Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

BAB II
PENGATURAN PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK INDUSTRI
DALAM NEGERI MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA

A.

Pemberdayaan Industri Dalam Negeri
Konsekuensi dan tanggung jawab utama dalam program pembangunan

melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki
daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari
aspek fisik, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan
komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Terkait
dengan tujuan pemberdayaan, sulistiyani menjelaskan bahwa tujuan yang ingin
dicapai dari pemberdayaan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. 39

Sama halnya seperti diatas tujuan pemerintah memberdayakan industri
dalam negeri adalah mewujudkan industri dalam negeri yang mandiri, berdaya
saing, dan maju. Pemberdayaan industri dalam negeri ditetapkan sebagai rencana
induk pembangunan industri nasional (ripin) tahun 2015-2035 yang ditetapkan
39

Ardan Fitria, “Prinsip-Prinsip Pemberdayaan”, www.ardanpraja.blogspot.com (diakses
20 April 2016).

Universitas Sumatera Utara

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 yang disusun sebagai
pelaksana amanat Undang-Undang Perindustrian. Pemberdayaan industri dalam
negeri oleh pemerintah meliputi Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM),
Industri Hijau, Industri Strategis, Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN), dan kerja sama Internasional di bidang Industri. 40
1.

Industri Hijau 41
a.


Tujuan, Ruang Lingkup, dan Stretegi
Pembangunan industri hijau bertujuan untuk mewujudkan industri
yang berkelanjutan dalam rangka efesiensi dan efektifitas penggunaan
sumber

daya

alam

secara

berkelanjutan

sehingga

mampu

menyelaraskan pembangunan industri dengan kelangsungan dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan memberikan manfaat bagi

masyarakat. Lingkup

pembangunan

industri

hijau

meliputi

standardisasi industri hijau dan pemberian fasilitas untuk industri
hijau. Penerapan industri hijau

dilaksanakan

terhadap standard industri hijau (SIH) yang

untuk

pemenuhan


secara bertahap dapat

diberlakukan secara wajib.
Pemenuhan terhadap standard industri hijau oleh perusahaan industri
dibuktikan dengan diterbitkannya sertifikat industri hijau yang sertifikasinya
dilakukan melalui suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian oleh
lembaga sertifikasi industri hijau (LSHI) yang terakreditasi. Proses pemeriksaan

40

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional Tahun 2015-2035, Ketentuan Umum.
41
Ibid., Lampiran Bab VI, hlm. 72.

Universitas Sumatera Utara

dan pengujian dalam dalam rangka pemberian sertifikat industri hijau
dilaksanakan oleh auditor industri hijau yang wajib memiliki sertifikasi

kompetensi auditor industri hijau.
b.

Program Pengembangan 42
Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau
sebagaimana target tersebut adalah sebagai berikut:
1)

Penetapan standard industri hijau, meliputi antara lain: 43
a)
b)

c)

d)
e)
f)
g)

Melakukan benchmarking standard industri hijau

dibeberapa negara;
Menetapkan panduan umum penyusunan standard industri
hijau dengan memperhatikan sistem standardisasi nasional
dan/atau sistem standard lain yang berlaku;
Melakukan penyusunan standard
industri hijau
berdasarkan kelompok industri sesuai klasifikasi baku
lapangan usaha indonesia;
Menetapkan standard industri hijau;
Memberlakukan standard industri hijau secara wajib yang
dilakukan secara bertahap;
Melakukan pengawasan terhadap perusahaan industri yang
standard industri hijaunya diberlakukan secara wajib;
Menetapkan peraturan menteri mengenai pengawasan
terhadap perusahaan industri yang standard industri
hijaunya diberlakukan secara wajib; dan

