertanding
Kebiasaan konsumsi makan sebelum
bertanding
rentang waktu konsumsi makanan
lengkap
1-2 jam
2-3 jam
3-4 jam
4-5 jam
susunan menu makanan
nasi,lauk hewani, lauk nabati, sayur,
buah
nasi, lauk hewani/nabati, sayur
nasi, lauk hewani
Lainnya
makanan/minuman yang dihindari
Ada
tidak ada

Sebaran
N

%

16
4
0
0

80
20
0
0

3

15

13
0
4

65
0
20

11
9

55
45

Hasil dari sebaran kuesioner semua responden mengkonsumsi makanan
sebelum bertanding tetapi dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Sebagian besar
80% mengkonsumsi makanan dengan rentang waktu 1-2 jam dan sisanya 20%
responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding dengan rentang waktu 2-3
jam. Susunan menu juga berbeda-beda, sebesar 65% responden konsumsi menu
berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, 20% responden konsumsi menu lainnya
seperti nasi, sayur, lauk hewani, biskuit, roti, buah-buahan, dan sisanya 15%
responden konsumsi menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur,
buah. Kemudian 55% responden menyatakan bahwa ada pantangan terhadap
makanan dan minuman sebelum bertanding seperti makanan berminyak, asam, pedas
serta minuman bersoda, dan sisanya 45% responden tidak ada pantangan makanan
dan minuman sebelum bertanding.
Kebiasaan Makan Setelah Bertanding
Responden mengkonsumsi minuman setelah bertanding memilih lainnya
seperti air mineral dan vitamin (45%), minuman isotonik (40%), dan air dingin
(15%). Hal tersebut untuk mengganti cairan yang terkuras habis ketika bertanding.
Semua responden mengkonsumsi makanan lengkap namun juga dengan rentang
waktu yang berbeda-beda sebesar 60% 1-2 jam, 35% 2-3 jam, dan 15% 3-4 jam.
Kemudian sebagian besar responden menyatakan bahwa tidak ada pantangan setelah

bertanding (65%), sedangkan sisanya memiliki pantangan seperti makanan pedas,
minuman bersoda, alkohol (35%).
Tabel 11 kebiasaan makan setelah bertanding
Kebiasaan konsumsi makan setelah
bertanding
konsumsi minuman
air dingin
minuman isotonic
tidak ada
Lainnya
rentang waktu konsumsi makanan
1-2 jam
2-3 jam
3-4 jam
4-5 jam
susunan menu makanan
nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur,
buah
nasi, lauk hewani/nabati, sayur
nasi, lauk hewani
Lainnya
makanan/minuman yang dihindari
Ada
tidak ada

Sebaran
N

%

3
8
0
9

15
40
0
45

12
7
1
0

60
35
5
0

4

20

10
2
4

50
10
20

7
13

35
65

Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tingkat kapasitas oksigen
maksimal anggota tim KBM futsal FKIK diperoleh rata-rata sebesar 36,66
ml/kgBB/min yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan keadaan
kebugaran jasmani, khususnya untuk daya tahan kardiorespirasi tergolong cukup
baik.
Dalam bermain futsal pemain dituntut untuk memiliki daya tahan yang
optimal karena futsal merupakan olahraga aerobik dan anaerobik dimana pemain
harus memiliki kelincahan, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan yang baik. Saat
bermain, kelincahan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemampuan menggiring
bola, baik pada saat menyerang maupun bertahan. Kemudian untuk dapat melakukan
teknik dengan baik seperti menendang bola kearah gawang, melakukan umpan, serta
kemungkinan terjadi tabrakan dengan pemain lain, maka diperlukan kekuatan yang
baik pula. Selanjutnya pemain futsal dituntut untuk memiliki performa kecepatan

