Analisis Perbandingan Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan Berikat dengan Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan Non Berikat

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Defenisi Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan atas sejumlah dana (Halim 2005:4), atau komitmen sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Tandelilin 2001: 3). Umumnya investasi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu investasi pada asset-aset riil (Real Asset) dan investasi pada asset-asset-aset finansial (Financial Assets). Investasi pada asset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga dan lainnya. investasi juga bisa dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan, investasi pad asset-aset riil dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim 2005:4).

Adapun pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail investors) dan investor institusional (institutional investors) . investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktifitas investasi.


(2)

10 Sedangkan, investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan-pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi (Tandelilin 2001: 4) . Investasi yang dilakukan investor di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk manganalisis efek-efek yang mana yang akan di beli, mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimilki. Mereka yang ingin berkecimpung dalam jual beli saham atau yang sejenisnya harus meninggalkan budaya ikut-ikutan, berjudi, dan sebagainya yang tidak rasional (Halim 2005:4).

Menurut Sharpe (1995), Investasi berarti mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan. Menurut Tandelilin (2001), alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. b. Mengurangi resikoinflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak.

Jenis-jenis investasi menurut Senduk (2004) yang tersedia di pasaran yaitu:


(3)

11 a. Tabungan di bank

b. Deposito di bank c. Saham

d. Properti

e. Barang-barang koleksi f. Emas

g. Mata uang asing h. Obligasi

2.1.2 Saham

Saham sebagai salah satu instrumen investasi yang memiliki potensi tingkat keuntungan dan kerugiang yang cukup besar. Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik sebagia dari perusahaan tersebut.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Besarnya kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2011). Saham terbagi atas 2 jenis yaitu : a. Saham Biasa

Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung risiko dan mendaparkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan buruk, mereka tidak mendapat dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan


(4)

12 baik, mereka mendapat dividen yang dibagikan kepada pemegang saham biasa. Pemegang saham biasa memliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi dengan kewajiban perusahaan terhadap pihak ketiga dan bagian pemegang saham preferen. Karakteristik saham biasa :

1) Hak suara pemegang saham, dapat memilih dewan komisaris. 2) Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham

baru.

3) Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan s b. Saham Preferen

Selain saham biasa kita juga mengenal saham preferen. Saham preferen (preferred stock) merupakan saham gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa, hal tersebut dikarenakan mewakili kepemiliki ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi yaitu: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku dari saham; memiliki hak


(5)

13 tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Nilai suatu saham dilihat dari fungsinya dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Par Value (Nilai Nominal)

Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Par Value disebut juga stated value atau face value.

2) Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten.

3) Market Price (Harga Pasar)

Market Price (Harga Pasar) merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya


(6)

14 (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.

2.1.3 Obligasi

Over The Counter Fixed Income Securities yang diterbitkan Bursa Efek Surabaya (BES) menyebutkan bahwa obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Sedangkan menurut Peraturan Bapepam

Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan bahwa investor tersebut atau pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.

Keputusan RI No. 755/KMK011/1982 menyebutkan

Pasal 1 menyebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurangkurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh Emiten (badan pelaksana pasar modal).

Obligasi diklasifikasikan sebagai hutang jangka panjang (long term debt) yang memiliki berbagai batasan (covenant) untuk melindungi pihak peminjam maupun yang meminjamkan (Kieso,2002). Syarat-syarat perjanjian dan covenant antara kedua


(7)

15 pihak dicantumkan dalam surat obligasi (bond indenture atau note agreement). Sebagai bagian dari hutang jangka panjang, penerbitan obligasi biasanya berdasarkan tingkat bunga, artinya pihak peminjam akan membayar bunga tersebut setiap periode. Bagi investor, obligasi juga disebut sebagai fixed income securities, dimana fixed income securities adalah suatu investasi yang memberikan return melalui pembayaran secara periodik dan eventual dari principal pada saat jatuh tempo.

Konsep-konsep yang penting dalam obligasi antara lain : a. Coupon rate : tingkat bunga yang ditetapkan pada sebuah obligasi b. Face value(Maturity value) : besarnya nilai pokok dari sebuah

obligasi yang dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo

c. Interest rate : tingkat bunga tertentu yang diinginkan oleh investor

d. Maturity : jangka waktu jatuh tempo pembayaran pokok pinjaman obligasi

Di Indonesia, jangka waktu obligasi biasanya 5 tahun, ada juga yang sampai 10 tahun. Semakin pendek maturity–nya, suatu obligasi akan semakin diminati karena dianggap risikonya akan semakin kecil. Tingkat bunga berubah-ubah di pasar, sedangkan arus kas yang berasal dari obligasi bagaimanapun tetap sama. Akibatnya nilai obligasi akan berfluktuasi. Ketika tingkat bunga naik, nilai Present


(8)

16 Value (PV) dari tingkat perolehan arus kas obligasi akan menurun dan nilai obligasi pun akan turun. Begitu juga sebaliknya.

