Hkbp Sudirman Di Kota Medan 1954-2000

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : St. Ir. T.M. Napitupulu Umur : 59 Tahun

Pekerjaan : Pegawai PLN (Pembangkit Listrik Negara) Alamat : Jl. Flora III No. 24 Tanjung Sari Medan

2. Nama : Pdt. Plafton Simanjuntak Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Pendeta Ressort HKBP Sudirman Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 17 Medan 3. Nama : St. P. Manullang

Umur : 59 Tahun Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. Mongonsidi 3 Medan

4. Nama : Gusta Sibuea Umur : 70 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Mongonsidi No. 24 Medan

5. Nama : Diana Hutagaol Umur : 73 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Mongonsidi Perumahan Polonia Medan 6. Nama : Mery Pasaribu

Umur : 71 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl Samanhudi No. 73 Medan 7. Nama : Wilson Manurung

Umur : 71 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Darussalam No. 57 Medan 8. Nama : M.Simbolon


(2)

Alamat : Jl. Mongonsidi 3 No. 114 Medan

9. Nama : St.S.P Pangaribuan Umur : 68 Tahun

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl, Kuswari komplek kuswari indah II Blok C No.3

10.Nama : Ny. Siahaan br Nadeak Umur : 78 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Jalan Dr. Mansyur Medan 11.Nama : Kersna Minan S.E, MSi

Umur : 62 Tahun

Pekerjaan : Dosen Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Komplek Risva, Jl. Eka Warni

12.Nama : Ruswan Nurmadi S.E, MSi Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Dosen Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Sunggal Perumahan Bungavile

13.Nama : Liza Novieta S.E, MSi Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Dosen Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Perumahan Ambassador, Jl Setia Budi Pasar 2 14.Nama : Ade Elfira Siregar

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Eka Rasmi Komp Melinjo Raya No.15 Medan

15.Nama : Atsarina Awanis Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Eka Rasmi Gang Eka Dahlia


(3)

16.Nama : Fakhrunnisa Umur : 24 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. STM Gang Suka Terang

17.Nama : Taufik Gautama Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Titipapan gang Rezeki No. 48 Medan

18.Nama : Mahmud Umur : 61 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Sei Brantas Medan

19.Nama : Ismail Umur : 56 Tahun

Pekerjaan : Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan Alamat : Jl. Mutiara III No.10 Marindal, Medan

20.Nama : M. Manurung Umur : 74 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Perkebunan

Alamat : Jl. Darussalam gang turi 2 Medan

21.Nama : R. Sitorus Umur : 71 Tahun Pekerjaan : Pensiunan Guru

Alamat : Jl. Seialas No.56. Medan

22.Nama : Ari Jonggi Pasaribu Umur : 62 Tahun

Pekerjaan : Direktur Yayasan Pendidikan Immanuel Alamat : Jl. Setia Budi 2 Medan


(4)

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Satpam Yayasan Pendidikan Immnuel Medan Alamat : Jl. Alengko Lorong Sepakat No. 5 Medan

24.Nama : Lastri Tambunan Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Perawat di rumah sakit St. Elisabet Medan Alamat : Jl. Bayangkara No. 12 Sampali

25.Nama : Romauli Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Biarawati/ Suster di rumah sakit St. Elisabet Medan Alamat : Asrama Biarawan di Blakang rumah sakit St. Elisabet


(5)

DAFTAR PENDETA FULL TIMER HKBP RESORT MEDAN

SUDIRMAN TAHUN 1954-2000

NO TAHUN NAMA JABATAN KETERANGAN

1. 1954-1960 Pdt. Hercules Marbun Pendeta Ressort

2. 1961-1969 Pdt. Binoni Napitupulu Pendeta Ressort Pelopor pembangunan Sopo Godang 3. 1970-1975 Pdt. Loksa J. Napitupulu Pendeta Ressort

4. 1975-1978 Pdt. Wasinton Simanjuntak Pendeta Ressort Peresmian Sopo Godang 5. 1981-1984 Pdt. Alboin Simanungkalit, Sth Pendeta Ressort

Pdt. Karenius Simaibang Diperbantukan Pdt. Udut Simanjutak, SmTh NHKBP Pdt. Taksir R. Sidabutar, STh Sekolah Minggu Pdt. Sondang panggabean Pd. Bulan 6. 1985-1989 Pdt. Pardamean Sihombing Pendeta Ressort

Pdt. Marajin Pardede Diperbantukan Pdt. Mori A.P. Sihombing, STh NHKBP Gr. Drs. Marsaudin P Panjaitan Guru Huria Bvr. Siti L. Nainggolan Biblevrow Bvr. Flora Tambunan Biblevrow Diak. Hella Siringgoringo Diakones Diak. Riris R. Oppusunggu Diakones 7. 1990-1992 Pdt. Gustav M.B Tambun Pendeta Ressort

Pdt. Binary Simanjuntak Diperbantukan Pdt. Junggu Th. Panjaitan Diperbantukan Gr. Robert W. Simanjutak Guru Huria Bvr. Siti.L. Nainggolan Biblevrow Bvr. Flora Tambunan Biblevrow Diak. Hella Siringoringo Diakones Diak. Riris R. Oppusunggu Diakones Diak. Siharmida L. Tobing Diakones 8. 1993 Pdt. Jonggi A.U. Dolokpasaribu,

Mmin

Pendeta Ressort Pdt Wilson Tampubolon, STh Diperbantukan Pdt. Masnida Sihombing, STh Diperbantukan Gr. Robert W. Simanjuntak Guru Huria


(6)

Bvr. Flora Tambunan Biblevrow Diak. Helmina Simanjuntak Diakones 9. 1994-1998 Pdt. Halasson Silitonga Pendeta Ressort

Pdt. Tionggar P. Nababan, Sth Diperbantukan Pdt. Lastiar Purba, STh Diperbantukan Gr, Henry P. Hasibuan Guru Huria Bvr. Rauli Gultom Bilblevrow Bvr. Anna .M. Sitorus Bilblevrow Bvr. Kasih Maria GKJ Madirsan Diak. Helmina Simanjuntak Diakones 10. 1999-2004 Pdt. DR. Bonar Napitupulu Pendeta Resort

Pdt. Lastiar Purba, STh Diperbantukan Pdt. Donald A. Sipahutar, STh Diperbantukan Pdt. Melva Simorangkir, STh Diperbantukan Pdt. Tomok Sitompul, STh Diperbantukan Pdt. Samuel T. M. Ambarita, STh Diperbantukan Pdt. Poltak Libra Pasaribu, STh Diperbantukan Pdt. Rudolf H. Pasaribu, STh Diperbantukan Pdt. Miduk Sirait Diperbantukan Gr, Henry P. Hasibuan Guru Huria Bvr. Siti Lamroma Nainggolan Biblevrow Bvr. Kasih Maria Biblevrow GKJ Bvr. Sondang Pangaribuan Biblevrow Sumber : Almanak HKBP Tahun 1954-2000


(7)

KEGIATAN RUTIN MINGGUAN DI HKBP SUDIRMAN MEDAN TAHUN

1990-2000

NO HARI NAMA KEGIATAN TEMPAT PUKUL

1. Minggu Kebaktian sekolah Minggu Lt. I-II Gedung Perkantoran

07.00

Kebaktian Remaja Sopo Godang 07.30

Kebaktian Minggu Pagi Gereja 07.30

Kebaktian Minggu Siang Gereja 10.00

Belajar Sidi Lt.II Gedung Perkantoran 16.00

Kebaktian Minggu Sore Gereja 17.00

2. Senin Kebaktian Pagi Getsemane 08.30

Punguan Ina Maranata Rumah Kel.Ny. Siagian Br. Manullang

15.00 Punguan Ina kampung anggrung Gereja HKBP Sudirman 16.00 Punguan Ina D.I Panjaitan GBKP Jl. Seibatang

Serangan

16.00 Koor Ama Medan Baru Jl. Sei Sibundong Medan 17.00

Latihan Calon Sintua Getsemane 18.30

3. Selasa Kebaktian Pagi Getsemane 08.30

Sermonparhalado Ruang Sermon 16.00

Latihan Koor Glori Ekklesia Gereja HKBP Sudirman 19.00 Koor Gabungan Medan Rumah Kel. A. Pardede br

Sirait

19.00

4. Rabu Kebaktian pagi Getsemane 08.30

Kunjungan orang sakit Kerumah Jemaat dan Rumah sakit

10.00

Parguru Malua Ruang Betlehem 10.00

Punguan Ina Sekip Seilalas Rumah Kel. Siagian 15.00

Punguan Lansia Ruang Betlehem 16.00

Naposo Bulung Gereja HKBP Sudirman 19.00 Koor Gab. Kp Anggrung Rumah Kel.Ny. Sinaga

Br. Butar-Butar

20.00 Lat. Koor Gab. Setia Budi Rumah Kel. Dr. Datten Br

Bangun

20.00 Partaniangan Wijk Rumah Jemaat di

Lingkungan masing-masing


(8)

Koor Ama Sudirman Ruang Betlehem 16.00 Punguan Ina Polonia Gereja HKBP Sudirman 16.00 Punguan Ina Kp.Baru Rumah St.A.N Sidauruk 16.00 Pertamingan Wijk Rumah Jemaat di

Lingkungan masing-masing

19.00

6. Jumat Kebaktian Pagi Getsemane 08.30

Punguan Ina Pasar Merah Pasar Merah 16.00 Koor Alumni NHKBP Gereja HKBP Sudirman 16.00 Sermon Guru Sekolah Minggu Ruang Sekolah Minggu 17.00 Partaniangan Wijk Rumah Jemaat

Lingkungan masing-masing

19.00

7. Sabtu Kebaktian Pagi Getsemane 08.30

Koor Gab. Efrata Gereja HKBP Sudirman 16.00 Belajar Sidi Lt.II Gedung Perkantoran

Gereja

16.00 Koor Naposo Bulung Gereja HKBP Sudirman 20.00

Koor Kantate Ruang Betlehem 20.00

Koor Ama Kp. Anggrung Rumah Kel. St. S.P Pasaribu

20.00 Sumber : Standar Operating and Procedures (SOP) HKBP Sudirman, halaman 89-90.


(9)

(10)

Foto Alat Musik yang di Gunakan Dalam Kegiatan Adat Istiadat

Sumber : Koleksi pribadi


(11)

(12)

Gereja HKBP Sudirman Tampak Dari Udara


(13)

Gereja HKBP Sudirman Tampak Depan


(14)

(15)

(16)

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, Dudung, 1999. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logoe Wacana Abi Neno, J.L, 1992. Garis-garis Besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia Adams, D.J, 1992. Teologia Lintas Budaya: Refleksi Barat Di Asia, Jakarta: BPK

Gunung Mulia

Ahmadi, Abu, 1992. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Aritonang, Jan. S, 1995. Berbagai Aliran Dalam Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia _______,1995. Sejarah Berdirinya Kristen Di tanah Batak, Jakarta: BPK Gunung

Mulia

Berkhof, H, 2005. Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2010. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka

Dewan gereja-gereja Wilayah Sumatera Utara dan Aceh, 1981. Hidup Di Dalam Kristus Bersama-sama Dengan Bangsa, Medan: DGI-W Sumatera Utara dan Aceh