yang optimal karena futsal merupakan permainan dengan pergerakan cepat. Hal yang
utama adalah daya tahan, dimana berdasarkan permainan futsal yang merupakan
permainan cepat, pergerakan cepat, berlari, sprint bolak balik, menguasai bola
maupun merebut bola yang berlangsung selama 2 × 20 menit dengan waktu istirahat
15 menit. Maka pemain futsal harus memiliki daya tahan yang baik guna bermain
secara maksimal.
Selain itu asupan makanan menjadi hal yang penting bagi kondisi tubuh.
Menurut studi yang pernah dilakukan di Yogyakarta diketahui bahwa asupan energi
cukup maka kebugaran tubuh juga baik (Fajarwati, 2006). Asupan zat gizi yang
seimbang dapat diperoleh melalui pengaturan makanan secara tepat. Pengaturan
makanan diperlukan untuk memenuhi kualitas dan kuantitas gizi pasca saat masa
latihan, bertanding maupun pemulihan yaitu dengan memenuhi jumlah energi dan
komposisi zat gizi secara seimbang sesuai dengan kebutuhan individual setiap
harinya (Sedyanti, 2000). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu
atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan
penggunaan zat gizi (Faiz, 2011). Status gizi yang baik dapat diperoleh melalui
asupan makan yang seimbang (Widiastuti, Kushartanti, & Kandarina, 2008). Asupan
zat gizi yang seimbang mempengaruhi penampilan prima seorang pemain pada saat
bertanding (Heather, Lisa, & Alan, 2006). Jadi semakin tinggi tingkat VO2 max
semakin baik pula fisik pemain ketika bertanding.
Frekuensi makan berpengaruh terhadap tubuh karena tubuh membutuhkan
nutrisi untuk menjaga kesehatan tubuh. Umumnya seseorang makan minimal 3×
perhari terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam. Dari hasil penelitian
responden berusaha membiasakan diri untuk melakukan sarapan pagi. Jika tidak
melakukan sarapan maka tidak ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga
saat bermain futsal kekurangan energi yang dapat menyebabkan performa permainan
tidak maksimal. Bagi pemain futsal sarapan pagi menjadi keharusan untuk
memberikan energi dalam tubuh guna melakukan aktivitas fisik. Susunan menu
sarapan pagi sebaiknya yang mengandung karbohidrat tinggi karena karbohidrat
merupakan sumber utama bagi tubuh. Selain karbohidrat, konsumsi protein juga
penting untuk menjaga metabolisme tubuh. Kondisi VO2 max tergantung pada
kebugaran tubuh, kebugaran tubuh didapat dari rutinitas melakukan aktivitas fisik
dan asupan makan yang baik. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan

gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah
dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai
prestasi olahraga yang maksimal (Kartika, 2006).
Untuk makan siang responden biasa mengkonsumi menu makanan berupa
nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur, dan buah. Menu makanan sehat untuk
makan siang harus memenuhi beberapa hal seperti karbohidrat, lemak sehat, protein
dan mineral. Makan siang dilakukan guna mengisi kembali perut setelah tubuh
melakukan aktivitas sejak pagi hari seperti halnya aktivitas fisik bermain futsal. Saat
bermain futsal tentu saja banyak energi yang dikeluarkan sehingga lama-kelamaan
energi akan terkuras habis. Jadi makan di siang hari dapat membantu memulihkan
energi tubuh. Sebagian besar responden jarang mengkonsumsi fastfood. Menurut
Irianto (2007) penyediaan makanan cepat saji memiliki kelebihan antara lain
penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu dan dapat dihidangkan
kapan dan dimana saja, higienis, dianggap makanan modern. Namun fast food juga
memiliki kekurangan yaitu komposisi bahan makanan yang kurang memenuhi
standar makanan sehat berimbang, antara lain kandungan lemak jenuh berlebihan
karena unsur hewani lebih banyak daripada nabati, kurang serat, kurang vitamin.
Konsumsi cairan bagi seorang pemain futsal sangat diperlukan guna menjaga
hidrasi tubuh. Para pemain futsal ketika bermain dilapangan akan banyak
mengeluarkan tenaga dan keringat sehingga cairan tubuh cepat habis dan mengalami
dehidrasi. Jadi mengkonsumsi air mineral sangatlah penting guna mencegah hidrasi
sehingga keadaan VO2 max tetap stabil ketika bertanding. Pada umumnya minum air
mineral 8 gelas sehari atau sekitar 2 liter perhari dapat mencukupi kebutuhan cairan
pada tubuh. Rata-rata responden mengonsumsi air mineral lebih dari 7 gelas
perharinya. Sport drink atau minuman olahraga yang fungsinya adalah untuk
menggantikan cairan elektrolit, gula, dan nutrisi lain yang hilang selama berolahraga.
Sebanyak 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink dan hanya 5% responden
mengkonsumsinya.
Sebagian besar responden tidak mengkonsumsi alkohol. Minuman alkohol
mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh bila di konsumsi karena berdampak bagi
seseorang dan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Menurut Davidson, Neale, dan
Kring (2004) konsumsi minuman beralkohol sangat merugikan bagi kesehatan dan

