Hkbp Sudirman Di Kota Medan 1954-2000

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdirinya gereja HKBP di Medan dimulai dari masuknya agama Kristen di pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang pemberita Injil yaitu, Burton, Ward, dan Evan ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Raffles menganjurkan supaya mereka pergi ke utara, ke bangsa Batak yang masih kafir. Burton dan Ward menuruti pentunjuk Raffles. Mereka berhasil mencapai negeri Batak yang paling sentral yaitu Silindung. Namun kedua perintis itu pulang dengan tidak memperoleh hasil apapun dari pemberitaan injil yang pertama dilakukan dikalangan suku Batak.1

Pada tahun 1834 dua orang Misionaris Amerika, Munson dan Lyman yang diutus oleh Zending di Boston. Tetapi kedua misionaris tersebut dibunuh oleh masyarakat Silindung. Penginjil berikutnya G.Van Asselt dia adalah seorang pendeta utusan dari RMG datang ke Sipirok pada tahun 1856. Mulai saat inilah pengkristenan di tanak Batak mulai tumbuh, dan disebarkan hingga ke Medan.

Pada tahun 1910 Ephorus Dr.I.L Nommensen dalam pelayanannya pergi ke Medan untuk melakukan pertemuan dengan Ds.J.Brink (pendeta gereja Protentantsche Kerk) tujuannya untuk membicarakan orang-orang Kristen Batak

1

Andar Lumbantobing, 1996,Makna Wiba wa Ja batan dalam Gereja Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hlm.65.


(2)

yang ada di kota Medan. Perkembangan tersebut dibawakan pada rapat Pendeta di Sipoholon guna dapat menghimpun dan melayani Kristen Batak Protestan yang ada di Kota Medan. Pada tahun 1912, Dr.I.L Nommensen mengirimkan guru Josia Hutabarat ke Medan untuk melayani dan mengkordinasi 30 orang kristen Batak di Medan. Kedatangan guru Josia Hutabarat dianggap sebagai mula berdirinya HKBP Medan.2Tetapi jemaat belum memiliki tempat sendiri untuk mengadakan ibadah, sehingga mereka mengambil tempat di ruangan konsistori gereja Protestantsche Kerk.

Jumlah jemaat semakin bertambah seiring dengan banyaknya orang Batak yang datang merantau ke kota Medan. Pada tahun 1919 ibadah yang semula dilakukan di ruangan konsistori gereja Protestantsche Kerk sudah tidak dapat menampung Jemaat yang semakin banyak sehingga dilaksanakan di gereja Gereformeerde Kerk. Pindahnya Ibadah ini dalam suasana baik kepada Protestantsche Kerk setelah selama 7 tahun kebaktian disana. Namun, Jemaat HKBP Medan menyadari mereka tidak akan bisa bertahan disana melihat ruangan gereja yang tidak dapat menampung jemaat keselurahan karena semakin hari jumlah jemaat HKBP Medan yang bertambah banyak. Selain itu, para jemaat HKBP Medan hanya diperbolehkan melaksanakan ibadah pada hari Minggu pukul 16.00 WIB. Hal ini dikarenakan gedung gereja digunakan oleh para jemaat gereja Gereformeerde Kerk untuk beribadah pada pagi hari. Melihat kondisi ini timbullah pemikiran jemaat HKBP

2

T.M Napitupulu dkk, 2012, 100 Tahun HKBP Medan 1 Agustus 1912-1 Agustus 2012, Medan: HKBP Sudirman, hlm. 5.


(3)

Medan untuk membangun gedung gereja sendiri. Tahun 1927 mulai dibangun HKBP Medan dan selesai pada tanggal 20 Mei 1928 yang sekarang dikenal dengan nama HKBP Uskup Agung yang sekarang terletak di jalan Uskup Agung Sugiopranoto no 8, merupakan cikal bakal berdirinya HKBP Sudirman Medan.

Awalnya HKBP Medan dapat menampung para jemaatnya namun, hal ini tidak bertahan lama karena semakin banyaknya orang Batak yang merantau ke Medan sehingga tidak dapat lagi menampung jemaat yang akan beribadah pada saat itu, walaupun ibadah yang dilaksanakan sudah tiga kali tetap saja tidak mencukupi untuk menampung jemaat. Timbul pemikiran para jemaat HKBP Medan untuk membangun gedung gereja yang baru yang lebih besar, Sehingga pada tahun 1952 di bentuklah Panitia Pembangunan.3

Lokasi HKBP Sudirman terletak di Jalan Jendral Sudirman No.17A Medan. Lokasi HKBP Sudirman, memiliki keunikan tersendiri karena letaknya yang berada di pusat kota Medan yang merupakan wilayah administrasi kota. Lokasi HKBP Sudirman yang berada di pusat kota dahulu dijadikan sebagai tempat tinggal bagi petinggi-petinggi Belanda, yang pada masa itu dijadikan sebagai daerah elite. Ada larangan khusus untuk memasuki daerah pusat kota ini pada masa Belanda hanya orang-orang yang bertempat tinggal disitu yang boleh memasuki daerah ini. Setelah

3

Panitia Pembangunan ini,yang di ketuai oleh Bapak Sahala Simatupang untuk membangun gereja HKBP Sudirman Medan yang sekarang. Sahala Simatupang adalah abang dari Jenderal T.B. Simatupang.,Yang pada saat itu menjabat sebagai kepala kantor Pos Medan.


(4)

Belanda tidak berkuasa lagi daerah ini masih memiliki keunikan dan yang akhirnya dijadikan sebagai daerah sentral kota yang berpengaruh di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Menurut Rabinson Tarigan, lokasi selalu dikaitkan dengan alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dimengerti.4

Lokasi HKBP Sudirman saat itu tidak terlepas dari dukungan, Mr.Jaidin Purba yang merupakan Walikota Medan yang mendukung pembangunan gedung gereja HKBP Sudirman di pusat kota tepatnya Jl. Jenderal Sudirman. Hal ini dapat dikaitkan dari sifat orang Batak yang ingin selalu menjadi yang terdepan, sehingga dalam peletakan tempat ibadah saja mereka menginginkan tempat yang dapat dilihat oleh semua masyarakat seperti pidato Mr. Jaidin Purba.5 Perlu diketahui bahwa Mr. Jaidin Purba yang merupakan salah satu jemaat HKBP Medan. Peran Mr. Jaidin membantu memperoleh tempat atau lokasi dari gereja HKBP Sudirman yang letaknya di Pusat Kota Medan saat ini.

4

Robinson Tarigan, 2005, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Medan: Bumi Aksara, hlm. 122.

5

Ai boasa dipudipudi ? Ingkon jadi BOHI ni Kota Medan do Garejanta i, Ingkon di Pintu Gerbang ni Kota Medan.”


(5)

Letaknya yang berada di pusat kota Medan, Gereja HKBP Sudirman ini menjadi salah satu Landmark6 kota Medan. Hal lain yang membuat HKBP Sudirman menjadi berbeda dengan HKBP kebanyakan di Medan karena rumah-rumah jemaatnya tidak berada di sekitar gereja HKBP Sudirman, melainkan yang terdapat disekeliling HKBP Sudirman tersebut adalah instansi pemerintahan seperti Yayasan Pendidikan Harapan, Yayasan Pendidikan Immanuel dan rumah sakit St. Elisabet.

Selain keberadaan dari gereja HKBP Sudirman yang tergolong unik, ada daya tarik lain yang dimiliki yaitu keberadaan dari gedung Sopo Godang.7 Keberadaan gedung ini masih berada satu lokasi dengan HKBP Sudirman.Dengan terdapatnya gedung Sopo Godong ini membutikkan bahwa kegiatan keagamaan dan adat istiadat dapat berjalan secara bersamaan di gereja HKBP Sudirman. Keberadaan gedung Sopo Godong ini sangat diperlukan oleh masyarakat Batak di Medan. Jika kita melihat kondisi dari pesta-pesta yang sering dilakukan oleh masyarakat Batak yang menggunakan alat musik dan pengeras suara yang sangat kuat. Ini sangat bertentangan dengan lingkungan sekitar yaitu Yayasan Pendidikan Harapan, Yayasan Pendidikan, rumah sakit St. Elisabet, karena kedua instansi swasta ini sangat membutuhkan suasana yang tenang dan nyaman untuk melakukan proses kegiatan mereka.

6

Landmark adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

7

Sopo Godong adalah gedung serbaguna yang biasanya digunakan oleh masyarakat Batak di kota Medan untuk melakukan kegiatan adat istiadat. Seperti, pernikahan, pertunangan dll.


(6)

Melihat kondisi kegiatan yang dilakukan di Gedung Sopo Godong ini, jauh dari kata ketidaknyamanan untuk kedua instansi swasta ini, tetapi HKBP Sudirman tetap dapat menjalin hubungan yang baik untuk kedua instansi ini. Ini terlihat dari hubungan mereka masih saling menghormati walaupun kedua instansi ini berbeda dengan HKBP Sudirman.

Lokasi dan kondisi dari HKBP Sudirman yang sulit dijangkau oleh sebahagian orang, tidak membuat HKBP Sudirman kehilangan jemaat atau orang-orang yang akan beribadah tetapi hal tersebut yang digunakan HKBP Sudirman untuk menarik dan menjadikan gereja tersebut untuk tetap di kunjungi oleh jemaat.

Penelitian ini dimulai pada tahun 1954 karena pada tahun ini HKBP Sudirman berdiri, dan pada tahun 2000 sebagai akhir penelitian ini karena selama 46 tahun berdiri HKBP Sudirman telah memiliki banyak perubahan dan memberikan banyak pengaruh seperti berkembangnya gereja-gereja kesukuan di Medan, kehidupan anggota semakin baik, dapat mempertahan secara bersamaan antara adat istiadat dan agama, menciptakan kegiatan sosial yang membantu banyak orang. Bahkan HKBP Sudirman mampu menjadi wajah gereja-gereja kesukuan, mampu menciptakan kondisi dan situasi yang serasi terhadap lingkungan sekitar walaupun adanya perbedaan terhadap instansi atau orang-orang yang berada disekitaran HKBP Sudirman Medan.

Kajian ini memberikan inspirasi bagi penulis bahwa organisasi keagamaan di samping bertujuan dogmatis juga bertujuan di bidang lain khususnya sosial dan budaya. Kajian ini juga memperlihatkan bahwa lokasi atau letak suatu gereja dapat


(7)

berpengaruh besar bagi kegiatan yang terjadi baik itu sosial dan budaya dan kondisi anggotanya. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HKBP Sudirman di Kota Medan 1954-2000.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas, maka pokok permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

1. Mengapa lokasi gereja HKBP Sudirman teletak di pusat kota?

2. Bagaimana minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman 1954-2000 ?

3. Bagaimana respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan 1954-2000 ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. TujuanPenelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah:


(8)

2. Menjelaskan minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman Medan tahun 1954-2000.

3. Menjelaskan respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan HKBP Sudirman Medan 1954-2000.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis adalah:

1. Dapat mengetahui kondisi keberadaan HKBP Sudirman Medan tahun 1954-2000.

2. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan penelitian yang terkait dengan perkembangan HKBP di Kota Medan khususnya HKBP Sudirman.

Di sisi lain, penelitian ini juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat seperti lembaga pemerintahan atau pun lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menepatkan suatu penelitian dan juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi mereka. Ada pun manfaat Praktis dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-hal yang berkaitan dengan Sejarah Gereja HKBP di Medan.

2. Memberikan pengalaman bagi peneliti cara melaksanakan sebuah penelitian, sehingga nantinya dapat melakukan penelitian yang lebih baik.


