Analisis Yuridis Terhadap Kedudukan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Oleh Ahli Waris Dan Penerima Wasiat Chapter III V

BAB III
AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA
DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT.
C. Akibat Hukum Terhadap Pelaksanaan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui

Hukum Waris menurut para sarjana pada dasarnya adalah peraturan yang
mengatur perpindahan kekayaan seorang yang meninggal dunia kepada satu atau
beberapa orang lain). Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat hukum
dari kematian seseorang terhadap harta kekayaanya, yang berwujud: perpindahan
kekayaan si pewaris dan akibat hukum perpindahan tersebut bagi para ahli waris, baik
dalam hubungan antara sesama ahli waris maupun antara mereka dengan pihak
ketiga. 114
Mulai terhitung sejak meninggalnya pewaris, maka hak dan kewajibannya
demi hukum akan beralih kepada para penerima waris. Dengan demikian,
berdasarkan ketentuan Pasal 834 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, penerima
waris berhak menguasai kekayaan pewaris (boedel) berlandaskan pada haknya
sebagai penerima waris dari pewaris. Klaim ini serupa dengan klaim kepemilikan
lainnya dalam arti bahwa hak tersebut dapat ahli waris pertahankan terhadap siapapun
juga (ahli waris lainnya) yang memiliki klaim sama. 115

114


J. Satrio, Op.cit, hal 8.
Wilbert D. Kolkman et.al., Hukum Tentang Orang, Hukum Keluarga Dan Hukum Waris
Di Belanda Dan Indonesia, (Denpasar: Pustaka Larasan; Jakarta: Universitas Indonesia, Universitas
Leiden, Universitas Groningen, 2012), hal 148.
115

Universitas Sumatera Utara

Pewaris sebagai pemilik harta mempunyai hak mutlak untuk mengatur apa
saja yang dikehendaki atas hartanya. Ini merupakan konsekuensi dari hukum waris
sebagai hukum yang bersifat mengatur. 116
Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang menentukan
tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya setelah meninggal dunia. Harta
warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah hukum dan sosial, oleh karena itu
memerlukan pengaturan dan penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surat wasiat merupakan keinginan terakhir dari pewaris mengenai harta
pewaris, yang mana kehendak terakhir itu dapat berupa pengangkatan ahli waris,
hibah wasiat, pengangkatan executeur testamenter, dan terkadang ada juga

memasukan pengakuan anak didalam wasiat. 117
Surat Wasiat (testament) adalah sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang
tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat dicabut
kembali olehnya. 118 Karena wasiat harus dibuat dalam sebuah akta, maka syarat
wasiat adalah “tertulis” (dalam bentuk surat wasiat). Ucapan dan kehendak Pewaris
sewaktu masih hidup tentang apa yang dikehendakinya kelak terhadap boedel waris,
jika tidak dituangkan kedalam bentuk tertulis (akta/surat), tidak dapat dikatakan

116

Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hal 2-3
117
Sutrisno, Komentar Undang-Undang Jabatan Notaris, (Medan: Rineka Cipta, 2007), hal
459-460.
118
Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara


sebagai sebuah wasiat. Selama pewaris belum meninggal dunia, surat wasiat itu dapat
dirubah atau dicabut kembali olehnya. Karena sifatnya pernyataan kehendak, maka
surat wasiat bersifat sepihak dari sisi pewaris, dan tidak membutuhkan persetujuan
dari ahli waris. Sifat utama surat wasiat adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah
pembuat surat wasiat meninggal dunia dan tidak dapat ditarik kembali. 119
Surat wasiat hanya boleh dibuat, dengan akta olographis atau ditulis tangan
sendiri, dengan akta umum atau dengan akta rahasia atau akta tertutup. 120
Sesuai isi Pasal 932-940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Surat Wasiat
dibuat dalam bentuk akta dengan melibatkan notaris, baik notaris sebagai pembuat
akta ataupun sebagai tempat penitipan akta. Selanjutnya Dalam menjalankan
jabatannya, notaris berkewajiban: mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud
dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat
Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu
5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. 121 Namun di dalam
Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak meyebutkan
mengenai denda dari tiap-tiap keterlambatan, baik keterlambatan tentang daftar akta
wasiat kepada Balai Harta Peninggalan dan keterlambatan tentang pengiriman
pencatatan reportorium.

119


Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal

85
120

Pasal 931 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Pasal 16 ayat 1 huruf (i) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

121

Universitas Sumatera Utara

Sebelum menjalankan sebuah wasiat ahli waris harus mengetahui terlebih
dahulu apakah wasiat tersebut memenuhi syarat untuk dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang telah ada dan apakah wasiat tersebut sudah memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna sesuai dengan kewajiban pembuatan wasiat yang terdapat
pada Pasal 932-940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk memudahkan
pemeriksaan adanya akta wasiat dan untuk menyatukan data wasiat pendaftaran akta
wasiat sangat perlu dilaksanakan oleh notaris.

Adapun yang merupakan syarat-syarat wasiat terdiri:
1.

Syarat-syarat untuk membuat suatu wasiat: 122
a. Pembuat testament harus mempunyai budi akalnya, artinya tidak boleh
membuat testament ialah orang sakit ingatan dan orang yang sakitnya begitu
berat, sehingga ia tidak dapat berpikir secara teratur.
b. Orang yang belum dewasa dan yang belum berusia 18 tahun tidak dapat
membuat testament.

2.

Syarat-syarat isi wasiat sebagai berikut: 123
a. Jika testament memuat syarat-syarat yang tidak dapat dimengerti atau tak
mungkin dapat dilaksanakan atau bertentangan dengan kesusilaan, maka hal
yang demikian itu harus dianggap tak tertulis.

122
123


Pasal 895- 897 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Pasal 888, 890, 893,911 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Universitas Sumatera Utara

b. Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu, dan isi dari testament itu
menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan itu jika ia tahu
akan kepalsuannya maka testament tidaklah syah.
c. Suatu testament adalah batal, jika dibuat karena paksa, tipu atau muslihat.
d. Suatu ketetapan wasiat yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap
untuk mendapat warisan, adalah batal.
3.

Syarat-syarat pembuatan akta wasiat berdasarkan bentuknya:
a. Wasiat olographis harus seluruhnya ditulis tangan dan ditandatangani oleh
pewaris. Wasiat ini harus dititipkan oleh pewaris kepada Notaris untuk
disimpan. 124
b. Wasiat dengan akta umum harus dibuat di hadapan Notaris dan dua orang
saksi. 125
c. Bila pewaris hendak membuat surat wasiat tertutup atau rahasia, Pewaris juga

harus menyampailkannya dalam keadaan tertutup dan disegel kepada
Notaris 126

4.

Syarat-syarat pendaftaran wasiat oleh notaris:
a. Notaris berkewajiban mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam
huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat

124

Pasal 932 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Pasal 938 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
126
Pasal 940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

125

Universitas Sumatera Utara


Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam
waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. 127
Selain larangan-larangan tersebut di atas yang bersifat umum di dalam hukum
waris terdapat banyak sekali larangan-larangan yang tidak boleh dimuat

dalam

testament. Di antara larangan itu, yang paling penting ialah larangan membuat suatu
ketentuan sehingga legitieme portie (bagian mutlak para ahli waris) menjadi kurang
dari semestinya yang diatur dalam Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 898 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berisi: “Kecakapan seorang
yang mewariskan, harus ditinjau menurut kedudukan dalam mana ia berada, saat
surat wasiat dibuatnya.” Hal ini berarti bahwa kecakapan dari si pembuat wasiat
tersebut dinilai menurut keadaan pada saat membuat surat wasiat. Bukti bahwa si
pembuat wasiat sebelum atau sesudah membuat surat wasiatnya itu berada dalam
keadaan normal dan sadar harus dianggap telah cukup membuktikan bahwa ia pada
saat pembuatan surat wasiat itu berada dalam keadaan tersebut. 128
Seseorang yang sedang dalam keadaan kurang waras telah membuat surat
wasiat dan kemudian setelah itu menjadi normal dan masih hidup lama, maka apabila
ia tidak mengubah surat wasiatnya, surat wasiat tersebut tetap tidak sah. Sebaliknya,

apabila surat wasiat yang sudah dibuat dengan sah tetap berlaku dan tidak menjadi

127

Pasal 16 ayat 1 huruf (i) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Mireille Titisari Miarti Prastuti, Peran dan tanggungjawab Notaris Atas Akta Wasiat
(Testament Acte) Yang Dibuat Dihadapannya, Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2006), hal
54.
128

Universitas Sumatera Utara

gugur meskipun si pewaris kemudian kehilangan kecakapannya untuk membuat surat
wasiat. 129
Ketidaksehatan dari suatu akal pikiran dapat bersifat tetap dan dapat juga
bersifat sementara, misalnya dalam hal mabuk, sakit panas yang sangat tinggi dan
dibawah hipnotis, orang-orang yang lemah pikirannya, kurang akal sehatnya, maka
surat wasiat tersebut dianggap tidak sah. Begitu juga seseorang yang mengalami
gangguan jiwa, untuk itu diperlukan bantuan seorang ahli jiwa.
Setelah memeriksa isi wasiat tersebut, dapat ditentukan wasiat tersebut dapat

dilaksanakan atau tidak. Bila semua syarat pembuatan wasiat telah terpenuhi maka
wasiat harus dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian dapat dilaksanakan
pembagian warisan secara ab intestato.
Bila ada yang tidak memenuhi syarat sahnya maka ada konsekuensi hukum
yang berlaku, yaitu:
1. Wasiat batal atau gugur karena tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pembuatan
akta wasiat
a. Pasal 893 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : “Surat-surat wasiat yang
dibuat akibat paksaan, penipuan atau akal licik adalah batal”.
b. Pasal 897 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Anak-anak di bawah umur
yang belum mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak diperkenankan
membuat surat wasiat.”

129

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara


c. Pasal 879 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Pengangkatan ahli waris
yang bersifat melompat atau substitusi fidelcommissaire adalah dilarang.”
d. Pasal 911 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu ketetapan wasiat
yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap untuk mendapat
warisan, adalah batal, sekalipun ketetapan itu dibuat dengan nama seorang
perantara.”
e. Pasal 930 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Tidaklah diperkenankan
dua orang atau lebih membuat wasiat dalam satu akta yang sama, baik untuk
keuntungan pihak ketiga maupun berdasarkan penetapan timbal balik atau
bersama.”
f. Pasal 953 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Formalitas-formalitas
yang telah ditetapkan untuk berbagai-bagai surat wasiat itu menurut
ketentuan-ketentuan dalam bagian ini, harus diindahkan, dengan ancaman
kebatalan.”
g. Pasal 997 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Semua penetapan dengan
surat wasiat yang dibuat dengan persyaratan yang bergantung pada peristiwa
yang tidak tentu terjadinya dan sifatnya, sehingga pewaris harus dianggap
telah menggantungkan pelaksanaan penetapannya dengan terjadi tidaknya
peristiwa itu, adaIah gugur, bila ahli waris atau penerima hibah yang
ditetapkan itu meninggal sebelum terpenuhi persyaratan itu.”

Universitas Sumatera Utara

h. Pasal 999 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu hibah wasiat gugur,
bila barang yang dihibahwasiatkan musnah sama sekali semasa pewaris masih
hidup.”
i. Pasal 1000 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu hibah wasiat
berupa bunga, piutang atau tagihan utang lain kepada pihak ketiga, gugur
sekedar mengenai apa yang pada waktu pewaris masih hidup kiranya telah
dibayar.”
j. Pasal 1001 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Suatu penetapan yang
dibuat dengan wasiat, gugur bila ahli waris atau penerima hibah yang
ditetapkan itu menolak warisan atau hibah wasiat itu, atau ternyata tidak cakap
untuk memanfaatkan hal itu.”
2. Kontrak tidak dapat dilaksanakan
Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan
masih mempunyai status hukum tertentu.
a. Pasal 888 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Dalam semua surat wasiat,
persyaratan yang tidak dapat dimengerti atau tidak mungkin dijalankan, atau
bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan, dianggap tidak tertulis.”
b. Pasal 901 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Seorang suami atau isteri
tidak dapat memperoleh keuntungan dan wasiat-wasiat isteri atau suaminya,
bila perkawinannya dilaksanakan tanpa izin yang sah, dan si pewaris telah
meninggal pada waktu keabsahan perkawinan itu masih dapat dipertengkarkan
di Pengadilan karena persoalan tersebut.”

Universitas Sumatera Utara

c. Pasal 904 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Seorang anak di bawah
umur, meskipun telah mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak boleh
menghibahwasiatkan sesuatu untuk keuntungan walinya.”
d. Pasal 905 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Anak di bawah umur tidak
boleh

menghibahwasiatkan

sesuatu

untuk

keuntungan

pengajarnya,

pengasuhnya laki-laki atau perempuan yang tinggal bersamanya, atau gurunya
laki-laki atau perempuan di tempat pemondokan anak di bawah umur itu.”
e. Pasal

906

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Perdata:

“Dokter,

ahli

penyembuhan, ahli obat-obatan dan orang-orang lain yang menjalankan ilmu
penyembuhan, yang merawat seseorang selama ia menderita penyakit yang
akhirnya menyebabkan ia meninggal, demikian pula pengabdi agama yang
telah membantunya selama sakit, tidak boleh mengambil keuntungan dan
wasiat-wasiat yang dibuat oleh orang itu selama ia sakit untuk kepentingan
mereka.”
f. Pasal 907 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Notaris yang telah
membuat wasiat dengan akta umum, dan para saksi yang hadir pada waktu itu,
tidak boleh memperoleh kenikmatan apa pun dari apa yang kiranya ditetapkan
dalam wasiat itu.”
g. Pasal 909 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Pelaku perzinaan, baik
laki-laki maupun perempuan, tidak boleh menikmati keuntungan apa pun dari
wasiat kawan berzinanya, dan kawan berzina ini tidak boleh menikmati
keuntungan apa pun dan wasiat pelaku, asal perzinaan itu sebelum

Universitas Sumatera Utara

meninggalnya pewaris, terbukti dan putusan Hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang pasti.”
h. Pasal 912 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: “Orang yang dijatuhi
hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang telah menggelapkan,
memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris, atau orang yang dengan
paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau
mengubah surat wasiatnya, serta isteri atau suaminya dan anak-anakniya,
tidak boleh menikmati suatu keuntungan pun dari wasiat itu.”
i. Melanggar Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Legitieme portie
atau bagian warisan menurut undang-undang ialah bagian dan harta benda
yang harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus menurut
undang-undang, yang terhadapnya orang yang meninggal dunia tidak boleh
menetapkan sesuatu, baik sebagai hibah antara orang-orang yang masih hidup,
maupun sebagai wasiat.”
3. Wasiat sah tapi tidak dapat dilaksanakan karena wasiat tidak diketahui oleh ahli
waris dan penerima wasiat.
Wasiat yang telah sesuai dengan formalitas-formalitas yang telah ditetapkan
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang lainnya
dapat dilaksanakan sesuai dengan isi wasiat tersebut, tetapi tidak diketahuinya
wasiat tersebut menyebabkan wasiat tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh ahli
waris dan penerima wasiat. Wasiat ini masih berlaku dan dapat dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara

sampai diketahuinya wasiat tersebut dikemudian hari karena pelaksanaan wasiat
tidak mengenal daluarsa.
Secara praktik, memang lebih mudah melakukan pembagian harta peninggalan
yang berdasarkan pada surat wasiat dibandingkan dengan pembagian harta
peninggalan berdasarkan pewarisan. Asalkan wasiat yang dibuat diketahui oleh para
ahli waris, sehingga dapat dilaksanakan. 130
Akta wasiat yang dibuat oleh notaris dan yang didaftarkan pada Daftar Pusat
Wasiat di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, kekuatan hukum akta
wasiat ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak melainkan harus melalui putusan
pengadilan. Wasiat yang melalui akta wasiat lebih menjamin secara hukum, baik bagi
yang mengeluarkan wasiat maupun bagi yang menerima wasiat. 131
Notaris berkewajiban untuk melaporkan atau memberitahukan wasiat seseorang
pada 5 (lima) hari minggu pertama setiap bulannya. Jika tidak melaporkannya, maka
akta tersebut tidak berlaku sebagai akta otentik, atau dengan kata lain akta tersebut
hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan, bahkan dapat dinyatakan batal demi
hukum.
Kelalaian notaris dengan tidak mendaftarkan wasiat ke daftar pusat wasiat
mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi
130

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.
131
Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada notaris. 132
Apabila wasiat tersebut telah memenuhi syarat sah pembuatan wasiat maka
akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya akta wasiat tersebut adalah ahli waris
berkewajiban menjalankan isi akta wasiat tersebut dan akibat hukum yang
ditimbulkan selanjutnya juga terdapat pada pembagian warisan yang telah
dilaksanakan terlebih dahulu.
Akta wasiat yang tidak diketahui tetapi telah memenuhi syarat sah pembuatan
wasiat tetaplah berkekuatan hukum dan berlaku sah sampai pada diketahuinya wasiat
tersebut dikemudian hari, karena akta wasiat tidak mengenal adanya daluarsa. 133
D. Akibat Hukum Pembagian Warisan Apabila Pada Akhirnya Diketahui
Adanya Akta Wasiat
Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum
yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain
yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan
telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. 134

132

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.
134
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka setia,1999), hal 71.
133

Universitas Sumatera Utara

Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan
oleh undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan berakibat, bahwa orang yang
melanggar itu dapat dituntut di muka pengadilan. 135
Tuntutan atau gugatan perdata dibedakan dalam dua jenis, yaitu: gugatan
wanprestasi dan gugatan melawan hukum. Adapun landasan hukum masing-masing
kedua gugatan tersebut didasarkan pada ketentuan Buku III Pasal 1243 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata untuk wanprestasi dan Pasal 1365 Kitab UndangUndang Hukum Perdata untuk gugatan perbuatan melawan hukum.
Pembagian warisan yang dilakukan tanpa terlebih dahulu memeriksa adanya
wasiat pada Daftar Pusat Wasiat merupakan perbuatan melawan hukum. Istilah
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) adalah tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian
tersebut. 136
Perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas yakni mencakup salah
satu dari perbuatan-perbuatan salah satu dari berikut: 137
1.
2.
3.
4.

Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain.
Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.
Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan.
Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan
dalam pergaulan masyarakat yang baik.

135

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992) hal 295.
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
137
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2005), hal 1.
136

Universitas Sumatera Utara

Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain adalah melanggar hak-hak
seseorang yang diakui oleh hukum, tetapi tidak terbatas pada hak-hak yaitu hak-hak
pribadi (persoonlijkheidsrechten), hak kekayaan (vermosgensrecht), hak atas
kebebasan dan hak atas kehormatan dan nama baik. 138 Perbuatan yang bertentangan
dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah suatu kewajiban hukum yang diberikan
oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan adalah tindakan yang melanggar
kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga
dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, manakala tindakan melanggar
kesusilaan tersebut telah terjadi kerugian bagi pihak lain maka pihak yang menderita
kerugian tersebut dapat meminta ganti kerugian berdasarkan atas perbutan melawan
hukum seperti yang terkandung dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau keharusan
dalam pergaulan masyarakat yang baik atau yang disebut dengan istilah
zorgvuldigheid juga dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Jadi, jika
seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar
pasal-pasal dari hukum yang tertulis masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan
hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau

138

Ibid, hal.8.

Universitas Sumatera Utara

keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan dalam pergaulan masyarakat
tersebut tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. 139
Perbuatan melawan hukum dapat dijumpai baik dalam ranah hukum pidana
maupun dalam ranah hukum perdata. Sehingga dapat ditemui istilah melawan hukum
pidana begitupun melawan hukum perdata. Dalam konteks itu jika dibandingkan
maka kedua konsep melawan hukum tersebut memperlihatkan adanya persamaan dan
perbedaan. 140
Terlanggarnya hak penerima wasiat disebabkan oleh adanya wasiat yang tidak
diketahui oleh ahli waris dan penerima wasiat, adalah perbuatan melanggar hukum
sehingga memberi peluang bagi penerima wasiat untuk mengajukan gugatan hukum
kepada ahli waris atas sudah terlaksananya pembagian warisan sebelumnya tanpa
sepengetahuannya ataupun tanpa keikutsertaannya. Terlebih apabila obyek wasiat
telah dijual atau dialihkan haknya kepada pihak ketiga, maka penerima wasiat berhak
menuntut haknya dikembalikan dan dipenuhi dengan alasan obyek yang dialihkan
atau dijualbelikan bukanlah milik orang yang melakukan akad jual beli atau orang
yang diberi izin oleh pemilik.
Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui
adanya wasiat ini juga merupakan perbuatan melawan hukum terhadap syarat jual
beli, karena barang yang diakadkan dalam jual beli adalah bukan milik orang yang

139

Ibid.
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pasca Sarjana FH Universitas
Indonesia, 2003), hal 14.
140

Universitas Sumatera Utara

melakukan akad atau yang diberi izin oleh pemilik. Jika si pemiliknya membolehkan
maka syah akadnya, jika tidak maka batal akadnya.
Jual beli barang orang lain adalah batal, 141 dan serta secara eksplisit
menyangkut pasal 1083 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang pada intinya
bahwa setiap ahli waris dianggap seketika menggantikan sipewaris dalam hal barangbarang yang dibagikan kepadanya.
Hukum waris perdata barat mengenal adanya hak mutlak dari para ahli waris
masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari harta warisan. Hal itu
berarti bila seseorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di pengadilan,
maka tuntutan dimaksud, tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Hal ini
berdasarkan ketentuan Pasal 1066 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai
berikut :
1.

2.
3.
4.

Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta
peninggalan tidak dapat dipaksa untuk membiarkan harta benda
peninggalan dalam keadaan tidak terbagi-bagi di antara para ahli
waris yang ada.
Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut
walaupun ada perjanjian yang melarang hal tersebut.
Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja
dilakukan hanya beberapa waktu tertentu.
Perjanjian penangguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama
lima tahun, namun dapat diperbarui jika masih dikehendaki oleh
para pihak.

Di dalam gugatannya, bila ada penerima wasiat merasa dirugikan maka ada
konsekuensi hukum yang berlaku atas pembagian warisan tersebut, yaitu : Pembagian
warisan itu dapat dibatalkan karena terdapat perbuatan melawan hukum yang
141

Pasal 1471 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh ahli waris ab intestato kepada ahli waris testamenter, yang diuraikan
dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi: “Tiap
perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian

kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti
kerugian tersebut.” Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya bertentangan dengan
undang-undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain
atau bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat
bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan
dalam lalu lintas masyarakat. 142
Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum: 143
1.

2.

3.

142
143

Adanya Perbuatan Melawan Hukum
Dikatakan Perbuatan Melawan Hukum, tidak hanya hal yang bertentangan
dengan Undang-Undang, tetapi juga jika berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang memenuhi salah satu unsur berikut:
a. Berbertentangan dengan hak orang lain;
b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;
c. Bertentangan dengan kesusilaan;
d. Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan)
yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang
lain atau benda.
Adanya unsur kesalahan
Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan dan akibatakibat yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku. Unsur
kesalahan dapat juga diuraikan dari adanya dolus (kesengajaan) yaitu si
pembuat menghendaki dan mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan
culva (Kealpaan) yaitu suatu kesalahan yang dilakukan dengan tidak
sengaja, atau kurang hati-hati, atau kurang pengertian.
Adanya kerugian
Yaitu kerugian yang timbul karena Perbuatan Melawan Hukum. Tiap
Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian
Munir Fuady, Op cit, hal 3.
Rosa Agustina, Op cit, hal 49-50.

Universitas Sumatera Utara

4.

uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni
ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup. Kerugian dapat
juga diartikan sebagai bentuk kehilangan keuntungan dan kehilangan
bunga yang didapat karena adanya perbuatan melawan hukum.
Adanya hubungan sebab akibat
Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan kausal
antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang
ditimbulkan
sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan ketentuan Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan: setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena
kelalaiannya atau kurang hati-hatinya. 144
Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui
adanya wasiat memenuhi unsur pertama dan kedua dari unsur-unsur perbuatan
melawan hukum diatas yaitu : adanya perbuatan melawan hukum dan adanya unsur
kesalahan. Terdapat adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan ahli
waris dengan tidak melakukan sesuatu berupa pemeriksaan adanya wasiat ke Daftar
Pusat Wasiat, karena dengan tidak dilakukannya pemeriksaaan adanya wasiat
menyebabkan hak orang lain yaitu penerima wasiat menjadi dirugikan. Terdapat juga
unsur kesalahan berupa kealpaan yang dilakukan ahli waris dalam pembagian warisan
tanpa memeriksa terlebih dahulu adanya wasiat, yaitu ahli waris kurang hati-hati
dalam pembagian warisan untuk terlebih dahulu memeriksa adanya wasiat ke daftar
pusat wasiat untuk menjamin kepastian pembagian warisan yang akan dilakukan.

144

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2002, hal 144.

Universitas Sumatera Utara

Sehingga didalam gugatannya penerima wasiat berhak untuk menuntut : 145
1. Dilaksanakannya isi wasiat.
2. Dibatalkannya pembagian warisan sebelumnya
3. Dibatalkannya jual beli yang telah dilakukan atas obyek wasiat yang menjadi
haknya
4. Ganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan ahli waris ab intestato.
Sebagai konsekuensi hukum dari tidak diketahuinya wasiat, maka kemungkinan
terjadi pemindahan atau peralihan obyek wasiat yang tidak diketahui tersebut tidak
dapat dihindari. Pembagian warisan yang telah dilakukan sebelumnya memberikan
kebebasan kepada ahli waris untuk menguasai dan melakukan perbuatan hukum
apapun atas obyek yang telah menjadi haknya.
Peristiwa hukum yang dapat menimbulkan pemilikan bersama dapat terjadi
antara lain: 146
1. Jika dua orang atau lebih membeli sebuah benda untuk dimiliki secara
bersama-sama.
2. Jika dua orang atau lebih mendirikan suatu badan usaha, atas keuntungan atau
kekayaan perusahaan merupakan milik bersama.
3. Seorang laki-laki dan perempuan menikah tanpa membuat perjanjian
perkawinan.
4. Karena memperoleh warisan
5. Menerima hibah secara bersama-sama

145

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.
146
Habibadjie, dosen, narotama.ac.id. Telaah Singkat Pengenaan BPHTB atas Pembagian dan
Pemisahan Hak Bersama Berasal Dari Warisan dan Pemisahan Goni-Gini Karena Perceraian,
dikutip tanggal 01 September 2015, hal 1.

Universitas Sumatera Utara

Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat yang berwenang membuat
akta peralihan hak, akan menggunakan surat keterangan ahli waris untuk mengetahui
siapa saja orang yang berhak atas obyek warisan tersebut, tetapi dengan tidak
sempurnanya surat keterangan ahli waris selanjutnya akan berdampak pada batalnya
akta/perjanjian yang telah dibuat untuk obyek perjanjian yang juga merupakan obyek
wasiat yang belum diketahui.
Sehingga tidak terdapat jaminan kepastian hukum mengenai penguasaan atau
peralihan hak atas tanah dari pewaris, yang diperoleh dari warisan yang merupakan
suatu peristiwa hukum secara langsung berpindah kepada ahli waris, tanpa didasari
oleh surat keterangan ahli waris yang sempurna.
Surat keterangan hak waris merupakan landasan bagi notaris untuk pengurusan
akta pemisahan dan pembagian, serta landasan juga bagi ahli waris untuk melakukan
perbuatan hukum mengenai harta peninggalan yang belum terbagi. Sehingga dalam
surat keterangan hak waris jelas kedudukan ahli waris dalam menghadap notaris. 147
Dengan menggunakan surat pernyataan waris sebagai dasar pendaftaran, hal ini
tidak merupakan suatu akta yang otentik, karena hanya dibuat oleh para pihak atau
ahli waris, dan turut disaksikan oleh dua orang saksi, yang dikuatkan oleh Kepala
Desa/Kelurahan dan Camat. Apabila peralihan hak atas tanah tetap juga dilakukan
maka nantinya akan dapat menimbulkan konflik terutama terkait adanya wasiat yang
diketahui kemudian hari.
147

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

Pemindahan pemilikan obyek wasiat yang telah dilakukan sebelumnya tanpa
persetujuan penerima wasiat, dapat dimintakan pembatalannya oleh penerima wasiat
karena peralihan hak itu melanggar Pasal 1471 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata bahwa “Jual beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan
dasar kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ia
tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain”. Hal ini sesuai dengan asas
nemo plus juris, seseorang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada
padanya. 148 Dengan batalnya jual beli tersebut, maka jual beli tersebut dianggap tidak
pernah ada, dan masing-masing pihak dikembalikan ke keadaannya semula sebelum
terjadi peristiwa “jual beli” tersebut, yang mana hak milik atas tanah tetap berada
pada ahli waris. Karena pemindahan atau peralihan haknya tidak dilakukan oleh
pemilik obyek yang hendak dialihkan dan juga tidak mendapatkan kuasa dari pemilik
obyek yang hendak dialihkan untuk mengalihkannya.

148

Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hal 118.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
UPAYA HUKUM AHLI WARIS UNTUK MENDAPATKAN
PERLINDUNGAN HUKUM APABILA WARISAN TELAH DIBAGI BARU
KEMUDIAN DIKETAHUI ADANYA WASIAT
A. Upaya Hukum Ahli Waris Ab intestato Untuk Mendapatkan Perlindungan
Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya
Wasiat.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada dua cara untuk
mendapatkan warisan, yaitu: 149
1. Sebagai ahli waris menurut Undang-Undang (ab intestato). Pewarisan
berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana
hubungan darah merupakan faktor penentu dalam hubungan pewarisan
antara pewaris dan ahli waris.
2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament). Dalam hal ini testament
merupakan suatu akta yang memuat tentang apa yang dikehendaki
terhadap harta setelah pewaris meninggal dunia dan dapat dicabut
kembali (pernyataan sepihak), testament ini diatur dalam Pasal 875
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hukum waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku asas
“apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan
kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”, 150 sebagaimana diatur dalam
Pasal 833 juncto Pasal 955 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu,
unsur-unsur terjadinya pewarisan mempunyai tiga persyaratan sebagai berikut: 151
1. Ada orang yang meninggal dunia;

149

Effendi Perangin-angin, Op.cit, hal 4.
R.Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIX, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001),

150

hal 88.
151

Zainuddin Ali, Op.cit, hal 82.

Universitas Sumatera Utara

2. Ada orang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada
saat pewaris meninggal dunia;
3. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris.
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata“ pewarisan hanya berlangsung karena kematian”. 152 “Peristiwa kematian
menurut hukum mengakibatkan terbukanya warisan dan sebagai konsekuensinya
seluruh kekayaan (baik berupa aktiva maupun pasiva) yang tadinya dimiliki oleh
seorang peninggal harta beralih dengan sendirinya kepada segenap ahli waris nya
secara bersama-sama”. 153
Pihak yang berhak dalam pembagian harta warisan atau harta peninggalan
adalah ahli waris, ahli waris merupakan “orang-orang yang berhak menerima harta
warisan (harta pusaka)” 154
Untuk menjamin harta warisan (harta pusaka) diwariskan kepada orang-orang
yang berhak, diterbitkanlah suatu produk hukum yaitu Surat Keterangan Ahli Waris.
Surat keterangan ahli waris dikeluarkan oleh pejabat-pejabat yang berwenang
menurut Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat Pendaftaran Tanah
Nomor DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 ayat 1 C point 4 PMNA No 3/1997, yang
membedakan tentang siapa saja yang berwenang untuk membuat keterangan waris.
Sehingga dengan surat keterangan ahli waris pembagian warisan dilakukan dengan

152

Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Syahril Sofyan, Beberapa Dasar Teknik Pembuatan Akta (Khusus Warisan), (Medan:
Pustaka Bangsa Press, 2011), hal 5.
154
Sudarsono, Op.Cit, hal 24.
153

Universitas Sumatera Utara

memastikan setiap orang yang mendapatkan warisan memiliki hak atas harta warisan
pewaris.
Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sebelum membuat surat
keterangan ahli waris adalah salah satu cara untuk menjamin terpenuhinya hak setiap
ahli waris. Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sangatlah penting
sehingga memperkecil kemungkinan sengketa dikemudian hari terkait harta warisan
yang telah dibagi dan membantu terjaminnya kepastian hukum pembagian warisan.
Tidak dilakukannya pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat baik oleh
pejabat yang berwenang membuat surat keterangan ahli waris ataupun oleh ahli waris
membukakan kemungkinan terdapat gugatan atas pembagian warisan apabila
dikemudian hari diketahui ternyata pewaris memiliki wasiat. 155
Ketidakpastian hukum tentang kedudukan akta wasiat yang tidak diketahui oleh
ahli waris dan penerima wasiat ini mengharuskan para ahli waris baik ahli waris ab
intestato maupun ahli waris testamenter melakukan suatu upaya hukum untuk
menjamin tidak dilanggarnya setiap hak dari ahli waris tersebut.
Untuk mencegah terjadinya sengketa terkait pembagian warisan tersebut
dikemudian hari, upaya preventif yang dapat dilakukan ahli waris terutama ahli waris
ab intestato adalah terlebih dahulu mengecek ke Daftar Pusat Wasiat terkait ada atau
tidaknya wasiat yang pernah dibuat oleh pewaris.

155

Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

Tetapi apabila telah terjadi pembagian warisan tanpa pengecekan wasiat
terlebih dahulu dan dikemudian hari diketahui adanya wasiat, terbuka berbagai upaya
hukum yang dapat dilakukan ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter.
Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris,
yaitu: isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah dari pewaris. ahli waris
menurut undang-undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah
terdapat 2 (dua) cara yaitu: 156
Pewarisan Langsung (uit eigen hoofde) karena pribadi itu dipanggil atau
ditetapkan oleh undang-undang untuk mewaris karena orang itu adalah keluarga
sedarah yang terdekat derjat pertalian darahnya dalam kelas ahli waris yang
terdekat pula dengan pewaris. Dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu :
a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak
beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau
yang hidup paling lama.
b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tuadan
saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi
orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak
akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun
mereka mewaris bersama-sama saudara pewaris.
c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari
pewaris.
d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan
sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.
Jika pewaris dan ahli waris sama-sama meninggal tanpa dapat diketahui siapa
yang lebih dahulu meninggal, mereka dianggap meninggal pada saat yang sama
dan di antara mereka tidak terjadi saling mewaris (Pasal 831 dan 894 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata). Jika semua golongan tidak ada, maka harta
warisan ini jatuh pada negara yang wajib melunasi utang-utang pewaris sekadar
harta warisan itu mencukupi.
2. Pewarisan melalui penggantian tempat (bij plaats vervulling) suatu cara
pewarisan dengan mana seseorang menjadi ahli waris karena menggantikan
1.

156

Syafnil Gani, Ocw.usu.ac.id/../kn_510_slide_cara_pewarisan_ab intestato-2 diunduh pada
hari Kamis tanggal 23 Juli 2015.

Universitas Sumatera Utara

tempat orang lain yang sekiranya akan mewaris jika orang yang digantikan itu
masih hidup pada saat kematian pewaris. Syarat-syarat penggantian tempat :
a. Orang yang menggantikan itu haruslah keluarga sedarah dari pewaris, tidak
tergolong orang yang tidak pantas mewaris, tidak ditiadakan haknya mewaris
oleh pewaris dengan surat wasiat.
b. Orang yang digantikan tempatnya harus sudah meninggal dunia lebih dahulu
dari pewaris.
c. Pasal 847 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tiada seorang pun boleh
menggantikan tempat orang yang masih hidup.
Undang-undang tidak membedakan ahli waris laki-laki dan perempuan, juga
tidak membedakan urutan kelahiran, hanya ada ketentuan bahwa ahli waris golongan
pertama jika masih ada maka akan menutup hak anggota keluarga lainnya dalam
dalam garis lurus ke atas maupun ke samping. Demikian pula golongan yang lebih
tinggi derajatnya menutup hak yang lebih rendah derajatnya.
Setelah meninggalnya pewaris, ahli waris ab intestato memiliki kewajiban
untuk membagi harta warisan. Untuk dapat membagi harta warisan ahli waris ab
intestato terlebih dahulu harus membuat surat kematian dan surat keterangan ahli
waris.
Syarat-syarat Pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris: 157
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Surat Pengantar dari RT/RW
Surat Pengantar dari Kelurahan Setempat
Fotocopy KTP Ahli Waris
Fotocopy KTP Almarhum
Fotocopy KK (Kartu Keluarga)
Fotocopy Akte Nikah
Fotocopy Akte Anak (Ahli Waris)
Surat Kematian
Surat Pernyataan Ahli Waris

157

http://skpd.batamkota.go.id/nongsa/surat-keterangan-kematian/diakses tanggal 26 Agustus
2015 pada pukul 16.00.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan sesuai dengan isi Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa :

Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang
tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun
sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau
hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan
kepada Kantor Pertanahan, sertifikat hak yang bersangkutan, surat
kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan
surat tanda bukti sebagai ahli waris.
Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat merupakan langkah
awal untuk penentuan pembagian, sehingga kelak tidak adanya tuntutan dari pihak
ahli waris lainnya serta tidak adanya penyimpanan data penting dalam pembagian
warisan. Pemeriksaan kepada Daftar Pusat Wasiat dilakukan baik oleh ahli waris
sendiri maupun dengan surat dari notaris yang dikirim kepada Kepala Seksi Daftar
Pusat Wasiat di Jakarta. 158

Waktu yang dibutuhkan untuk menerima hasil dari Daftar Pusat Wasiat
bukanlah sebentar, karena itu dalam pelaksanaan pembagian waris membutuhkan
waktu yang tidak sedikit atau rentang waktu yang panjang. Hasil yang dikirimkan
oleh Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat ada dua jawaban, nihil atau adanya wasiat,
jika nihil maka pembagian kembali kepada cara ab intestato, namun jika dinyatakan
ada wasiat, dalam surat tersebut disebutkan wasiat itu dibuat atau disimpan oleh
notaris yang mana semasa hidup pewaris datangi dan pewaris percaya. Selama wasiat
158

Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan paling utama tidak adanya ahli waris
yang dirugikan maka dapat dilaksanakan pembagian warisan berdasarkan wasiat
tersebut, namun jika adanya ahli waris dirugikan maka wasiat tidak dapat
dilaksanakan sepenuhnya. 159

Surat Keterangan ahli waris dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran peralihan
hak pewaris kepada ahli waris. Kekeliruan dalam penetapan ahli waris dalam surat
keterangan ahli waris akan berdampak pada proses pembagian warisan itu sendiri.
Ahli waris ab intestato akan sangat dirugikan apabila setelah dilaksanakan pembagian
warisan ternyata dikemudian hari terdapat seorang ahli waris testamenter yang
menggugat pembagian warisan yang telah dilakukan. Ahli waris ab intestato dapat
melakukan berbagai upaya hukum, antara lain: upaya hukum litigasi dan upaya
hukum non litigasi.

1. Upaya Hukum Non Litigasi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan "Alternatif Penyelesaian Perkara
(Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau penilaian para ahli."

159

Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada
tanggal 20 Mei 2015.

Universitas Sumatera Utara

Ahli waris ab-intestato diperbolehkan melakukan salah satu upaya hukum non
litigasi yang telah ditentukan undang-undang. Salah satu upaya hukum non litigasi
yang disarankan adalah negoisasi. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak
yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga
sebagai penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan maupun yang
berwenang mengambil keputusan. 160
Negoisasi adalah penyelesaian sengketa melalui musyawarah/ perundingan
langsung diantara para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan
bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak. Kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis atau juga
dapat berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang disetujui oleh
para pihak.
Perdamaian yang telah disepakati, baik dari hasil musyawarah maupun dari hal
lain haruslah tertulis, sebagaimana ketentuan yang telah ditegaskan dalam Pasal 1851
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tulisan adalah sesuatu yang memuat suatu
tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah pikiran, tulisan dapat berupa
akta dan tulisan yang bukan akta. Akta adalah tulisan khusus yang dibuat untuk
dijadikan bukti atas hak yang disebut didalamnya. 161 Kesepakatan dalam bentuk
tertulis seperti yang diungkapkan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, sebenarnya undang-undang tidak menjelaskan secara terperinci mengenai
160

Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2000), hal 49.
161
Ali Afandi, Op.cit, hal 190.

Universitas Sumatera Utara

kata-kata “persetujuan ini tidaklah sah, melainkan dibuat secara tertulis”, ataupun
hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis, tidak ada ketentuan yang
mengharuskan untuk dituangkan dalam bentuk akta otentik, namun bukan berarti
dalam perdamaian selalu akta di bawah tangan, sangat di anjurkan untuk menuangkan
perdamaian tersebut dalam akta otentik, sehingga adanya kekuatan hukum dalam hal
pembuktian jika dikemudian hari adanya sengketa yang timbul.
Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh
seseorang atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat
bukti dalam proses hukum. 162
Perdamaian dalam perdata adanya dua sifat, menghindari sengketa dan
menyelesaikan sengketa. Dalam pewarisan dari kedua sifat tersebut perdamaian
menuju kepada pelaksanaan pembagian harta warisan atau harta peninggalan, baik
langsung pembagian harta peninggalan keseluruhan atau sebagian, serta pembagian
yang bersifat tanggung jawab bersama. Maksudnya dalam hal kesepakatan tidak
membagi harta peninggalan dan mengelola bersama. Pada akta perdamaian yang
bersifat menghindari sengketa, dimana para pihak berusaha untuk meredam sekecil
mungkin untuk timbulnya kasus atau sengketa waris dikemudian hari, dimana para
pihak tergantung pada kesepakatan yang dikehendaki dalam hal pembagian harta
peninggalan. Contohnya ahli waris yang sepakat untuk langkah awal tidak membagi

162

Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diradja, Panduan Teori Dan Praktik Notaris, (Yogyakarta:
PustakaYustisia, 2011), hal 36.

Universitas Sumatera Utara

warisan dahulu, karena adanya beberapa faktor atau hal yang harus diselesaikan
antara ahli waris.
Dengan dibuatnya akta perdamaian baik di bawah tangan maupun otentik
maka setiap ahli waris mendapat pembagian tanggung jawab dalam mengurus dan
mengelola harta peninggalan tersebut, sehingga tidak menjadi harta yang tidak
terurus. Dalam hal ini produk hukumnya sebatas akta perdamaian dan jika ingin
dilanjutkan dapat lanjutkan pembuatan surat keterangan hak waris, namun dalam hal
pembuatan akta pemisahan dan pembagian belum dapat dilaksanakan, karena ahli
waris adanya kesepakatan tidak membagi dahulu.
Akta perdamaian yang bersifat menyelesaikan sengketa, cenderung dalam hal
ini telah ada sengketa antara ahli waris, baik sengketa besar maupun sengketa kecil
yang tidak sampai ke pengadilan. Jika sengketa telah sampai ke pengadilan dan telah
berjalan bukan berarti menutup kemungkinan perdamaian, dapat dilaksanakan. Akta
perdamaian yang menyelesaikan sengketa menghasilkan kesepakatan yang tidak
memberatkan para pihak atau ahli waris.
Dalam sengketa waris tidak terlepas mengenai pembagian warisan yang selalu
diperebutkan. Kebanyakan harta peninggalan dalam bentuk benda, baik benda
bergerak maupun benda tidak bergerak, sehingga keserakahan dari ahli waris ingin
memiliki bagian-bagian yang menguntungkan. Dalam hal contoh ahli waris berebut
harta peninggalan berupa tanah dan beserta bangunan di posisi dan wilayah yang
strategis. Pada pelaksanaan pembagian harta warisan tidaklah semudah yang tertuang

Universitas Sumatera Utara

dalam kertas atau sebatas teori, dalam pembagian waris adanya faktor penghambat
atau kendala yang dihadapi dalam penyelesaiannya.
Terutama dalam hal pembagian yang mana harta peninggalan terbatas namun
ahli warisnya banyak sehingga banyak pula keinginan yang timbul dari ahli waris
tersebut terhadap pembagian harta peninggalan. Kendala yang timbul dari
pelaksanaan pembagian waris kebanyakan kendala tersebut timbul dari dalam
keluarga sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah hal ketidak puasan ahli waris
dalam mendapatkan bagian masing-masing, sehingga timbulnya ketamakan untuk
menguasai keseluruhan atau bagian yang menguntungkan saja bagi ahli waris. 163
Melalui upaya hukum non litigasi ini ahli waris ab intestato dan ahli waris
testamenter mencari solusi terbaik atas sengketa pemb