BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

  AEC merupakan realisasi dari tujuan akhir dari integrasi ekonomi regional sesuai dengan ASEAN Vision 2020; Memiliki karakteristik single market

  and production base , dimana salah satu elemennya adalah free flow of goods; salah satu strategi dalam mendukung free flow of goods adalah Customs Integration. Kawasan ASEAN selanjutnya akan menjadi pasar

  tunggal dan kesatuan yang berbasis produksi, dimana mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil akan bergerak bebas antar negara-negara yang tergabung dalam negara ASEAN sesuai dengan

  international standards and best-practices. Indonesia sebagai salah satu

  negara anggota ASEAN memiliki tingkat integritas yang tinggi di bidang elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor yang berbasis sumber daya alam.

  Permasalahan yang muncul kemudian adalah masih lemahnya kesiapan Indonesia, antara lain dalam bidang infrastruktur, daya saing barang dan jasa, belum optimalnya diplomasi dalam bidang ekonomi dan perdagangan dan kebijakan dalam perdagangan yang belum mendukung.

  Berbagai upaya telah dilakukan baik secara internal Indonesia dengan diterbitkannya Inpres No. 11 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, maupun eksternal berkoordinasi dengan negara ASEAN untuk mendukung peningkatan iklim investasi dan perdagangan serta meningkatkan daya saing nasional. Investasi merupakan salah satu motor penggerak perekonomian yang memformulasikan potensi berbagai sumber daya menjadi kekuatan yang efektif dalam kegiatan ekonomi nasional yang produktif.

  Semakin ketatnya persaingan yang akan dihadapi pasar bagi produk industri di Indonesia menjadi penyebab diperlukannya berbagai upaya baik dari pengusaha sendiri maupun dari pihak pemerintah untuk bersama-sama meningkatkan daya saing produk buatan perusahaan dalam negeri. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri adalah pemberian fasilitas yang dapat mendukung iklim investasi oleh pemerintah dengan cara memberikan fasilitas di bidang kepabeanan melalui pembangunan dan pengembangan kawasan ekonomi strategis nasional seperti Kawasan Berikat.

  Kawasan Berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang impor dan atau barang yang berasal dari tempat lain dalam pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 291/KMK.05/1997 Tentang Kawasan Berikat pasal 1 menjelaskan bahwa Pengertian tempat penimbunan berikat sendiri adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk Salah satu bentuk insentif fiskal ini telah dikembangkan sejak tahun

  1980-an yaitu berupa pengembangan Kawasan Berikat yang dikenal dengan berbagai nama di dunia, antara lain adalah Bonded Zone, Bonded Area,

  

Bonded Warehouse, Export Processing Zone , bahkan dalam skala lebih luas

dan komprehensif telah dikembangkan menjadi Special Economic Zone.

  Namun demikian, pada intinya walaupun berbeda penamaan, konsep yang ditanamkan adalah sama, yaitu berkaitan dengan investasi, pembangunan ekonomi, orientasi ekspor, dan adanya insentif perpajakan di dalamnya. Sedikit perbedaan dengan peraturan di Indonesia, pada pasal 44 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan tidak disebutkan secara eksplisit bahwa kegiatan dalam Kawasan Berikat adalah untuk tujuan utama ekspor: “dengan persyaratan tertentu, suatu kawasan, tempat, atau bangunan dpat ditetapkan sebagai tempat penimbunan berikat dengan mendapatkan penangguhan bea masuk untuk menimbun barang guna diolah atau digabungkan sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai.”

  Perusahaan penerima fasilitas Kawasan Berikat mendapatkan fasilitas penangguhan bea masuk, yaitu peniadaan untuk sementara kewajiban pembayaran bea masuk sampai dengan timbulnya kewajiban untuk membayar berdasarkan undang-undang. Artinya sepanjang ketentuan yang menyebabkan harus dibayarkannya bea masuk tersebut tidak terjadi maka penangguhan bea masuk tetap berlaku. Apabila perusahaan hendak mengeluarkan barang asal impor ke dalam daerah pabean (diimpor untuk dipakai), maka akan dipungut bea masuk, sepanjang pengeluarannya tersebut tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau penangguhan bea masuk. Pemerintah mengharapkan sebagai suatu kebijakan fasilitas Kawasan Berikat dapat memberikan pengaruh positif bagi industri dalam negeri khususnya dan masyarakat umumnya, sedangkan dari sisi pengusaha, fasilitas Kawasan Berikat dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam kualitas dan kuantitas produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

  Beberapa fasilitas pabean dan perpajakan yang didapat ketika suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Berikat menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha terutama peraturan-peraturan tentang Kawasan Berikat.

  Pemerintah, khususnya Dirjen Bea dan Cukai (DJBC), bertugas mengamankan kebijaksanaan pemerintah berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk dan keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Masyarakat juga menginginkan diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Masalah birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan permasalahan yang nantinya akan semakin tidak populer. Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya peran pemerintah untuk terus melakukan berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi dengan adanya berbagai prakarsa bilateral, regional, dan multilateral di bidang perdagangan yang semakin diwarnai oleh arus liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi, sudah tentu permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin kompleks pula.

  Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self Assessment, maka secara ringkas DJBC diharapkan dapat

  

do more with less ( berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah ). DJBC

  juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available ( saat dibutuhkan ) dan adjustable.

  Selain mengembangkan Kawasan Berikat, pemerintah juga melakukan pengembangan terhadap kawasan non berikat dalam hal ini berupa kawasan istimewa lainnya seperti Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, Kawasan Industri, dan Kawasan Ekonomi Khusus. Indonesia menetapkan pulau Batam, Bintan dan Karimun menjadi kawasan ekonomi khusus melalui PP No.46,47,48 tahun 2007 tentang penunjukan ketiga kawasan tersebut sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Ketiga kawasan tersebut diberikan pembebasan bea masuk (BM), Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPNBM).

  Pemberian insentif dengan cara pembebasan PPN dan PPnBM untuk produk yang diekspor kembali dengan prosedur yang sederhana, fasilitas visa dan ijin kerja tenaga asing yang sederhana. Yang terpenting adalah proses pelayanan investasi dimana investor dapat memperoleh seluruh perijinan dan kebutuhan dokumentasi serta penyelesaian masalah-masalah yang mereka hadapi melalui pelayanan satu atap dalam waktu singkat.

  Selain itu, pembentukan kawasan-kawasan ekonomi khusus dibeberapa wilayah diharapkan membawa keuntungan bagi Indonesia dalam hal: (1) peningkatan investasi; (2) penyerapan tenaga kerja; (3) penerimaan devisa; (4) keunggulan kompetitif produk ekspor; (5) meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lokal, pelayanan, dan kapital bagi peningkatan ekspor; dan (6) mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer of

  

technology. Tujuan-tujuan tersebut, sejalan dengan visi pemerintah untuk

  meningkatkan perekonomian dan pemerataan secara nasional dan menciptakan fundamental ekonomi yang kuat, baik secara makro maupun secara mikro.

  Dengan melihat kenyataan dan besarnya potensi perdagangan internasional bagi pengusaha Indonesia serta fakta yang terjadi di Indonesia bahwa dengan adanya peningkatan penerimaan perusahaan setelah diterapkannya kebijakan Kawasan Berikat dan kawasan ekonomi lainnya yang menyebabkan akan terjadi perbedaan dalam perlakuan Bea dan Cukai, maka penelitian ini akan membahas masalah tersebut dengan judul Analisis

  Perbandingan Perlakuan Bea dan Cukai Di Kawasan Berikat Dengan Perlakuan Bea dan Cukai Di Kawasan Non Berikat.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan antara perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan Berikat dengan perlakuan Bea dan Cukai di kawasan tidak berikat dan apa dampaknya jika suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Berikat.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan antara perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan Berikat dengan perlakuan Bea dan Cukai di kawasan tidak berikat serta dampaknya jika suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Berikat.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: a.

  Bagi Masyarakat Memberikan gambaran serta pemahaman kepada masyarakat mengenai Bea dan Cukai serta perlakuannya di Kawasan Berikat dengan di kawasan tidak berikat yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 17

  Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.

  b.

  Bagi Pemerintah Memberikan saran kepada pemerintah atas pelaksanaan ketentuan terkait pelaksanaan Bea dan Cukai baik di Kawasan Berikat maupun bukan Kawasan Berikat, sehingga dapat menyinergikan antara Bea dan Cukai di Kawasan Berikat dengan di kawasan tidak berikat dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan optimal serta dapat bersinergi dan memberikan kontribusi positif yang maksimal bagi pembangunan nasional.

  c.

  Bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan manfaat dan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.

  d.

  Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Bea dan Cukai di Kawasan Berikat dan Bea dan Cukai di kawasan tidak berikat, yang kedua hal ini merupakan salah satu instrumen pendapatan negara.