2.1.3.1 Jenis Obligasi

Secara umum, obligasi dapat dibagi ke dalam empat jenis:

a. Berdasarkan Penerbit

1) Corporate bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik BUMN maupun swasta

2) Government bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

3) Municipal bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

b. Berdasarkan mekanisme permbayaran bunga

1) Zero coupon bonds : adalah obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik, namun dibayar sekaligus pokok pada tanggal jatuh tempo 2) Coupon bonds : adalah obligasi dengan kupon yang

dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya

3) Fixed coupon bonds : merupakan obligasi dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana (primary market) dan


(9)

17 akan dibayarkan secara periodik Floating coupon bonds : adalah obligasi dengan bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tertentu, berdasarkan suatu acuan tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

c. Berdasarkan hak penukaran/ hak opsi

1) Convertible bonds : merupakan obligasi yang memberikan hak pada pemegangnya untuk mengkonversi obligasi ke sejumlah saham emiten (issuer)

2) Callable bonds : adalah obligasi yang memberikan hak pada emiten (issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi. 3) Exchangeable bonds : adalah obligasi yang

memberikan hak pada pemegang obligasi untuk menukar obligasi tersebut ke dalam saham atau kepemilikan perusahaan emiten di perusahaan lain. 4) Putable bonds : merupakan obligasi yang memberikan

hak pada pemegang obligasi yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.


(10)

18 d. Berdasarkan jaminan

1) Secured bonds : adalah obligasi yang dijaminkan oleh kekayaan perusahaan atau pihak ketiga

2) Unsecured bonds : adalah obligasi yang tidak dijaminkan oleh kekayaan perusahaan maupun pihak ketiga.

2.1.3.2 Risiko Obligasi

Obligasi memiliki dua jenis risiko, yaitu systematic risk dan unsystematic risk.

a. Systematic risk merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor makro secara umum yang mempengaruhi seluruh sekuritas. Keragaman dalam total return sekuritas yang berhubungan dengan seluruh pergerakan dalam pasar dan ekonomi akan memiliki efek terhadap seluruh sekuritas yang ada. Pada dasarnya tiap sekuritas, baik saham maupun obligasi, memiliki systematic risks karena risiko ini berhubungan dengan tingkat bunga, pasar, dan risiko inflasi. Faktor politik dan ekonomi suatu negara juga merupakan penyebab dari risiko ini. Risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor bagaimanapun diversifikasi investasi dilakukan. Jika pasar sedang menurun tajam atau sedang menguat,


(11)

19 kebanyakan saham juga akan terpengaruh. Risiko ini sangat penting untuk diperhatikan investor.

b. Nonsystematic risk merupakan risiko yang dimiliki oleh masing-masing sekuritas secara unik dan tidak berhubungan dengan keragaman return dalam pasar. Risiko ini berhubungan dengan faktor-faktor seperti risiko bisnis dan keuangan yang akan mempengaruhi likuiditas perusahaan.

2.1.3.3 Return Obligasi

Return adalah tingkat pengembalian yang diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya. Return terdiri dari: a. Required return adalah return yang diinginkan atau

disyaratkan oleh investor pada awal investasi.

b. Expected return adalah return yang diestimasikan dari aset yang diharapkan oleh investor di masa depan.

c. Realized return adalah return yang benar-benar dapat direalisasikan dari investasi.

d. Total return adalah ukuran persentase yang berhubungan dengan seluruh arus kas suatu sekuritas dalam periode tertentu terhadap harga belinya.Arus kas obligasi berasal dari pembayaran bunga yang diterima oleh investor.

The Council of the Islamic Fiqh Academy, dalam pertemuan ke-6 yang diadakan di Jeddah, Arab Saudi, 14-20


(12)

20 Maret 1990, membahas mengenai obligasi menurut Islam Hasilnya antara lain :

a. obligasi yang memberikan kewajiban untuk membayar jumlah obligasi dan bunganya terkait dengan face value atau keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya, dilarang dalam syariah. Penerbitan, pembelian, dan negosiasi obligasi tersebut semuanya dilarang karena terkait dengan bunga pinjaman (interest-bearing loans). b. zero coupon bonds juga dilarang karena dijual pada harga

yang lebih rendah dari face value-nya. Pemilik obligasi tersebut akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang merupakan diskon dari obligasi.

c. Prize Bonds (obligasi berhadiah) juga dilarang karena dipinjamkan dengan kewajiban untuk membayar keuntungan yang telah ditentukan atau jumlah tambahan yang diambil sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Obligasi ini juga diibaratkan sebagai judi (Qimar).

Dengan kata lain, obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur riba (bunga) di dalamnya yang mengharuskan peminjam untuk membayar sejumlah nilai obligasi ditambah jumlah tertentu sebagai bunga. Dilarangnya kegiatan yang berkaitan dengan obligasi, membuat AAOIFI Shari’a Board membuat suatu alternatif


(13)

21 pembiayaan sebagai pengganti obligasi yang disebut Sukuk. Di Indonesia, sukuk dikenal dengan nama obligasi syariah yang dibedakan dengan obligasi konvensional.