42

Industri Hijau adalah sebuah ikon industri yang harus dipahami dan dilaksanakan, yaitu

industri yang dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas dalam
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri (BPPI) Haris Munandar, “Industri Hijau Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas”, Majalah
Media Industri, Edisi No. 4 Tahun 2015, Op.Cit., hlm. 26. (diakses 6 Juni 2016).
43
Tahun 2010-2015, secara kumulatif (gabungan) tercatat 452 perusahaan industri yang
secara sukarela mengikuti Penghargaan Industri Hijau. Dari jumlah itu, 358 di antaranya berhasil
memperoleh penghargaan dari pemerintah. Pada 2015, peserta yang mendaftar 112 perusahaan,
terdiri dari produsen semen, peleburan baja, tekstil, karet remah (crum rubber), minuman, pulp,
makanan dan kertas, keramik, oleokimia, petrokimia, pupuk, crude palm oil (CPO), crude coconut
oil (CCO), pelumas, kosmetik, gula, herbisida, dan otomotif. Penghargaan Industri Hijau
merupakan langkah persiapan bagi pelaku industri untuk penerapan Standar Industri Hijau (SIH),
sejalan dengan road map pengembangan industri hijau. Beberapa perusahaan penerima
penghargaan industri hijau tahun 2015, yaitu: PT Perkebunan Nusantara VII – Distrik
Bungamayang, PT Perkebunan Nusantara III – PKS Sei Baruhur, PT Sinar Sosro – Pabrik
Ungaran, dsb. Ibid., hlm. 27.

Universitas Sumatera Utara

Melakukan mutual recognition agreement (MRA) dengan

negara yang telah menerapkan standard industri hijau atau
standard lainnya yang sejenis.
Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri

h)

2)

hijau yang terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor
industri hijau, antara lain: 44
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
3)


Menyusun pedoman umum pembentukan lembaga
sertifikasi;
Menyusun standard kompetensi auditor industri hijau;
Menyusun standard operating procedure (SOP) sertifikasi
industri hijau;
Menyusun modul pelatihan industri hijau;
Menunjuk lembaga sertifikasi industri hijau yang
terakreditasi;
Menetapkan pedoman akreditasi terhadap lembaga
sertifikasi industri hijau;
Melakukan pengawasan terhadap lembaga sertifikasi
industri hijau; dan
Melakukan pelatihan auditor industri hijau.

Pemberian fasilitas untuk industri hijau meliputi:
a)
b)

Fasilitas fiskal yang diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Fasilitas non-fiskal berupa: pelatihan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia
industri, sertifikasi kompetensi profesi bagi sumber daya
manusia perusahaan industri, bantuan pembangunan
prasarana fisik bagi perusahaan IKM, dan penyediaan
bantuan promosi hasil produksi bagi perusahaan industri.

44

Penghargaan Industri hijau merupakan program tahunan Kementerian Perindustrian
yang bertujuan untuk memberikan motivasi kepada perusahaan industri agar menerapkan prinsip
industri hijau (Green Industry) dalam proses produksinya. Penilaian dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu Industri Besar, Industri Menengah, Industri Kecil. Program ini terbuka bagi seluruh
pengusaha industri nasional. Proses verifikasi dan penilaian dilakukan oleh Tim Teknis dan Dewan
Pertimbangan yang berasal dari unsur pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan
instansi terkait lainnya. “Penghargaan Industri Hijau 2016”, www.kemenperin.go.id (diakses 6
Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara


2.

Industri Strategis 45
a.

Tujuan, Ruang lingkup dan strategi
Industri

strategis

adalah

industri

prioritas

yang

memenuhi

kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai
hajat hidup orang banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai
tambah sumber daya alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan
kepentingan pertahanan serta keamanan negara. Pengusulan jenis
industri strategis sebagaimana di maksud di atas dilakukan
berdasarkan kriteria: 46
1)
2)

3)
4)

5)

Memperkuat ketahanan pangan;
Memiliki potensi sebagai sumber daya alam yang terbarukan
dan yang tidak terbarukan, yang digunakan sebagai energi dan
bahan baku;
Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat;
Berbasis teknologi tinggi (high technological based industries)
dengan investasi penelitian dan pengembangan yang besar;
dan/atau
Terkait dengan pertahan keamanan dan keutuhan NKRI.

Meskipun disadari pentingnya keberadaan industri strategis dalam
pembangunan industri nasional, namun dalam kenyataannya industri strategis
belum berperan secara berarti. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain nilai
investasi yang relatif besar, resiko usaha yang tinggi, margin keuntungan yang

45

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015, Lampiran Bab VI, Op. Cit., hlm. 73.
Industri jamu merupakan salah satu sektor industri strategis yang mampu
menggerakkan roda perekonomian nasional. Mengingat pentingnya sektor industri itu, pemerintah
telah menerapkan kebijakan untuk memperkenalkan, mendorong dan menumbuhkan kecintaan
masyarakat termasuk generasi muda terhadap produk jamu
sebagai warisan budaya nasional.
“Kampanye Minum Jamu Melestarikan Budaya Asli Meningkatkan Ekonomi”, Majalah Media
Industri, Edisi No. 1 Tahun 2015, hlm. 17., www.kemenperin.go.id (diakses 6 Juni 2016).
46

Universitas Sumatera Utara

relatif kecil, dan memerlukan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu,
pengembangan industri startegis tidak dapat sepenuhnya mengharapkan peran
swasta mengingat faktor-faktor tersebut diatas sehingga memerlukan keterlibatan
dan penguasaan pemerintah untuk mempercepat pembangunan industri strategis.
Penguasaan pemerintah dalam pembangunan industri strategis dilakukan
melalui pengaturan kepemilikan, penetapan kebijakan, pengaturan perizinan,
pengaturan produksi, distribusi, dan harga, serta pengawasan.
Strategi yang ditempuh untuk mendukung pembangunan industri strategis
adalah sebagai berikut: 47
1)

2)

3)

4)
5)

b.

Mengembangkan industri hulu dan antara dalam rangka
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam strategis,
mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan
sekaligus memperkuat struktur industri nasional;
Mengembangkan
industri
yang
dapat
meningkatkan
ketersediaan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil;
Mengembangkan teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing produk hasil industri yang memiliki
keunggulan kompetitif;
Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketahan
pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan
Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan pertahanan
dan keamanan.

Program Pengembangan
Program pembangunan industri strategis yang dilakukan meliputi:
1)

Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan.

47

Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri tekstil dan produk
tekstil (TPT) nasional. Dalam upaya tersebut, diperlukan sinergitas dengan para pelaku industri
TPT agar dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat. Dalam sambutannya, Menperin
mengatakan , industri TPT nasional merupakan industri strategis yang memiliki peranan penting
dalam penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan sandang dalam negeri, serta sebagai
penghasil devisa ekspor nonmigas dengan nilai yang cukup signifikan, industri TPT juga memiliki
keunggulan dimana struktur industrinya telah terintegrasi dari hulu ke hilir. “Perkuat Sinergitas
Pemerintah dan Pelaku Industri TPT”, Ibid., hlm. 30., (diakses 6 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

2)
3)
4)

3.

Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri
strategis tertentu dengan alokasi pembiayaan melalui APBN.
Pembentukan usaha patungan antara pemerintah melalui APBN
dan swasta dalam pembangunan industri strategis.
Pemberian fasilitas kepada industri strategis yang melakukan:
pendalaman struktur, penelitian dan pengembangan teknologi,
pengujian dan sertifikasi, atau restrukturisasi mesin dan
peralatan.

Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) 48
a.

Tujuan dan sasaran
P3DN merupakan suatu kebijakan pemberdayaan industri yang
bertujuan untuk:
1)
2)

3)

Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh
pemerintah, badan usaha, dan masyarakat;
Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan
pasar domestik, mengurangi ketergantungan terhadap produk
impor, dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri; dan
Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan
barang modal, bahan baku, komponen, teknologi, dan SDM dari
dalam negeri.

Sasaran P3DN meliputi:
1)

2)
3)
4)

Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh
kementerian/lembaga negara, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha milik swasta maupun
masyarakat;
Peningkatan capaian nilai tingkat komponen dalam negeri
(TKDN);
Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN; dan
Peningkatan kecintaan dan kebanggan masyarakat akan produk
dalam negeri.

Penggunaan belanja modal pemerintah untuk pengadaan barang/jasa
produksi dalam negeri ditargetkan meningkat secara bertahap mencapai 40%
(empat puluh persen) pada tahun 2035.

48

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015, Lampiran Bab VI, Op. Cit., hlm. 74.

Universitas Sumatera Utara

b.

Program pengembangan
Program P3DN yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

7)
8)

4.

Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media
elektronik, media cetak, pameran dan talk show.
Pemberian insentif sertifikasi TKDN.
Program membangun kecintaan, kebanggaan, dan kegemaran
penggunaan produk dalam negeri melalui pendidikan.
Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten
menggunakan produk dalam negeri.
Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan
penggunaan produk dalam negeri.
Mendorong produk/barang yang ada dalam daftar inventarisasi
barang/jasa produksi dalam negeri masuk ke dalam e-catalog
pengadaan pemerintah.
Pemberian penghargaan cinta karya bangsa.
Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi
peningkatan daya saing dan penguatan struktur industri.

Kerja Sama Internasional di Bidang Industri49
a.

Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran
Kerja sama internasional di bidang industri bertujuan untuk:
1)
2)
3)
4)

Melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri
dalam negeri;
Membuka akses sumber daya industri yang mendukung
peningkatan produktivitas dan daya saing industri dalam negeri;
Meningkatkan integrasi industri dalam negeri ke dalam jaringan
rantai suplai global; dan
Meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan
indus tri di dalam negeri.

Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi: 50
49

Ibid., hlm. 75.
Salah satu kerja sama Internasional di bidang industri yang telah dilakukan Pemerintah
Indonesia adalah kerja sama industri RI-Belgia. Pemerintah Indonesia membuka peluang sebesarbesarnya bagi kerja sama di bidang inovasi dan research and development (R&D) dengan Belgia
guna mendukung pengembangan industri pengolahan di dalam negeri. Belgia merupakan salah
satu eksportir terbesar dari Uni Eropa ke Indonesia. Ekspor Belgia ke Indonesia mencapai 41
miliar euro atau 30 persen dari dari total nilai ekspor Uni Eropa. Barang-barang utama yang
diekspor adalah produk kimia atau obat-obatan. Di sisi lain, Belgia juga mengimpor produk
Indonesia seperti tekstil, suku cadang kendaraan, dan plastik. Nilainya sekitar 140 miliar euro atau
35 persen dari nilai impor Uni Eropa ke Indonesia. Pada 2015, nilai perdagangan bilateral
50

Universitas Sumatera Utara

1)
2)
3)
4)
5)

Pemanfaatan akses pasar produk industri;
Peningkatan kapasitas sumber daya industri;
Pemanfaatan rantai suplai global;
Peningkatan investasi industri; dan
Pengolahan data dari kegiatan industrial intelligence di negara
akreditasi.

Sasaran pengembangan kerja sama internasional di bidang industri
adalah:
1)
2)
3)
4)

b.

Bertambahnya jumlah negara sebagai pasar utama produk
industri;
Meningkatnya akses industri nasional untuk memanfaatkan
sumber daya teknologi industri melalui kerja sama teknik;
Meingkatkanya pemanfaatan jaringan rantai suplai global; dan
Meningkatnya penyelenggaraan forum investasi industri di luar
negeri.

Program pengembangan
Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran
pengembangan kerja sama internasional di bidang industri antara lain:
1)

Perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional produk
industri melalui: penetapan posisi runding berdasarkan rencana
induk pembangunan industri nasional dan mengupayakan kerja
sama

yang

saling

menguntungkan;

upaya

penghapusan

hambatan atas kebijakan negara mitra/organisasi internasional
yang menghambat akses pasar produk industri; pengembangan
jejaring

kerja

dengan

mitra

di

luar

negeri;

dan/atau

promosi produk industri nasional di luar negeri.

Indonesia dengan Belgia mencapai USD1,67 miliar, sementara nilai investasi lebih dari USD7
juta, hingga saat ini, sekitar 2.000 perusahaan Belgia beroperasi di Indonesia. “Kerja sama
Industri RI-Belgia Sangat Menjanjikan”, Majalah Media Industri, Edisi No. 1 Tahun 2016, hlm.
48., www.kemenperin.go.id (diakses 6 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

2)

Peningkatan akses sumber daya industri yang dibutuhkan dalam
mendukung peningkatan produktivitas industri dalam negeri
melalui: analisis dan penyediaan informasi kebutuhan sumber
daya industri di dalam negeri dan penyediaan informasi sumber
daya industri di negara mitra; forum koordinasi dalam
meningkatkan akses sumber daya industri antara stakeholder
Indonesia dan negara mitra; kerjasama internasional dalam
bidang (peningkatan kemampuan SDM industri, pembangunan
infratsruktur teknologi, peningkatan riset dan pengembangan,
peningkatan

sumber

pembiayaan

proyek

industri,

pengembangan standar kualitas sumber daya industri, dan
pengembangan dan pemanfaatan teknologi).
3)

Pengembangan

jaringan

rantai

suplai

global

melalui:

membangun jejaring kerja dengan negara dan mitra industri;
forum koordinasi dalam meningkatkan pemanfaatan rantai
suplai global bagi industri dalam negeri; dan menyesuaikan
standar

kualitas

produk

dan

kompetensi

jasa

(industri

nasional/dalam negeri) dengan standar negara mitra.
4)

Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri melalui:
penyusunan

perencanaan

kebutuhan

investasi

industri

melibatkan instansi pemerintah, asosiasi, dan dunia usaha
terkait; koordinasi implementasi rencana investasi di sektor

Universitas Sumatera Utara

industri dengan instansi terkait; dan/atau promosi investasi
industri.

B.

Peningkatan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri
Penduduk Indonesia yang berjumlah sangat besar rata-rata memiliki sifat

konsumerisme yang tinggi, artinya menjadi pemakai barang-barang hasil produksi
secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Selain
itu, banyak penduduk Indonesia yang bangga bila memiliki dan menggunakan
produk-produk buatan luar negeri karena dianggap lebih berkelas dan modern
dibanding menggunakan produk dalam negeri. Hal tersebut tentunya akan
merugikan bangsa Indonesia sendiri dikarenakan bagi industri-industri dalam
negeri akan terjadi pelemahan dan kemerosotan hasil pendapatan industri yang
akan berefek pada pendapatan dalam negeri serta pertumbuhan ekonomi negara. 51
Melihat kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia harus melakukan suatu
tindakan atau upaya menanggulangi hal tersebut. Pemerintah mencanangkan
program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dengan tujuan
agar masyarakat lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produkproduk impor. Bukan hanya ditujukan kepada masyarakat melainkan mewajibkan
instansi pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi dalam
negeri dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD. 52

51
52

Arga Vella Nirwana P. dkk., Op. Cit., (diakses 6 Juni 2016).
Ibid., (diakses 6 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

Kementerian Perindustrian Indonesia telah melakukan empat langkah
strategis terkait penguatan daya saing industri dalam negeri. Pertama,
restrukturisasi industri. Langkah ini terkait dengan pemanfaatan teknologi yang
efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan melalui restrukturisasi pemesinan
dan peralatan produk yang lebih eco-friendly. Implementasi ini pada industri
tekstil, alas kaki, gula, serta industri pupuk. Kedua, menjamin kecukupan bahan
baku yang terkait dengan pengembangan industri hulu seperti industri gas, kimia
dasar, dan logam dasar. Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia
industri melalui fasilitasi pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT) untuk
mendukung pelatihan dengan keahlian khusus di bidang industri. Keempat,
perbaikan pelayanan publik melalui birokrasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel. 53
Selain itu, Kementerian Perindustrian telah melakukan inisiatif melalui
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib untuk produk industri,
kebijakan Tata Niaga seperti penerapan Importir Produsen (IP) maupun Importir
Terdaftar (IT), penerapan trade defends seperti safeguard, anti dumping,
countervailing duties, serta optimalisasi peningkatan penggunaan produk dalam
negeri (P3DN) di semua lini kegiatan perekonomian masuk juga didalamnya . 54
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) adalah sebuah
kebijakan dan program nasional yang dicanangkan oleh pemerintah dengan satu
tujuan agar penggunaan produk buatan dalam negeri meningkat. Dengan

53

Decy Arifinsjah, Jurnal “Kajian Kerja Sama Bilateral Indonesia – Uni Eropa Di Bidang
Ekonomi Dan Keuangan”, Jakarta, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2012.
54
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

meningkatnya penggunaan produk dalam negeri diharapkan beberapa hal dapat
dicapai, yakni: 55
1.

Investasi dan produksi meningkat dan bilamana ini terjadi maka efisiensi
dari produksi nasional akan tercipta karena skala produksi dapat optimal.

2.

Impor berkurang maka penggunaan devisa-pun akan berkurang. Ini
implikasi yang paling utama diharapkan terjadi dan bilamana ini menjadi
sebuah kenyataan, pertumbuhan ekonomi domestik aka tumbuh tanpa
banyak bergantung kepada faktor eksternal.

Beberapa program P3DN yang telah dilakukan pemerintah, yaitu:
1.

Pemerintah melalui Kemenperin telah menyusun gerakan bersama untuk
meningkatkan penggunaan furnitur rotan Indonesia baik di sektor
pemerintah, swasta, sekolah-sekolah, maupun rumah tangga, salah satunya
pemberian bantuan bangku sekolah rotan melalui dana CSR di Kalimantan
Tengah dalam rangka pelaksanaan Program Comfort School with Rattan.
Menteri perindustrian dan Gubernur Kalimantan Tengah menyaksikan
penandatanganan

naskah

kesepakatan

bersama

(memorandum

of

understanding/MoU) antara PT Multi Tambangjaya Utama dengan tiga
kabupaten yaitu Barito Selatan, Barito Timur, dan Barito Utara, bertempat
di Pusat Pengembangan Rotan Bambulung, Barito Timur.
Nota kesepakatan itu merupakan bagian dari kegiatan pengembangan
industri rotan di tiga kabupaten tersebut dan menjadi rangkaian kegiatan

55

Ni Putu Ratih Pratiwi, “Strategi Kebijakan Indonesia Menghadapi ASEAN-CHINA
FREE TRADE AREA Dalam Perdagangan Tekstil Dan Produk Tekstil (2005-2011)”, Jakarta,
Program Studi Magister Sains Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2012.

Universitas Sumatera Utara

peningkatan penggunaan furnitur rotan yang dilaksanakan oleh Kemenperin
melalui Tim Penggerak Peningkatan Penggunaan Furnitur Rotan (TP3FR).
Program ini diharapkan dapat menunjang sarana belajar siswa yang lengkap
sehingga mampu meningkatkan kecerdasan bangsa, Menperin juga
mengharapkan dampak dari Program Comfort School with Rattan dapat
mendorong berkembangnya industri furnitur di daerah penghasil bahan baku
rotan serta memberdayakan industri kecil dan menengah furnitur rotan di
sentra industri rotan, salah satunya di Kalimantan. Sementara itu, kepada
masyarakat luas diharapkan timbul ketertarikan dan kepercayaan terhadap
produk rotan sesuai dengan Program Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN). 56
2.

Pemerintah saat ini terus memacu penggunaan produk baja dalam negeri.
Kebijakan tersebut yang diambil pemerintah dalam Rapat Terbatas (Ratas)
yang dipimpin langsung Presiden Joko Widodo di Istana Negara adalah
diprioritaskannya produk baja dalam negeri pada pembangunan proyekproyek infrastruktur pemerintah. Menurut Menteri Perindustrian Saleh
Husin, salah satu kebijakan yang diambil pemerintah adalah produk baja
dalam negeri akan diutamakan penggunaannya dalam proyek pipa tranmisi
gas dari Gresik (Jawa Timur) ke Semarang (Jawa Tengah). Selain itu, dalam
proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW), produk baja termasuk
dalam komponen dalam negeri yang bakal dimanfaatkan dengan maksimal
pada proyek tersebut ditujukan. Upaya tersebut ditujukan untuk mendorong
56

Kemenperin, “Kemenperin Pacu Nilai Tambah Produk Rotan”, Majalah Media
Industri, Edisi Nomor 2 Tahun 2013, hlm. 44., www.kemenperin.go.id (diakses 7 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

peningkatan kontribusi industri baja di dalam negeri terhadap pemenuhan
kebutuhan produk baja nasional serta mengurangi ketergantungan terhadap
pasokan produk baja impor.57

3.

Kementerian Perindustrian secara resmi telah menerapkan kebijakan dalam
bentuk kegiatan minum jamu bersama yang digelar instansi-instansi
pemerintah secara berkala. Kebijakan tersebut dicanangkan melalui acara
Minum Jamu Bersama Dalam rangka Mencintai Industri Jamu Nasional di
Kemenperin, Jumat, 16 Januari 2015 lalu. Dalam kesempatan itu, Menteri
Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengharapkan, acara tersebut
memberikan kontribusi pengembangan industri jamu sehingga dapat
menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan mampu bersaing di pasar global.
Para tamu yang berkunjung ke kantor Kementerian Perindustrian kini akan
mendapatkan suguhan baru yang lain dari biasanya. Suguhan baru itu
berupa minum jamu. Saleh Husin mencanangkan pemasyarakatan jamu
tidak hanya dilakukan melalui kegiatan seremoni tertentu saja, tetapi dapat
juga dilakukan melalui kegiatan sehari-hari di lingkungan Kementerian
Perindustrian. Menperin menegaskan, saat ini jamu telah diproduksi dalam
bentuk yang lebih bervariasi baik dari segi kemasaan maupun rasa sehingga

57

Irvan Kamal Hakim, “Insentif Harus Saling Menguntungkan”, Majalah Media Industri,
Edisi Nomor 2 Tahun 2015, hlm. 57., www.kemenperin.go.id (diakses 7 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

kesan pahit pada jamu sudah mulai tergantikan dengan beraneka rasa yang
lebih disukai masyarakat pada umumnya. 58

C.

Kebijakan Pemerintah di Bidang Peningkatan Penggunaan Produk
Industri Dalam Negeri
Sasaran dari pemberlakuan program P3DN adalah untuk peningkatan

penggunaan produk dalam negeri, peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN), peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN,
serta peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan produk dalam
negeri. Implementasi program P3DN dan ketentuan TKDN tersebut dikukuhkan
melalui berbagai instrumen hukum yang ditetapkan pemerintah, antara lain
sebagai berikut:
1.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

a.

Pengadaan barang/Jasa Pemerintah bertujuan untuk: 59

1)

Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri
termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional60, serta penggunaan
penyedia barang/jasa nasional;
58

“Kampanye Minum Jamu Melestarikan Budaya Asli Meningkatkan Ekonomi”, Op.
Cit., hlm. 16., (diakses 7 Juni 2016).
59
Kementerian Perindustrian, “Kebijakan Nasional Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN)”, www.kemenperin.go.id (diakses 7 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

2)

Memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri dan
penyedia jasa pemborongan nasional kepada perusahaan penyedia
barang/jasa;

b.

Pengadan barang/jasa pemerintah agar berpedoman dan mengacu pada
pedoman peningkatan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri
yang ditetapkan oleh menteri perindustrian.

c.

Kampanye penggunaan produksi dalam negeri di lingkungan instansi
pemerintah pusat/daerah, BUMN dan BUMD dikoordinasikan oleh
menteri perdagangan.

d.

Dalam melaksanakan tugasnya, timnas P3DN dapat melakukan
kerjasama dengan konsultan, tenaga ahli, akademisi atau pihak-pihak
lain yang dipandang perlu.

e.

Timnas P3DN menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan
tugasnya kepada Presiden melalui Menteri Kordinator Bidang
Perekonomian secara berkala setiap 6 (enam) bulan, atau sewaktuwaktu jika diminta Presiden.

60

dalam keadaan tertentu, pemerintah dapat melakukan pengadaan teknologi industri
melalui proyek putar kunci. Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” adalah suatu keadaan
dimana kebutuhan pembangunan industri sangat mendesak sementara tekonologi belum dikuasai
dalam desain, perekayasaan, pengadaan dan pembangunan (engineering, procurement,
construction). Yang dimaksud dengan “proyek putar kunci” adalah pengadaan teknologi dengan
membeli suatu proyek teknologi secara lengkap mulai dari pengkajian (asesmen), rancang
bangunan dan perekayasaan, implementasi (pengoprasian) dan penyerahan dalam kondisi siap
digunakan, atau yang selanjutnya dikenal dengan istilah turnkey project. Dalam perjanjian
pengadaan tekonologi melalui proyek tukar kunci juga mencakup pelatihan dan dukungan
operasional yang berkelanjutan. Rancang bangun dalam pengertian diatas adalah kegiatan industri
yang terkait dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagianbagiannya. Perekayasaan dalam pengertian diatas adalah kegiatan industri yang terkait dengan
perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan indsutri. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014, Penjelasan Pasal 39 ayat 1.

Universitas Sumatera Utara

2.

Peraturan

Presiden

Nomor

54

Tahun

2010

Tentang

Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah
a.

Pasal 96 ayat 1 berbunyi dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa,
K/L/D/I wajib:

1)

Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan 61 nasional dalam pengadaan
barang/jasa

2)

Memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa nasional

3)

Memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha mikro dan
usaha kecil termasuk koperasi kecil 62

b.

Pasal 97 ayat 1, 2, 5 dan 6 berbunyi:

1)

Penggunaan produk dalam negeri dilakukan sesuai besaran komponen
dalam negeri pada setiap barang/jasa yang ditunjukan dengan tingkat
komponen dalam negeri (TKDN).

2)

Produk dalam negeri wajib digunakan jika terdapat penyedia barang/jasa
yang menawarkan barang/jasa yang ditunjukan dengan nilai TKDN
ditambah bobot manfaat perusahaan (BMP) paling sedikit 40%.

3)

TKDN mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
yang diterbitkan oleh kementerian yang membidangi perindustrian.
61

Ibid.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha
yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai usaha
mikro, kecil dan menengah. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Pasal 1 angka 33 dan 34.
62

Universitas Sumatera Utara

4)

Ketentuan dan tata cara penghitungan TKDN merujuk pada ketentuan yang
ditetapkan oleh menteri yang membidangi urusan perindustrian dengan tetap
berpedoman pada tata nilai pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur
dalam peraturan presiden ini.

3.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, pada bab viii.
Pasal 85 berbunyi “untuk pemberdayaan industri dalam negeri, pemerintah
meningkatkan penggunaan produk dalam negeri”. Peningkatan penggunaan
produk dalam negeri dilakukan dalam rangka lebih menjamin kemandirian
dan stabilitas perekonomian nasional, serta meningkatkan pemberdayaan
masyarakat. 63

4.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02/M-IND/PER/1/2014 tentang
Pedoman Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

5.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Tingkat Komponen Dalam Negeri

6.

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Di dalam Undang-Undang ini juga diatur pengutamaan pemanfaatan
barang/jasa dalam negeri dan badan usaha atau bentuk usaha tetap yang
melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi mengutamakan
pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, jasa, serta kemampuan rekayasa
rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing. 64

63

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014, Penjelasan Pasal 85.
Kementerian Perindustrian, “Kebijakan Nasional Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri (P3DN), Op. Cit., (diakses 7 Juni 2016).
64

Universitas Sumatera Utara

7.

Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi
Di dalam Undang-Undang ini juga diatur tentang mengutamakan
pemanfaatan barang, jasa serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun
dalam negeri secara transparan dan bersaing dan pemanfaatan barang, jasa,
teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri. 65

8.

Undang-undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
Di dalam Undang-Undang ini juga diatur tentang pemanfaatan sumber
energi primer yang terdapat di dalam negeri dan diutamakan untuk
kepentingan ketenaga listrikan nasional. Badan usaha milik negera, badan
usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi dalam melakukan
usaha indsutri penunjang dan/atau usaha jasa industri penunjang tenaga
listrik wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
Sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang

peningkatan penggunaan produk industri dalam negeri, berdasarkan semua pasal
yang diuraikan sebelumnya beserta pemaparan tindakan yang telah dilakukan
pemerintah terhadap peningkatan penggunaan produk industri dalam negeri maka
terdapat intervensi pemerintah secara langsung dengan memberdayakan industri
dalam negeri melalui pengadaan barang dan jasa yang mana produk dalam negeri
lebih diutamakan penggunaannya di dalam instansi pemerintah.

65

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MELALUI PROSES TENDER SECARA ADIL (FAIRNESS) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999

0 30 59

Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Produk Impor Mainan Anak Melalui Kebijakan Standar Nasional Indonesia (Sni) Secara Wajib Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 6 73

Analisis terhadap Briding Loan dalam Praktik Pengadaan Barang dan Jasa Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Junctis Peraturan Perundang-Undang tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

0 2 37

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN

0 0 85

Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Produk Impor Mainan Anak Melalui Kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) Secara Wajib Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 0 1

Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 0 10

Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 0 1

Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 1 26

Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian Chapter III V

0 0 69

Peran Pemerintah Untuk Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang Dan Jasa Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

0 0 4