Jonge, Cristian & Aritonang, Jans, 1989. Apa Dan Bagaimana Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia

______,1993, GerejaMencari Jawaban: Kapita Selekta Gereja-Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia

______,1986. Pembimbing Dalam Sejarah Gereja, Jakarta Gunung Mulia Jonatan, 1995. Tata Gereja Protestan, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan,1989. Statistik Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, Medan: Kantor Pusat Statistik Kota Medan

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Jakarta: Tiara Wacana, 1994

Lumbantobing, Andar, 1992. Makna Wibawa Jabatan Dalam Gerja Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia


(18)

Mahmud, Dimyati, 1998, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Rake Press Meuraxa, Dada, 1975. Sejarah Hari Jadi Kota Medan, Medan: Sastrawan

Nababan, S.A.E, 1992. Aturan Dan Peraturan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pea Raja Tarutung: HKBP

Napitupulu, T.M, 2012. 100 Tahun HKBP Medan, Medan: HKBP Sudirman

Pemerintah Kota Medan, 2004. Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kota Medan Pemerintah Kota Medan, Kecamatan Medan Polonia, Diakses dari,

http://www.pemkomedan.go.id. Pada tanggal 25 Maret 2015

Parlindungan, Horion, 2012. 100 Tahun Gereja HKBP Medan, Medan: Universitas Negeri Medan

Simanjuntak, Plaston, 2010. Berich dan statistic HKBP Sudirman, Medan; HKBP Sudirman Medan

Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia Sujanto, Agus, 1993. Psikologi Umum, Jakarta: Aksara Baru

Suryadrata, Sumadi, 2005, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers

Sutarno, 1995. Pemahaman Individu II, Surakarta: Universitas Negeri Semarang Tarigan, Robinson, 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Medan: Bumi

Aksara


(19)

BAB III

MINAT ATAU ATENSI TERHADAP HKBP SUDIRMAN MEDAN

Bab ini merupakan penjelasan mengenai bagaimana minat atau atensi dari jemaat dan yang bukan jemaat HKBP Sudirman. Faktor-foktor yang mempengaruhi minat orang banyak untuk datang beribadah dan melakukan pesta adat istiadat. Selain itu Bab ini juga membahas bagaimana HKBP Sudirman pada awal-awal berdirinya yaitu tahun 1956 menjadi pusat peribadahan bagi masyarakat batak di Medan. Selain itu Bab ini juga menjelaskan perkembangan HKBP Sudirman tahun 1954-2000.

3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Minat atau Atensi seringkali diartikan sama dengan perhatian ataupun kesenangan. Namun tidak berarti kedua kata ini memiliki pengertian yang sama. Hanya saja ketiganya memiliki kaitan yang erat. Selain itu minat atau atensi juga berkaitan dengan kebutuhan motivasi. Untuk mengetahui lebih jelas yang dimaksud dengan minat atau atensi kita dapat melihat dari yang didefinisikan beberapa ahli seperti:

1. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.27

27

Departemen Pendidikan Nasional, 2007,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 732


(20)

2. Abdul Rahman Shaleh mendefinisikan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

3. Menurut dr. Zakiah Dradjat, dkk minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhan.

4. Menurut Decroly, minat itu adalah pernyataan suatu kebetulan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada suatu instink. Minat terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan sebagainya.

5. Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seseorang. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensiperasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak yangmempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang.28

Dari definisi yang sudah diuraikan dapat dilihat bahwa minat merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada obyek tertentu.


(21)

Obyek yang dimaksud yaitu pekerjaan,pelajaran, benda, orang, dll. Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan sejak lahir dan dapat berubah-ubah tergantung pada : kebutuhan, pengalaman, mode. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya minat, diantaranya yaitu : kebutuhan fisik, sosial dan egoistik serta pengalaman. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan pengalaman yang berbeda-beda, tergantung tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan keinginan masing-masing, seperti halnya minat untuk beribadah dan melakukan kegiatan sosial budaya pada Gereja HKBP Sudirman Medan.

Ciri – ciri minat29 adalah:

a. Adanya objek yang bersangkut paut dengan dirinya b. Adanya sambutan yang sadar

c. Adanya tujuan tertentu.

Adapun minat seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi fisik, psikis dan lingkungan sosial30, sebagaimana yang akan di jelaskan dibawah ini:

29

Sutarno,1995,Pemahaman Individu II, Surakarta : UNS, hlm. 4.

30


(22)

3.1.1 Kondisi Fisik

Keadaan jasmani dan kondisi yang baik akan mempengaruhi minat terhadap sesuatu yang lebih tinggi. Namun setelah adanya suatu peristiwa, sehingga mengakibatkan seseorang mengalami cacat jasmani, makaorang tersebut akan berubahlah minat terhadap apa yang menajadi perhatiannya, sehingga lebih suka kepada hal-hal yang lebih sesuai dengan keadaan dirinya. Sama halnya dengan jemaat HKBP Sudirman yang jemaatnya memiliki kondisi fisik yang bagus dan mendukung untuk beribadah di HKBP Sudriman Medan, dengan memperhatikan lokasi keberadaan gereja ini yang sulit untuk dijangkau dengan angkutan umum. Yang tampak dari pembagian wilayah tempat tinggal jemaat HKBP Sudirman Medan, yaitu Wijk31 Jati Ulu Mangkubumi, Wijk Kampung Hamdan, Wijk Kampung Anggrung I, Wijk Kampung Anggrung II, Wijk Kampung Baru, Wijk Medan Baru, Wijk Medan Baru I, Wijk Medan Baru II, Wijk Medan Baru III, Wijk Medan IV, Wijk Medan Baru V, Wijk Medan Baru VI, Wijk Medan Baru VII, Wijk Medan Kota/PJKA, Wijk Medan Timur, Wijk Padang Bulan, Wijk Pasar Merah, Wijk Petisah Darat, Wijk Polonia/Sudirman, Wijk Putri Hijau, Wijk Sai Agul, Wijk Sei Belutu, Wijk Sekip Silalas Wijk Setia Budi, Wijk Sukaraja.32 Dari kondisi tempat tinggal jemaat yang cukup jauh dari gereja HKBP Sudirman sehingga jemaat harus memiliki kondisi fisik yang bagus.

31 Wijk berasal dari bahasa Belanda yang berarti membagi masyarakat dalam

pemukima-pemukiman setingkat desa dan di pimpin kepala desa. Tetapi wijk yang dimaksud disni pembagian anggota jemaat berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka. Pembagian ini mempermudah untuk memantau jemaat.


(23)

3.1.2 Kondisi Psikis

Perubahan psikis seseorang akan mempengaruhi minat terhadap suatubidang tertentu. Misalnya dengan gangguan jasmani danrohaninya, seseorang akan mempunyai keinginan yang berbeda. Serta adanya konflik yang membuat terganggunya psikis seseorang terhadap hal atau sesuatu tersebut. HKBP Sudirman Medan yang merupakan organisasi keagamaan tidak terlepas dari konflik ini terbukti pada tahun 1996 jemaat dari HKBP Sudirman Medan mengalami perpecahan akibat pemilihan kepemimpinan (ephorus), sehingga konflik ini sempat mempengaruhi minat jemaat untuk bergereja di HKBP Sudirman Medan.

3.1.3 Kondisi Lingkungan Sosial

Lingkungan atau alam sekitar akan mempengaruhi minat meskipundalam waktu yang relatif lama. Lingkungan gereja HKBP Sudirman Medan yang kondusif dan memberikan rasa nyaman dan aman kepada setiap jemaat yang beribadah di tempat ini semakin menumbuhkan minat dari jemaat yang bergereja disini, karena kenyamanan adalah modal yang besar dalam proses berlangsungnya ibadah yang hikmat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat berkunjung dapat diartikan sebagaisuatu keinginan seseorang untuk mendatangi suatu tempat atau acara tertentu.Minat berkunjung merupakan cerminan dari keinginan dan keinginan ini jugasebagai bentuk ketertarikan karena adanya stimulus (rangsangan) tertentu darieksternal atau luar individu.


(24)

Minat atau atensi ini dapat digambarkan dari ketertarikan masyarakat Batak di kota Medan yang beragama Kristen Protestan memandang gereja HKBP Sudirman sebagai objek yang dapat menarik minat atau perhatian mereka untuk tempat melakukan ibadah, kegiatan budaya dan sosial. Kegiatan ini terus meningkat mulai dari berdirinya gereja HKBP Sudirman hingga tahun 2000.

3.2 Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Pusat Peribadatan (1954-1976)

Awalnya gereja HKBP Sudirman sudah memiliki 18 gereja pagaran yang berada di luar kota Medan, sehingga gereja HKBP Sudirman menjadi pusat peribadatan bagi masyarakat Batak di kota Medan yang beragama Kristen Protestan dan satu-satunya Ressort33 di kota Medan. Hal ini terjadi karena tahun-tahun ini belum banyak terdapat gereja kesukuan lain di kota Medan sehingga masyarakat Batak yang beragama Kristen Protestan beramai-ramai beribadah di gereja HKBP Sudirman. Walaupun HKBP Sudirman sebenarnya merupakan gereja Batak Toba tetapi jemaatnya pada tahun 1954-1976 bukan hanya terdiri dari suku batak toba saja tetapi juga suku-suku batak yang lain seperti, Simalungun, Pak-pak dan Angkola yang pada tahun-tahun tersebut sudah berada di Medan. Pada tahun 1955 gereja HKBP di kota Medan dimekarkan menjadi 3 Ressort yaitu Resort Medan, Ressort Medan Timur dan Ressort Langkat. Ressort Medan yang dimaksud disini merupakan HKBP Sudirman.

33Ressort adalah gereja yang dijadikan sebagai pusat atau pegawas dari gereja-geraja pagaran

yang belum dapat berdiri sendiri atau masih belum dapat mandiri.Biasanya gereja yang menjadi Ressort bertanggung jawab kepada gereja pagarannya dalam bidang memberikan pelayanan dan lain-lain.atau sering disebut ressort adalah himpunan dari sejumlah jemaat dari beberapa gereja HKBP.


(25)

Pemekaran ini terjadi untuk memaksimalkan pelayanan yang dilakukan terhadap jemaat-jemaat HKBP. Pada tahun 1956 dengan perkembangan jemaat HKBP di Medan yang semakin pesat, sehingga HKBP Sudirman meminta kepada Pusat HKBP di Pearaja untuk pembagian jemaat agar memaksimalkan pelayanan. HKBP Sudirman memutuskan untuk membagi jemaat berdasarkan wilayah atau tempat tinggal dari jemaat-jemaat HKBP Sudirman pada saat itu.Hal ini dilakukan agar jemaat dapat dengan mudah menjangkau dan menerima pelayanan dari gereja HKBP. Akhirnya HKBP Sudirman membagi jemaat tersebut dalam gereja-gereja pagaran, dimana gereja HKBP Sudirman masih menjadi pusat atau pengawas dari gereja-gereja pagaran tersebut hingga layak menjadi gereja HKBP yang mandiri dan dapat berdiri sendiri sebagai gereja HKBP yang seutuhnya. Adapun gereja-gereja pagaran dari HKBP Sudirman saat itu34adalah :

1. Simpang Limun 2. Padang Bulan 3. Martoba 4. Sukarame 5. Bangun sari 6. Sei putih 7. Pancur batu.

34


(26)

Sesuai dengan hasil notulen sinode godang HKBP tanggal 28-30 November 1956, Ressort Medan kembali meminta agar di bentuk satu Distrik35 yang baru, yakni Distrik Medan-Aceh. Hal ini sebenarnya sulit diwujudkan sebab komunikasi Medan dengan Aceh sangat terbatas, tetapi karena Ressort Medan, Ressort Tanah Karo, dan Ressort Aceh meminta, akhirnya dipertimbangkan dalam Sinode tersebut dan diputuskan bahwa Ressort Medan, Ressort Tanah Karo, dan Ressort Aceh menjadi satu Distrik yang dinamakan Distrik Medan-Aceh. Tujuan dibentuknya Distrik Medan-Aceh disini supaya melihat pertumbuhan dari HKBP yang berada di wilayah Medan dan Aceh dan mempermudah proses pelayanan, karena untuk tugas pelayanan yang dilayani oleh pendeta pada tahun-tahun ini masih sangat sulit dan terbatas ini disebabkan HKBP belum memiliki pendeta yang cukup untuk melayani di setiap gereja HKBP yang telah ada di wilayah Medan dan Aceh. Karena pada tahun 1978 lah HKBP baru mendirikan sekolah pendeta sendiri.Pendeta-pendeta yang ada saat itu di sekolahkan oleh pihak HKBP ke luar negeri seperti Jerman dan Belanda.36

Tahun 1970 kantor Pusat Distrik Medan-Aceh berada di ruangan Konsistori HKBP Sudirman Medan. Tetapi setelah memiliki dana pada tahun 1975 kantor Pusat Distrik Medan-Aceh di bangun dijalan Uskup Agung Medan dekat Gereja HKBP lama yang dahulu. Pembangunan selesai dilaksanakan pada tahun 1978 sehingga

35

Distrik merupakan kumpulan dari beberapa Ressort gereja yang dibentuk dalam satu kesatuan yang wilayah pelayanannya sudah meluas ke wilayah-wilayah lain. Distrik biasanya di bentuk untuk mengetahui perkembangan HKBP dalam pembagian wilayah HKBP tersebut.

36


(27)

kantor Distrik pun pindah dari HKBP Sudirman. Jemaat di Distrik Medan-Aceh berdiri dan tumbuh berkembang oleh keseriusan usaha Pardonganon Mission Batak (PMB) yang selalu memperhatikan perpindahan orang Batak dari Daerah Tapanuli ke Medan. Pertumbuhan ini pun didukung atas usaha para penginjil yang pada umumnya oleh penetuah yang menjadi menjadi wakil guru jemaat.37

Berbicara mengenai minat, kita juga dapat melihat bagaimana wujud minat dari jemaat HKBP Sudirman saat gereja mereka pada tahun 1960 mengalami kerusakan di dinding atas depan gereja (di atas balkon). Jemaat HKBP Sudirman disini terlihat bahu-membahu untuk memperbaikin gereja tersebut.Panitia pembangunan gereja pun di fungsikan kembali untuk mengurus perbaikan gereja tersebut. Sementara dalam proses perbaikan jemaat kembali beribadah di gedung gereja HKBP yang lama. Sambil mengumpulkan dana untuk proses perbaikan gereja HKBP Sudirman Medan, berbagai cara dilakukan jemaat untuk mengumpulkan dana , dengan melakukan bazaar-bazar, penjualan barang-barang bekas milik jemaat, dan pengumpulan botol-botol bekas yang dilakukan oleh anak-anak sekolah minggu pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa HKBP Sudirman sangat diminati oleh jemaat-jemaat pada saat itu sehingga apa pun dilakukan untuk memperbaiki dan mencukupkan dana perbaikan gereja HKBP Sudirman tersebut.38

37 Horion Parlindungan Sitompul, op.cit., hlm. 47. 38

Wawancara dengan Ibu Mery Pasaribu sebagai salah satu anggota jemaat di HKBP Sudirman Medan tanggal 18 April 2015 di gereja HKBP Sudirman Medan, mengenai sejarah berdirinya gereja HKBP Sudirman Medan.


(28)

Pada masa kepemimpinan Pdt. Binoni Napitupulu yaitu pada tahun 1970 memulai membangun perkantoran, rumah pendeta, serta gedung Sopo Godang. Hal yang menarik dari sini ialah pembangunan gedung Sopo Godoang dimana pembangunan gedung Sopo Godang ini tujuan awalnya adalah menjadikan gedung Sopo Godang tersebut sebagai wadah pertemuan, atau tempat rapat-rapat yang akan dilaksanakan di gereja, karena mengingat bahwa HKBP Sudirman pada masa itu sebagai pusat peribadahan dan juga sebagai pusat HKBP Medan dan Aceh sehingga harus menyediakan sarana untuk mempermudah proses anggota untuk melakukan perundingan-perundingan menyangkut urusan gereja dan pelayanan. Dalam proses pembangunan Sopo Godang fungsinya menjadi berubah, karena dalam proses pembangunan Sopo Godang tersebut, gereja melihat kebutuhan lain dari jemaat-jemaat HKBP Sudirman yaitu kebutuhan akan proses atau kegiatan kebudayaan yang dilakukan jemaat-jemaat HKBP Sudriman pada masa itu, sehingga muncullah pemikiran gereja untuk membangun sebuah wadah atau tempat untuk jemaat dan orang-orang Batak di kota Medan yang ingin melakukan kegiatan atau pesta-pesta adat.

Dalam proses pembangunan rumah pendeta, perkatoran, dan gedung Sopo Godang, jemaat kembali bahu-membahu untuk mewujudkan agar pembangunan ini cepat terselesaikan. Para jemaat pun mengadakan rapat untuk membahas mengenai dana untuk pembangunan tersebut sehingga diputuskan bersama pengumpulan dana dilakukan dengan cara, setiap jemaat yang sudah menjadi pegawai swasta ataupun pengawai negeri wajib menyumbangkan satu bulan gajinya untuk dana pembangunan


(29)

rumah Pendeta, Perkantoran dan Sopo Godang. Penyerahan sumbangan berupa gaji ini pun dapat dicicil selama satu tahun sehingga tidak memberatkan jemaat dan kepetusan ini di sambut baik oleh para jemaat dan turut mendukung terlaksananya program-program yang telah di rencanakan. Walaupun pengumpulan dana telah di usahakan oleh jemaat dan panitia, tetap saja mengalami kekurangan dana sehingga proses pembangunan memakan waktu yang lama, yaitu sampai enam tahun lamanya tepatnya tahun 1976 pembangunan ini dapat diselesaikan. Akhirnya rumah pendeta, gedung perkatoran dan Sopo Godang sudah selesai dibangun dan siap difungsikan.

3.3Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Tempat Kegiatan Kebudayaan dan Sosial (1976-2000)

Hidup bermasyarakat dan hidup bergereja secara umum di Indonesia adalah dua hal yang sulit dipisahkan.Kebudayaan mempengaruhi hidup Kekristenan. Perlu disadari bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia dimana ia terikat dari segala nilai dan adat-istiadat dan tidak bisa berbuat apapun sesukanya, sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi dengan keluarga, orang-orang di lingkungan hidup sekelilingnya, lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia dilahirkan, dan budaya religi turun-temurun dimana suku dan bangsa itu memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. Karena itu manusia tidak terbebas dari adat-istiadat.


(30)

Secara khusus dalam masyarakat suku Batak merupakan salah satu suku yang hingga kini masih memegang kuat adat-istiadat dalam kehidupan mereka. Itu sebabnya suku Batak terkenal dengan dua identitas: Kekristenan dan adat Batak yang ketat. Kedua identitas ini diwariskan dari orang tua secara turun-temurun dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya dengan jemaat-jemaat HKBP Sudirman Medan yang jemaatnya merupakan orang-orang Batak yang memegang teguh adat-istiadat mereka walaupun mereka telah berada jauh dari kampung asal mereka. Gereja HKBP Sudirman selain sebagai Pusat Peribadatan juga di jadikan oleh jemaat sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan kegiataan adat-istiadat mereka. Hal ini dapat terlihat dengan keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan yang berada di satu area dengan gereja HKBP Sudirman. Sopo Godang ini memiliki peranan yang penting menumbuhkan minat dari jemaat HKBP Sudirman Medan ataupun masyarakat Batak Medan untuk melihat HKBP Sudirman tidak hanya sebagai tempat peribadahan tetapi mendukung untuk kegiatan budaya.

Adapun Sopo Godang pada umumya berbentuknya empat persegi panjang menyerupai bentuk balok tetapi lebih kecil, terbuka dan tidak memiliki dinding, sedangkan tingginya lebih disesuaikan dengan bentuk bangunannya. Tapi jika kita melihat bentuk dari Sopo Godang yang berada di Medan tidak sama dengan Sopo Godang yang berada di kampung-kampung Batak, hal ini terjadi menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan fisik bangunan karena berada di kota. Fungsi Sopo Godang pada etnis Batak adalah tempat melakukan pesta-pesta adat-istiadat seperti perkawinan, partupolan, musyawarah adat, balai sidang keadilan, tempat


(31)

pertunjukan kesenian, tempat belajar adat, hukum, seni, kerajinan tangan serta ilmu lainnya, tempat bermalam musyafir dan lain-lain. Boleh dikatakan Sopo Godang ini adalah gedung serbaguna yang menampung segala kegiatan kemasyarakatan.

Sopo Godang HKBP Sudirman ini juga yang menjadi pelopor berdirinya Sopo Godang di kota Medan, baik di gereja-gereja maupun yang diusahakan secara pribadi. Ini merupakan salah satu alasan Sopo Godang HKBP Sudirman diminati oleh jemaat dan orang-orang Batak di kota Medan untuk melakukan acara adat. Pada tahun 1976 yang merupakan awal berdirinya Sopo Godang HKBP Sudirman masih sangat diminati oleh jemaat dan masyarakat Batak di Medan, karena pada masa itu masih Sopo Godang inilah tempat melakukan kegiatan adat-istiadat. Perlu diketahui sebelum adanya Sopo Godang biasanya masyarakat Batak mengadakan kegiatan adat-istiadat mereka di rumah-rumah sendiri atau kembali ke kampung halaman masing-masing. Biasanya jika kembali ke kampung halaman untuk melakukan adat-istiadat akan jauh lebih mahal dan kurang efektif, dan jika melakukan kegiatan adat-istiadat dirumah, biasanya sangat tidak kondusif dan tidak luas atau sempit. Oleh sebab itu jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan lebih memilih berpesta di gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini.

Pada tahun 1980-an setelah semakin berkembangnya Sopo Godang lain di kota Medan. Yang jauh lebih besar dan lebih lengkap fasilitasnya dari Sopo Godang HKBP Sudirman, sehingga Sopo Godang ini mengalami penurunan minat bagi masyarakat Batak kota Medan, tetapi untuk anggota jemaat HKBP Sudirman sendiri masih tetap berminat untuk melakukan adat di Sopo Godang ini. Melihat semakin


(32)

tingginya persaingan, pihak gereja memperbaiki dan menambah fasilitas dari gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, maka minat Jemaat dan masyarakat Batak kembali tinggi sehingga dalam proses penyewaan gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, kita harus melakukan pemesanan jauh sebelum kegiatan atau pesta adat itu dilaksanakan biasanya enam bulan hingga satu tahun sebelum kegiatan atau pesta diadakan. Ini disebabkan karena banyaknya orang yang ingin berpesta di tempat ini, namun seiring dilengkapinya fasilitas Sopo Godang HKBP Sudirman dengan fasilitas yang baru, maka semakin tinggi pula lah harga sewa dari gedung Sopo Godang ini yang menimbulkan banyak anggapan jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan, bahwa orang-orang yang melaksanakan pesta adat di Sopo Godang HKBP Sudirman, merupakan orang-orang yang memiliki ekonomi menengah keatas atau golongan orang kaya. Ada juga anggapan bahwa jika telah melakukan pesta adat-istiadat di Sopo Godang ini dapat menaikkan gengsi atau martabat dari orang-orang yang pernah melakukan kegiatan adat-istiadat disini.Hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas yang menunjukkan minat jemaat HKBP Sudirman terhadap Sopo Godang sebagai tempat melaksanakan kegiatan budaya khususnya budaya Batak.

3.4Konflik di antara Jemaat HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya

Konflik dapat mempengaruhi minat seseorang atau kelompok terhadap apa yang sudah menjadi perhatian terhadap objek yang sudah disukainya. Sama halnya dengan konflik yang terjadi ditengah-tengah jemaat HKBP Sudirman Medan yang menyebabkan terpecahnya jemaat HKBP Sudirman sehingga mengurangi anggota


(33)

jemaatnya dan membentuk suatu kelompok jemaat yang baru dan memisahkan diri dari jemaat HKBP Sudirman Medan.

Konflik yang terjadi di jemaat HKBP Sudirman Medan yang menyebabkan jemaat menjadi terpecah.Konflik ini dimulai pada tahun 1996, terjadi karena adanya dualisme kepemimpinan yaitu Pendeta P.W.T Simanjuntak dengan Pendeta S.H Nababan untuk menjadi ephorus atau pimpinan tertinggi gereja HKBP pada saat itu.Keputusan sinode agung istemewa39 pada saat itu memutuskan Pendeta P.W.T yang menajadi Ephorus yang baru untuk memimpin HKBP.tetapi keputusan dari sinode godang ini, menimbulkan kericuhan hingga perpecahan di antara jemaat HKBP Sudirman saat itu. Jemaat yang menjadi pendukung dari Pendeta S.H Nababan akhirnya memisahkan diri dari jemaat HKBP Sudirman Medan, jumlah Jemaat yang memisahkan diri pada saat itu lebih kurang sekita 350 orang jemaat.

Jemaat yang memisahkan diri dari HKBP Sudirman Medan ini mengadakan ibadah di Sekolah Immanuel Medan. Semua pelayanan yang dulu dilakukan di HKBP Sudirman dilakukan juga oleh jemaat yang memisahkan diri tersebut di tempat mereka beribadah, walaupun jemaat ini memisahkan diri dari gereja HKBP Sudirman tetapi untuk pelayanan ibadah yang dilakukan oleh pendeta, guru huria, bibelvrouw tetap berasal dari HKBP Sudirman. Jemaat yang berada di HKBP Sudirman dan jemaat yang berada di sekolah Immanuel akirnya memutuskan untuk mulai

39Sinode Agung adalah Rapat tertinggi yang dilakukan oleh gereja HKBP yang di pimpin oleh

Ephorus.Rapat tertinggi diadakan satu kali dalam dua tahun di tempat yang ditentukan oleh Ephorus.Dapat juga diadakan Sinode Agung Istimewa bila Ephorus menghendaki dan atas permintaan sepertiga dari anggota HKBP Sedunia.


(34)

melakukan rekonsiliasi dengan langkah awal membentuk tim untuk membicarakan rekonsiliasi antara kedua jemaat ini. Kedua tim yang dimaksud adalah sebagai berikut, Tim perunding Jemaaat yang berkebaktian di Sekolah Immanuel adalah:

1. Prof.Dr. D.P Tampubolon (Ketua) 2. St. dr. Tumpal Napitupu, MPA 3. St. Prof. Dr. Gani W. Tambunan 4. St. Ir. B.P Tambunan

5. St. Drs. P.W. Sidabutar 6. Prof.Dr. M. Butar-butar 7. Janner Hutasoit

Tim perunding HKBP Sudirman Medan adalah: 1. St. Prof. Dr.H. Hutapea, SpOG ( Ketua) 2. St. Dr. S.B. Simanjuntak

3. St. A.M.P. Tambunan, SpAP 4. St. Drs. W.P. Manurung 5. St. A.N. Sidauruk 6. Letkol Parlin Pasaribu 7. St. Ir. J.K. Pangaribuan

Masing-masing tim terbentuk pada tanggal 15 Juni 1998 dan tanggal 17 Juni 1998.40 Hasil puncak dari kedua tim perundingan ini tercapai pada tanggal 1 Juli

40

Horion Parlindungan Sitompul, 100 Tahun Gereja HKBP Medan, Medan: Univesitas Negeri Medan, 2012. hlm. 47.


(35)

1998, yaitu: Jemaat HKBP yang berkebaktian di sekolah Immanuel untuk sementara waktu tetap melaksanakan kebaktian di sekolah Immanuel tersebut. Jemaat HKBP Sudirman tetap bergereja di HKBP Jl. Jenderal Sudirman Medan No. 17 A Medan, mereka sepakat untuk kebaktian dalam damai dan kasih Kristiani. Dalam kesepakatan itu disebutkan juga antara lain: (1) secara administrasi dan keungan kedua jemaat ini terpisah hingga rekonsiliasi HKBP keseluruhan tercapai; (2) pelayanan liturgi (kebaktian Minggu) dilaksanakan secara berbagi tugas pada pelayanan-pelayanan kedua pihak; yang berkhotbah bergiliran untuk kebaktian pagi dan sore. Kesepakatan ini berjalan dengan baik hingga rekonsiliasi HKBP keseluruhan diadakan.Perlu dicatat bahwa rekonsiliasi kedua jemaat HKBP Sudirman Medan ini juga memberi dampak untuk mendorong percepatan rekonsiliasi HKBP secara keseluruhan karena akibat konflik dualisme pemilihan ephorus menyebabkan HKBP mengalami konflik berkepanjangan di seluruh HKBP di Indonesia.

Saran-saran dan desakan untuk rekonsiliasi HKBP secara keseluruhan terus berdatangan dari berbagai pihak, baik dari dalam HKBP sendiri maupun dari pihak luar terutama dari gereja-gereja mitra didalam dan di luar negeri.Hampir semua pihak berdoa dan berusaha agar rekonsiliasi dapat terealisasikan. Doa dan usaha tersebut membuahkan hasil, sehingga pada tanggal 17 November 1998, Ephorus Pdt. Dr. SAE Nababan dan pejabat ephorus Pdt. Dr. JR. Hutahuruk menandatangani kesepakatan bersama di gereja HKBP Sudirman Medan. Isi pokok kesepakatan ialah mengadakan sinode agung bersama (kemudian disebut Sinode Agung Rekonsiliasi) HKBP pada tanggal 18-20 Desember 1998, dengan acara pokok pemilihan Ephorus, sekretaris


(36)

jenderal, anggota-anggota majelis pusat, dan para Praeses HKBP yang baru.Sesuai dengan kesepakatan ini maka sinode godang di laksanakan di Aula FKIP Universitas Nommensen, di Pematang Siantar.41Sinode ini berlangsung dengan baik dan berhasil memilih pimpinan baru HKBP untuk periode 1998-2004.Dengan terpilihnya pemimpin baru dan telah terlaksanakan rekonsiliasi ini maka krisis HKBP akhirnya terselesaikan.

Setelah konflik HKBP selesai secara keseluruhan, jemaat HKBP Sudirman dan jemaat yang beribadah di sekolah Immanuel melanjutkan rekonsiliasi lanjutan. Dengan memutuskan bahwa jemaat yang beribadah di sekolah Immanuel akan menepati gedung gereja yang lama yang terletak di jalan Uskup Agung Sugiopranoto no 8. Maka usul peresmian gedung gereja yang lama ini disampaikan kepada pemimpin HKBP di Pearaja. Pimpinan HKBP menyetujui usul itu, dan ephorus mengeluarkan surat keputusan No. 0025/L.08/I/2000 tanggal 16 Januari 200042 yang menetapkan HKBP Uskup Angung Sugiopranoto menjadi gereja HKBP dan sekaligus menjadi Ressort Medan Kota. Hal ini di umumkan di gereja HKBP Sudirman Medan melalui warta jemaat, maka pada tanggal 16 Januari 2000 resmilah HKBP Uskup Agung Sugiopranoto Ressort Medan Kota, dan para jemaat yang

41Pdt. Dr. J.R. Hutahuruk, Almanak HKBP tahun 2000, Pearaja Tarutung : Kantor Pusat

HKBP, 2000, hlm. 322.

42


(37)

menempati gereja ini adalah jemaat-jemaat yang telah memisahkan diri akibat konflik.43

Disini terlihat bagaimana peran dari jemaat dan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai pelopor penyelesaian konflik di seluruh HKBP pada saat itu, dan menyelesaikan konflik di kalangan jemaatnya yang terpecah.Peran yang besar dan keperdulian dari jemaat HKBP Sudirman inilah yang dilihat oleh banyak orang sehingga mampu menimbulkan minat yang besar untuk bergabung dan beribadah di HKBP Sudirman Medan.Walaupun di awal-awal terjadinya perpecahan jemaat di gereja HKBP Sudirman Medan membuat minat jemaat berkurang karena keadaan jemaat yang tidak kondusif lagi dan banyak pertentangan di antra jemaat yang berselisih paham pada saat itu. Tetapi setelah dilakukannya rekonsiliasi oleh HKBP Sudirman Medan maka minat dari jemaat yang awalnya sempat menurun kembali lagi meningkat.


(38)

BAB IV

RESPON LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP KEBERADAAN

HKBP SUDIRMAN MEDAN

Bab ini merupakan penjelasan dari bagaimana respon masyarakat Batak di kota Medan melihat keberadaan HKBP Sudirman yang memiliki ciri khas tersendiri dari segi lokasi. Selain itu juga Bab ini akan membahas bagaimana HKBP Sudirman menjalankan fungsinya sebagai tempat beribadah dan tempat melakukan adat istiadat. Respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan HKBP Sudirman dan Sopo Godang dengan adanya perbedaan fungsi dan keyakinan, dan bagaimana HKBP Sudirman dapat menciptakan dan mempelihara hubungan baik terhadap lingkungan sekitar yang memiliki perbedaan fungsi dan keyakinan.

4.1. Proses Terjadinya Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Respon juga dapat di artikan gambaran ingatan dan pengamatan


(39)

yang mana objek yang telah di amati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.44Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu .45

Dari beberapa pengertian respon di atas dapat diambil kesimpulan, respon itu bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi jelaslah pengamatan merupakan modal dasar dari respon, sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi penglihatan dan penginderaan.

Dalam hal terjadinya respon ada beberapa gejala yang dapat kita ketahui, mulai dari yang paling berperan dengan yang tidak terlalu berperan pada pengamatan. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini adalah produk dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abtraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah banyangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya melainkan seperti warna komplemen dari warna objek. Karena respon merupakan

44

Abu Ahmadi, 1992,Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 62.


(40)

bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan.46

Dari hal yang telah di jelaskan dapat ditarik kesimpulan proses terjadinya respon adalah pertama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul banyangan pengiring yang berlangsung sangat singkat sesaat sesudah perangsang berlalu setelah bayangan perangsang muncul kemudian muncul tanggapan dan pengertian. Proses respon pasti membutuhkan alat indera untuk mempermudah pengamatan, karena bagaiamana kita akan merespon sesuatu hal jika alat indera tidak berfungis secara baik. Maka dari itu alat indera sangat dibutuhkan dalam proses respon.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon seperti, yang pertama diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya. Kedua, Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang, dan yang ketiga, faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.47

Setelah kita memahami apa itu respon, bagaimana proses respon dapat terbentuk. Disini kita juga akan melihat respon dari anggota jemaat HKBP Sudirman,

46

Sumadi Suryabrata,2005,Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 38.


(41)

yang bukan anggota jemaat dari HKBP Sudirman, dan lingkungan sekitar HKBP Sudirman yaitu Yayasan Pendidikan Harapan, rumah sakit St. Elisabet, dan Perguruan Pendidikan Immanuel yang berada disekitaran HKBP Sudirman Medan, mengenai keberadaan HKBP Sudirman sebagai wadah beribadah dan Sopo Godang sebagai wadah untuk melakukan adat istiadat. Bukan hanya itu saja kita juga perlu mengetahui minat atau atensi orang-orang yang datang beribadah baik jemaat dan yang bukan menjadi anggota jemaat HKBP Sudirman Medan. Hal ini terkait dengan lokasi HKBP Sudirman Medan yang lokasinya berada di tengah kota dan akses menuju gereja ini cukup sulit bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi sendiri.

4.2. Respon Terhadap Keberadaan Gereja HKBP Sudirman Sebagai

Wadah Beribadah

4.2.1 Respon Dari Anggota Jemaat HKBP Sudirman

Jemaat HKBP Sudirman Medan mulai dari awal berdirinya yaitu tahun 1954 sampai saat ini terus mengalamai perkembangan yang sangat pesat baik itu perkembangan pelayanan sebagai tempat beribadah, tempat melakukan kegiatan adat, bahkan perkembangan jemaatnya yang semakin hari semakin berminat untuk menjadi anggota gereja. Gereja HKBP Sudirman Medan memiliki hubungan yang sangat erat dengan jemaatnya. Untuk menjalin keeratan hubungan antara gereja dengan jemaat dan antara jemaat yang satu dengan jemaat yang lain. HKBP Sudirman disini sebagai


(42)

wadah untuk mempersatukan jemaatnya dengan cara melakukan pertemuan-pertemuan atau kegiatan-kegiatan seperti, kegiatan belajar koor atau paduan suara, ibadah kecil di sekali seminggu di setiap wijk yang telah di bentuk oleh HKBP Sudirman berdasarkan wilayah tempat tinggal jemaatnya.

Keberadaan gereja HKBP Sudirman di Medan tidak sama dengan gereja HKBP lain yang berada di kota Medan. Gereja HKBP Sudirman pada awal berdirinya merupakan gereja HKBP pertama di kota Medan sekaligus sebagai gereja HKBP terbesar di Medan. Gereja HKBP Sudirman juga di awal berdirinya sebagai gereja kesukuan batak pertama yang ada di kota Medan yang menampung seluruh masyarakat Batak untuk beribadah. Kondisi gereja HKBP Sudirman yang nyaman, besar, dan berada di lokasi Pusat kota menjadikan gereja HKBP Sudirman sebagai Wajah gereja HKBP di Medan. Gereja HKBP Sudirman juga dilengkapi fasilitas-fasilitas yang tidak umum tersedia di Gereja HKBP lainnya di Medan. Untuk itu Gereja HKBP Sudirman sejak pertama berdirinya selalu dijadikan sebagai tolak ukur bagi Gereja HKBP lain yang berada di kota Medan.

Keberadaan gereja HKBP Sudirman yang memiliki banyak kelebihan dari gereja-gereja HKBP lain di kota Medan mampu menarik minat jemaat untuk tetap bertahan dan menjadikan gereja HKBP Sudirman sebagai hal yang sangat penting bagi jemaat-jemaat HKBP Sudirman Medan. Berdasarkan hasil penilaian peneliti keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai wadah beribadah mendapatkan respon yang positif dari anggota jemaat yang terdaftar di gereja HKBP Sudirman


(43)

Medan. Khususnya bagi jemaat yang sudah lama menjadi anggota jemaat dari gereja HKBP Sudirman Medan.

Respon yang positif dari jemaat dapat dilihat dari jawaban oleh jemaat ketika peneliti mewawancarai beberapa jemaat dan dari jawaban-jawaban angket yang disebarkan oleh peneliti kepada jemaat HKBP Sudirman Medan. Angket yang di sebarkan kepada 50 orang responden dari jemaat HKBP Sudirman ini berisi mengenai lokasi HKBP Sudirman yang berada di tengah kota yang mampu menarik minat, akses menuju HKBP Sudirman yang tergolong sulit bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi, dan pandangan jemaat melihat HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah dan alasan jemaat untuk memilih gereja HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah dan melakukan kegiatan adat istiadat.

Dari jawaban responden mengenai Lokasi HKBP Sudirman, yang terletak di pusat kota dan merupakan daerah elite. Dari 50 jemaat yang mengisi angket mengenai lokasi HKBP Sudirman Medan, 35 jemaat menjawab bahwa letak gereja HKBP Sudirman sangat strategis, 10 orang menjawab strategis dan 5 orang menjawab tidak strategis. Responden yang menyatakan lokasi HKBP Sudirman sangat strategis karena letaknya yang berada di pusat kota untuk menuju gereja, terhindar dari macet, dan kesemberawutan lalu lintas dan alasan lain tidak terlalu jauh dari perumahan jemaat. Dari sudut pandang jemaat HKBP Sudirman letak gereja ini sangat baik, karena selain letaknya mudah dikenali dan juga gereja ini merupakan bangunan gereja HKBP paling besar di kota Medan.


(44)

Jika dihubungkan dengan akses untuk menuju HKBP Sudirman Medan, jemaat banyak berpendapat bahwa memang sejak awal berdirinya hingga saat ini akses untuk menuju gereja HKBP Sudirman ini bisa dikatakan sulit bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Karena rata-rata jemaat memiliki kendaraan pribadi baik itu berupa sepeda motor, mobil, bahkan becak mesin. Walaupun demikian jemaat tidak pernah mengeluhkan untuk tidak datang ke gereja bahkan berpindah dari gereja HKBP Sudirman karena mereka telah merasa sangat nyaman untuk melakukan ibadah.

Alasan jemaat yang menjadi responden mengapa tetap bertahan di gereja HKBP Sudirman ini, kerena mulai dari orang tua mereka hingga kepada mereka sendiri sudah bergereja jadi secara turun-temurun. Alasan lain mengapa jemaat HKBP Sudirman tetap bertahan menjadi jemaat yaitu, adanya rasa kebanggaan di dalam diri mereka menjadi jemaat gereja HKBP Sudirman, karena gereja ini memiliki ciri khas atau daya tarik tersendiri yang mampu membuat mereka merasa bangga. Selain itu mereka bangga karena HKBP Sudirman menjadi wajah gereja untuk gereja-gereja Protestan di kota Medan. Gereja HKBP Sudirman juga menjadi gereja yang memiliki fasilitas terlengkap yang semakin mempermudah mereka melakukan segala kegiatan seperti Gedung Sopo Godang. Jemaat juga memiliki kebanggaan dengan keberadaan Sopo Godang ini karena gereja HKBP Sudirman yang pertama sekali memiliki gedung untuk melakukan kegiatan adat sehingga di ikuti oleh gereja-gereja yang lain. Sopo Godang ini juga sangat membantu jemaat dalam melakukan pesta adat karena


(45)

untuk jemaat yang memang terdaftar di gereja HKBP Sudirman, jika menggunakan gedung HKBP Sudirman mendapat potongan harga sewa. Lebih efektif bagi jemaat setelah acara pemberkatan di gereja langsung melakukan kegiatan adat di satu lokasi jadi tidak perlu berpindah lokasi48, dapat menghemat waktu.

Dari wawancara yang telah dilakukan peneliti memandang bahwa jemaat HKBP Sudirman memandang baik keberadaan gereja dan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan, karena selain mempermudah mereka dalam melakukan kegiatan adat mereka juga merasa nyaman, tentram , dan merasa bangga akan beradaan HKBP Sudirman Medan sebagai gereja yang memiliki gedung yang besar, terletak di pusat kota yang dapat di lihat banyak orang dan dikenal sebagai wajah gereja protestan di kota Medan.

4.2.2. Respon Dari Yang Bukan Anggota Jemaat HKBP Sudirman

Selain respon dari anggota Jemaat HKBP Sudirman, kita juga harus mengetahui bagaimana yang bukan anggota dari jemaat HKBP Sudirmana Medan memandang HKBP Sudirman Medan sebagai gereja tempat beribadah. Untuk mengetahui respon, peneliti melakukan penyebaran angket kepada yang bukan anggota jemaat HKBP Sudirman Medan, dengan responden sebanyak 50 responden. Responden yang menjadi sasaran penyebaran angket ini memiliki kriteria, merupakan warga jemaat di HKBP di Medan, sudah bertempat tinggal di Medan sejak Tahun 1954, memiliki

48

Wawancara dengan ibu Diana Hutagaol, tanggal 30 Mei 2015 digereja HKBP Sudirman Medan, mengenai pandangan jemaat memandang HKBP Sudirman sebagai tempat kegiatan adat istiadat.


(46)

pengetahuan yang besar mengenai perkembangan HKBP di Medan.Angket ini terdiri dari beberapa pertanyaan, mengenai lokasi, Akses menuju HKBP Sudirman, dan bagaimana responden memandang HKBP Sudirman dan jemaat yang menjadi anggotanya.

Dari 50 responden semuanya mengetahui di mana letak atau lokasi HKBP Sudirman Medan. Hal ini karena 50 responden ini pernah beribadah dan melakukan kegiatan adat di HKBP Sudirman Medan. Dari 50 responden ini , 27 responden menjawab lokasi HKBP Sudirman tidak strategis dengan alasan menjawab karena jauh dari tempat tinggal, sulit bagi jemaat untuk menjangkau gereja ini karena ketidaktersediaan angkutan umum yang langsung menuju HKBP Sudirman jika pun ada harus berjalan kaki lagi cukup jauh baru dapat menuju gereja ini, sehingga jemaat menganggap tidak efektif dan menyulitkan mereka. Salah satu jemaat memberi alasan

“Ikon napuna kendaraan pribadi na boi tu si akka orang na mamora do gereja disi”49

(harus orang yang memiliki kendaraan pribadi yang bisa gereja disana, orang kaya yang dapat gereja disana). Dari jawaban ini kita dapat melihat bagaimana penilaian yang bukan jemaat melihat HKBP Sudirman Medan. Selain itu 23 responden lain menjawab sangat strategis karena berada di tengah kota dan daerah elit sehingga mudah dapat di kenali. Tetapi dari 50 responden 40 puluh di antaranya menjawab bahwa akses untuk menuju HKBP Sudirman sulit. Sehingga untuk menuju

49Wawancara dengan ibu R. Sitorus, tanggal 10 Juni 2015 di Acara ibadah pertamiangan

jalan Darussalam gang turi 2 no 36, mengenai pandangan jemaat memandang HKBP Sudirman sebagai tempat kegiatan adat istiadat.


(47)

kesana jika ada kegiatan adat istiadat kebanyakan jemaat tidak pergi karena dianggap tidak efektif dan untuk menuju ke lokasi gereja HKBP Sudirman Medan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 30 menit lebih.

Responden juga menjawab bahwa gereja HKBP Sudirman memang memiliki fasilitas yang lengkap jika dibandingkan dengan gereja HKBP lain yang ada di kota Medan. Selain itu karena semua responden pernah beribadah di gereja ini, hal yang dirasakan mereka, adalah kenyamanan, keadaan gedung gereja yang besar juga menjadikan gereja ini dapat menampung lebih banyak jemaat lagi, serta lapangan parkir yang luas semakin mempermudah orang yang beribadah di gereja tersebut.

Pandangan responden terhadap keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai tempat beribadah, ada yang memandang positif dan ada yang memandang negatif. Responden yang memandang positif gereja HKBP Sudirman memberi alasan bahwa keberadaan gereja HKBP Sudirman yang sebagai gereja tertua di Medan memberi dampak yang baik bagi perkembangan gereja-gereja HKBP lain di Medan. Selain itu alasan lain responden adalah bahwa semakin banyaknya jemaat HKBP Sudirman Medan, semakin memperbesar nama Gereja HKBP dimata gereja-gereja lain.


(48)

4.3. Respon Lingkungan Sekitar Terhadap Keberadaan dan

Kegiatan di Sopo Godang HKBP Sudirman Medan

Melihat lokasi HKBP Sudirman Medan tidak terlepas dari sorotan lingkungan sekitarnya seperti Yayasan Pendidikan Harapan Medan, rumah sakit ST. Elisabet dan Yayasan Perguruan Immanuel Medan. Sorotan-sorotan inipun menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda-beda pula. Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tanggapan-tanggapan lingkungan sekitar terhadap keberadaan dan kegiatan di Sopo Godang HKBP Sudirman Medan.

4.3.1. Respon Dari Yayasan Pendidikan Harapan Medan

Sopo Godang yang merupakan wadah yang biasanya digunakan masyarakat Batak di Medan untuk melakukan kegiatan adat atau pesta-pesta adat. Gereja HKBP Sudirman sendiri adalah gereja yang memiliki fasilitas Sopo Godang. Masyarakat Batak khususnya di Medan dalam melakukan kegiatan adat istiadat tidak terlepas dari suara musik yang keras dan penguat suara. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan lingkungan sekitar dari Sopo godang HKBP Sudirman yang di sekitarnya bertetangga dengan sekolah dan juga rumah sakit. Tentu saja sekolah dan rumah sakit ini dalam melakukan kegiatan membutuhkan keadaan yang kondusif. Agar tercipta lingkungan yang nyaman dalam proses kegiatan tersebut, bagaimana respon dari Yayasan Perguruan Harapan Medan mengenai keberadaan dan kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang tersebut, peneliti akan menjelaskan hasil dari wawancara


(49)

yang telah dilakukan terhadap dosen, mahasiswa, pegawai, dan satpam di lembaga pendidikan ini.

Sekolah atau perguruan tinggi merupakan wadah yang digunakan untuk menuntut ilmu dan melakukan proses belajar-mengajar. Bertolak belakang dengan kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang yang sangat tidak kondusif bagi proses belajar-mengajar tersebut. Jika kita melihat perbedaan kegiatan yang terjadi antara Sopo Godang dan Yayasan Pendidikan Harapan Medan kita pasti berpikir akan menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak tersebut. Pada kenyataannya hubungan antara gereja HKBP Sudirman dengan Yayasan Pendidikan Harapan Medan sangat baik. Mulai dari berdirinya Yayasan Pendidikan Harapan Medan yaitu 30 Mei 1967 hingga sampai saat ini tidak pernah terjadi konflik ataupun pertengkaran antara keduabelah pihak yang memiliki perbedaan kegiatan tersebut. Antara gereja HKBP Sudirman dan Yayasan Pendidikan Harapan Medan terjalin dengan baik, saling menolong dan pegertian yang satu dengan yang lain.

Contoh hubungan yang baik dari gereja HKBP Sudirman ini terbukti dari, jika Yayasan Pendidikan Harapan Medan sedang melakukan acara dan kekurangan lahan parkir maka dengan senang hati pihak dari gereja memperbolehkan pihak dari Yayasan Pendidikan Harapan menggunakan lahan parkir dari HKBP Sudirman.50Bukan hanya itu saja setiap perayaan Dies Natalis dari Yayasan

50Wawancara dengan Bapak Taufik Gautama Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan,

tanggal 22 Juni 2015 di Yayaysan perguruan Harapan Medan, mengenai partisipasi hubungan antara gereja dan pihak Yayasan Pendidikan Harapan Medan.


(50)

Pendidikan Harapan ini pihak dari gereja selalu di undang dan selalu datang bahkan menyumbangkan lagu oleh paduan suara yang ada di HKBP Sudirman untuk mengisi acara tersebut51.

Sama halnya dengan kegiatan adat istiadat atau pesta yang dilakukan di Sopo Godang, tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Ini dapat terjadi karena Yayasan perguruan Harapan Medan memfasilitasi seluruh ruang yang ada dengan kedap suara. Sehingga suara yang bising dan kuat yang berasal dari alat musik dan penguat suara yang berasal dari Sopo Godang tersebut sama sekali tidak kedengaran sampai ke ruang kelas sehingga tidak mengaganggu kegiatan proses mengajar yang terjadi.52 Musik dan penguat suara yang ditimbulkan hanya terdengar sampai parkiran saja kalau sudah di dalam gedung atau di ruangan kelas tidak terdengar suara musik dan penguat suara.53 Selain itu juga pihak dari gereja HKBP Sudirman juga sangat memiliki pengertian dengan membatasi penggunaan alat musik hanya sampai jam 6 sore saja, hal ini terkait karena pihak dari Yayasan Harapan yang memiliki perbedaan keyakinan akan mengadakan proses ibadah/sholat yang membutuhkan suasa hening. Ada lagi

51

Wawancara dengan Bapak Mahmud S.E pegawai Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Perguruan Harapan Medan, mengenai hubungan antara gereja dan pihan Yayasan Pendidikan Harapan Medan.

52Wawancara dengan Ibu Kersna Minan S.E, Msi Dosen Yayasan Pendidikan Harapan

Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses belajar -mengajar di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.

53Wawancara dengan Ade Elfira Siregar, Mahasiswi Yayasan Pendidikan Harapan Medan,

tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses belajar -mengajar di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.


(51)

pendapat dari Satpam yang berjaga di Yayasan Harapan Medan, mereka sangat terhibur dalam mendengarkan musik-musik yang ada di Sopo Godang sehingga dalam menjalankan Tugasnya sebagai penjaga keamanan mereka tidak merasa bosan dan tidak mengantuk.54

Kegiatan pesta dan adat istiadat yang dilakukan di Sopo Godang dan bersamaan dengan kegiatan yang berlangsung di Yayasan Pendidikan Harapan terkadang mengalami sedikit permasalah dalam proses memarkir kendaraan dan proses keluar masuknya kendaraan menyebabkan terjadi kepadatan, sehingga arus lalu lintas sedikit terganggu dalam proses tersebut menyebabkan kemacetan tetapi tidak sampai terjadi konflik. Pesta-pesta yang sering di adakan di Sopo godang juga tidak setiap hari di adakan yaitu pada hari Kamis, Jumat, Sabtu. Pada Hari Jumat biasanya Yayasan Pendidikan Harapan Medan akan melakukan Kegiatan holat Jum’at sehingga untuk

menjaga ke tentraman selama waktu holat Jum’at pihak gereja melakukan

pelarangan untuk penggunaan musik dan penguat suara untuk 1-2 jam saat Sholat berlangsung.

Dari respon yang postif yang diberikan oleh Yayasan Harapan Medan terhadap keberadaan dan kegiatan yang berlangsung di Sopo Godang kita dapat melihat terjalinnya hubungan yang baik dan erat di antara kedua belah pihak. Walaupun kedua belah pihak memiliki perbedaan kegiatan dan keyakinan tidak menghalangi untuk terciptanya hubungan yang baik dan saling berpengertian.

54

Wawancara dengan Bapak Ismail Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.


(52)

4.3.2 Respon Dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan

Respon yang positif telah diberikan oleh Yayasan Pendidikan Harapan Medan terhadap Sopo Godang sebagai wadah kegiatan adat istiadat dan pesta bagi masyarakat Batak di Medan. Selanjutnya repon yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Immanuel terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman.

Hubungan antara HKBP Sudirman dengan Yayasan pendidikan Immanuel Medan sudah terjalin cukup lama yaitu dimulai pada saat HKBP Sudirman Medan berdiri hingga saat penelitian ini dilakukan. Perlu diingat kembali bahwa tahun 1998 saat konflik terjadi di HKBP Sudirman mengenai dualisme kepemimpinan atau pemilihan ephorus. Jemaat dari HKBP Sudirman mengalami perpecahan, jemaat yang memisahkan diri beribadah meminjam ruangan dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan selama dua tahun. Bukan hanya itu saja hubungan baik ini juga tampak saat HKBP Sudirman sering mengadakan kegiatan olahraga dan meminjam lapangan dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini sebagai wadah utk melakukan kegiatan tersebut.55

Letak dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini berada di seberang dari gereja HKBP Sudirman. Jika kita melihat letak Yayasan ini terhadap Sopo Godang, bisa dikatakan tidak memiliki dampak sama sekali. Kenyataannya Yayasan ini merasakan dampak ketika ada kegiatan adat atau pesta di Sopo Godang tersebut. Dampak yang ditimbulkan ketika ada kegiatan adat di Sopo Godang adalah padatnya lalu lintas di

55Wawancara dengan Bapak Ari Jonggi Pasaribu Direktur Yayasan Pendidikan Immanuel

Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan.


(53)

sekitaran jalan sehingga, sering terjadi kemacetan karena biasanya orang-orang yang datang berpesta ke Sopo Godang ini datang saat siang hari yaitu waktu dimana siswa-siswi dari Yayasan Pendidikan Immanuel keluar sekolah untuk kembali pulang. Siswa-siswi yang bersekolah di Yayasan Pendidikan Immanuel ini biasanya di antar dan di jemput oleh orangtuanya. Jadi saat di adakan kegiatan adat istiadat di Sopo Godang proses keluar masuknya kendaraan jadi sedikit terhambat karena bersamaan dengan orang yang akan datang mengunjungi pesta tersebut.56

Jika mengenai suara musik dan penguat suara yang dihasilkan dari proses kegiatan adat istiadat ini tidak mengganggu proses belajar-mengajar dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini karena sudah tidak terdengar dari sampai kepada Yayasan Immanuel ini. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan adat di Sopo Godang yaitu kemacetan tidak menjadi merusak hubungan baik antara Yayasan Pendidikan Immanuel dengan gereja HKBP Sudirman Medan, karena kedua belah pihak dapat saling mengerti satu sama lain terhadap kegiatan di Sopo Godang tersebut. Walaupun Yayasan Pendidikan Immanuel tidak memiliki kepentingan terhadap Sopo Godang dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya, tetapi Yayasan ini dapat memahami kegiatan tersebut.

Pihak dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan memberikan apresiasi kepada keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman karena, Sopo Godang ini menjadi bukti bahwa gereja dan adat istiadat dapat berjalan bersamaan tanpa mengalami benturan.

56

Wawancara dengan Bapak T. Manurung Satpam Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan.


(54)

Selain itu keberadaan Sopo Godang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan adat dianggap sebagai fasilitas untuk tetap memajukan dan melestarikan kebudayaan adat

istiadat Batak di kota Medan. “Jika tidak Wadah atau tempatnya pasti masyarakat

akan melupakan adat istiadat mereka apalagi di zaman modern kegiatan adat di anggap mulai ketinggalan zaman dan para pemuda sudah tidak lagi perduli akan adat istiadat dari sukunya masing-masing”.57 Respon yang positif yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Immanuel ini yang semakin mempererat hubungan antara kedua belah pihak.

4.3.3 Respon Dari Rumah Sakit St. Eilisabet Medan

Rumah sakit Elisabet memiliki letak yang sudah cukup jauh dari Sopo Godang HKBP Sudirman tapi masih berada dalam kawasan lingkungan sekitar HKBP Sudirman Medan. Sama halnya dengan Yayasan Pendidikan Harapan dan Immanuel, rumah sakit St. Elisabet juga memiliki fungsi membantu menyembuhkan orang-orang sakit. Dalam menjalankan fungsinya ini rumah sakit St. Elisabet membutuhkan keadaan yang kondusif, nyaman, dan tentram.

Keberadaan Sopo Godang dan kegiatan adat istiadat yang sering dilakukan tidak memiliki dampak negatif kepada rumah sakit ini. Apa pun kegiatan yang terjadi di Sopo Godang yang menggunakan penguat suara dan musik yang kuat tidak lagi terdengar ke rumah sakit St. Elisabet ini. Bahkan, banyak dari pekerja-pekerja di

57

Wawancara dengan Bapak Ari Jonggi Pasaribu sebagai DirekturYayasan Pendidikan Immanuel Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan.


(55)

rumah sakit St. Elisabet ini tidak mengetahui jika sedang terjadi kegiatan adat istiadat jika mereka tidak melihat secara dekat ke gedung Sopo Godang tersebut. Jika Yayasan Harapan dan Immanuel merasakan dampak kemacetan saat terjadi kegiatan adat istiadat di Sopo Godang tidak sama dengan rumah sakit St. Elisabet karena letak parkiran dari rumah sakit ini menghadap jalan Slamet Riyadi jadi tidak berdampak sama sekali terhadap rumah sakit ini.

Hubungan antara HKBP Sudirman dengan rumah sakit St. Elisabet Medan sangat baik. Kedua belah pihak selama berpuluh tahun bertetangga dan memiliki fungsi yang berbeda tetapi masih dapat menjaga ketentraman dalam bermasyarakat dan beragama.58Mayoritas pekerja dan pasien yang berada di rumah sakit St. Elisabet ini bersuku Batak, mereka sangat menghargai keberadaan dari Sopo Godang HKBP Sudirman ini sebgai wadah kegiatan Adat istiadat Batak di kota Medan. Pihak dari rumah sakit merespon baik terhadap keberadaan Sopo Godang yang berdampingan dengan gereja secara langsung. Selain itu melihat dari kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang dengan lingkungan sekitar yang memiliki fungsi yang berbeda dengan Sopo Godang yaitu sekolah dan rumah sakit St. Elisabet. Pihak dari rumah sakit juga memandang adanya perbedaan keyakinan antara gereja dan Yayasan Harapan Medan tetapi tidak perna terjadi konflik atau permasalahan dalam perbedaan keyakinan tersebut malah kedua belah pihak memiliki hubungan yang baik dan selalu

58Wawancara dengan Ibu Lastri Tambunan sebagai Perawat di rumah sakit St. Elisabet

Medan, tanggal 1 Juli 2015 di rumah sakit St. Elisabet Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di rumah sakit St. Thomas Medan.


(56)

menghormati perbedaan yang terjadi59. Dari respon yang telah di terima dari lingkungan sekitar terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman Medan, memiliki respon yang positif bahkan saling menghormati perbedaan fungsi di antara Yayasan Harapan, Yayasan Immanuel dan rumah sakit St. Elisabet.

59

Wawancara dengan Biarawati(Suster)Romauli sebagai Perawat di rumah sakit St. Elisabet Medan, tanggal 1 Juli 2015 di rumah sakit St. Elisabet Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di rumah sakit St. Thomas Medan.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

HKBP Sudirman adalah gereja HKBP tertua dan memiliki jemaat HKBP yang terbanyak di Medan, HKBP Sudirman juga memiliki keunikan yang mampu menarik minat banyak masyarakat Batak di kota Medan untuk beribadah dan melakukan kegiatan Adat istiadat. Salah satunya adalah lokasi keberadaan HKBP Sudirman yang berada di kawasan elite Medan yaitu terletak di tengah kota,dimana jika kita melihat HKBP Sudirman Medan kita dapat mengetahui posisi keberadaan kita adalah di kawasan pusat kota, sehingga gereja HKBP Sudirman juga di jadikan salah satu Landmark kota Medan.

Pada awal berdirinya yaitu tahun 1954 HKBP Sudirman merupakan Pusat peribadahan bagi masyarakat kota Medan karena pada tahun ini masih terdapat satu gereja HKBP di Medan dan menjadi satu-satunya Resort di Medan. Selain itu HKBP Sudirman pada tahun 1976 sejak dibangunnya Sopo Godang atau tempat melakukan kegiatan adat istiadat sebagai pelopor bagi gereja-gereja HKBP lain untuk membangun tempat yang sama berdampingan dengan gereja. Hal ini semakin membuat minat dari jemaat semakin tinggi terhadap gereja HKBP Sudirman. Sopo Godang HKBP Sudirman ini membutikkan bagaimana gereja dan adat istiadat dapat berjalan secara bersamaan dan juga seimbang.


(58)

Jika dilihat dari segi eksistensi HKBP Sudirman ditengah multikultural masyarakat Medan, sebenarnya tidak dipertanyakan lagi terkhusus bagi kalangan orang-orang Batak karena gereja merupakan keharusan untuk membentuk karakter orang batak terutama bagi mereka yang berada di perantauan, selain sebagai Bona Pasogit (kampung halaman) yang dapat mengobati rasa rindu ke kampung halaman. Hal yang paling penting sebenarnya adalah tempat beribadah dan melakukan kegiatan adat bagi orang Kristen yang bersuku Batak. Meski memiliki identitas, HKBP Sudirman juga terbuka luas bagi non-Batak karena pada hakikatnya kerajaan Allah terbuka bagi siapa saja.

Keterbukaan HKBP Sudirman ini juga mendapat respon yang positif dari lingkungan sekitar HKBP Sudirman Medan. Respon positif ini di dapatkan oleh HKBP Sudirman Medan dilihat dari lokasi, pelayanan yang dilakukan gereja HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah, bahkan kegiatan adat, dan juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial. Selain mendapatkan respon yang positif, HKBP Sudirman juga tidak terlepas dari respon yang negatif dari beberapa pihak, seperti bukan jemaat dari HKBP Sudirman yang menganggap keberadaan gereja HKBP Sudirman sebagai tempat yang hanya jemaatnya di datangi oleh mereka yang memiliki ekonomi menegah ke atas atau golongan orang-orang kaya. Selain itu respon negatif juga di dapat dari lokasi yang terletak di tengah kota sehingga sulit untuk di tempuh oleh masyarakat yang menggunakan angkutan umum.

Keberadaan gereja HKBP Sudirman dan Sopo Godangnya ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat batak yang jauh dari kampung halamannya


(59)

dapat membangun kebudayaannya melalui gereja kesukuan. Kita juga bisa melihat bagaimana gereja HKBP Sudirman ini dapat menjaga identitasnya sebagai gereja kesukuan yang banyak di minati oleh masyarakat Batak di kota Medan ini terbukti dari jumlah jemaatnya yang mulai dari awal berdiri hingga sekarang terus mengalami pertambahan.Selain itu gereja dan jemaat dari HKBP Sudirman mampu memelihara perbedaan yang terjadi di lingkungan sekitar dan akirnya menciptakan hubungan yang harmonis walaupun perbedaan kegiatan dan keyakinan.

HKBP Sudirman juga menunjukkan hubungan yang baik terhadap lingkungan sekitarnya, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan fungsi dan kegiatan yang terdapat di sekitaran HKBP Sudirman. HKBP Sudirman juga mampu menjaga dan menghormati perbedaan keyakinan dan menjaga keharmonisan hidup beragama dalam ruang lingkup lingkungan sekitarnya.

5.2Saran

a. Dari penelitian ini kita dapat melihat perbedaan agama, fungsi dari suatu lembaga terhadap lembaga lainnya dapat terjalin baik. Hal tersebut dapat di terapkan di lembaga lain dalam menjaga hubungan yang baik walaupun terdapat perbedaan.

b. Untuk melakukan penelitian yang lebih komperhensif tentang gereja-gereja yang berada di Medan mengingat penelitian penulis masih sangat jauh dari kata sempurna. Baik itu secara teologis, perkembangan, dan hal-hal unik lainnya yang dapat menjadikan gereja tersebut berbeda.


(60)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Bab ini merupakan penjelasan mengenai gambaran umum dari lokasi penelitian yang dilakukan. Gambaran umum penelitian mempermudah penulis untuk mempersempit dan membatasi lokasi penelitian. Penulis mencoba memaparkan gambaran dari gereja HKBP Sudirman dan keberadaan gereja HKBP Sudirman dapat berdiri di pusat kota yaitu Jl. Jenderal Sudirman Medan.

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gereja HKBP Sudirman Medan terletak pada wilayah kotamadya Medan. Kotamadya Medan merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di atas permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai Deli dan sungai Babura yang bermuara di elat Malaka. ecara geografis Medan terletak pada - L dan - B dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata - mm per tahun. uhu udara di Kota Medan berada pada


(61)

maksimum C dan minimum C. Kotamadya Medan memiliki kecamatan dan 158 kelurahan. Luas kota Medan secara keseluruhan adalah sebesar 26.510 Ha.10

Perkembangan terakhir berdasarkan surat Keputusan Gubernur KDH tingkat I Sumatera Utara No.140./22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan secara administrasi Kota Medan di bagi menjadi 21 Kecamatan dan 121 kelurahan. Daftar kecamatan yang ada di Medan11 adalah sebagai berikut:

1. Medan Belawan 12. Medan Marelan 2. Medan Labuhan 13. Medan Perjuangan

3. Medan Deli 14 Medan Tembung

4. Medan Sunggal 15. Medan Helvetia 5. Medan Denai 16. Medan Petisah 6. Medan Tuntungan 17. Medan Area 7. Medan Johor 18. Medan Polonia 8. Medan Baru 19. Medan Maimun 9. Medan barat 20. Medan Selayang 10.Medan Kota 21. Medan Amplas 11.Medan Timur

10

Pemko Medan, 2004, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintahan Kotamadya Medan, hlm.36

11


(1)

UCAPAN TERIMAKASIH

Apapun yang penulis alami sampai saat ini adalah atas berkat dan kasih Tuhan Yesus Kristus, begitu juga hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pertolongan yang tulus dari-Nya. Banyak pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan materi, moral maupun spiritual. Skripsi tidak akan terselesaikan tanpa bantuan mereka. Untuk itu penulis layak mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatn untuk mengikuti perkuliahan dari awal hingga sekarang.

2. Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., Drs. Samsul Tarigan, Drs. Yuddi Adrian M.,M.A. selaku Pembantu Dekan I, II, III yang telah banyak membantu selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum , selaku Ketua jurusan Departemen ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah banyak memberi motivasi, dorongan dan semangat dalam mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris jurusan Departemen ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam setiap kesempatan.

5. Ibu Dra. Penina Simanjuntak M.S, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan, ide, dan telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis. Biarlah kebaikan ibu senantiasa penulis ingat, dan semoga Tuhan Yesus yang memberikan berkatNya kepada ibu dan sekeluarga.

6. Dra. Farida Hanum Ritonga, selaku pembimbing akademik selama mengikuti perkuliahan. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya bu.

7. Bapak ibu dosen yang telah mengajari dan bersedia membagikan ilmunya kepada penulis. Terimakasih untuk setiap waktu dan kesempatan yang pernah


(2)

diberikan kepada penulis untuk mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan, yang akan menjadi bekal untuk melanjutkan kehidupan kedepannya.

8. Bang “Ampera” sebagai staf pendidikan yang membantu dalam kepentingan

administrasi mulai awal perkuliahan hingga akhir skripsi ini. Terimakasih bang untuk setiap bantuannya biarlah Tuhan yang membalas kebaikan abang. 9. Ayahanda tercinta, S.Tambunan yang telah lelah dan selalu setia menghidupi

kami. Tidak ada kata-kata lelah untuk menyekolahkan kami hingga jenjang setinggi-tingginya. Terimakasih atas semuanya pak, engkau bapak terhebat yang pernah ada, pria yang selalu melindungi, dan pria terhebat yang pertama di dalam hidupku. Biarlah Tuhan tetap setia memberkati dan memberikan berkat, kesehatan dan rezeki kepada bapak.

10.Mama tercinta, S.Panjaitan yang telah setia mulai dari kecil hingga saat ini merawat kami seluruh anak-anaknya tanpa lelah. Dan menjadi tiang doa untuk anak-anak dan keluarga, menjadi penopang ketika masalah dan kehidupan sedang memburuk. Terimakasih telah ada dan akan terus ada untuk kami. Tetap sehat, tetap semangat, tetap teguh di dalam Yesus sebagai tiang doa dan penopang kami. Mama jika suatu saat setelah saya mati, saya di kasih kesempatan dilahirkan kembali, saya akan tetap memilih dilahirkan dari Ibu yang sama. Sebegitu besarnya cintaku kepadamu mama. Kau begitu berarti untukku.

11.Abang, kakak, adik tersayang. Lambok Marisi Tua Tambunan, terimakasih sudah menjadi abang yang luar biasa bagi kami, yang tidak membiarkan kami terluka bahkan selalu melihat kebutuhan kami. Terimakasih untuk cinta dan kasihnya yang tulus kepada kami adik-adikmu. Terimakasih mengajarkan banyak hal dalam hidup ini. Kau pria terhebat yang ke dua yang pernah ada di dalam hidupku. Hendro Mangasih Tambunan dan keluarga, terimakasih untuk setiap candaan yang selalu menghiburku dalam hari-hariku, terimakasih menjagai kami adik-adikmu. Kau pria terhebat yang ketiga yang perna ada dalam hidupku. Terimakasih abang untuk apa pun itu , tetap sehat dan selalu


(3)

diberikan rezeki. Julianti Mendrova terimakasih kakak telah berada dan menjadi pendamping abang kami. Terimakasih untuk dukungan dan doanya kepadaku selama penulisan skripsi ini. Dina Wati Tambunan dan keluarga, terimakasih sudah menjadi pendukung dalam segala hal mulai dari awal penulisan hingga akhir, terimakasih atas doa dan dukungannya, terimakasih atas semangatnya ketika sudah mulai lelah dan buntu mengerjakan skripsi ini, terimakasih atas canda tawa yang pernah ada dan akan terus ada. Jimmi Ricardo Ginting terimakasi sudah menjagai dan mencintai kakak kami. Dan terimakasih telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Yulisna Tetty Tambunan terimakasih untuk tukaran pikirannya selama pemilihan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih untuk setiap canda, tawa, kesal, marah yang kita hadapi di tempat tidur dan di kamar. Terimakasih atas semangat dan doanya. Eva sari Tambunan adik satu-satunya yang paling pintar dan menjadi lawan banding, terimakasih untuk dukungan doa dan semangatnya walaupun selama penulisan kita berjauhan. Cepat nyusul untuk nyusun skripsi. Tetap setia dalam pelayanan dan studinya.

12.Teman-teman Stambuk 2011, mulai dari NIM 110706001 hingga NIM 110706059 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk waktu yang pernah kita jalani bersama-sama, canda, tawa, dan tangis, yang pernah kita lewati semoga kita menjadi kisah klasik untuk masa depan.

13.Untuk sahabat-sahabat yang paling mendukung, Dedek Murni Rezeki Hutapea terimakasih untuk semua hal yang pernah kita jalani dan kita bagi berdua, terimakasih telah menjadi teman untuk bertumbuh di dalam Tuhan, terimakasih telah banyak membantu mengikis karakter jelek yang pernah ada, tetaplah menjadi sahabat, saudara, di dalam Tuhan. Dewi Sabrina Panjaitan terimakasih telah menjadi sahabat hingga saat ini, berbagi suka dan duka, bertumbuh di dalam Tuhan, dan menjalani banyak hal berdua tetaplah menjadi motivasi dan semangat bagiku. Lucky Ratu Iyerminda terimakasih telah mengingatkan bahwa hidup tidak harus serius sekali. Putri Juniati Tanjung,


(4)

terimakasih banyak hal yang boleh kita lalui bersama kepala sekolah kami, hahahah. Syandicro Silalahi Terimakasih banyak, saya belajar banyak darimu mengenai kesabaran dan ketulusan terimaksih selalu setia menemani kerumah informan dengan jadwal yang menumpuk. Rini Amanda, Rindi iswara terimakasih kalian telah memberi semangat dan motivasi dan menghabiskan banyak waktu dan hari-hari kebersamaan. Jamin Siahaan terimakasih selalu mendoakan dan menyemangati sahabat paling cantikmu.

14.Amang T.M Napitupuluh dan keluarga yang sangat membantu dalam pengumpulan data. Jemaat HKBP Sudirman yang bersedia menjadi Informan. Dan seluruh pihak gereja yang ada di HKBP Sudirman Medan yang membantu dalam mengumpulkan data.

15.Senior dan Junior yang selalu menyemangati, kak Evitamala, kak Helma, bang Diaz, bang Moses, bang Fahri, bang Ardia, bang Suhek, Bang yana, bang Alpa Immanuel. Dan Junior-junior Hilwa dkk.

16.Kelompok Kecil “Ekklesia” dengan PKK kak Meisah Manurung dan bang Hery Silalahi. Serta UKM KMK USU yang menjadi tempat bertumbuh, belajar firman dan melayani. Terimakasih banyak tetap bertumbuh akan pengenalan kepada Tuhan.

17.Keluarga Besar Tambunan (bou, amangboru, udag, inanguda). Keluarga Besar Panjaitan (mamatua, bapaktua, inanguda, tulang, dan tante)

18.Keponakan Theresia Christabel Tambunan, Terimakasih sudah mengisi hari-hari bou selama menyusun skripsi dengan tingkah laku abel yang lucu. Kau seperti pelangi di keluarga ini dan tetaplah membuat semua orang tersenyum. 19.Dan yang terakhir, Julfrison Sinaga, Terimakasih telah mau berbagi suka dan

duka, saling menguatkan di dalam doa dan kasih dari Tuhan. Tetap menjadi kekasih yang selalu mendukung dan mengingatkan dalam segala hal.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ... 9

1.5. Metode Penelitian ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN 2.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 13

2.2Lokasi HKBP Sudirman Berada Di Tengah Kota... 18

2.3Kondisi Sosial Ekonomi Anggota HKBP Sudirman Medan... 25

2.4Struktur Organisasi Gereja HKBP Sudirman Medan... 28

BAB III MINAT ATAU ATENSI TERHADAP HKBP SUDIRMAN MEDAN 3.1Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat atau Atensi ... 36

3.1.1 Kondisi Fisik ... 39

3.1.2 Kondisi Psikis... 40

3.1.3 Kondisi Lingkungan Sosial ... 40

3.2Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Pusat Peribadahan (1954-1976) ... 41

3.3Gereja HKBP Sudirman Sebagai Tempat Kegiatan Kebudayaan (1976-2000) ... 46

3.4Konflik Di antara HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya ... 49

BAB IV RESPON LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP GEREJA DAN SOPO GODANG HKBP SUDIRMAN MEDAN


(6)

4.1Proses Terjadinya Respon ... 55 4.2Respon Terhadap Gereja HKBP Sudirman Sebagai Wadah Beribadah

4.2.1Respon dari Anggota Jemaat HKBP Sudirman Medan ... 58 4.2.2Respon dari Bukan Anggota Jemaat HKBP Sudirman ... 62 4.3Respon Lingkungan Sekitar Terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman

Medan

4.3.1Respon Yayasan Pendidikan Harapan ... 65 4.3.2Respon Yayasan Pendidikan Immanuel ... 69 4.3.3Respon R.S St. Elisabet ... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 74 5.2Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Pendeta HKBP Sudirman Medan Tahun 1954-2000 Lampiran 2 : Kegiatan Rutin Mingguan HKBP Sudirman Medan

Lampiran 3 : Foto Gereja dan Sopo Godang Lampiran 4 : Peta Lokasi