2.1.4 Sukuk

Sukuk atau yang sering disebut dengan obligasi syariah merupakan salah satu instrumen pasar modal syariah di samping saham syariah dan reksadana syariah. Pada awalnya banyak kalangan yang meragukan keabsahan dari obligasi syariah. Mengingat obligasi merupakan surat bukti kepemilikan hutang, yang dalam Islam sendiri hal tersebut tidak diakui. Namun demikian, sebagaimana pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menyalurkan dana, tetapi tidak dengan dasar bunga, demikian juga adanya pergeseran pengertian pada obligasi. 2.1.4.1 Pengertian Sukuk

Obligasi Syariah di dunia internasional dikenal dengan Sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memilliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan (Nathif, 2004). Sebuah sakk atau sukuk mewakili kepentingan (interest), baik penuh ataupun proporsional dalam sebuah atau kumpulan aset. Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Standard for


(14)

22 Islamic Financial Institutions (AAOIFI), yaitu Sharia Standard No. 17 – Investment Sukuk. AAOIFI sendiri mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002,

Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Menurut Pontjowinoto (2003), obligasi syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad. Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.

Dari dua pengertian di atas, jelas bahwa hal yang harus dihindari dari penerbitan obligasi syariah adalah bunga


(15)

23 (riba/interest) yang diharamkan oleh ajaran Islam. Achsien (2000) mengatakan faktor diskonto yang digunakan sebagai cost of capital tergantung dari aset dan risiko yang dikandungnya. Islam mengijinkan pinjam-meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit/loss sharing. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor dan bukannya kreditor. Investor selalu berhadapan dengan risiko, sejalan dengan konsep profit/loss sharing yang berarti juga risk sharing. Dengan demikian penghitungan cost of capital dalam pendanaan Islami akan lebih menjurus pada cost of equity, karena debt dengan sistem tersebut pun diakui sebagai equity.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Sukuk

AAOIFI dalam Sharia Standard 2003-2004 membagi sukuk investasi (investment sukuk) menjadi beberapa macam: a. Sertifikat pemilikan dalam aset yang disewakan, adalah

sertifikat dengan nilai yang sama, yang diterbitkan baik oleh pemilik dari aset yang disewakan atau aset nyata yang dijanjikan akan disewakan, atau oleh lembaga perantara keuangan yang bertindak atas nama pemilik dengan tujuan menjual aset itu dan memperoleh kembali nilainya melalui pembelian/pemilikan karena pemegang sertifikat menjadi pemilik aset tersebut.


(16)

24 b. Sertifikat pemilikan manfaat (usufruct). Sertifikat

pemilikan manfaat ini juga dapat dibagi menjadi empat macam:

1) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang tersedia Sertifikat ini terdiri dari dua macam, yaitu:

a) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan aset itu dan menerima pembayaran sewa dari pendapatan karena pemilikan sertifikat (subscription), karena manfaat aset itu berpindah kepada pemilikan dari .pemegang serifikat

b) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan kembali manfaat itu dan menerima sewa dari pendapatan yang disebabkan pemilikan sertifikat itu (subscription) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik manfaat aset itu.

2) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang ditentukan dan akan dimiliki Sertifikat yang sama nilai, diterbitkan dengan tujuan menyewakan aset nyata (tangible) di masa datang dan untuk memperoleh sewa


(17)

25 dari pendapatan yang disebabkan pemilikan sertifikat (subscription), karena manfaat dari aset yang ditentukan di masa datang itu beralih menjadi pemilikan pemegang sertifikat.

3) Sertifikat pemilikan jasa pihak tertentu

Sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyediaan jasa melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu universitas) dan memperoleh pembayaran jasa (service charge) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik dari jasa-jasa ini.

4) Sertifikat pemilikan jasa yang ditentukan di masa depan, adalah sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyediaan jasa di masa depan melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu universitas, tanpa memberi nama dari lembaga pendidikan itu) dan memperoleh imbalan (fee) dalam bentuk pendapatan karena kepemilikan (subscription) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik jasa.

Usmani (2006) mengatakan bahwa dua jenis sukuk yang dijelaskan di atas merupakan Sukuk Ijarah (yang dianalogikan dengan leasing) yang berarti adanya transfer


(18)

26 kepemilikan manfaat dari aset atau properti tertentu sebagai perlindungan dari sewa secara periodik. Perjanjian ijarah memiliki potensi yang baik untuk penerbitan sukuk melalui sekuritisasi aset yang disewakan, yang dapat membantu menciptakan pasar sekunder untuk para finansier.

c. Sertifikat Salam adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan memobilisasi modal salam sehingga barang-barang yang akan dikirim, berdasarkan transaksi Salam, akan menjadi milik dari pemegang sertifikat.

d. Sukuk (sertifikat) Istisna’ adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna dimana para pihak yang menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu. Sertifikat ini memiliki nilai yang sama dan diterbitkan dengan tujuan memobilisasi dana yang akan digunakan untuk memproduksi barang-barang yang kemudian akan dimiliki oleh pemilik sertifikat.

e. Sertifikat Murabahah Adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan membiayai pembelian barang-barang melalui Murabahah sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik komoditas Murabahah.


(19)

27 f. Sertifikat Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan

berdasarkan perjanjian atau akad Musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi untuk melaksanakan sebuah proyek baru, mengembangkan proyek yang sedang berlangsung atau membiayai aktifitas bisnis berdasarkan sebuah akad kemitraan sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik proyek atau aset dari aktivitas itu sesuai dengan partisipasi mereka masing-masing, dengan sertifikat Musyarakah yang dikelola berdasarkan pertisipasi atau Mudharabah, atau sebuah perwakilan investasi.

1) Sertifikat Partisipasi adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan Musyarakah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain untuk mengelola operasinya.

2) Sukuk Mudarabah adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan Mudharabah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain sebagai Mudharib untuk pengelolaan operasinya.Achsien (2000) berpendapat bahwa sukuk Mudharaba sesungguhnya sama dengan Muqarada bond dan diajukan sebagai alternatif pengganti


(20)

28 interestbearing bonds. Instrumen keuangan ini sudah mendapatkan pengesahan dari IOC Academy. Muqarada bond dikeluarkan oleh perusahaan (sebagai mudarib) kepada investor (sebagai rabb al mal) dengan tujuan pendanaan proyek tertentu yang dijalankan perusahaan. Proyek ini sifatnya terpisah dengan aktivitas umum perusahaan. Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan persentase tertentu yang telah disepakati.

3) Sertifikat Wakil Investasi (Investment Agency) adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan perwakilan investasi (investment agency) dengan menunjuk wakil untuk mengelola operasinya atas nama pemegang sertifikat.

g. Sertifikat Muzaraah adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk pembiayaan sebuah proyek berdasarkan Muzaraah sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil pertanian menurut syarat dari perjanjian.

h. Sertifikat Musaqat adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk


(21)

29 pengairan (irigasi) pepohonan yang menghasilkan buah, membelanjakannya untuk keperluan tersebut dan pemeliharaannya berdasarkan akad Musaqat sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil perkebunan itu berdasarkan perjanjian.

i. Sertifikat Mugharatsah adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan berdasarkan akad Mugharatsah untuk tujuan menggunakan dana itu dalam penanaman pohon dan melaksanakan kerja serta biaya yang diperlukan untuk penanaman tersebut sehingga pemegang sertifikatnya memiliki sebagian dalam tanah dan tumbuhannya.

2.1.4.3 Karakteristik Sukuk Investasi

Menurut Cecep (1999), ada lima ciri/karakteristik sukuk (obligasi syariah) sebagai alternatif investasi, yaitu : a. Sukuk investasi adalah sertifikat sama nilai (equal value)

atas nama atau atas unjuk agar menciptakan klaim pemilik sertifikat atas hak finansial dan obligasi yang diwakili oleh sertifikat.

b. Sukuk investasi mewakili sebuah bagian umum dalam pemilikan dari aset yang tersedia untuk investasi, baik aset non–moneter, manfaat, jasa ataupun campuran dari ketiganya ditambah dengan hak, hutang dan aset moneter.


(22)

30 Sukuk-sukuk ini tidak mewakili sebuah hutang yang diserahkan kepada emiten oleh pemegang sertifikat.

c. Sukuk investasi diterbitkan berdasarkan sebuah kontrak yang dirujuk Syariah sesuai dengan peraturan Syariah yang mengatur penerbitan dan perdagangannya.

d. Perdagangan sukuk investasi tergantung kepada syarat-syarat yang mengatur perdagangan hak yang mewakilinya.

e. Pemilik sertifikat-sertifikat ini berbagi keuntungan sebagaimana dinyatakan dalam prospektus pembelian, dan menanggung kerugian secara proporsional terhadap sertifikat yang dimiliki (dikuasai) oleh mereka.

Achsien (2003) berpendapat bahwa tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan obligasi syariah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam antara lain:

1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

2) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional;


(23)

31 3) Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta

memperdagangkan makanan dan minuman haram;

4) Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

b. Peringkat Investment Grade:

1) Memiliki fundamental usaha yang kuat 2) Memiliki fundamental keuangan yang kuat

3) Memiliki citra yang baik bagi publik Peringkat investment grade ini ditentukan dalam Peraturan Bapepam.

c. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII)

2.1.5 Perbandingan Saham, Obligasi, dan Sukuk

Dari penjelasan mengenai saham, obligasi dan sukuk sebelumnya, dapat dibuat perbandingan antara ketiga instrumen pembiayaan tersebut. Secara sederhana, perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Saham, Obligasi, dan Sukuk

Deskripsi Saham Obligasi Sukuk

Prinsip Dasar Kepemilikan

saham dalam perusahaan

Surat pernyataan utang dari Issuer

Bukan merupakan surat utang, melainkan

kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek


(24)

32 kepemilikan terhadap perusahaan menyatakan sebagai pihak peminjam kepemilikan didasarkan pada aset/proyek yang spesifik

Penggunaan Dana Dapat digunakan untuk apa saja

Dapat digunakan untuk apa saja

Harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal Jenis Penghasilan Dividen / capital

gain Bunga/kupon, capital gain Imbalan, bagi hasil, margin, capital gain

Underlying Asset Tidak Perlu Tidak Perlu Perlu Sharia

Endorsement

Tidak Perlu Tidak Perlu Perlu Sumber:

2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham. Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks tersebut antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Indeks (JII), Indeks Kompas100, Indeks Bisnis-27, Indeks Pefindo25, Indeks Sri-Kehati, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan, Indeks Individual. Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan seluruh perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Poulasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2013. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan IHSG sebagai


(25)

33 salah satu data pendukung dalam menghitung hasil investasi dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.

2.1.7 Indeks Obligasi Negara (Indonesia Government Bond Index) Indeks Obligasi Negara atau yang biasa disebut dengan IGBX merupakan nilai rata-rata tertimbang (weighted average) terhadapa nilai obligasi yang masih tercatat dan dapat doperdagangkan. Perhitungan IGBX menggunakan metode perhitungan Bond Index yang lazim digunakan dengan berdasarkan perubahan harga pasar yang terjadi di pasar secara harian (dalam hal ini adalah data harga transaksi Obligasi Negara yang dilaporkan melalui Bursa Efek Indonesia selaku penerima laporan transaksi efek).

a. Clean Price Indeks (CPI) merupakan hasil perhitungan perkembangan harga pasar atas suatu kelompok Obligasi Negara berdasarkan jatuh temponya. Harga pasar yang digunakan adalah harga Obligasi Negara yang terjadi dan dilaporkan melalui Bursa Efek Indonesia selaku penerima laporan transaksi efek yang disesuaikan terlebih dahulu menjadi clean price. CPI memberikan gambaran perkembangan harga pada saat tertentu (t), dibandingkan dengan pada saat penyusunan Indeks Obligasi Negara (base date).

b. Yield adalah yield to maturity dari masing – masing obligasi. Yield Index, atau disebut juga Bondway (Bond Weigthed Average Yield), merupakan angka yang diperoleh dari Weigthed Average


(26)

34 Yield terhadap nilai nominal dari obligasi tercatat dan dapat diperdagangkan. Angka indeks ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan perolehan yield suatu portofolio. c. Total Return Index (TRI) dihitung berdasarkan kenaikan indeks

harga dari previous price nya. Harga yang digunakan untuk menghitung TRI adalah gross price (clean price ditambah accrued interest).

2.1.8 Return, Risiko dan Portofolio

Sharpe (1995) menyatakan bahwa risiko dan return merupakan dua ciri khas dari investasi, oleh karenanya sangat penting untuk mengetahui asal-usulnya. Faktor-faktor penting yang menyebabkan harus di identifikasi dan di evaluasi. Hal ini merupakan tugas utama dari analisis sekuritas dan hasilnya merupakan unsur-unsur yang krusial untuk membentuk portofolio, melakukan revisi, evaluasi dan menetapkan strategi investasi jangka panjang.

Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gain yaitu kenaikan harga suatu surat berharga (saham atau surat utang jangka panjang), yang bisa


(27)

35 memberikan keuntungan bagi investor. Penjumlahan yield dan capital gain disebut sebagai return total suatu investasi (Tandellin, 2001).

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapakn. Risiko dari suatu portofolio saham bergantung kepada proporsi dari saham-saham individu, varians, dan covarians dari saham-saham-saham-saham tersebut. Perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tersebut akan merubah risiko dari portofolio. Masih berkaitan dengan hal itu, sudah merupakan kebenaran umum bahwa bila saham-saham yang dipilih secara acak dan digabungkan ke dalam suatu portofolio, maka risiko portofolio akan menurun sesuai dengan banyaknya saham yang berbeda ditambahkan Statman (1987).

Solnik (1995) juga mengatakan bahwa risiko total dari portofolio tidak hanya bergantung jumlah saham yang terdapat dalam portofolio, tetapi juga pada risiko dari tiap-tiap saham individu dan tingkat dimana risiko itu independen. Lebih lanjut Solnik menyebutkan bahwa saham domestik cenderung naik atau turun bersama-sama karena mereka dipengaruhi oleh kondisi domestik, seperti pengumuman tentang suplai uang, pergerakan suku bunga, defisit anggaran dan pertumbuhan nasional.

Tujuan yang mendasar dari portofolio adalah untuk mendapatkan alokasi yang optimal diantara aktiva-aktiva yang


(28)

36 berbeda. Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang akan diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorarangan maupun lembaga. Kombinasi tersebut bisa berupa aktiva riil berupa emas, perak, real assets maupun aktiva finansial berupa surat-surat berharga bukti kepemilikan suatu perusahaaan atau saham. Dalam pasar modal, portofolio dikaitkan dengan portofolio aktiva finansial yaitu kombinasi beberapa saham sehingga investor dapat meraih return optimal dan memperkecil risk (Sumariyah, 1997).

Menurut Robert Ang (1997) portofolio merupakan kumpulan dari instrument investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran invest asi. Jones (2000) berpendapat portofolio berarti sekumpulan sekuritas dimana dengan sejumlah dana relatif kecil dapat diinvestasikan dengan membeli saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada berbagai jenis industri, selain itu dengan portofolio akan mengurangi risiko. Husnan (2003) menyebut portofolio sebagai strategi diversifikasi investasi ke dalam dua atau lebih saham untuk menurunkan risiko.

2.1.8.1 Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal

Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien, karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu dengan return ekspektasi atau return portofolio. Portofolio yang efisien


(29)

37 adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti (Jogiyanto, 2003). Portofolio dikatakan efisien jika portofolio tersebut terletak di efficient set atau efficient frontier. Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien (Tandelilin, 2001). Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan return, dengan memilih sekuritas yang berisiko. Portofolio optimal merupakan sesuatu yang unik atas investasi pada aset berisiko. Investasi yang realistik akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan pengharapan akan meminimalkan risiko dan memaksimalkan return (Sartono dan Zulaihati, 1998).


