Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pediculosis capitis juga disebut sebagai kutu kepala, disebabkan oleh

Pediculus humanus capitis yang merupakan ektoparasit pada manusia yang

ditemukan di rambut dan kulit kepala. Pediculosis capitis sangat menular dan
umumnya sering terjadi pada anak usia 3 – 12 tahun. Pediculosis capitis juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang terjadi pada
anak-anak di negara maju dan di negara berkembang (AlBashtawy & Hasna,
2012).
Prevalensi dan insidensi terjadinya pediculosis capitis di seluruh dunia
cukup tinggi, diperikirakan dalam setiap satu tahun sekitar ratusan juta orang yang
terinfeksi pediculosis. Di Amerika Serikat sekitar 6 – 12 juta orang yang terinfeksi,
dengan insidensi tersering pada anak perempuan daripada anak laki-laki

(Nutanson et al., 2008).
Penelitian juga dilakukan pada tahun 2010 pada anak – anak sekolah
golongan sosioekonomi rendah di Gaza Utara. Ditemukan 16,8% anak yang
terinfeksi pediculosis capitis (Alzain, 2012).
Penelitian di Bangkok tahun 2012 ditemukan 25,48% penderita
pediculosis pada usia 3 -12 tahun dan yang terinfeksi adalah pada anak perempuan

saja (Rassami & Soonwera, 2012).
Di Indonesia telah dilakukan penelitian pada sebuah pesantren
Muhammaddiyah

di Surakarta dan ditemukan 72,1% santri yang terinfeksi

pediculosis capitis (Ansyah, 2013).

Penderita terinfeksi pediculosis capitis akibat kontak dengan kepala yang
sudah terinfeksi. Kepercayaan umum mengatakan bahwa pediculosis capitis ada
kaitannya dengan kebersihan yang buruk, hal ini mungkin didukung oleh hasil
survei pada awal abad kedua puluh yang menunjukkan bahwa infeksi pediculosis
capitis terutama terjadi di masyarakat kelas bawah pada daerah industri besar.


Namun, pada tahun-tahun terakhir ini, kutu kepala terjadi pula pada orang-orang

2

dari jenjang sosial lebih tinggi, berkembang di daerah perkotaan, dan saat ini
sudah menyebar luas ke semua kelas sosioekonomi (Graham-brown & Burns,
2005).
Pediculosis capitis cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat,

misalnya di asrama dan panti asuhan. Ditambah kondisi higiene yang tidak baik,
misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan.
Cara penularannya bisa melalui perantara, misalnya sisir, bantal, kasur, dan topi
(Handoko, 2002).
Pediculosis capitis banyak menyerang anak sekolah yang tinggal di

asrama karena banyak faktor pendukung, seperti kebersihan yang kurang dan
kebiasaan pinjam meminjam barang (Alatas & Linuwih, 2013).
Pediculus humanus capitis merupakan serangga penghisap darah yang


dapat menyebabkan priuritus, ekskoriasi, konjunctivitis, infeksi bakteri sekunder,
dermatitis terapeutik lokal, dermatitis menyeluruh yang tidak spesifik, dan anemia.
Kutu kepala juga bisa menyebabkan gangguan psikologis dan mengganggu proses
belajar pada anak sekolah. Jenis kelamin, umur, frekuensi mandi dalam seminggu
dan beberapa faktor yang lainnya merupakan faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya pediculosis capitis. (Gulgun et a.l, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang diamati tersebut, penulis mengusulkan untuk
meneliti prevalensi dan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Berapakah prevalensi Pediculosis Capitis di Panti Asuhan Yayasan
Amal Sosial Al-Washliyah ?
2. Bagaimanakah gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
Pediculosis Capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal Al-Washliyah ?

3


1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

prevalensi

dan

gambaran

faktor-faktor

yang

mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yaysan

Amal Al-Washliyah.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui prevalensi terjadinya pediculosis capitis di Panti
AsuhanYayasan Amal Sosial Al-Washliyah.
2. Mengetahui

gambaran

jenis

kelamin

sebagai

faktor

yang

mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan

Amal Sosial Al-Washliyah.
3. Mengetahui gambaran penggunaan tempat tidur atau bantal bersama
sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di
Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah.
4. Mengetahui gambaran penggunaan sisir atau aksesoris rambut bersama
sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di
Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah.
5. Mengetahui gambaran jenis rambut sebagai faktor yang mempengaruhi
terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial
Al-Washliyah.
6. Mengetahui

gambaran

panjang

rambut

sebagai


faktor

yang

mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan
Amal Sosial Al-Washliyah.
7. Mengetahui gambaran frekuensi mencuci rambut sebagai faktor yang
mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan
Amal Sosial Al-Washliyah.

4

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Mengetahui prevalensi terjadinya pediculosis capitis di Panti Asuhan dan
memberikan


informasi

tentang

gambaran

faktor-faktor

yang

mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis dan dapat digunakan sebagai
dasar bahan penelitian selanjutnya.
1.4.2. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman peneliti tentang pediculosis capitis dan
gambaran faktor -faktor yang mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis.
1.4.3. Bagi Anak-Anak dan Pengurus Panti Asuhan
Memberikan pengetahuan kepada anak-anak dan pengurus panti asuhan
tentang prevalensi dan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pediculosis capitis sehingga anak-anak dan pengurus panti

asuhan

dapat

melakukan

tindakan

pencegahan

yang

tepat.