Hkbp Sudirman Di Kota Medan 1954-2000

(1)

HKBP SUDIRMANDI KOTA MEDAN 1954-2000

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NELLI OCTAVIA T 110706052

DEPARTEMENSEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HKBP SUDIRMAN DI KOTA MEDAN 1954-2000 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : NELLI OCTAVIA T NIM : 110706052

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi HKBP SUDIRMAN DI KOTA MEDAN 1954-2000 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

NELLI OCTAVIA TAMBUNAN 110706052

Pembimbing,

Dra.Peninna Simanjuntak MS NIP : 196102261986012001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

HKBP SUDIRMAN DI KOTA MEDAN 1954-2000 Yang diajukanoleh:

Nama : Nelli Octavia Tambunan

Nim : 110706052

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Dra.Peninna Simanjuntak MS

NIP : 196102261986012001 tanggal ………

Ketua Departemen Sejarah

Drs.Edi Sumarno,M.Hum tanggal ………

NIP : 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(5)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen,

Drs.Edi Sumarno,M.Hum. NIP : 196409221989031001


(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Segenap hati penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas alam dan segala isinya, berkat penyertaan dan segala anugerah-Nya yang dikaruniakan sehingga penulisan skripsi ini dapat dilakukan. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk sebuah tanggung jawab seorang Sejarahwan merekontruksi masa lalu yang diharapkan menjadi sebuah pelajaran di masa depan dan yang akan datang. Dilain pihak skripsi ini ditujukan sebagai pemenuhan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan aktivitas perkuliahan dan sebagai modal utama untuk memperoleh gelar Sarjana bidang sejarah di Universitas Sumatera Utara.

Studi ini membahas tentang keberadaan gereja HKBP Sudirman di Medan. Gereja ini merupakan gereja yang memiliki peran penting untuk keberadaan gereja HKBP-HKBP lain di Medan, sebagai pelopor adanya gereja-gereja kesukuan lain di Medan. Dalam proses perkembangannya HKBP Sudirman Medan banyak melalui permasalahan dalam tubuh organisasi ini, masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan bahkan memberi dampak baik bagi HKBP seluruh Indonesia. Lokasi yang unik juga menjadi daya tarik gereja ini untuk memiliki jemaat terbanyak yang dimiliki gereja HKBP di Medan. Semua pembahasan tersebut akan di paparkan dalam skripsi ini.

Penulis mengakui banyak hal tentang gereja HKBP Sudirman Medan yang luput dari jangkauan penulis. Atas kesadaran ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang tentunya bersifat untuk membangun agar karya ini dapat lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2015 Penulis,


(8)

ABSTRAK

Huria Kristen Batak Protestan merupakan gereja kesukuan yakni suku Batak. Gereja HKBP tersebar diseluruh Indonesia dan manca Negara. Salah satu gereja HKBP Sudirman yang berada di Medan dan sudah berdiri sejak 17 April 1954 dan tetap eksis hingga sekarang. Bahkan dari segi lokasi gereja melihat akses angkutan umum yang cukup sulit namun tetap dapat menarik minat dan atensi oleh masyarakat Batak di Medan untuk tetap mengunjungi. Selain itu juga fungsi sebagai wadah beribadah dan wadah melakukan kegiatan adat istiadat masyarakat Batak Toba di kota Medan dapat dijalankan oleh HKBP Sudirman ini. Gereja HKBP Sudirman telah mengalami beberapa perubahan yang signifikan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor ketertarikan penulis untuk meneliti lembaga gereja HKBP Sudirman yang berada di tengah hiruk-pikuk keragaman masyarakat majemuk Medan, baik segi Budaya dan Agama.

Ketertarikan tersebut peneliti kembangkan dengan melakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Metode pengumpulan data lainnya yaitu wawancara kepada pengurus, anggota jemaat, lingkungan sekitar, bahkan yang bukan anggota jemaat, dimaksudkan untuk menggali informasi kepada para informan untuk mendapatkan data yang valid.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pertama lembaga HKBP Sudirman Medan memiliki daya tarik khusus bagi jemaatnya yaitu lokasi yang terletak di daerah elit kota Medan, kedua minat dan atensi yang tinggi terhadap gereja HKBP Sudirman Medan melalui pelayanan yang dilakukan, ketiga respon yang positif terhadap keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan.


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Apapun yang penulis alami sampai saat ini adalah atas berkat dan kasih Tuhan Yesus Kristus, begitu juga hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pertolongan yang tulus dari-Nya. Banyak pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan materi, moral maupun spiritual. Skripsi tidak akan terselesaikan tanpa bantuan mereka. Untuk itu penulis layak mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatn untuk mengikuti perkuliahan dari awal hingga sekarang.

2. Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., Drs. Samsul Tarigan, Drs. Yuddi Adrian

M.,M.A. selaku Pembantu Dekan I, II, III yang telah banyak membantu selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum , selaku Ketua jurusan Departemen ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah banyak memberi motivasi, dorongan dan semangat dalam mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris jurusan Departemen ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam setiap kesempatan.

5. Ibu Dra. Penina Simanjuntak M.S, selaku dosen pembimbing dalam penulisan

skripsi ini yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan, ide, dan telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis. Biarlah kebaikan ibu senantiasa penulis ingat, dan semoga Tuhan Yesus yang memberikan berkatNya kepada ibu dan sekeluarga.

6. Dra. Farida Hanum Ritonga, selaku pembimbing akademik selama mengikuti

perkuliahan. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya bu.

7. Bapak ibu dosen yang telah mengajari dan bersedia membagikan ilmunya


(10)

diberikan kepada penulis untuk mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan, yang akan menjadi bekal untuk melanjutkan kehidupan kedepannya.

8. Bang “Ampera” sebagai staf pendidikan yang membantu dalam kepentingan administrasi mulai awal perkuliahan hingga akhir skripsi ini. Terimakasih bang untuk setiap bantuannya biarlah Tuhan yang membalas kebaikan abang.

9. Ayahanda tercinta, S.Tambunan yang telah lelah dan selalu setia menghidupi

kami. Tidak ada kata-kata lelah untuk menyekolahkan kami hingga jenjang setinggi-tingginya. Terimakasih atas semuanya pak, engkau bapak terhebat yang pernah ada, pria yang selalu melindungi, dan pria terhebat yang pertama di dalam hidupku. Biarlah Tuhan tetap setia memberkati dan memberikan berkat, kesehatan dan rezeki kepada bapak.

10.Mama tercinta, S.Panjaitan yang telah setia mulai dari kecil hingga saat ini

merawat kami seluruh anak-anaknya tanpa lelah. Dan menjadi tiang doa untuk anak-anak dan keluarga, menjadi penopang ketika masalah dan kehidupan sedang memburuk. Terimakasih telah ada dan akan terus ada untuk kami. Tetap sehat, tetap semangat, tetap teguh di dalam Yesus sebagai tiang doa dan penopang kami. Mama jika suatu saat setelah saya mati, saya di kasih kesempatan dilahirkan kembali, saya akan tetap memilih dilahirkan dari Ibu yang sama. Sebegitu besarnya cintaku kepadamu mama. Kau begitu berarti untukku.

11.Abang, kakak, adik tersayang. Lambok Marisi Tua Tambunan, terimakasih

sudah menjadi abang yang luar biasa bagi kami, yang tidak membiarkan kami terluka bahkan selalu melihat kebutuhan kami. Terimakasih untuk cinta dan kasihnya yang tulus kepada kami adik-adikmu. Terimakasih mengajarkan banyak hal dalam hidup ini. Kau pria terhebat yang ke dua yang pernah ada di dalam hidupku. Hendro Mangasih Tambunan dan keluarga, terimakasih untuk setiap candaan yang selalu menghiburku dalam hari-hariku, terimakasih menjagai kami adik-adikmu. Kau pria terhebat yang ketiga yang perna ada dalam hidupku. Terimakasih abang untuk apa pun itu , tetap sehat dan selalu


(11)

diberikan rezeki. Julianti Mendrova terimakasih kakak telah berada dan menjadi pendamping abang kami. Terimakasih untuk dukungan dan doanya kepadaku selama penulisan skripsi ini. Dina Wati Tambunan dan keluarga, terimakasih sudah menjadi pendukung dalam segala hal mulai dari awal penulisan hingga akhir, terimakasih atas doa dan dukungannya, terimakasih atas semangatnya ketika sudah mulai lelah dan buntu mengerjakan skripsi ini, terimakasih atas canda tawa yang pernah ada dan akan terus ada. Jimmi Ricardo Ginting terimakasi sudah menjagai dan mencintai kakak kami. Dan terimakasih telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Yulisna Tetty Tambunan terimakasih untuk tukaran pikirannya selama pemilihan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih untuk setiap canda, tawa, kesal, marah yang kita hadapi di tempat tidur dan di kamar. Terimakasih atas semangat dan doanya. Eva sari Tambunan adik satu-satunya yang paling pintar dan menjadi lawan banding, terimakasih untuk dukungan doa dan semangatnya walaupun selama penulisan kita berjauhan. Cepat nyusul untuk nyusun skripsi. Tetap setia dalam pelayanan dan studinya.

12.Teman-teman Stambuk 2011, mulai dari NIM 110706001 hingga NIM

110706059 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk waktu yang pernah kita jalani bersama-sama, canda, tawa, dan tangis, yang pernah kita lewati semoga kita menjadi kisah klasik untuk masa depan.

13.Untuk sahabat-sahabat yang paling mendukung, Dedek Murni Rezeki

Hutapea terimakasih untuk semua hal yang pernah kita jalani dan kita bagi berdua, terimakasih telah menjadi teman untuk bertumbuh di dalam Tuhan, terimakasih telah banyak membantu mengikis karakter jelek yang pernah ada, tetaplah menjadi sahabat, saudara, di dalam Tuhan. Dewi Sabrina Panjaitan terimakasih telah menjadi sahabat hingga saat ini, berbagi suka dan duka, bertumbuh di dalam Tuhan, dan menjalani banyak hal berdua tetaplah menjadi motivasi dan semangat bagiku. Lucky Ratu Iyerminda terimakasih telah mengingatkan bahwa hidup tidak harus serius sekali. Putri Juniati Tanjung,


(12)

terimakasih banyak hal yang boleh kita lalui bersama kepala sekolah kami, hahahah. Syandicro Silalahi Terimakasih banyak, saya belajar banyak darimu mengenai kesabaran dan ketulusan terimaksih selalu setia menemani kerumah informan dengan jadwal yang menumpuk. Rini Amanda, Rindi iswara terimakasih kalian telah memberi semangat dan motivasi dan menghabiskan banyak waktu dan hari-hari kebersamaan. Jamin Siahaan terimakasih selalu mendoakan dan menyemangati sahabat paling cantikmu.

14.Amang T.M Napitupuluh dan keluarga yang sangat membantu dalam

pengumpulan data. Jemaat HKBP Sudirman yang bersedia menjadi Informan. Dan seluruh pihak gereja yang ada di HKBP Sudirman Medan yang membantu dalam mengumpulkan data.

15.Senior dan Junior yang selalu menyemangati, kak Evitamala, kak Helma,

bang Diaz, bang Moses, bang Fahri, bang Ardia, bang Suhek, Bang yana, bang Alpa Immanuel. Dan Junior-junior Hilwa dkk.

16.Kelompok Kecil “Ekklesia” dengan PKK kak Meisah Manurung dan bang Hery Silalahi. Serta UKM KMK USU yang menjadi tempat bertumbuh, belajar firman dan melayani. Terimakasih banyak tetap bertumbuh akan pengenalan kepada Tuhan.

17.Keluarga Besar Tambunan (bou, amangboru, udag, inanguda). Keluarga

Besar Panjaitan (mamatua, bapaktua, inanguda, tulang, dan tante)

18.Keponakan Theresia Christabel Tambunan, Terimakasih sudah mengisi

hari-hari bou selama menyusun skripsi dengan tingkah laku abel yang lucu. Kau seperti pelangi di keluarga ini dan tetaplah membuat semua orang tersenyum.

19.Dan yang terakhir, Julfrison Sinaga, Terimakasih telah mau berbagi suka dan

duka, saling menguatkan di dalam doa dan kasih dari Tuhan. Tetap menjadi kekasih yang selalu mendukung dan mengingatkan dalam segala hal.


(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ... 9

1.5. Metode Penelitian ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN 2.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 13

2.2Lokasi HKBP Sudirman Berada Di Tengah Kota... 18

2.3Kondisi Sosial Ekonomi Anggota HKBP Sudirman Medan... 25

2.4Struktur Organisasi Gereja HKBP Sudirman Medan... 28

BAB III MINAT ATAU ATENSI TERHADAP HKBP SUDIRMAN MEDAN 3.1Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat atau Atensi ... 36

3.1.1 Kondisi Fisik ... 39

3.1.2 Kondisi Psikis... 40

3.1.3 Kondisi Lingkungan Sosial ... 40

3.2Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Pusat Peribadahan (1954-1976) ... 41

3.3Gereja HKBP Sudirman Sebagai Tempat Kegiatan Kebudayaan (1976-2000) ... 46

3.4Konflik Di antara HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya ... 49

BAB IV RESPON LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP GEREJA DAN SOPO GODANG HKBP SUDIRMAN MEDAN


(14)

4.1Proses Terjadinya Respon ... 55

4.2Respon Terhadap Gereja HKBP Sudirman Sebagai Wadah Beribadah

4.2.1Respon dari Anggota Jemaat HKBP Sudirman Medan ... 58

4.2.2Respon dari Bukan Anggota Jemaat HKBP Sudirman ... 62

4.3Respon Lingkungan Sekitar Terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman

Medan

4.3.1Respon Yayasan Pendidikan Harapan ... 65

4.3.2Respon Yayasan Pendidikan Immanuel ... 69

4.3.3Respon R.S St. Elisabet ... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 74 5.2Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Pendeta HKBP Sudirman Medan Tahun 1954-2000 Lampiran 2 : Kegiatan Rutin Mingguan HKBP Sudirman Medan

Lampiran 3 : Foto Gereja dan Sopo Godang Lampiran 4 : Peta Lokasi

Lampiran 5 : Bagan Struktur Organisasi HKBP Sudirman


(15)

ABSTRAK

Huria Kristen Batak Protestan merupakan gereja kesukuan yakni suku Batak. Gereja HKBP tersebar diseluruh Indonesia dan manca Negara. Salah satu gereja HKBP Sudirman yang berada di Medan dan sudah berdiri sejak 17 April 1954 dan tetap eksis hingga sekarang. Bahkan dari segi lokasi gereja melihat akses angkutan umum yang cukup sulit namun tetap dapat menarik minat dan atensi oleh masyarakat Batak di Medan untuk tetap mengunjungi. Selain itu juga fungsi sebagai wadah beribadah dan wadah melakukan kegiatan adat istiadat masyarakat Batak Toba di kota Medan dapat dijalankan oleh HKBP Sudirman ini. Gereja HKBP Sudirman telah mengalami beberapa perubahan yang signifikan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor ketertarikan penulis untuk meneliti lembaga gereja HKBP Sudirman yang berada di tengah hiruk-pikuk keragaman masyarakat majemuk Medan, baik segi Budaya dan Agama.

Ketertarikan tersebut peneliti kembangkan dengan melakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Metode pengumpulan data lainnya yaitu wawancara kepada pengurus, anggota jemaat, lingkungan sekitar, bahkan yang bukan anggota jemaat, dimaksudkan untuk menggali informasi kepada para informan untuk mendapatkan data yang valid.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pertama lembaga HKBP Sudirman Medan memiliki daya tarik khusus bagi jemaatnya yaitu lokasi yang terletak di daerah elit kota Medan, kedua minat dan atensi yang tinggi terhadap gereja HKBP Sudirman Medan melalui pelayanan yang dilakukan, ketiga respon yang positif terhadap keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdirinya gereja HKBP di Medan dimulai dari masuknya agama Kristen di pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang pemberita Injil yaitu, Burton, Ward, dan Evan ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Raffles menganjurkan supaya mereka pergi ke utara, ke bangsa Batak yang masih kafir. Burton dan Ward menuruti pentunjuk Raffles. Mereka berhasil mencapai negeri Batak yang paling sentral yaitu Silindung. Namun kedua perintis itu pulang dengan tidak memperoleh hasil apapun dari pemberitaan injil yang pertama dilakukan

dikalangan suku Batak.1

Pada tahun 1834 dua orang Misionaris Amerika, Munson dan Lyman yang diutus oleh Zending di Boston. Tetapi kedua misionaris tersebut dibunuh oleh masyarakat Silindung. Penginjil berikutnya G.Van Asselt dia adalah seorang pendeta utusan dari RMG datang ke Sipirok pada tahun 1856. Mulai saat inilah pengkristenan di tanak Batak mulai tumbuh, dan disebarkan hingga ke Medan.

Pada tahun 1910 Ephorus Dr.I.L Nommensen dalam pelayanannya pergi ke Medan untuk melakukan pertemuan dengan Ds.J.Brink (pendeta gereja Protentantsche Kerk) tujuannya untuk membicarakan orang-orang Kristen Batak

1

Andar Lumbantobing, 1996,Makna Wiba wa Ja batan dalam Gereja Batak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hlm.65.


(17)

yang ada di kota Medan. Perkembangan tersebut dibawakan pada rapat Pendeta di Sipoholon guna dapat menghimpun dan melayani Kristen Batak Protestan yang ada di Kota Medan. Pada tahun 1912, Dr.I.L Nommensen mengirimkan guru Josia Hutabarat ke Medan untuk melayani dan mengkordinasi 30 orang kristen Batak di Medan. Kedatangan guru Josia Hutabarat dianggap sebagai mula berdirinya HKBP

Medan.2Tetapi jemaat belum memiliki tempat sendiri untuk mengadakan ibadah,

sehingga mereka mengambil tempat di ruangan konsistori gereja Protestantsche

Kerk.

Jumlah jemaat semakin bertambah seiring dengan banyaknya orang Batak yang datang merantau ke kota Medan. Pada tahun 1919 ibadah yang semula dilakukan di

ruangan konsistori gereja Protestantsche Kerk sudah tidak dapat menampung Jemaat

yang semakin banyak sehingga dilaksanakan di gereja Gereformeerde Kerk.

Pindahnya Ibadah ini dalam suasana baik kepada Protestantsche Kerk setelah selama

7 tahun kebaktian disana. Namun, Jemaat HKBP Medan menyadari mereka tidak akan bisa bertahan disana melihat ruangan gereja yang tidak dapat menampung jemaat keselurahan karena semakin hari jumlah jemaat HKBP Medan yang bertambah banyak. Selain itu, para jemaat HKBP Medan hanya diperbolehkan melaksanakan ibadah pada hari Minggu pukul 16.00 WIB. Hal ini dikarenakan

gedung gereja digunakan oleh para jemaat gereja Gereformeerde Kerk untuk

beribadah pada pagi hari. Melihat kondisi ini timbullah pemikiran jemaat HKBP

2

T.M Napitupulu dkk, 2012, 100 Tahun HKBP Medan 1 Agustus 1912-1 Agustus 2012, Medan: HKBP Sudirman, hlm. 5.


(18)

Medan untuk membangun gedung gereja sendiri. Tahun 1927 mulai dibangun HKBP Medan dan selesai pada tanggal 20 Mei 1928 yang sekarang dikenal dengan nama HKBP Uskup Agung yang sekarang terletak di jalan Uskup Agung Sugiopranoto no 8, merupakan cikal bakal berdirinya HKBP Sudirman Medan.

Awalnya HKBP Medan dapat menampung para jemaatnya namun, hal ini tidak bertahan lama karena semakin banyaknya orang Batak yang merantau ke Medan sehingga tidak dapat lagi menampung jemaat yang akan beribadah pada saat itu, walaupun ibadah yang dilaksanakan sudah tiga kali tetap saja tidak mencukupi untuk menampung jemaat. Timbul pemikiran para jemaat HKBP Medan untuk membangun gedung gereja yang baru yang lebih besar, Sehingga pada tahun 1952 di bentuklah

Panitia Pembangunan.3

Lokasi HKBP Sudirman terletak di Jalan Jendral Sudirman No.17A Medan. Lokasi HKBP Sudirman, memiliki keunikan tersendiri karena letaknya yang berada di pusat kota Medan yang merupakan wilayah administrasi kota. Lokasi HKBP Sudirman yang berada di pusat kota dahulu dijadikan sebagai tempat tinggal bagi petinggi-petinggi Belanda, yang pada masa itu dijadikan sebagai daerah elite. Ada larangan khusus untuk memasuki daerah pusat kota ini pada masa Belanda hanya orang-orang yang bertempat tinggal disitu yang boleh memasuki daerah ini. Setelah

3

Panitia Pembangunan ini,yang di ketuai oleh Bapak Sahala Simatupang untuk membangun gereja HKBP Sudirman Medan yang sekarang. Sahala Simatupang adalah abang dari Jenderal T.B. Simatupang.,Yang pada saat itu menjabat sebagai kepala kantor Pos Medan.


(19)

Belanda tidak berkuasa lagi daerah ini masih memiliki keunikan dan yang akhirnya dijadikan sebagai daerah sentral kota yang berpengaruh di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Menurut Rabinson Tarigan, lokasi selalu dikaitkan dengan alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan

pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dimengerti.4

Lokasi HKBP Sudirman saat itu tidak terlepas dari dukungan, Mr.Jaidin Purba yang merupakan Walikota Medan yang mendukung pembangunan gedung gereja HKBP Sudirman di pusat kota tepatnya Jl. Jenderal Sudirman. Hal ini dapat dikaitkan dari sifat orang Batak yang ingin selalu menjadi yang terdepan, sehingga dalam peletakan tempat ibadah saja mereka menginginkan tempat yang dapat dilihat oleh

semua masyarakat seperti pidato Mr. Jaidin Purba.5 Perlu diketahui bahwa Mr. Jaidin

Purba yang merupakan salah satu jemaat HKBP Medan. Peran Mr. Jaidin membantu memperoleh tempat atau lokasi dari gereja HKBP Sudirman yang letaknya di Pusat Kota Medan saat ini.

4

Robinson Tarigan, 2005, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Medan: Bumi Aksara, hlm. 122.

5

Ai boasa dipudipudi ? Ingkon jadi BOHI ni Kota Medan do Garejanta i, Ingkon di Pintu Gerbang ni Kota Medan.”


(20)

Letaknya yang berada di pusat kota Medan, Gereja HKBP Sudirman ini

menjadi salah satu Landmark6 kota Medan. Hal lain yang membuat HKBP Sudirman

menjadi berbeda dengan HKBP kebanyakan di Medan karena rumah-rumah jemaatnya tidak berada di sekitar gereja HKBP Sudirman, melainkan yang terdapat disekeliling HKBP Sudirman tersebut adalah instansi pemerintahan seperti Yayasan Pendidikan Harapan, Yayasan Pendidikan Immanuel dan rumah sakit St. Elisabet.

Selain keberadaan dari gereja HKBP Sudirman yang tergolong unik, ada daya

tarik lain yang dimiliki yaitu keberadaan dari gedung Sopo Godang.7 Keberadaan

gedung ini masih berada satu lokasi dengan HKBP Sudirman.Dengan terdapatnya gedung Sopo Godong ini membutikkan bahwa kegiatan keagamaan dan adat istiadat dapat berjalan secara bersamaan di gereja HKBP Sudirman. Keberadaan gedung Sopo Godong ini sangat diperlukan oleh masyarakat Batak di Medan. Jika kita melihat kondisi dari pesta-pesta yang sering dilakukan oleh masyarakat Batak yang menggunakan alat musik dan pengeras suara yang sangat kuat. Ini sangat bertentangan dengan lingkungan sekitar yaitu Yayasan Pendidikan Harapan, Yayasan Pendidikan, rumah sakit St. Elisabet, karena kedua instansi swasta ini sangat membutuhkan suasana yang tenang dan nyaman untuk melakukan proses kegiatan mereka.

6

Landmark adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

7

Sopo Godong adalah gedung serbaguna yang biasanya digunakan oleh masyarakat Batak di kota Medan untuk melakukan kegiatan adat istiadat. Seperti, pernikahan, pertunangan dll.


(21)

Melihat kondisi kegiatan yang dilakukan di Gedung Sopo Godong ini, jauh dari kata ketidaknyamanan untuk kedua instansi swasta ini, tetapi HKBP Sudirman tetap dapat menjalin hubungan yang baik untuk kedua instansi ini. Ini terlihat dari hubungan mereka masih saling menghormati walaupun kedua instansi ini berbeda dengan HKBP Sudirman.

Lokasi dan kondisi dari HKBP Sudirman yang sulit dijangkau oleh sebahagian orang, tidak membuat HKBP Sudirman kehilangan jemaat atau orang-orang yang akan beribadah tetapi hal tersebut yang digunakan HKBP Sudirman untuk menarik dan menjadikan gereja tersebut untuk tetap di kunjungi oleh jemaat.

Penelitian ini dimulai pada tahun 1954 karena pada tahun ini HKBP Sudirman berdiri, dan pada tahun 2000 sebagai akhir penelitian ini karena selama 46 tahun berdiri HKBP Sudirman telah memiliki banyak perubahan dan memberikan banyak pengaruh seperti berkembangnya gereja-gereja kesukuan di Medan, kehidupan anggota semakin baik, dapat mempertahan secara bersamaan antara adat istiadat dan agama, menciptakan kegiatan sosial yang membantu banyak orang. Bahkan HKBP Sudirman mampu menjadi wajah gereja-gereja kesukuan, mampu menciptakan kondisi dan situasi yang serasi terhadap lingkungan sekitar walaupun adanya perbedaan terhadap instansi atau orang-orang yang berada disekitaran HKBP Sudirman Medan.

Kajian ini memberikan inspirasi bagi penulis bahwa organisasi keagamaan di samping bertujuan dogmatis juga bertujuan di bidang lain khususnya sosial dan budaya. Kajian ini juga memperlihatkan bahwa lokasi atau letak suatu gereja dapat


(22)

berpengaruh besar bagi kegiatan yang terjadi baik itu sosial dan budaya dan kondisi anggotanya. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HKBP Sudirman di Kota Medan 1954-2000.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas, maka pokok permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

1. Mengapa lokasi gereja HKBP Sudirman teletak di pusat kota?

2. Bagaimana minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman 1954-2000 ?

3. Bagaimana respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan 1954-2000 ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. TujuanPenelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah:


(23)

2. Menjelaskan minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman Medan tahun 1954-2000.

3. Menjelaskan respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan HKBP

Sudirman Medan 1954-2000.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis adalah:

1. Dapat mengetahui kondisi keberadaan HKBP Sudirman Medan tahun

1954-2000.

2. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi

pengembangan penelitian yang terkait dengan perkembangan HKBP di Kota Medan khususnya HKBP Sudirman.

Di sisi lain, penelitian ini juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat seperti lembaga pemerintahan atau pun lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menepatkan suatu penelitian dan juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi mereka. Ada pun manfaat Praktis dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-hal yang

berkaitan dengan Sejarah Gereja HKBP di Medan.

2. Memberikan pengalaman bagi peneliti cara melaksanakan sebuah


(24)

3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana oleh peneliti.

4. Bisa mengatasi maupun menjawab persoalan yang sedang dihadapi oleh

gereja-gereja HKBP di Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dibuat untuk mendekatkan peneliti dengan informasi tertentu yang tentunya relevan dengan topik atau objek yang diteliti. Pendapat yang berbeda-beda yang menyangkut sejauh mana tinjauan pustaka perlu dilaksanakan. Adapun realisasi tindakan ini yaitu dengan memberikan prioritas kepada sejumlah buku atau artikel yang memberikan gagasan yang reprensentatif dengan objek yang

diteliti.8Seorang penulis sejarah harus dilengkapi dengan perlengkapan pendekatan

multidimensional yaitu konsep dan teori ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan psikologi. Berguna untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang lebih mendalam. Adapun buku yang di kemukakan dalam mendukung penelitian ini yang relevan dengan tema penelitian ini adalah:

T.M Napitupulu, dkk dalam 100 Tahun HKBP Medan (2012) membahas sejarah

catatan objektif tentang peristiwa yang dialami oleh seseorang, keluarga, masyarakat, bangsa, organisasi atau gereja. Buku ini juga memberi gambaran awal mengenai masuknya HKBP di Medan, perkembangannya hingga saat ini. Buku ini juga

8

James A. Black, Dean. J. Champion, 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koswara, Etc(Terj), Bandung: Refika Aditama, hlm. 94


(25)

menjelaskan bagaimana proses pembangunan HKBP Sudirman dan perkembangannya hingga tahun 2012. Panitia Jubelium 100 tahun HKBP Medan Sudirman menerbitkan buku sejarah HKBP Medan sejak berdirinya sampai dengan saat ini. Sebagai seksi sejarah yang mempunyai tugas untuk hal tersebut dan berusaha untuk menggali data-data tertulis dari beberapa sumber yaitu: pesta parolop-olopon 25 tahun HKBP Medan, sejarah singkat pembangunan gereja HKBP jalan Jendral Sudirman Medan oleh Tyarannus Manurung.

G.P.H Locher dalam Tata Gereja-Gereja Protestan Di Indonesia (1995), G.P.H

Locher membahas mengenai bagaimana proses berdirinya gereja-gereja protestan di Indonesia yang awalnya sangat susah untuk berkembang karena di kuasai oleh Belanda. Selain itu buku ini juga membahas fungsi tata gereja, hubungan gereja dengan gereja protestan lain dan hubungan gereja dan bangsa. G.P.H Locher juga membahas bagaimana dulunya gereja melayani sebagai pemberi pendidikan. Gereja dan adat istiadat jemaat gereja-gereja protestan.

Robinson Tarigan dalam Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi

(2005), membahas mengenai ekonomi regional adalah cabang dari ilmu ekonomi yang memasukkan unsur lokasi di dalam pembahasannya. Robinson Tarigan juga menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang terkait dengan wilayah, sehingga lebih serasi dan tepat untuk di aplikasikan. Buku ini membantu penulis untuk menemukan konsep sebuah lokasi, dan pendekatan lokasi yang merupakan salah satu pokok pembahasan penulis terhadap penelitiannya.


(26)

1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalan historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian

sejarah9 antara lain:

1. Heuristik merupakan tahap awal yang dilalukan untuk mencari sumber

yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik

sumber dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field

research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan metode wawancara yang terbuka. Studi kepustakaan dapat diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya.

2. Kritik, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai

kebenaran sumber sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang

9


(27)

diteliti, sedangkan kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan.

3. Interpretasi, merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu

membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahap ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat,sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif.

4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Bab ini merupakan penjelasan mengenai gambaran umum dari lokasi penelitian yang dilakukan. Gambaran umum penelitian mempermudah penulis untuk mempersempit dan membatasi lokasi penelitian. Penulis mencoba memaparkan gambaran dari gereja HKBP Sudirman dan keberadaan gereja HKBP Sudirman dapat berdiri di pusat kota yaitu Jl. Jenderal Sudirman Medan.

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gereja HKBP Sudirman Medan terletak pada wilayah kotamadya Medan. Kotamadya Medan merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di atas permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai Deli dan sungai Babura yang bermuara di elat Malaka. ecara geografis Medan terletak pada - L dan - B dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu

domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah

hujan rata-rata - mm per tahun. uhu udara di Kota Medan berada pada


(29)

maksimum C dan minimum C. Kotamadya Medan memiliki kecamatan

dan 158 kelurahan. Luas kota Medan secara keseluruhan adalah sebesar 26.510 Ha.10

Perkembangan terakhir berdasarkan surat Keputusan Gubernur KDH tingkat I Sumatera Utara No.140./22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan secara administrasi Kota Medan di bagi menjadi 21 Kecamatan dan 121 kelurahan. Daftar

kecamatan yang ada di Medan11 adalah sebagai berikut:

1. Medan Belawan 12. Medan Marelan

2. Medan Labuhan 13. Medan Perjuangan

3. Medan Deli 14 Medan Tembung

4. Medan Sunggal 15. Medan Helvetia

5. Medan Denai 16. Medan Petisah

6. Medan Tuntungan 17. Medan Area

7. Medan Johor 18. Medan Polonia

8. Medan Baru 19. Medan Maimun

9. Medan barat 20. Medan Selayang

10.Medan Kota 21. Medan Amplas

11.Medan Timur

10

Pemko Medan, 2004, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintahan Kotamadya Medan, hlm.36

11


(30)

Letak Gereja HKBP Sudirman berada di kecamatan Medan Polonia terletak di wilayah selatan kota Medan yang luas wilayahnya adalah 9,01 km². Kecamatan Medan Polonia ini dijadikan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) dengan pusat pengembangan di inti kota. Wilayah ini dibangun untuk kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan. Kecamatan Medan

Polonia ini berbatasan dengan kecamatan-kecamatan12 lain yaitu:

- Sebelah barat kecamatan Medan Polonia berbatasan dengan kecamatan

Medan Baru

- Sebelah timur kecamatan Medan Polonia berbatasan dengan kecamatan

Medan Maimun

- Sebelah selatan kecamatan Medan Polonia berbatasan dengan kecamatan

Medan Johor dan,

- Sebelah utara kecamatan Medan Polonia berbatasan dengan kecamatan

Medan Petisah.

Dikecamatan Medan Polonia terdapat Bandara Polonia yang dahulu menjadi bandara internasional di Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Polonia ini juga terdapat beberapa jenis usaha industri seperti: industri perabot rumah tangga dari kayu, houlding dan kamponen bahan bangunan,

12


(31)

sepatu, konveksi, pengelolahan kopi, kerupuk ubi/ kue-kue. Selain itu

fasilitas-fasilitas pelayanan lain yang dimiliki oleh kecamatan ini adalah sebagai berikut13:

Pelayanan Umum

NO Jenis Pelayanan Keterangan

1 Air Bersih 5684

Pelanggan

2 Listrik 11592

Pelanggan

3 Telepon -

4 Gas 1274

Pelanggan

5 Lapangan

Olahraga

6 Buah

6 Rumah Sakit 3 Buah

7 Rumah Ibadah 59 Buah

8 Puskesmas 1 Buah

13

Pemerintahan Kota Medan, Kecamatan Medan Polonia, diakses dari http://www.pemkomedan.go.id, pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 20.00


(32)

Pendidikan

NO Jenis Pendidikan Keterangan

1 SD/Sederajat 19 Buah

2 SLTP/Sederajat 8 Buah

3 SMA/Sederajat 9 Buah

4 Akademi -

5 Universitas 1 Buah

Perdagangan

NO Jenis Perdagangan Keterangan

1 Pasar Tradisional 3 Buah

2 Plaza/Mall 1 Buah

3 Pasar Grosir 7 Buah

Kelurahan yang terdapat di Medan Polonia

NO Kelurahan Alamat

1 Sari Rejo Jl. Sejati No. 1

2 Suka Damai Jl. DC Barito No. 1

3 Polonia Jl. Balai Desa No. 83

4 Anggrung Jl.Dr. Cipto 1 Gg. Sudiman


(33)

2.2 Lokasi Gereja HKBP Sudirman Medan Berada di Tengah Kota

Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai keunikan dari lokasi gereja HKBP Sudirman, ada baiknya didefinisikan dulu apa yang dimaksud dengan lokasi. Landasan dari lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan bumi baik yang ada di atasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang manusia masih bisa menjangkaunya. Lokasi menggambarkan posisi pada ruang tersebut (dapat ditentukan bujur dan lintangnya). Dalam studi ruang, yang menjadi perhatian bukanlah kemampuan kita untuk membuat daftar tentang posisi berbagai benda/keterkaitan yang ada dalam suatu ruangan wilayah melainkan analisis atas dampak/keterkaitan antara kegiatan di suatu lokasi dengan berbagai kegiatan lain pada lokasi lain. Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain serta apa dampaknya terhadap kegiatan masing-masing

karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.14

Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi gereja antara lain:

a. Kemudahan (Akses) atau kemudahan untuk dijangkau dengan

saranatransportasi umum.

b. Visibilitas yang baik yaitu keberadaan lokasi yang dapat dilihat denganjelas dari tepi jalan.

14

Robinson Tarigan, 2005,Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Medan: Bumi Akasara, hlm 122.


(34)

c. Lokasi berada pada lalu lintas (Traffic). Di mana ada dua hal yang perludi

pertimbangkan15 yaitu:

1. Banyaknya orang lalu lalang bisa memberikan peluang terjadinya

impulse buying ( hasrat/ dorongan untuk mengunjungi).

2. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi

hambatan,misalnya pelayanan polisi, pemadam kebakaran atau ambulan.

d. Tempat parkir yang luas dan aman.

e. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian

hari.

f. Lingkugan, yaitu daerah sekitar yang mendukung barang dan jasa

yangditawarkan.

g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.

h. Peraturan pemerintah.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi

untukpembangunan gedung Gereja atau Rumah Ibadah, yaitu :

a. Lokasi strategis

b. Mudah diakses oleh masyarakat baik dengan kendaraan pribadi

maupundengan kendaraan umum

15


(35)

c. Memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi jemaat dan pengunjung yang datang ke gereja ini.

d. Dapat mendukung program pelayanan bagi jemaat.

Rumah ibadah atau Gereja dapat berfungsi sesuai dengan yangdiamanatkan UUD

1945 dan Undang-undang Agama pasal 29 tahun 196916 maka ada beberapa aspek

yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Rumah Ibadah, yaitu : a. Gedung

Ada beberapa pertimbangan dalam pembangunan gedung-gedung gereja, diantaranya yaitu :

1. Lokasi gedung strategis, mudah diakses oleh masyarakat umum,nyaman dan

tidak gaduh atau bising, serta dapat mendukung proses ibadah bagi jemaat yang akan beribadah. Jika kita hubungkan dengan lokasi gereja HKBP Sudirman Medan lokasinya sudah memenuhi syarat untuk menjadi tempat beribadah yang nyaman, tidak bising, fasilitas yang baik. Tetapi untuk menuju HKBP Sudirman akses menuju kesini agak sulit, karena tidak ada angkutan umum yang dapat melewati tepat di depan gereja ini, tetapi harus turun di persimpangan pintu masuk Bandara Polonia, dan kita harus berjalan lagi menuju gereja tersebut sekitar 20 menit dari simpang ke gereja tersebut.

2. Gedung didesain sedemikian rupa sehingga dapat mendukung menarik minat

kegiatan Ibadah dan pelayanan kepada jemaat secara umum. Desain dari

16

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2010, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, hlm. 29.


(36)

gereja HKBP Sudirman sangat cantik bergaya minimalis dan bercampur dengan bangunan-bangunan di Eropa.

3. Gedung juga dilengkapi sarana penunjang kegiatan jemaat(Ruang rapat,

kantor dan perpustakaan, dll). Gereja HKBP Sudirman dilengkapi juga dengan ruang rapat, kantor pelayanan bagi pendeta dan management gereja, klinik, dan rumah-rumah Pendeta yang melayani di HKBP Sudirman.

b. Sarana dan Prasarana

Gereja agar dapat menjalankan fungsinya dan memberikan pelayanankepada jemaat pengguna dengan baik dan berkualitas perlu didukungadanya sarana prasarana yang memadai pula, seperti perkantoran, perpustakaan, rumah pendeta, sopo godang dan klinik.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah dan tempat ibadah tidak asal acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti. Dalam mempelajari lokasi kegiatan, biasanya parah ahli terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang di analisis adalah datar dan kondisinya di semua arah sama. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia mengatur kegiatannya dalam ruang, baru kemudian


(37)

asumsi dilonggarkan secara bertahap sehingga di temukan kondisi dalam dunia nyata. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu, jarak juga menciptakan gangguan informasi sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh makin menurun minat orang yang berpergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intesitas orang yang berpergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis dapat dikembangkan untuk melihat bagaimana suatu lokasi yang memiliki potensi/daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya di mana orang yang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki potensi tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan

pusat tersebut.17

Dari konsep teori lokasi bahwa suatu lokasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, sama hal dengan keberadaan HKBP Sudirman yang lokasi gereja ini tergolong unik dimana terletak di pusat kota Medan yaitu di jalan Jendral Sudirman Medan. Jika kita melihat sejarah bagaimana HKBP Sudirman ini dapat di bangun di lokasi yang penting bahkan lokasi yang elite. Dikatakan lokasi yang elite karena dahulunya sejak Belanda masih berkuasa di Medan jalan Jendral Sudirman ini dijadikan sebagai pemukiman untuk petinggi-petinggi dari Belanda yang ada di Medan. Saat itu untuk

17

Robinson Tarigan, 2003,Perencanaan Pembangunan Wilayah, Medan: Bumi Aksara, hlm.71.


(38)

memasuki daerah ini tidak diperbolehkan orang-orang diluar orang Belanda atau yang

tidak berkepentingan.18 Bahkan setelah Belanda tidak lagi berkuasa di Medan wilayah

ini masih di jadikan sebagai wilayah yang elite, karena orang-orang yang tinggal di kawasan ini adalah orang-orang yang memiliki latar belakang ekonomi yang baik hal ini terbukti melihat kondisi bangunan rumah-rumah yang berada disekitaran jalan Jenderal Sudirman Medan yang tergolong sangat mewah.

Gereja HKBP Sudirman dapat di bangun di jalan Jenderal Sudirman tidak terlepas dari peranan Mr. Jaidin Purba yang pada saat itu menjadi Walikota Medan. Beliau membantu dan memberikan lahan di jalan Jenderal Sudirman Medan suatu tempat yang sungguh baik dan strategis, karena di tengah kota dan di jalan besar, tapi bukan daerah perdagangan dan bisnis. Pertapakan yang sekarang tempat berdirinya

HKBP Sudirman dahulunya adalah lahan milik BPM (Bataaf Petrolum

Maatschappij) sama seperti lokasi Pengkolwilhan atau CPM sekarang. Dengan bantuan Mr. Jaidin inilah pihak dari Pengkolwilhan pada saat itu menghibahkan atau memberikan lahan tersebut kepada Mr. Jaidin Purba dan selanjutnya Mr. Jaidin Purba yang memberikan kepada panitia pembangunan gereja untuk membangun gereja

HKBP Sudirman.19 Sempat terjadi ketidak setujuan dari sebagian jemaat HKBP

Medan saat itu karena pertapakan tersebut dianggap sulit untuk dijangkau dan jauh dari lokasi tempat tinggal para jemaat. Setelah dilakukannya rapat jemaat akhirnya

18

T.M Napitupulu, Ketua Penulisan Sejarah HKBP Sudirman Medan, Wa wanca ra, Medan, 8 April 2015.Kantor PLN wilayah 1 Sumatera Utara Brigjen Katamso Medan.

19


(39)

jemaat yang tidak setuju tersebut menyetujui pembangunan gereja baru di lokasi yang

di berikan oleh Mr. Jaidin Purba.20

Dampak dari lokasi HKBP Sudirman yang berada di tengah kota dan di jalan

besar membuat gereja ini menjadi salah satu wajah kota Medan atau landmark kota

dimana dengan melihat bangunan ini kita langsung dapat mengetahui keberadaan kita berada di Pusat Kota Medan. Ini jugalah yang menjadi alasan dari Mr. Jaidin Purba dan Jemaat HKBP Sudirman membangun gereja berada di pintu gerbang kota Medan. Luas lahan gereja HKBP Sudirman Medan adalah 5.425 m. Lahan itu tadinya adalah miliki Pengkowilhan/ CPM sekarang. Lahan ini dihibahkan kepada pihak HKBP

Sudirman pada tahun 1953.21 Dengan usaha bersama seluruh warga jemaat HKBP

Medan bersama parhalado.22 Gereja dibangun dan selesai serta diresmikan pada

tanggal 17 April 1954. Hingga sampai saat ini lokasi gereja HKBP Sudirman Medan masih tetap berada di jalan Jenderal Sudirman.

Bila mengamati di sekitaran lokasi gereja HKBP Sudirman Medan, kita tidak melihat adanya rumah-rumah dari warga jemaat HKBP Sudirman ini. Hal ini terjadi karena pengaruh letak gereja tersebut yang berada di pusat kota yang merupakan pusat dari administrasi kota Medan. Beda halnya dengan gereja-gereja HKBP lainnya

20

Wawancara dengan Bapak Wilson Manurung salah satu jemaat gereja HKBP Sudirman Medan, tanggal 18 Mei 2015 di gereja HKBP Sudirman Medan, mengenai sejarah berdirinyanyagereja HKBP Sudirman Medan.

21

P. Manullang, Sekretaris Gereja HKBP Sudirman Medan, Wa wanca ra, Medan, 16 Maret 2015, Kompleks gereja HKBP Sudirman Medan.

22Dalam pengertiannya parhalado itu berasal dari kata “halado” yang berarti melayani mengurusi, menunggu.Yaitu orang-orang yang terpilih yang di anggap memiliki wibawa untuk diserahkan tugas dalam membantu jabtan dari Pendeta, Guru Huria, untuk mengurusi para jemaat.


(40)

yang berada di Medan, apabila terdapat gereja pasti terdapat juga rumah-rumah jemaatnya di sekitar gereja tersebut. Hal lain yang menjadikan HKBP Sudirman Medan menjadi semakin unik yaitu jarak untuk menempuh gereja ini tergolong jauh dan susah, karena relatif tidak ada angkutan umum, yang melintasi lokasi gereja oleh karena itu para jemaat membutuhkan usaha yang cukup untuk menjangkau gereja HKBP Sudirman Medan, dengan menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini terjadi sejak tahun 1954 tepatnya berdirinya HKBP Sudirman Medan. Pada Tahun 1954-an untuk menuju ke gereja HKBP Sudirman Medan Jemaatnya menggunakan sepeda, dan kendaraan pribadi lain pada masa itu. Sampai periode akhir penelitian ini masih tidak terdapat angkutan umum seperti angkot dan becak dapat menuju langsung ke lokasi HKBP Sudirman ini. Walaupun lokasi HKBP Sudirman bagi sebagian jemaat susah untuk di jangkau karena tidak tersedianya transportasi umum yang mempermudah menuju gereja ini tetapi tidak mengurangi minat atau atensi jemaat untuk bergereja di HKBP Sudirman.

2.3 Kondisi Sosial Ekonomi Anggota HKBP Sudirman Medan

Berdasarkan data statistik gereja HKBP Sudirman tahun 1954 hingga tahun 2000 anggota jemaat dari HKBP Sudirman berjumlah 4.879 orang yang terdiri dari :


(41)

NO Tahun Jumlah Pria Jumlah Wanita Total Jemaat

1 1954-1964 1.124

orang

695 orang 1.819 orang

2 1965-1975 1.236

orang

1.053 orang

2.289 orang

3 1976-1986 1.258

orang

1.124 orang

2.382 orang

4 1987-1997 2.196

orang

3.645 orang

5.841 orang

5 1998-2000 2.354

orang

2.525 orang

4.879 orang

Sumber : Almanak HKBP Tahun 1954-2000

Dari tabel dapat kita lihat perkembangan jemaat mulai dari 1954 hingga tahun 2000 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada periode 1987-1997 pertambahan jemaat sangat tinggi, hal ini karenakan karena semakin banyaknya masyarakat batak yang merantau ke Medan. