Peran Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana yang Terkait Dengan Multi Level Marketing

PERAN POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA YANG
TERKAIT DENGAN MULTI LEVEL MARKETING
Ronny Nicolas Sidabutar *)
Alvi Syahrin **)
Mahmud Mulyadi**)
Suhaidi**)
ABSTRAK
Industri bisnis Multi Level Marketing (MLM) adalah pasar yang menggiurkan
masyarakat apalagi dengan dijanjikannya bonus-bonus yang didapat pada saat
penjualan produknya. Namun, ada juga bisnis yang berkedok MLM, produknya tidak
berkualitas tetapi bonus untuk mendapatkan membernya sangat besar, sehingga
membuat masyarakat berbondong-bondong untuk mengikuti program bisnis berkedok
MLM tersebut. Adapun permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah apakah
ada ketentuan hukum yang dapat menjerat pelaku-pelaku yang berpraktek bisnis
berkedok MLM tersebut, bagaimana cara menentukan praktek bisnis berkedok MLM
ataukah memang benar-benar perusahaan MLM yang mendapatkan keuntungan
sebenarnya dari penjualan produk-produknya, lalu bagaimana pertanggungjawaban
pidananya terhadap pelaku yang melakukan praktek bisnis berkedok MLM apakah
pertanggungjawaban inpersoon ataukah pertanggungjawaban legal entity (badan
hukum).
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, dimana jenis penelitian

ini adalah deskriptif analisis, serta sifat penelitiannya adalah deskriptif yang
menggambarkan suatu peristiwa hukum dan dipilah-pilah mana yang hukum dan
mana yang bukan hukum. Analisa data dilakukan dengan menganalisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan logika berfikir deduktif-induktif.
Hasil penelitian menunjukkan ternyata sudah ada ketentuan hukum yang
mengatur tentang perdagangan yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 dimana
Pasal 9 Jo. Pasal 105 melarang suatu kegiatan usaha yang melakukan penjualan
langsung dengan menerapkan skema piramida. Untuk menentukan kejahatan praktek
bisnis berkedok MLM dapat digunakan Pasal 9 Jo. Pasal 105 Undang-Undang No. 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan, apakah kegiatan usaha MLM tersebut terdapat
barang yang dijual atau tidak. Lalu, disidik lagi sistem perekrutannya, sistem
pendapatan/imbalan. Sistem pertanggungjawaban pelaku kejahatan praktek bisnis
berkedok MLM adalah asas kesalahan (tiada pidana tanpa kesalahan), sistem
pembuktian digunakan sistem negatif (negatief wetterlijk). Selanjutnya, peran Polri
dalam melakukan penyidikan terhadap kejahatan praktek bisnis berkedok MLM pada
kegiatan penyelenggara penjualan langsung Indonesia yaitu berperan dalam
memeliharan keamanan dan ketertiban di masyarakat dengan cara melakukan
penegakan hukum secara profesional, proporsional, prosedural, dan transparan
*


) Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
) Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

**

Universitas Sumatera Utara

sehingga tercipta kepastian hukum bagi masyarakat. Penegakan hukum yang
dilakukan oleh Polri dalam hal praktek bisnis berkedok MLM dapat dilaksanakan
dengan kerjasama dengan Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), Polri
dapat melakukan penyelidikan-penyelidikan terhadap perusahaan-perusahaan MLM
yang terdaftar ataupun yang tidak di APLI.
Kata Kunci

: - Peran Polri dalam penyidikan;
- Praktek bisnis berkedok MLM;
- Multi Level Marketing.

Universitas Sumatera Utara


THE ROLE OF NATIONAL POLICE IN CRIME INVESTIGATIONS
RELATING TO MULTI LEVEL MARKETING
*

RonnyNicolas Sidabutar )
**
Alvi Syahrin )
Mahmud Mulyadi**)
Marlina**)

ABSTRACT
Business industry Multi Level Marketing (MLM) is a lucrative market society
especially with the promised bonuses obtained upon the sale of its products. However, there
are also business masquerading as MLM, low quality products but a bonus for members is
very large, so as to make the public flocked to follow the program masquerading as MLM
business. The issues raised in this study is whether there is legal provision that can ensnare
actors masquerading as MLM business practice is, how do I determine the guise of MLM
business practices or is actually MLM company that actually benefit from the sale of its
products, and how the criminal responsibility of the perpetrators who commit impersonate
MLM business practices whether liability or responsibility inpersoon legal entity (legal

entity).
This study uses normative juridical method, in which this kind of research is
descriptive analysis, as well as the nature of the research is descriptive that describes an
event and sorted law where the law and what is not legal. Data analysis was done by
analyzing qualitative data. Inferences made by the logic of deductive-inductive thinking.
The results showed there was already legal provisions governing the trade, namely
Law No. 7 2014 in which Article 9 Jo. Article 105 prohibits a business activity that do direct
sales by implementing a pyramid scheme. To determine the crime guise MLM business
practices can be used Article 9 Jo. Article 105 of Law No. 7 Year 2014 concerning trade,
whether the MLM business activities are the goods sold or not. Then, again investigated the
recruitment system, system revenue / reward. Accountability system criminals masquerading
as MLM business practices is the principle of fault (no punishment without fault), system
verification system used negative (negatief wetterlijk). Furthermore, the role of the police in
investigating crimes under the guise of business practices in the activities of MLM direct
sales Indonesian organizers that play a role in maintaining security and order in society by
means of law enforcement professionals, proportionally, procedural, and transparent so as to
create legal certainty for the community. Law enforcement conducted by the police in the
guise of MLM business practices can be implemented in cooperation with the Indonesian
Direct Selling Association (DSA), the Police may conduct investigations against MLM
companies listed or are not in the DSA.

Keywords

: - Role of the Police in the investigation;
- Practice the guise of MLM busines;
- Multi Level Marketing.

*

) Students of the Master of Legal Studies Faculty of Law, University of North Sumatra
) Lecturer in the Master of Legal Studies Faculty of Law, University of North Sumatra

**

Universitas Sumatera Utara