Analisis Yuridis Terhadap Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Oleh Ahli Waris Dan Penerima Wasiat

BAB II
KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI
KEBERADAANNYA OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT BAGI
GOLONGAN PENDUDUK PRIBUMI
C. Tinjauan Umum Mengenai Wasiat.
6.

Pengertian Wasiat
Wasiat atau testament ialah “suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang

dikehendaki setelah ia meninggal. Pada asasnya suatu pernyataan yang demikian,
adalah keluar dari suatu pihak saja (eenzijdig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali
oleh yang membuatnya.” 60 Tetapi, tidak segala yang dikehendaki oleh seseorang,
sebagaimana diletakkan dalam wasiat itu, juga diperbolehkan atau dapat
dilaksanakan. Pasal 872 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menerangkan
wasiat (testament), tidak boleh bertentangan dengan undang-undang.
Pengertian wasiat lainnya ialah “pernyataan kehendak oleh seseorang mengenai
apa yang dilakukan terhadap hartanya setelah meninggal dunia.” 61 Menurut Pasal 171
huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, yang dimaksud dengan wasiat adalah “pemberian
sesuatu kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah meninggal
dunia.” 62 Pewarisan berwasiat adalah “pembagian warisan kepada orang yang berhak

menerima warisan atas kehendak terakhir si pewaris (pewasiat) yang dinyatakan

60

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 1985), hal 106.
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal 104.
62
Amir Hamzah dan A.Rachmad Budiono, Hukum Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum
Islam, (Malang: IKIP, 1994), hal 180
61

Universitas Sumatera Utara

dalam bentuk tulisan dalam akta notaris” 63. Pada asasnya suatu pernyataan kemauan
terakhir itu keluar dari satu pihak saja dan setiap waktu dapat ditarik kembali, boleh
secara tegas atau secara diam-diam. 64
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebut wasiat dengan testament
(kehendak terakhir), bahwa apa yang dikehendaki seseorang akan terselengara
apabila telah meninggal dunia, dan juga dalam arti surat yang memuat tentang
ketetapan hal tersebut. Sehinga testament adalah “suatu akta yang memuat pernyataan

seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia,
yang mana hal tersebut dapat dicabut kembali.” 65
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia wasiat adalah “pesan terakhir yang
disampaikan oleh orang yang meninggal biasanya berkenaan dengan harta kekayaan
dan sebagainya.” 66 Isi testament tidak terbatas pada hal yang berkaitan dengan harta
kekayaan saja, tapi dapat berupa: penunjukkan wali untuk anak-anak yang meninggal,
pengakuan anak yang lahir di luar perkawinan, atau pengangkatan executeur
testamentair (seorang diberi kuasa mengawasi dan mengatur pelaksanaan wasiat). 67
Suatu testament juga dapat berisi apa yang dinamakan suatu “erfstelling” yang
akan mendapat seluruh atau sebagian dari warisan. Orang yang ditunjuk itu
dinamakan “testamentaire erfgenaam” yaitu ahli waris menurut wasiat dan sama

63

Pasal 874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,
2008), hal 269.
65
J. Satrio, Hukum Waris, (Bandung: Alumni, 1992), hal 180.
66

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, hal 1009.
67
Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hal 269.
64

Universitas Sumatera Utara

halnya dengan seorang ahli waris menurut undang-undang, ia memperoleh segala hak
dan kewajiban si meninggal “onder algemene titel.” 68
Adapun yang menjadi dasar hukum pengaturan wasiat dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata terdapat pada Pasal 874 sampai dengan Pasal 1002 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.

7.

Kecakapan Untuk Membuat Wasiat atau Menikmati Keuntungan Dari
Wasiat.
Kecakapan membuat wasiat atau testament dan untuk menariknya kembali

diatur dalam Pasal 895 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Syarat pokok bagi

seseorang untuk dapat membuat atau cakap membuat wasiat atau testament pada
umumnya adalah sama dengan syarat pokok bagi orang untuk melakukan perbuatan
hukum yaitu bahwa orang itu harus mampu atau cakap untuk menentukan
kemauannya secara bebas atau merdeka.
Untuk membuat suatu testament, maka orang tersebut haruslah memenuhi
beberapa persyaratan antara lain: sudah berumur 18 tahun; sudah dewasa, artinya
sudah kawin, meskipun belum berusia 18 tahun; dan berakal sehat. 69
Testament berlaku ketika pewaris sudah meninggal dunia, selama pewaris
masih hidup, ia masih berhak untuk merubah atau mencabut wasiatnya, sehingga
dapat dikatakan testament akan memiliki kekuatan hukum ketika si pewaris
meninggal dunia.
68
69

Subekti, Op.cit, hal 83
Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hal 272.

Universitas Sumatera Utara

Pihak-pihak yang dapat menikmati wasiat dan yang tidak diperkenankan

menikmati wasiat, yaitu:
a.

Yang Dapat Menikmati Wasiat
Setiap orang dapat membuat surat wasiat, dan dapat mengambil
keuntungan dari surat wasiat, kecuali mereka yang menurut ketentuan-ketentuan
bagian ini dinyatakan tidak cakap untuk itu. 70
Untuk dapat menikmati sesuatu berdasarkan surat wasiat, seseorang harus
sudah ada pada saat pewaris meninggal dengan mengindahkan peraturan yang
ditetapkan dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 71

b.

Tidak Diperkenankan Menikmati Wasiat
Seseorang dianggap tidak pantas atau tidak diperkenankan menikmati
wasiat dalam hal sebagai berikut: 72
1) Pasal 901
a) Apabila ia dihukum oleh hakim, oleh karena membunuh si pemberi
wasiat (pewasiat).
b) Apabila ia dengan paksaan menghalang-halangi si pemberi wasiat

(pewasiat) akan mengubah, membuat atau mencabut wasiat atau
testament.
c) Apabila ia menghilangkan, membinasakan atau memalsukan wasiat
atau testament dari pemberi wasiat (pewasiat).
2) Orang yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan maupun hubungan
keluarga dengan si pemberi wasiat (pewasiat), tidak diperbolehkan
mendapat keuntungan dari wasiat atau testament. Misalnya notaris yang
membuatkan surat wasiat itu beserta saksi-saksinya:
a) Dokter serta perawat yang merawat si pemberi wasiat (pewasiat)
selama sakit.
70

Pasal 896 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 899 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
72
Pasal 901-912 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

71

Universitas Sumatera Utara


b) Perkawinan suami isteri dan pada saat suami atau isteri wafat masih
dapat dibatalkan, oleh karena untuk perkawinan itu tidak ada izin yang
diperlukan antara/dengan anak yang belum dewasa.
c) Seorang yang belum dewasa meskipun sudah berumur 18 tahun,
dilarang memberi suatu barang secara testament kepada walinya,
kecuali wali itu adalah orang tua nenek sendiri.
3) Anak diluar perkawinan tidak boleh menerima hibah wasiat yang melebihi
bagiannya, kecuali kalau ada testament atau wasiat. Hal ini adalah untuk
menghindari anak luar kawin lebih beruntung dari pada anak yang sah.
4) Salah seorang suami isteri, apabila ada dilakukan suatu perzinahan
(overspel) yaitu seorang suami atau isteri bersetubuh dengan orang lain dan
hal zina ini ditentukan telah terjadi oleh hakim. Maka mereka melakukan
zina itu tidak boleh saling memberi hibah wasiat.
Selain itu wasiat juga tidak dapat diberikan kepada juru, atau ahli obat, dan
guru agama. Akibat dari ketentuan-ketentuan inilah, maka semua perbuatan dari
penerima wasiat atau penerima testament, yang tidak pantas atau yang tidak
diperkenankan itu menikmati harta atau benda yang diwasiatkan adalah batal.
8.


Bentuk-Bentuk Wasiat
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal tiga macam cara
membuat wasiat, yaitu: testament rahasia, testament umum, testament ditulis
sendiri. 73

a.

Wasiat rahasia (Geheim Testament)
Syarat-syarat wasiat rahasia ini diatur dalam Pasal 940 dan 941 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata wasiat rahasia ini ditulis sendiri oleh si pewaris atau
menyuruh orang lain untuk menulisnya. Jadi harus ditulis sendiri dan ditanda tangani
sendiri. Tulisan ini ditutup dalam sampul dan sampulnya disegel, diserahkan kepada

73

Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),

hal 100.


Universitas Sumatera Utara

notaris atau penutupan dan penyegelan itu boleh dilakukan di muka notaris dengan
empat orang saksi. 74
Kemudian si peninggal warisan membuat suatu keterangan di muka notaris
dan saksi-saksi, bahwa yang termuat dalam sampul itu adalah wasiatnya atau
testamentnya dan ditulis sendiri atau menyuruh orang lain untuk menulisnya dan
ditandatangani sendiri. 75
Kemudian notaris membuat akta superscripsi yaitu untuk menyetujui
keterangan itu, akta mana dapat ditulis sendiri dalam surat yang memuat keterangan
itu sendiri atau pada sampulnya. Akta superscripsi ini harus ditanda tangani oleh
notaris. Jika si pewaris tidak dapat menanda tangani, maka hal tersebut harus disebut
dalam akta superscripsi itu. Wasiat atau testament rahasia ini harus disimpan oleh
notaris bersama-sama dengan aslinya dari akta-akta notaris lain. 76
Dalam hal si pewaris adalah orang bisu, tetapi dapat menulis maka wasiat atau
testament tetap harus ditulis, diberi tanggal dan ditanda tangani oleh pewasiat.
Kemudian wasiat atau testament harus ditulis si pewaris di muka notaris dan para
saksi, bahwa tulisan yang diserahkan itu adalah wasiatnya. Untuk ini notaris
membuat kata superscripsi dan menyebutkan didalamnya bahwa keterangan dari si
pewaris itu ditulis di hadapan notaris dan saksi-saksi.


74

Ibid, hal 104.
Ibid.
76
Ibid.

75

Universitas Sumatera Utara

Suatu wasiat atau testament tidak boleh dibuat oleh dua orang, baik seorang
kedua maupun seorang ketiga maupun saling menguntungkan. Dasar larangan ini
ialah untuk mempersulit penarikan kembali dari wasiat atau testament itu.
b.

Wasiat Umum (Openbaar Testament)
Pasal 938 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa ”wasiat


atau testament umum atau wasiat tak rahasia ini harus dibuat di muka seorang notaris
yang dihadiri oleh dua orang saksi. Si pewaris menyatakan kemauannya kepada
notaris secara secukupnya, maka notaris harus menulis atau menyuruh menulis
pernyataan itu dalam kata-kata yang terang.”
Pernyataan yang dibuat dalam Pasal 938 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata adalah untuk menegaskan bahwa notaris tidak perlu menulis semua kata-kata
yang diucapkan si pewaris, cukup hanya yang perlu saja menurut notaris, agar yang
ditulis itu menjadi terang maksudnya.
Wasiat atau testament ini lazim disebut wasiat atau testament lisan juga,
sebagaimana orang yang sakit tetapi dapat bicara ingin membuat wasiat, maka
kemauannya tersebut dapat ditulis di kertas. Kemudian tulisan ini di baca notaris
dengan suara keras dan setelah mendengarkannya, si pewaris menganggukkan
kepalanya, maka pernyataan dengan cara ini pun sudah cukup terang dan juga sah.

Universitas Sumatera Utara

Syarat untuk menjadi seorang saksi sama halnya dengan wasiat atau testament
rahasia. Ditambah pula dengan ketentuan siapa-siapa yang tidak boleh menjadi saksi,
yaitu: 77
1) Para ahli waris atau orang-orang yang dihibah barang-barang, sanak
keluarga mereka sampai tingkat keempat.
2) Anak-anak, cucu-cucu serta anak menantu notaris atau cucu, menantu
notaris.
3) Pembantu notaris.
Pernyataan si pewaris ini dapat dilakukan kepada notaris di luar hadirnya para
saksi, kemudian ditulis pula oleh notaris. Sebelum tulisan notaris itu dibacakan lebih
dahulu si pewaris harus menyatakan lagi kemauannya secara singkat di muka para
saksi. Barulah tulisan notaris itu dapat dibacakan dan kepada si pewaris ditanyakan,
apakah sudah betul yang dibacakan itu kemauannya yang terakhir, hal ini ditegaskan
oleh Pasal 939 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kemudian akta itu ditanda tangani notaris, para saksi dan oleh si pewaris tidak
dapat atau berhalangan untuk menandatangani maka harus disebut dalam akta notaris
dan harus disebutkan bahwa acara selengkapnya harus dilakukan.
Bentuk wasiat atau testament umum inilah yang sering atau paling banyak
dipakai, karena notaris dapat mengawasi isinya sehingga notaris dapat menasehatkan
supaya wasiat atau testament itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang. 78

77

Ibid, hal 106.
Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.
78

Universitas Sumatera Utara

c.

Wasiat ditulis sendiri (Olographis Testament)
Menurut Pasal 932 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa wasiat ini

seluruhnya harus ditulis dan ditandatangani oleh orang yang akan meninggalkan
warisan itu sendiri (eigenhanding), kemudian diserahkan sendiri kepada seorang
notaris untuk disimpan (gedeponered). Penyerahan tersebut harus pula dihadiri oleh
dua orang saksi. 79
Pada waktu penyerahan wasiat atau testament itu kepada notaris untuk
disimpan, wasiat atau testament sudah tertutup dalam satu sampul yang disegel.
Dalam hal ini si pewaris di muka notaris dan para saksi mencatat pada sampul yang
menyatakan bahwa dalam sampul dan wasiatnya, dan catatan itu harus ditanda
tangani oleh si pewaris. 80 Notaris sendiri harus membuat akta tersendiri dalam hal
menerima wasiat atau testament untuk disimpan, akta mana harus ditandatangani oleh
notaris, para saksi dan si pewaris.
Penyerahan itu mungkin tidak tertutup, jadi tidak rahasia, maka akta
penerimaan untuk disimpan tadi oleh notaris ditulis pada wasiat atau testamentnya di
bawah tulisan si pewaris yang mengandung kemauan terakhir. Kemudian notaris,
para saksi dan si pewaris menandatangani wasiat atau testamentnya, jika berhalangan
untuk menandatangani sampul atau akta penerimaan yang dibuat notaris, maka dalam
hal ini notaris harus mencatat hal ini serta sebab-sebabnya dia berhalangan.

79

Rahmadi Usman, Hukum Kewarisan Islam, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hal. 110.
Oemarsalim, op.cit, hal 101.

80

Universitas Sumatera Utara

Wasiat olographis, setelah disimpan notaris mempunyai kekuatan yang sama
dengan surat wasiat yang dibuat dengan akta umum dan dianggap telah dibuat pada
hari pembuatan akta penitipan, tanpa memperhatikan hari penandatanganan yang
terdapat dalam surat wasiat itu sendiri. Wasiat olographis yang diterima oleh notaris
untuk disimpan harus dianggap seluruhnya telah ditulis dan ditandatangani dengan
tangan pewaris tersebut sendiri, sampai ada bukti yang menunjukkan sebaliknya. 81
Maka dengan ini terhindarlah pertengkaran di muka hakim mengenai
pembagian kewajiban membuktikan hal sesuatu untuk pertanggung jawaban notaris,
maka permintaan kembali itu harus dinyatakan dalam suatu akta otentik, biasanya
dengan akta notaris. Dengan demikian wasiat atau testament olographis ini harus
dianggap seperti ditarik kembali.
Apabila wasiat atau testament olographis itu diserahkan kepada notaris
dengan sampul yang disegel, maka notaris tidak berhak membuka segel itu, kecuali
jika si pewaris wafat atau meninggal dunia, notaris menyerahkan kepada Balai Harta
Peninggalan (Weeskamer) untuk dibuka seperti wasiat atau testament rahasia, yaitu
dengan membuat proses verbal dari pembukaan itu dan wasiat atau testament yang
dikemukakan selanjutnya harus dikembalikan kepada notaris.
Di samping tiga macam wasiat atau testament tersebut undang-undang
mengenal yang dinamakan “codicil”. Sebagaimana diketahui codicil ialah suatu akta

81

Pasal 933 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara

dibawah tangan (jadi bukan akta notaris), diberi tanggal dan ditandai tangani oleh
pewasiat sendiri. 82
Orang yang akan meninggalkan warisan itu menetapkan hal-hal yang tidak
termasuk pemberian atau pembagian warisan. Misalnya: Membuat pesanan-pesanan
tentang penguburan mayatnya, juga pengangkatan seorang Executeur Testamentair, 83
pemesanan tentang pakaian-pakaian dan perhiasan.
Penarikan kembali kemauan terakhir ini dapat dilakukan dengan akta di
bawah tangan. Surat wasiat ini boleh disimpan sendiri atau ke pihak yang dipercayai.
Surat wasiat yang demikian ini hanya sah dengan isi terbatas. Jika yang hendak
dihadiahkan itu perhiasan atau permata, harus dicantumkan dengan jelas satu persatu
barang-barang apa saja yang akan diberi. Akan tetapi jika yang diwasiatkan itu terdiri
dari sejumlah uang, bagaimanapun kecilnya uang itu tidak boleh dimasukkan ke
dalam codicil. Penarikan kembali codicil ini sederhana saja yaitu dengan jalan
memusnahkannya. Penarikan kembali atau mengubah isi codicil yang baru atau
dengan akta wasiat atau akta testament.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga mengenal wasiat darurat. Wasiat
darurat tersebut harus ditandatangani oleh si pewaris dan sekurang-kurangnya
seorang saksi, kalau mereka tidak menulis maka hal ini harus disebutkan dalam
wasiat atau testament itu. 84

82

Subekti, Op.cit, hal.111.
Ibid.
84
Pasal 946 - 948 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

83

Universitas Sumatera Utara

Pada hakekatnya suatu wasiat atau testament berisi tentang Erfstelling,
Legaat, beban (last), Fideicommis.
1) Erfstelling
Erfstelling adalah penentuan dalam testament yang maksudnya bahwa seorang
tertentu ditunjuk oleh si pewaris untuk menerima seluruh harta warisan atau
sebahagian tertentu. Orang yang ditunjuk tersebut dinamakan “testamentaire
erfgenaam”, yaitu ahli waris menurut wasiat, dan sama halnya dengan seorang ahli
waris menurut undang-undang, ia memperoleh segala hak dan kewajiban si pewaris
“under algemene titel”. 85
Misalnya seperdua, sepertiga dan sebagainya (Pasal 954 Kitab UndangUndang Hukum Perdata). Orang yang menerima atau mendapat erfstelling ini
mempunyai kedudukan sebagai ahli waris ab intestato, artinya orang ini tidak hanya
mendapat hak-hak yang melekat pada benda itu, akan tetapi ia juga mempunyai
kewajiban-kewajiban. Misalnya membayar hutang-hutang si pewaris.
Wasiat atau testament seperti ini si pewasiat hanya menentukan siapa-siapa
yang menerima atau mendapat wasiat atau testament setelah ia kelak meninggal
dunia. Isi wasiat ada kalanya ditentukan berapa bagian masing-masing para penerima
wasiat yang telah ditunjuk itu. Apabila si pewasiat tidak menentukan bagian masingmasing maka dianggaplah mereka memperoleh bagian yang sama besarnya. Dari
ketentuan tersebut jelaslah bahwa erfstelling itu adalah penunjukan seseorang atau

85

Ibid, hal 107.

Universitas Sumatera Utara

beberapa orang untuk menjadi ahli waris yang akan menerima seluruh atau sebagian
harta dari harta warisannya. 86
2) Legaat
Legaat adalah penunjukan seseorang tertentu untuk mewarisi barang tertentu
atau sekumpulan barang tertentu seperti misalnya suatu rumah tertentu, atau suatu
mobil tertentu atau semua barang bergerak milik si peninggal warisan, atau hak
memetik hasil atau seluruh warisan atau sebahagian (Pasal 957 Kitab UndangUndang Hukum Perdata). Legaat disebut juga hibah wasiat, yaitu: suatu penetapan
wasiat yang khusus dimana si pewaris memberikan beberapa benda dari suatu jenis
tertentu kepada seseorang atau lebih. 87 Segala barang yang diserahkan baik barangbarang bergerak maupun barang-barang yang tidak bergerak, misalnya mobil, rumah
dan tanah yang luas, serta surat-surat yang berhubungan dengan benda itu haruslah
secara jelas dan terperinci dimuat dalam wasiat atau testament.
Orang-orang yang menerima barang-barang bergerak dan barang tidak
bergerak milik si peninggal warisan, hak memetik hasil seluruh harta warisan atau
sebahagian ini dinamakan “Legataris”. Seorang legataris tidak hanya berhak
menerima warisan bahkan legataris berhak dan dapat menuntut dari ahli waris supaya
barang tertentu itu dapat diserahkan kepadanya. 88
Jadi kedudukannya adalah seperti kedudukan orang yang berpiutang. Dengan
demikian ia tidak bertanggung jawab atas hutang-hutang si pewaris. Apakah seorang
86

Pasal 954 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Effendi Perangin-angin, Hukum Waris, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 76.
88
Ibid.
87

Universitas Sumatera Utara

legataris dengan adanya wasiat atau testament itu sejak wafatnya si peninggal
warisan menjadi pemilik-pemilik barang yang diberikan, ataukah ia hanya berhak
untuk menuntut penyerahan barang itu kepadanya baru sesudah penyerahan itu ia
menjadi pemilik.
Penerima legaat dapat menerima bunga dan hasil barang-barang yang
dihibahwasiatkan untuk keuntungan penerima hibah sejak hari kematian, kapan pun
ia menuntut penyerahannya: 89
a. Bila pewaris menyatakan keinginannya untuk itu dalam surat wasiat itu;
b. Bila yang dihibahwasiatkan adalah suatu bunga cagak hidup atau suatu uang
tunjangan tahunan, bulanan atau mingguan sebagai pemberian untuk nafkah.
Ada kalanya seorang legataris yang menerima beberapa benda, diwajibkan
memberikan benda itu kepada orang lain yang ditunjuk dalam wasiat atau testament,
pemberian ini dinamakan “sub legaat”.
Suatu erfstelling atau suatu legaat dapat juga digantungkan pada suatu syarat
atau suatu kejadian di kemudian hari yang pada waktu pembuatan wasiat atau
testament belum tentu akan terjadi atau tidak, misalnya seseorang dijadikan ahli waris
atau diberikan suatu barang warisan dengan syarat bahwa dari perkawinannya akan
dilahirkan seorang anak laki-laki. Namun tidak diperbolehkan suatu syarat yang
pelaksanaannya berada di dalam kekuasaannya si waris atau legataris sendiri.

89

Pasal 960 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Universitas Sumatera Utara

Misalnya suatu syarat yang berbunyi bahwa si ahli waris atau legataris akan
mengadakan pesta. 90
Suatu syarat yang sama sekali tidak mungkin terlaksana juga tidak
diperbolehkan dicantumkan dalam suatu wasiat atau testament, maka syarat itu
adalah batal artinya dianggap sebagai tidak tertulis dan wasiat atau testament, berlaku
seolah-olah tidak mengandung suatu syarat. Suatu legaat dan erfstelling juga dapat
digantungkan pada suatu ketetapan waktu.
3) Beban (Last)
Pada kemungkinan lain dalam suatu wasiat atau testament dapat ditentukan
bahwa seseorang akan diberikan keuntungan dengan suatu beban (last). Beban yang
ditentukan dalam wasiat atau testament ini dapat merupakan kewajiban dari ahli
waris, dapat pula merupakan kewajiban legataris.
Selanjutnya Pasal 962 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan
bahwa “apabila pewaris mewajibkan suatu beban kepada beberapa penerima hibah,
maka mereka wajib memenuhinya, masing-masing sebanding dengan besarnya hibah
wasiat, kecuali bila pewaris telah menetapkan lain”.
Kewajiban yang dibebankan kepada legataris, dapat bermacam-macam isinya.
Pasal 967 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diperbolehkan seorang legataris
diwajibkan melakukan pembayaran uang kepada seorang ketiga, atau untuk
membayar hutang-hutang dengan uang kepunyaan si legataris sendiri. Dari ketentuan
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa beban merupakan suatu kewajiban yang
90

Effendi Perangin-angin, Op Cit, hal 72.

Universitas Sumatera Utara

apabila beban ini tidak dipenuhi akan mengakibatkan batalnya warisan atau legaat
atas permintaan yang berkepentingan.
4) Fideicommis
Fideicommis adalah suatu pemberian warisan kepada seorang ahli waris
dengan ketentuan bahwa ia diwajibkan untuk menyimpan warisan itu dan setelah
lewat suatu waktu tertentu atau apabila si ahli waris itu sendiri telah meninggal dunia
warisan itu harus diserahkan kepada orang yang sudah ditetapkan atau ditentukan
dalam wasiat atau testament. 91
Orang yang akan menerima warisan ini dinamakan “Verwachter” oleh karena
ia menerima warisan itu dengan melewati semacam Undang-Undang, yang
dinamakan “Erfstelling Voor De Hand” yaitu pemberian warisan secara melangkah.
Berdasarkan Pasal 879 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, fideicommis
dilarang oleh undang-undang. 92 Alasan larangan ini ialah karena adanya benda-benda
yang untuk waktu lama dan tidak tertentu akan disingkirkan dari lalu lintas hukum
dan dianggap sebagai suatu rintangan besar bagi kelancaran lalu lintas hukum,
kecuali dua macam fideicommis yang diperbolehkan oleh undang-undang yaitu: 93
1) Untuk memenuhi seseorang dan supaya benda itu diwariskan lagi kepada anakanak si ahli waris sendiri.

91

Ibid, hal. 79.
Ibid, hal 80.
93
Ibid.

92

Universitas Sumatera Utara

2) Lazim disebut fideicommis de residuo, ditetapkan bahwa seseorang ahli waris
harus mewariskan lagi apa yang dikemudian hari masih ketinggalan dari warisan
yang diperolehnya, jadi sisanya saja yang diberikan kepada orang lain.
9.

Pencabutan dan Gugurnya Wasiat
Jika surat wasiat yang kemudian tidak dengan tegas memuat suatu pencabutan

akan wasiat sebelumnya, maka yang demikian hanya membatalkan ketetapanketetapan tersebut tidak dapat disesuaikan dengan yang baru atau yang dahulu
bertentangan yang baru. 94 Dapat ditarik kesimpulan bahwa: 95
a. Jika pewaris sudah mengeluarkan lebih dari satu testament, maka semuanya
dapat dilaksanakan kecuali testament yang dikeluarkan kemudian mencabut
dengan tegas testament terdahulu.
b. Testament yang dikeluarkan lebih dahulu (testament senior) hanya dapat
dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan isi testament yang
dikeluarkan kemudian (testament junior).
c. Testament yang dikeluarkan paling akhir harus didahulukan pelaksanaannya dan
apabila masih ada sisa boedel setelah testament terakhir dilaksanakan baru
diberikan kepada testament terdahulu sampai kepada testament yang paling tua
usianya.
Pencabutan wasiat dapat dilaksanakan, antara lain: 96
a. Dapat terjadi atas kehendak pewasiat.
94

Pasal 994 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hal. 273.
96
Effendi Perangin-angin, Op.cit, hal 79.
95

Universitas Sumatera Utara

b. Dapat dinyatakan secara: tegas dengan akta dan; diam-diam, dengan membuat
testament baru yang bertentangan dengan testament lama.
c. Testament batal jika pelaksanaannya tidak mungkin.
Di antara pencabutan dan gugurnya wasiat ada perbedaan; pencabutan ialah di
dalam hal ini ada suatu tindakan dari pewaris yang meniadakan suatu testament,
sedangkan gugur ialah tidak ada tindakan dari pewaris tapi wasiat tidak dapat
dilaksanakan, karena ada hal-hal di luar kemauan pewaris.
Testament akan menjadi gugur apabila bertentangan dengan syarat-syarat yang
ditetapkan di dalamnya, antara lain: 97
a. Barang yang diwasiatkan musnah pada waktu pewaris masih hidup atau terjadi
setelah meninggalnya pewaris, tetapi tidak diakibatkan oleh perbuatan atau
kesalahan ahli waris.
b. Legaat yang berisi bunga, piutang atau tuntutan utang menjadi gugur apabila apa
yang menjadi isi legaat tersebut telah dibayarkan kembali kepada pewaris atau
penghibah.
c. Ahli waris penerima hibah (legataris) ternyata menolak hibah atau mereka tidak
cakap untuk menerima legaat.
Jika suatu wasiat memuat suatu ketetapan yang bergantung kepada suatu
peristiwa yang tak tentu: maka jika si waris atau legataris meninggal dunia, sebelum
peristiwa itu terjadi, wasiat itu gugur. 98

97
98

Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hal 274.
Pasal 997 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara

Jika yang ditangguhkan itu hanya pelaksanaannya saja, maka wasiat itu tetap
berlaku, kecuali ahli waris yang menerima keuntungan dari wasiat itu. 99
10. Pendaftaran wasiat pada Daftar Pusat Wasiat
Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf (j) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004
tentang Jabatan Notaris Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
ditentukan bahwa, Notaris berkewajiban "mengirimkan daftar Akta sebagaimana
dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil berkenaan dengan wasiat pada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5(lima)
hari pada minggu pertama bulan berikutnya.
Setelah surat wasiat dibentuk baik berupa Akta Notaris maupun akta dibawah
tangan, maka notaris selanjutnya akan mengirimkan daftar akta atau surat yang
berkenaan dengan wasiat tersebut ke Daftar Pusat Wasiat Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan
berikutnya. Jika tidak melaporkannya, maka akta tersebut tidak berlaku sebagai akta
otentik, atau dengan kata lain akta tersebut hanya berlaku sebagai akta dibawah
tangan, bahkan dapat dinyatakan batal demi hukum.
Kelalaian notaris dengan tidak mendaftarkan wasiat ke daftar pusat wasiat
mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi

99

Pasal 998 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara

pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada notaris. 100
Dalam hal pengiriman laporan daftar akta berkenaan dengan wasiat, telah
diterapkan online sistem dan telah dilakukan launching di Hotel Bidakara Jakarta
pada tanggal 28 Maret 2014, yang dihadiri antara lain oleh Pengurus Ikatan Notaris
Indonesia dan para pejabat eselon I, II dan III Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum; 101
Untuk pengiriman laporan berkenaan dengan wasiat terdaftar, dikenakan biaya
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia juncto Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
2015. 102
Dengan Pemberlakuan online sistem maka Daftar Pusat Wasiat Subdirektorat
Harta Peninggalan Direktorat Perdata tidak lagi menerima pengiriman laporan daftar
akta berkenaan dengan wasiat secara manual. 103

100

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Surat edaran yang dikeluarkan Direktur Perdata Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Daulat Pandapotan Silitonga melalui http://ahu.go.id/
102
Surat edaran yang dikeluarkan Direktur Perdata Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Daulat Pandapotan Silitonga melalui http://ahu.go.id/
103
Surat edaran yang dikeluarkan Direktur Perdata Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Daulat Pandapotan Silitonga melalui http://ahu.go.id/
101

Universitas Sumatera Utara

Jika Notaris melakukan pelaporan berkenaan dengan wasiat secara manual,
maka laporan berkenaan dengan wasiat tersebut tidak akan terdata dalam data base
wasiat online, sehingga informasi tentang ada atau tidaknya daftar wasiat pada Daftar
Pusat Wasiat Subdirektorat Harta Peninggalan Direktorat Perdata menjadi tidak
akurat. 104
Mengingat bahwa Daftar Pusat Wasiat Subdirektorat Harta Peninggalan
Direktorat Perdata secara administratif hanya mendata setiap laporan daftar akta
wasiat yang oleh undang-undang diwajibkan dilaporkan oleh Notaris dalam jangka
waktu tertentu, maka dampak hukum akibat Notaris tidak memenuhi kewajibannya
tersebut menjadi tanggung jawab Notaris yang bersangkutan apabila dikemudian hari
menimbulkan permasalahan hukum. 105
D. Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Keberadaannya Oleh Ahli
Waris Dan Penerima Wasiat Bagi Golongan Penduduk Pribumi.
Akta wasiat memiliki kedudukan yang jelas didalam hukum Indonesia.
Pengaturan mengenai wasiat ini berada di Pasal 930-953 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Pada prinsipnya pewaris dalam pembuatan wasiat ini harus
bebas dari intervensi pihak manapun, sehingga pasal tersebut di atas sangat
menekankan pada prosedur pembuatan wasiat guna menjamin bahwa seseorang

104

Surat edaran yang dikeluarkan Direktur Perdata Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Daulat Pandapotan Silitonga melalui http://ahu.go.id/
105
Surat edaran yang dikeluarkan Direktur Perdata Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Daulat Pandapotan Silitonga melalui http://ahu.go.id/

Universitas Sumatera Utara

membuat wasiatnya sesuai kehendak bebasnya sendiri tanpa dipengaruhi orang
lain, termasuk notaris sendiri.
Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang
menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya setelah
meninggal dunia. Harta warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah
hukum dan sosial, oleh karena itu memerlukan pengaturan dan penyelesaian
secara tertib dan teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
1.

Penyebab Ahli Waris Dan Penerima Wasiat Khususnya Golongan
Penduduk Pribumi tidak mengetahui adanya wasiat.
Penggolongan penduduk merupakan warisan pemerintah Hindia Belanda
yang berdasarkan politik hukum diatur melalui Indische Staatsregeling (IS).
Pasal 163 IS secara normatif eksplisit mengatur tentang adanya pembagian
golongan penduduk di Hindia Belanda ke dalam tiga golongan yaitu golongan
Eropa, golongan Bumiputera/Pribumi,dan golongan Timur Asing. 106
Pada tahun 1966, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presidium Kabinet
Nomor 31/U/IN/12/ 1966 tanggal 27 Desember 1966 yang ditujukan kepada
Menteri Kehakiman dan Dinas Catatan Sipil yang bersifat nasional, untuk tidak

106

Djaja S.Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum Keluarga,
Edisi Revisi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

menggunakan lagi Penggolongan Penduduk berdasarkan Pasal 131 dan Pasal 163
Indische Staatsregeling (IS). 107
Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2006

tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia pembagian golongan penduduk seperti
diatas telah dihapuskan. Penghapusan perbedaan golongan penduduk secara
tegas diatur juga dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar tahun 1945
”Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”.
Penghapusan

tentang

pembagian

golongan

penduduk

ini

pada

kenyataannya belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh dibuktikan dengan
masih adanya peraturan yang masih memisahkan ketiga golongan penduduk
tersebut, salah satunya adalah hukum waris terkait peraturan tentang pembuatan
surat keterangan waris.
Berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat
Pendaftaran Tanah Nomor DPT/12/63/12/69 tentang Surat Keterangan Warisan
dan Pembuktian Kewarganegaraan juncto pasal 111 ayat 1 C point 4 PMNA No
3 tahun 1997, dibedakan tentang siapa saja yang berwenang untuk membuat
keterangan waris untuk tiap-tiap golongan penduduk. Pembagian kewenangan
tersebut adalah sebagai berikut:

107

Rahmadi Usman, Op.cit, hal 193

Universitas Sumatera Utara

a. Untuk penduduk golongan Eropa dan WNI keturunan Tionghoa,
keterangan warisnya dibuat di hadapan notaris.
b. Untuk penduduk pribumi, keterangan waris cukup dibuat di bawah
tangan, yang disaksikan dan dibenarkan (disahkan) oleh lurah dan
dikuatkan oleh camat setempat.
c. Untuk WNI keturunan Timur Asing (India dan Arab), yang berwenang
membuat keterangan warisnya adalah Balai Harta Peninggalan (BHP).
Berbeda dengan masyarakat golongan Eropa dan keturunan Tionghoa yang
sebelum dibuatnya surat keterangan warisnya notaris berkewajiban mengecek ke
Daftar Pusat Wasiat terkait adanya wasiat, masyarakat golongan timur asing
bukan tionghoa dan masyarakat pribumi sangatlah rentan terhadap permasalahan
tidak diketahui adanya wasiat, dikarenakan dalam pembuatan surat keterangan
ahli warisnya tidak dilakukan pengecekan ke Daftar Pusat Wasiat terlebih
dahulu, baik oleh pejabat pembuat surat keterangan ahli waris maupun oleh ahli
waris itu sendiri. Sehingga hal ini membuka peluang terjadinya sengketa
dikemudian hari mengenai pembagian warisnya.
Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sangatlah penting
sehingga memperkecil kemungkinan sengketa dikemudian hari dan membantu
terjaminnya kepastian hukum pembagian warisan.
Adapun yang menjadi penyebab Ahli Waris Dan Penerima Wasiat
khususnya Golongan Penduduk Pribumi tidak mengetahui adanya wasiat
adalah: 108

108

Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

a. Pewasiat tidak memberitahukan kepada ahli warisnya ataupun kepada
penerima wasiat telah dibuatnya wasiat.
Terbuka

kemungkinan

bagi

pewaris

(pewasiat)

untuk

tidak

memberitahu ahli warisnya dan orang/pihak yang diberinya wasiat
dikarenakan

tidak

ada

keharusan

bagi

pewaris

(pewasiat)

untuk

memberitahukan kepada ahli waris ab intestato ataupun mendapat
persetujuan dari ahli waris ab intestato atas wasiat yang dibuatnya, bila
pewaris (pewasiat) memberitahukan niatnya tersebut, ahli waris ab intestato
mungkin tidak akan setuju dengan keinginan pewaris (pewasiat) untuk
mewasiatkan sebahagian hartanya kepada pihak lain karena akan
mengurangi haknya sebagai ahli waris ab intestato, dan bila pewaris
(pewasiat) memberitahukan niatnya untuk membuat wasiat tersebut kepada
orang/pihak yang akan diberinya wasiat maka akan menimbulkan niat jahat
bagi calon penerima wasiat untuk membunuh si pewasiat agar segera
mendapatkan harta warisan.
Sehingga

pada

umumnya

pewaris

(pewasiat)

tidak

akan

memberitahukan kepada ahli warisnya maupun orang yang akan diberinya
wasiat akan adanya wasiat yang ia perbuat.
b. Surat Keterangan ahli waris
Adanya penggolongan terhadap penduduk Indonesia sejak jaman
Belanda dahulu juga berdampak terjadinya pembedaan terhadap bentuk dan
siapa pejabat yang berwenang untuk membuat keterangan waris.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat
Pendaftaran Tanah Nomor DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 ayat 1 C point
4 PMNA No 3/1997, dibedakan tentang siapa saja yang berwenang untuk
membuat keterangan waris.
Berbeda dengan Surat keterangan waris yang dibuat oleh notaris, surat
keterangan waris yang dibuat oleh Camat maupun yang dibuat oleh Balai
Harta Peninggalan, dibuat di bawah tangan dan disahkan lurah dan/atau
camat tidak menetapkan berapa jumlah/bagian dari para ahli waris. Bahkan
sering terjadi, keterangan waris tersebut dibuat tanpa adanya penelitian sama
sekali. Sehingga tidak diketahui secara pasti, berapa sebenarnya jumlah ahli
waris dari seorang pewaris. Kondisi tersebut mengakibatkan sering
terjadinya sengketa waris karena keterangan waris yang tumpang tindih
tersebut. Akibat sering adanya gugatan masalah keterangan waris yang
keliru. Problema lain dalam pembuatan surat keterangan waris untuk
pribumi adalah tidak dilakukannya pengecekan wasiat terlebih dahulu oleh
para ahli waris dan pejabat pembuat surat keterangan ahli waris sebelum
dibuatnya pernyataan ahli waris secara di bawah tangan.
Pembuatan Surat Keterangan Waris oleh Camat dan/atau Lurah yang
tidak melakukan pengecekan terlebih dahulu ke Daftar Pusat Wasiat akan
adanya wasiat yang ditinggalkan oleh si pewaris menjadi alasan utama ahli
waris dan penerima wasiat khususnya golongan penduduk pribumi tidak
mengetahui adanya wasiat.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan keterangan dari Daftar Pusat Wasiat adalah untuk
pembuatan akta keterangan waris yang akan dibuat oleh notaris. Setelah
notaris memperoleh keterangan dari Daftar Pusat Wasiat, maka apabila ahli
waris atau yang berkepentingan tidak mempunyai salinan akta wasiat,
mereka harus meminta salinan akta wasiat itu kepada notaris yang
menyimpan akta wasiat tersebut, dan menyerahkannya kepada notaris yang
akan membuat keterangan waris.
Oleh karena itu, jika si pewaris ternyata pernah membuat wasiat secara
diam-diam maupun terang-terangan di hadapan notaris, namun tidak
memberitahukannya kepada ahli warisnya atau orang lain, maka wasiat
tersebut tidak akan pernah diketahui oleh ahli waris atau pihak lain yang
nantinya akan melakukan pengalihan hak atas harta peninggalan pewaris.
Terbuka ketidakpastian hukum atas penjualan pusaka oleh ahli waris sesuai
keterangan waris yang sebenarnya sudah diwasiatkan kepada orang lain
sama sekali (di luar ahli waris menurut undang-undang). Sehingga pewarisan
berdasarkan surat keterangan waris untuk pribumi hampir selalu berdasarkan
undang-undang tanpa mempertanyakan ada atau tidaknya wasiat dari
pewaris.
Kewajiban notaris pembuat akta wasiat terbatas pada kewajiban untuk
menyerahkan kepada notaris pembuat keterangan waris berdasarkan
ketentuan Pasal 943 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:
“Tiap-tiap notaris yang menyimpan surat-surat wasiat diantara surat-surat

Universitas Sumatera Utara

aslinya, biar dalam bentuk apapun juga, harus, setelah si yang mewariskan
meninggal dunia, memberitahukan kepada semua yang berkepentingan.”
Penerapan pasal ini sangat sulit untuk dilaksanakan karena pada dasarnya
notaris tidak mengetahui apakah pewasiat tersebut telah meninggal atau
masih hidup. Sehingga sulit bagi notaris untuk memberitahukan kepada ahli
waris akan adanya wasiat yang pernah dibuat pewasiat.
Kondisi tersebut yang dapat menyeret notaris/Pejabat Pembuat Akta
Tanah yang membuat akta peralihan hak warisnya dari seorang ahli waris
kepada orang yang nama-namanya tercantum dalam surat pernyataan ahli
waris menjadi turut tergugat dalam kasus-kasus peralihan hak karena
warisan. Karena posisi notaris benar-benar tergantung pada kejujuran para
ahli waris yang hadir dan melakukan peralihan hak berdasarkan surat
keterangan ahli waris yang dibuat tanpa terlebih dahulu melakukan
pengecekan ke Dafta Pusat Wasiat.
c. Pelaksana Wasiat (Executeur testamentair)
Berdasarkan Pasal 1005 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
”Seorang pewaris boleh mengangkat seorang atau lebih pelaksana surat
wasiatnya, baik dengan surat wasiat maupun dengan akta di bawah tangan
seperti yang tercantum pada Pasal 935 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, ataupun dengan akta notaris khusus. Ia dapat juga mengangkat
beberapa orang, agar pada waktu yang satu berhalangan, yang lain dapat
menggantikannya.” Dalam hal mewaris dengan testament, pewasiat dapat

Universitas Sumatera Utara

menentukan siapa-siapa yang dapat menggantikan atas harta kekayaan yang
ditinggalkannya. Pewasiat juga dapat mengangkat seseorang sebagai
pelaksana wasiat yang bertugas mengawasi bahwa wasiat itu dilaksanakan
sesuai dalam surat wasiat.
Seorang pelaksana wasiat berkewajiban untuk menyelenggarakan
sebaik-baiknya kepentingan ahli waris yang dipercayakan kepadanya oleh si
pewaris. 109 Pelaksanaan atas suatu wasiat bagi ahli warisnya dalam suatu
kasus, mungkin terdapat masalah, misalkan apakah tindakan pelaksana
wasiat dalam suatu kasus telah sesuai dengan isi wasiat. Alasan pengadilan
dapat menetapkan pelaksana wasiat berhak untuk menjual obyek wasiat si
penerima wasiat. Apapun alasannya, siapapun yang menjadi pelaksana
wasiat adalah salah jika pelaksana wasiat melanggar isi dari wasiat dan
bertindak atas kemauannya sendiri sehingga merugikan kepentingan si
penerima wasiat dan menerima hasil penjualan warisan tersebut untuk
kepentingan pribadinya.
Sehingga sangat disarankan untuk menentukan seorang pelaksana
wasiat yang pada saat si pewasiat meninggal dunia, dapat memberitahu
kepada ahli waris dan penerima wasiat atas adanya wasiat yang telah dibuat
oleh pewaris dan menjalankan isi wasiat tersebut. Penunjukan seorang
pelaksana wasiat dapat mencegah terjadinya ketidaktahuan ahli waris dan

109

Effendi Perangin-angin, Op.cit, hal 77.

Universitas Sumatera Utara

penerima wasiat khususnya golongan penduduk pribumi terhadap adanya
wasiat.
2.

Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Keberadaannya Oleh Ahli
Waris Dan Penerima Wasiat Bagi Golongan Penduduk Pribumi.
Surat wasiat dapat dibuat dalam dua cara yakni dinotariskan atau di bawah
tangan. Surat wasiat yang dinotariskan (akta wasiat) akan didaftarkan pada
Daftar Pusat Wasiat di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kekuatan hukum akta wasiat ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak melainkan
harus melalui putusan pengadilan. Wasiat yang melalui akta wasiat lebih
menjamin secara hukum, baik bagi yang mengeluarkan wasiat maupun bagi yang
menerima wasiat. 110
Surat wasiat yang dibuat di bawah tangan tentunya cukup ditandatangani
oleh si pembuat wasiat dan dilengkapi tandatangan para saksi minimal 2 orang.
Secara hukum, surat wasiat dibawah tangan ini tidak memberikan jaminan
hukum karena dapat dibatalkan secara sepihak cara ini sudah banyak
ditinggalkan mengingat rawan terhadap konflik hukum di kemudian hari.
Dalam surat wasiat, baik yang dibuat oleh notaris maupun di bawah tangan
harus menunjuk seseorang atau lebih sebagai pelaksana dari wasiat tersebut.
Kepada para pelaksana wasiat, pewaris dapat memberikan penguasaan atas
semua barang dari harta peninggalan, atau sebagian tertentu daripadanya. Seperti

110

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

yang tercantum dalam Pasal 1007 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yakni,
“penguasaan tersebut demi hukum tidak akan berlangsung selama lebih dari satu
tahun, terhitung semenjak hari para pelaksana itu sedianya dapat mengambil
benda-benda itu dalam kekuasaannya.” Selain penunjukan pelaksana wasiat,
surat wasiat juga dapat berguna untuk membuktikan adanya harta pewasiat yang
mungkin tidak diketahui oleh ahli waris ab intestato yang diwasiatkannya kepada
ahli waris testamenter. Sehingga wasiat juga berfungsi sebagai salah satu alat
untuk mengetahui harta-harta pewaris yang hanya diketahui pewaris.
Surat wasiat harus dibuat dalam bentuk akta, namun hukum perdata tidak
mensyaratkan apakah surat wasiat itu harus dibuat dalam bentuk akta di bawah
tangan atau akta otentik. Namun dalam prakteknya, surat wasiat umumnya dibuat
dalam bentuk akta otentik (dibuat di hadapan notaris). Hal ini penting mengingat
dalam segi pembuktian akta otentik memiliki nilai pembuktian yang
sempurna. 111
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu akta menjadi batal
atau dapat dibatalkan adalah sebagai berikut:
a. Ketidakcakapan dan Ketidakwenangan Dalam Bertindak.
b. Cacat Dalam Kehendak

(Pasal 1322-Pasal 1328 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata) menetapkan secara limitatif adanya cacat kehendak, yakni
kekhilafan/kesesatan, penipuan, dan paksaan.

111

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, untuk dapat menjadi akta wasiat yang tidak dapat batal
dan dibatalkan dipenuhilah formalitas-formalitas yang harus diperhatikan dalam
proses pembuatan akta wasiat secara umum adalah: 112
a. Kehendak terakhir, yang diberitahukan oleh si pembuat wasiat secara lugas
kepada seorang notaris, harus ditulis oleh notaris itu dengan kata-kata yang jelas.
b. Penyampaian ini harus dilakukan sendiri oleh si pembuat wasiat, tidak dapat
dilakukan melalui penuturan orang lain, anggota keluarga, atau seorang juru
bicara.
c. Dengan dihadiri oleh saksi-saksi. Notaris sendiri harus membacakan akta kepada
si pembuat wasiat dan setelah pembacaan itu, notaris harus bertanya kepadanya
apakah yang dibacakan itu benar mengandung wasiatnya.
d. Akta itu harus ditandatangani oleh si pembuat wasiat, notaris, dan saksi-saksi. Hal
ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 939 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
e. Jika si pembuat wasiat menerangkan tidak dapat menandatangani atau
berhalangan menandatangani akta itu, keterangan si pembuat wasiat serta
halangan yang dikemukakan harus ditulis secara tegas dalam akta oleh notaris
yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal
949 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

112

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

f. Bahasa yang ditulis dalam akta wasiat (testament acte) harus sama dengan bahasa
yang dipakai oleh si pembuat wasiat pada saat menyebutkan kehendak
terakhirnya
g. Setelah surat wasiat tersebut dibuat, maka setiap notaris dalam tempo lima hari
pertama tiap-tiap bulan wajib melaporkan atas akta wasiat yang dibuat olehnya
kepada Daftar Pusat Wasiat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kehendak terakhir memang tidak secara langsung diberitahukan pada
orang-orang yang akan menerima keuntungan dari kehendak terakhir itu. Orang
yang diuntungkan karena suatu surat wasiat baru mengetahui adanya kehendak
terakhir si pewaris beberapa lama setelah si pewaris meninggal dunia misalnya
dari seorang notaris. Karena itu, daya kerja suatu kehendak terakhir tidak
tergantung pemberitahuannya kepada pihak lainnya. Seperti yang telah
disebutkan dalam Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa
kehendak terakhir merupakan kehendak yang benar-benar sepihak. Dalam
kehendak terakhir tersebut, si pewaris benar-benar berkehendak dan harus terjadi
tentang yang telah dikehendaki sebenarnya. Kehendak sepihak dari pewaris ini
membuka peluang tersembunyinya sebuah wasiat, sehingga para ahli waris tidak
mengetahui adanya wasiat.
Akta wasiat yang tidak diketahui keberadaannya oleh ahli waris dan
penerima wasiat tetap memiliki kekuatan hukum dan kekuatan pembuktian
sepanjang dilaksanakan sesuai formalitas pembuatan akta wasiat yang telah
ditentukan, tetapi dengan tidak diketahuinya adanya wasiat menjadikan akta

Universitas Sumatera Utara

wasiat tersebut tidak dapat dijalankan oleh ahli waris dan penerima wasiat bagi
golongan penduduk pribumi. Tidak dilaksanakannya isi wasiat menjadikan
obyek yang dipersoalkan dalam wasiat dapat beralih kepihak lain. Tidak adanya
aturan yang mengatur daluarsanya sebuah akta wasiat mengakibatkan wasiat
masih dapat terus dilaksanakan selama wasiat tersebut tidak menjadi gugur
sesuai dengan Pasal 997, Pasal 1001 dan Pasal 1004 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. 113
Kondisi dimana ahli waris dan penerima wasiat tidak mengetahui adanya
wasiat pada saat terbukanya wasiat ini tentunya amat sangat merugikan penerima
wasiat dan menimbulkan ketidaknyamanan ahli waris karena hilangnya kepastian
hukum dari pembagian warisan sebelumnya. Berdasarkan Pasal 943 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata: “Tiap-tiap notaris yang menyimpan surat-surat
wasiat diantara surat-surat aslinya, biar dalam bentuk apapun juga, harus, setelah
si yang mewariskan meninggal dunia, memberitahukan kepada semua yang
berkepentingan.” Tetapi, Penerapan pasal ini sangat sulit untuk dilaksanakan
karena pada dasarnya notaris tidak mengetahui apakah pewasiat tersebut telah
meninggal atau masih hidup. Sehingga sulit bagi notaris untuk memberitahukan
kepada ahli waris akan adanya wasiat yang pernah dibuat pewasiat dan menjadi
sulit untuk melaksanakan isi dari akta wasiat tersebut yang merupakan kehendak
terakhir dari pewaris atas har