kesejahteraan hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan biologis parah antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan pankreas,
gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Mengkonsumsi minuman beralkohol sangat
berbahaya bagi kesehatan, jadi seseorang atau olahragawan tidak di anjurkan
mengkonsumsi alkohol. Hampir semua responden mengkonsumsi air mineral saat
pertandingan. Saat bertanding para pemain banyak mengeluarkan keringat sehingga
mengalami dehidrasi, jadi pemain harus mengkonsumsi air mineral guna
mengembalikan cairan tubuh yang terkuras.
Menurut Brouns (1993) sebelum pertandingan, pemain disarankan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum bertanding untuk
meningkatkan cadangan glikogen yang berfungsi sebagai molekul penyimpanan
jangka panjang para pemain dan mengkonsumsi cairan yang cukup guna menjaga
agar status hidrasi pemain tetap dalam kondisi baik seperti halnya air putih. Jika
pemain tidak mengkonsumsi makanan atau tidak ada asupan energi dan mengalami
kelaparan akan menurunkan kondisi VO2 max sehingga bermain dengan tidak
maksimal. Begitu juga sebaliknya, Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh
berkurang dengan cepat. Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit melalui keringat karena aktivitas yang dilakukan selama pertandingan.
Oleh sebab itu, makanan dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen, mengganti
cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan 1-2
jam baik sebelum dan sesudah pertandingan.
Beberapa responden menyatakan ada makanan dan minuman yang harus
dihindari baik sebelum pertandingan maupun setelah pertandingan. Pemain
hendaknya menghindari makanan dan minuman seperti halnya makanan yang
berminyak, pedas, asam, serta minuman bersoda dan alkohol. Makanan yang terlalu
pedas dan terlalu asam akan mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan rasa
tidak nyaman di lambung. Mengkonsumsi alkohol juga berdampak pada kesehatan
tubuh, sama seperti halnya minuman bersoda dapat mengganggu kesehatan tubuh
karena soda mengandung kadar gula yang berlebihan. Jadi hindari makanan dan
minuman yang akan mengganggu kegiatan olahraga seperti halnya bermain futsal.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil tes pengukuran tingkat VO2 max anggota KBM futsal
FKIK UKSW melalui Multistage Fitness Test diperoleh bahwa secara keseluruhan
kondisi tingkat VO2 max rata-rata sebesar 36,66 ml/kgBB/min yang termasuk dalam
kategori sedang. Sedangkan untuk pola makan pemain dikategorikan baik dilihat dari
frekuensi makan, pemilihan jenis makanan, kecukupan cairan, dan konsumsi
makanan/minuman pada saat sebelum, sedang, dan setelah melaksanakan
pertandingan. Pola makan yang baik turut mendukung tingkat VO2 max para pemain
karena berperan dalam meningkatkan performa tubuh dalam melakukan gerak saat
melaksanakan serangkaian aktivitas latihan maupun pertandingan futsal.

DAFTAR PUSTAKA
Davidson, Gerald. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006). Psikologi Abnormal.
Jakarta : Rajawali Press
Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik
Indonesia.
M. P. S. Dharma. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, p. 47.
Faiz NH. 2011. Hubungan karakteristik atlet, pengetahuan gizi, konsusmi pangan,
dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di SMP/SMA
Ragunan Jakarta Selatan.
Fajarwati S. Hubungan asupan energi dengan tingkat kebugaran paru jantung (VO2
max) peserta senam aerobic di sanggar senam dan fitness centre kartika dewi
Yogyakarta. 2006 [dikutip 2017 Mar 21] Tersedia URL : http://dawamjamil.
blogspot.co.id/2011/03/hubungan-asupan-energi-dengan-tingkat.html
Heather HF, Lisa C, Alan EM. 2006. Endurance and ultra-endurance athletes. In:
Practicial applications in sport nutrition. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi
Yogyakarta, Yogyakarta.
Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga . Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Kravitz, Len. 2001. Panduan Lengkap Bugar Total. Jakarta : PT Raja Gravindo
Persada.
Riyadi H.2003. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sedyanti. 2000. Pedoman pelatihan gizi olahraga untuk prestasi. Jakarta: Depkes R.I
dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
Widiastuti PA, Kushartanti BMW, Kandarina IBJ. 2009 Pola makan dan kebugaran
jasmani atlet pencak silat selama pelatihan daerah pecan olahraga nasional XVII
Provinsi Bali tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.6,No 1:13-20.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24