(30)

38 2.1.8.2 Pengukuran Kinerja Portofolio

Perkembangan konsep pengukuran kinerja portofolio terjadi pada akhir tahun 60an yang dipelopori oleh Wiliam Sharpe, Trenor, dan Michael Jensen. Konsep ini berdasarkan teori Capital Market. Ketiga ukuran ini dikenal dengan istilah composite (risk-adjusted) measure of portofolio performance karena mengkombinasikan antara return dan risk dalam suatu perhitungan (Jogiyanto, 2003). Ketiga ukuran kinerja tersebut adalah sebagai berikut: a. Ukuran Kinerja Sharpe

Salah satu metode yang digunakan untuk membandingkan kinerja portofolio dengan menggunakan konsep dari Garis Pasar Modal/ Capital Market Line (CML) atau lebih dikenal dengan istilah Reward to Variability Rasio (RVAR). Dimana Sharpe menyatakan series kinerja portofolio dihitung merupakan hasil bersih dari portofolio dengan tingkat bunga bebas risiko per unit risiko dengan diberi simbol Sp. Indeks kinerja Sharpe dihitung dengan formula sebagai berikut (Manurung, 2000):

Sp = Rp−Rf

σp

Keterangan:


(31)

39 - Rp = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar. - Rf = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko. - σp = total risiko yaitu hasil jumlah dari risiko sistematik dan risiko unsistematik.

Jika portofolio sangat diversifikasi maka total risiko hampir sama dengan risiko sistematik dikarenakan risiko unsistematik mendekati nol. Hal ini juga dapat disebut bila portofolio sama dengan portofolio pasar maka total risiko sama dengan risiko sistematis atau risiko pasar atau dapat disebut dengan beta.

b. Ukuran Kinerja Treynor

Treynor sebagai salah satu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, Treynor mengansumsikan bahwa portofolio sangat diversifikasi dikenal dengan istilah Reward to Valatility Ratio (RVOR). Oleh karenanya indeks Treynor menyatakan series kinerja portofolio dihitung merupakan hasil bersih dari portofolio dengan tingkat suku bunga bebas risiko per unit risiko pasar portofolio tersebut dengan diberi simbol Tp. Indeks kinerja Treynor dihitung dengan formula berikut (Manurung, 2000):

Tp=Rp−Rf


(32)

40 Keterangan:

- Tp = indeks kinerja Treynor.

- Rp = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar. - Rf = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko. - βp = risiko pasar dari portofolio atau risiko sistematik portofolio.

Dalam menghitung indeks Treynor ini maka asumsi yang harus diperhatikan bahwa hasilnya memberikan evaluasi pada satu periode, karena tingkat pengembalian portofolio dan risiko membutuhkan periode yang panjang. Bila periode yang dipergunakan cukup pendek maka risiko yang dihitung dengan beta memberikan hasil yang tidak wajar atau tidak representatif. Disamping itu asumsi normalitas dari tingkat pengembalian perlu juga diperhatikan.

c. Ukuran Kinerja Jensen

Sebagai salah satu ukuran kinerja portofolio, Jensen sangat memperhatikan CAPM dalam mengukur kinerja portofolio tersebut yang sering disebut dengan Jesen ALPHA (differential return measure). Jesen ALPHA merupakan sebuah ukuran absolut yang mengestimasikan tingkat pengembalian konstan selama periode investasi dimana memperoleh tingkat Jesen ALPHA


(33)

41 pengembalian diatas (dibawah) dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama. Adapun formula Jensen ALPHA sebagai berikut (Manurung, 2000):

ap= Rp-[Rf+bp(Rm-Rf)]

Semakin tinggi ap yang positif maka kinerja

portofolionya semakin baik.

Jensen ALPHA dapat dihitung dengan cara lain yaitu dengan menyederhanakan persamaan diatas menjadi persamaan dibawah ini:

Rp-Rf= ap + bp (Rm-Rf)

Persamaan diatas memperlihatkan adalah risiko premium portofolio dipengaruhi oleh risiko market premium. Nilai a dan b pada persamaan diatas diestimasikan sesuai dengan model yang dikenal dengan regresi. Oleh karenanya data asli runtun waktu dari portofolio, tingkat pengembalian pasar dan tingkat bunga bebas risiko harus tersedia. Nilai a yang tertinggi dan siginifikan merupakan portofolio yang terbaik dari portofolio yang ada.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis perbandingan investasi saham, obligasi dan sukuk telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti meninjau beberapa penelitian terdahulu dengan tujuan untuk


(34)

42 memberitahu pembaca hasil penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilaporkan dan menghubungkan suatu penelitian dengan dialog yang lebih luas tentang suatu topik dalam pustaka, serta untuk mengisi kekurangan dan memperluas penelitian sebelumnya. Berikut ini penelitian sebelumnya yang digunakan peneliti sebagai bahan rujukan penelitian.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian

Metode Hasil Penelitian 1. Suryawan

(2003) Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris Saham-Saham LQ 45). Metode Sharpe, Jensen, dan Treynor dengan transportasi ZScore (standardized) Pengukuran kinerja portofolio dengan metode Sharpe, Jensen, dan Treyonor akan memiliki karakteristik angka indeks yang berbeda satu sama lain,sehingga tidak dapat dibandingkan satu sama lainnya secara langsung sehingga diperlukan standarisasi ukuran kinerja.

2. Abdullah (2003) Uji Anova dan Markowitz Difersificatio Hasil penelitian menunjukkan obligasi mempunyai return 40% s.d. 67,43% lebih baik dari saham yang memiliki tingkat return -11,85 s.d. 8,186%. Portofolio paling optimal terdiri dari 100% obligasi. Komposisi portofolio lingkup yang optimal adalah deposito sebesar 85% dan obligasi sebesar 15%.

3. Anwar (2006)

Kinerja investasi

Uji Anova dan Markowitz

Hasil penelitian menunjukkan kinerja


(35)

43 saham, obligasi dan reksadana PT. Asuransi Jasa Indonesia berdasarkan metode sharpe dan optimalisasi portfolio investasi Jasindo

berdasarkan return lebih baik dibanding pasar, terutama untuk kinerja saham selama tahun 2003, 2004, 2005 dimana return bulanan saham Jasindo sebesar 4.5% sedangkan return saham pasar hanya 2,99%. Namun untuk rata-rata return obligasi dan reksadana pasar lebih baik dibanding jasindo yaitu 2,099% (obligasi) dan 0,66% ( reksadana) dimana return Jasindo sebesar 0,916% dan 0,453%.

4. Asyuti (2003) Perbandinga n Kinerja Reksa Dana Syariah dan Konvension al dalam Menghasilk an Return Optimal pada tahun 2001-2002 Menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Measure Penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham syariah masih dibawah kinerja pasar JII (underperformed). Sedangkan Danareksa Sharpe Syariah (saham) menunjukkan return di atas return pasar JII sebagai benchmarking. Dengan menggunakan risk adjusted return, index Sharpe Danareksa Syariah terlihat lebih kecil

dibandingkan dengan index Sharpe JII. Akan tetapi index Treynor Danareksa Syariah lebih besar dari JII. Penulis menyarankan agar portofolio reksadana syariah campuran lebih menempatkan proporsi dananya pada sektor obligasi syariah.

Diharapkan selanjutnya jalinan kerjasama antar


(36)

44 unit bisnis syariah

diperkuat baik perbankan, asuransi dan dana pensiun untuk mengembangkan reksadana syariah. 5. Setyanto

(2004) Menyusun Portofolio Investasi Optimal Reksa Dana Batasa Syariah Menggunak an Markowitz Pemakaian Markowitz

Hasil perhitungan yang dilakukan Budi dengan memakai pendekatan Teori Markowitz berhasil

mendapatkan komposisi yang lebih baik, yakni return yang lebih tinggi dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Proporsi yang dihasilkan adalah 74% pada obligasi syariah dan 26% pada deposito syariah. Hasil

penelitiannya yang menarik adalah bahwa berbagai skenario kondisi optimal ternyata selalu menolak kehadiran saham Jakarta Islamic Index. Hal tersebut disebabkan oleh volatilitas returnnya yang sangat tinggi sehingga berisiko tinggi dan korelasi diantara return saham sebagian besar positif.

6. Prasetya (2008) Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah Ijarah di Indonesia Periode Penelitian 2003 – 2007

Independen t-test dan variabel dummy

Dari penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa perbedaan kinerja

perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah yang

tercermin dari kenaikan nilai Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Return on Asset serta penurunan nilai Debt to Total Asset Ratio, hampir semuanya tidak signifikan. Hanya rasio Total Asset Turnover yang


(37)

45 menunjukkan signifikansi perbedaan selama periode 2003-2007. Hasil

penelitian ini akan dipengaruhi oleh jenis industri dari tiap

perusahaan, sehingga hasil perhitungan masing-masing sampel perusahaan dapat berbeda dengan hasil perhitungan secara

keseluruhan 7. Putra dan

Heykal (2012) Analisis perbandinga n investasi saham, emas, dan obligasi Menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Measure

Hasil yang didapat dari ketiga instrumen investasi selama periode penelitian adalah sebagai berikut, menurut metode Sharpe obligasi adalah instrumen investasi terbaik dengan nilai 0,05329, menurut metode Treynor emas adalah intrumen investasi terbaik dengan nilai 0,00227, dan menurut metode jensen emas adalah instrumen terbaik dengan nilai 0,00029. Dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian emas adalah jenis instrumen investasi terbaik yang kemudian diikuti oleh obligasi pada peringkat kedua dan saham pada peringkat ketiga. Sumber: Data Penelitian Terdahulu


(38)

46 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

Dengan banyaknya perusahaan yang masuk di (Bursa Efek Indonesia) BEI memudahkan investor untuk berinvestasi karena banyaknya pilihan untuk menginvestasikan dananya. Harapan dari sebuah keputusan investasi adalah memperoleh hasil kembaliannya (return) yang tinggi, tetapi setiap investasi pada portofolio tentu saja membutuhkan informasi pendukung, seperti tingkat return dan risiko (standard deviasi).

Masalahnya adalah menentukan portofolio saham yang menghasilkan return yang tinggi dengan risiko yang rendah berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil bagi seorang investor.

Terdapat berbagai model yang digunakan untuk menguji kinerja portofolio adalah model Sharpe, Treynor, dan Jensen. Tetapi apakah hasil akhir antar kinerja portofolio menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen menunjukkan hasil yang sama ataukah berbeda. Berdasarkan beberapa konsep dasar dan telaah pustaka diatas maka Kerangka Pemikiran Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 2.1 dibawah ini :


(39)

(40)

47 Investasi

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Beta

Standar Deviasi

Aset Finansial Aset Riil

Pasar Modal

Saham Obligasi

Reksadana

Pengukuran Kinerja

Return & Risiko

Treynor

Jensen

Sharpe Properti

Emas

Keterangan:

Diteliti Tidak Diteliti

Sukuk

BETA

Standar Deviasi


(41)

48 2.3.2 Hipotesis

Menurut Sharpe (1995), Investasi berarti mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.

Dalam melakukan investasi, para investor baik dari kalangan menengah keatas maupun kalangan menengah kebawah dituntut untuk teliti dalam memilih investasi agar memproleh hasil yang optimal. Ada banyak instrumen investasi yang ada di Indonesia diantaranya saham, obligasi dan sukuk.

Saham merupakan instrumen investasi yang banyak diminati para investor. Hal ini terlihat dari likuidnya perdagangan saham dipasar modal. Selain saham, obligasi dan sukuk juga merupakan instrumen investasi yang ada dipasar modal. Obligasi dan sukuk tidak selikuid saham yang hampir setiap hari ada transaksi perdagangan, namun obligasi dan sukuk juga merupakan alternatif investasi dipasar modal yang banyak diminati investor.

Berdasarkan ilustrasi diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan tiga hipotesis, yaitu:


(42)

49 H1 : nilai hasil investasi dalam bentuk obligasi lebih baik/lebih

buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham. H2 : nilai hasil investasi dalam bentuk sukuk lebih baik / lebih

buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham. H3 : nilai hasil investasi dalam bentuk obligasi lebih baik / lebih


(1)

45 menunjukkan signifikansi perbedaan selama periode 2003-2007. Hasil

penelitian ini akan dipengaruhi oleh jenis industri dari tiap

perusahaan, sehingga hasil perhitungan masing-masing sampel perusahaan dapat berbeda dengan hasil perhitungan secara

keseluruhan 7. Putra dan

Heykal (2012) Analisis perbandinga n investasi saham, emas, dan obligasi Menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Measure

Hasil yang didapat dari ketiga instrumen investasi selama periode penelitian adalah sebagai berikut, menurut metode Sharpe obligasi adalah instrumen investasi terbaik dengan nilai 0,05329, menurut metode Treynor emas adalah intrumen investasi terbaik dengan nilai 0,00227, dan menurut metode jensen emas adalah instrumen terbaik dengan nilai 0,00029. Dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian emas adalah jenis instrumen investasi terbaik yang kemudian diikuti oleh obligasi pada peringkat kedua dan saham pada peringkat ketiga. Sumber: Data Penelitian Terdahulu


(2)

46 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

Dengan banyaknya perusahaan yang masuk di (Bursa Efek Indonesia) BEI memudahkan investor untuk berinvestasi karena banyaknya pilihan untuk menginvestasikan dananya. Harapan dari sebuah keputusan investasi adalah memperoleh hasil kembaliannya (return) yang tinggi, tetapi setiap investasi pada portofolio tentu saja membutuhkan informasi pendukung, seperti tingkat return dan risiko (standard deviasi).

Masalahnya adalah menentukan portofolio saham yang menghasilkan return yang tinggi dengan risiko yang rendah berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil bagi seorang investor.

Terdapat berbagai model yang digunakan untuk menguji kinerja portofolio adalah model Sharpe, Treynor, dan Jensen. Tetapi apakah hasil akhir antar kinerja portofolio menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen menunjukkan hasil yang sama ataukah berbeda. Berdasarkan beberapa konsep dasar dan telaah pustaka diatas maka Kerangka Pemikiran Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 2.1 dibawah ini :


(3)

(4)

47 Investasi

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Beta

Standar Deviasi

Aset Finansial Aset Riil

Pasar Modal

Saham Obligasi

Reksadana

Pengukuran Kinerja

Return & Risiko

Treynor

Jensen

Sharpe Properti

Emas

Keterangan:

Diteliti Tidak Diteliti

Sukuk

BETA

Standar Deviasi


(5)

48 2.3.2 Hipotesis

Menurut Sharpe (1995), Investasi berarti mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.

Dalam melakukan investasi, para investor baik dari kalangan menengah keatas maupun kalangan menengah kebawah dituntut untuk teliti dalam memilih investasi agar memproleh hasil yang optimal. Ada banyak instrumen investasi yang ada di Indonesia diantaranya saham, obligasi dan sukuk.

Saham merupakan instrumen investasi yang banyak diminati para investor. Hal ini terlihat dari likuidnya perdagangan saham dipasar modal. Selain saham, obligasi dan sukuk juga merupakan instrumen investasi yang ada dipasar modal. Obligasi dan sukuk tidak selikuid saham yang hampir setiap hari ada transaksi perdagangan, namun obligasi dan sukuk juga merupakan alternatif investasi dipasar modal yang banyak diminati investor.

Berdasarkan ilustrasi diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan tiga hipotesis, yaitu:


(6)

49 H1 : nilai hasil investasi dalam bentuk obligasi lebih baik/lebih

buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham. H2 : nilai hasil investasi dalam bentuk sukuk lebih baik / lebih

buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham. H3 : nilai hasil investasi dalam bentuk obligasi lebih baik / lebih