(9)

3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana oleh peneliti. 4. Bisa mengatasi maupun menjawab persoalan yang sedang dihadapi oleh

gereja-gereja HKBP di Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dibuat untuk mendekatkan peneliti dengan informasi tertentu yang tentunya relevan dengan topik atau objek yang diteliti. Pendapat yang berbeda-beda yang menyangkut sejauh mana tinjauan pustaka perlu dilaksanakan. Adapun realisasi tindakan ini yaitu dengan memberikan prioritas kepada sejumlah buku atau artikel yang memberikan gagasan yang reprensentatif dengan objek yang diteliti.8Seorang penulis sejarah harus dilengkapi dengan perlengkapan pendekatan multidimensional yaitu konsep dan teori ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan psikologi. Berguna untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang lebih mendalam. Adapun buku yang di kemukakan dalam mendukung penelitian ini yang relevan dengan tema penelitian ini adalah:

T.M Napitupulu, dkk dalam 100 Tahun HKBP Medan (2012) membahas sejarah catatan objektif tentang peristiwa yang dialami oleh seseorang, keluarga, masyarakat, bangsa, organisasi atau gereja. Buku ini juga memberi gambaran awal mengenai masuknya HKBP di Medan, perkembangannya hingga saat ini. Buku ini juga

8

James A. Black, Dean. J. Champion, 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koswara, Etc(Terj), Bandung: Refika Aditama, hlm. 94


(10)

menjelaskan bagaimana proses pembangunan HKBP Sudirman dan perkembangannya hingga tahun 2012. Panitia Jubelium 100 tahun HKBP Medan Sudirman menerbitkan buku sejarah HKBP Medan sejak berdirinya sampai dengan saat ini. Sebagai seksi sejarah yang mempunyai tugas untuk hal tersebut dan berusaha untuk menggali data-data tertulis dari beberapa sumber yaitu: pesta parolop-olopon 25 tahun HKBP Medan, sejarah singkat pembangunan gereja HKBP jalan Jendral Sudirman Medan oleh Tyarannus Manurung.

G.P.H Locher dalam Tata Gereja-Gereja Protestan Di Indonesia (1995), G.P.H Locher membahas mengenai bagaimana proses berdirinya gereja-gereja protestan di Indonesia yang awalnya sangat susah untuk berkembang karena di kuasai oleh Belanda. Selain itu buku ini juga membahas fungsi tata gereja, hubungan gereja dengan gereja protestan lain dan hubungan gereja dan bangsa. G.P.H Locher juga membahas bagaimana dulunya gereja melayani sebagai pemberi pendidikan. Gereja dan adat istiadat jemaat gereja-gereja protestan.

Robinson Tarigan dalam Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi (2005), membahas mengenai ekonomi regional adalah cabang dari ilmu ekonomi yang memasukkan unsur lokasi di dalam pembahasannya. Robinson Tarigan juga menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang terkait dengan wilayah, sehingga lebih serasi dan tepat untuk di aplikasikan. Buku ini membantu penulis untuk menemukan konsep sebuah lokasi, dan pendekatan lokasi yang merupakan salah satu pokok pembahasan penulis terhadap penelitiannya.


(11)

1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah9 antara lain:

1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya.

2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang

9


(12)

diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan.

3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahap ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat,sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini


(1)

berpengaruh besar bagi kegiatan yang terjadi baik itu sosial dan budaya dan kondisi anggotanya. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HKBP Sudirman di Kota Medan 1954-2000.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas, maka pokok permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

1. Mengapa lokasi gereja HKBP Sudirman teletak di pusat kota?

2. Bagaimana minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman 1954-2000 ?

3. Bagaimana respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan 1954-2000 ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. TujuanPenelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah:


(2)

2. Menjelaskan minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman Medan tahun 1954-2000.

3. Menjelaskan respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan HKBP Sudirman Medan 1954-2000.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis adalah:

1. Dapat mengetahui kondisi keberadaan HKBP Sudirman Medan tahun 1954-2000.

2. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan penelitian yang terkait dengan perkembangan HKBP di Kota Medan khususnya HKBP Sudirman.

Di sisi lain, penelitian ini juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat seperti lembaga pemerintahan atau pun lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menepatkan suatu penelitian dan juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi mereka. Ada pun manfaat Praktis dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-hal yang berkaitan dengan Sejarah Gereja HKBP di Medan.

2. Memberikan pengalaman bagi peneliti cara melaksanakan sebuah penelitian, sehingga nantinya dapat melakukan penelitian yang lebih baik.


(3)

3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana oleh peneliti. 4. Bisa mengatasi maupun menjawab persoalan yang sedang dihadapi oleh

gereja-gereja HKBP di Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dibuat untuk mendekatkan peneliti dengan informasi tertentu yang tentunya relevan dengan topik atau objek yang diteliti. Pendapat yang berbeda-beda yang menyangkut sejauh mana tinjauan pustaka perlu dilaksanakan. Adapun realisasi tindakan ini yaitu dengan memberikan prioritas kepada sejumlah buku atau artikel yang memberikan gagasan yang reprensentatif dengan objek yang diteliti.8Seorang penulis sejarah harus dilengkapi dengan perlengkapan pendekatan multidimensional yaitu konsep dan teori ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan psikologi. Berguna untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang lebih mendalam. Adapun buku yang di kemukakan dalam mendukung penelitian ini yang relevan dengan tema penelitian ini adalah:

T.M Napitupulu, dkk dalam 100 Tahun HKBP Medan (2012) membahas sejarah catatan objektif tentang peristiwa yang dialami oleh seseorang, keluarga, masyarakat, bangsa, organisasi atau gereja. Buku ini juga memberi gambaran awal mengenai masuknya HKBP di Medan, perkembangannya hingga saat ini. Buku ini juga

8

James A. Black, Dean. J. Champion, 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koswara, Etc(Terj), Bandung: Refika Aditama, hlm. 94


(4)

menjelaskan bagaimana proses pembangunan HKBP Sudirman dan perkembangannya hingga tahun 2012. Panitia Jubelium 100 tahun HKBP Medan Sudirman menerbitkan buku sejarah HKBP Medan sejak berdirinya sampai dengan saat ini. Sebagai seksi sejarah yang mempunyai tugas untuk hal tersebut dan berusaha untuk menggali data-data tertulis dari beberapa sumber yaitu: pesta parolop-olopon 25 tahun HKBP Medan, sejarah singkat pembangunan gereja HKBP jalan Jendral Sudirman Medan oleh Tyarannus Manurung.

G.P.H Locher dalam Tata Gereja-Gereja Protestan Di Indonesia (1995), G.P.H Locher membahas mengenai bagaimana proses berdirinya gereja-gereja protestan di Indonesia yang awalnya sangat susah untuk berkembang karena di kuasai oleh Belanda. Selain itu buku ini juga membahas fungsi tata gereja, hubungan gereja dengan gereja protestan lain dan hubungan gereja dan bangsa. G.P.H Locher juga membahas bagaimana dulunya gereja melayani sebagai pemberi pendidikan. Gereja dan adat istiadat jemaat gereja-gereja protestan.

Robinson Tarigan dalam Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi (2005), membahas mengenai ekonomi regional adalah cabang dari ilmu ekonomi yang memasukkan unsur lokasi di dalam pembahasannya. Robinson Tarigan juga menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang terkait dengan wilayah, sehingga lebih serasi dan tepat untuk di aplikasikan. Buku ini membantu penulis untuk menemukan konsep sebuah lokasi, dan pendekatan lokasi yang merupakan salah satu pokok pembahasan penulis terhadap penelitiannya.


(5)

1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah9 antara lain:

1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya.

2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang

9


(6)

diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan.

3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahap ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat,sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini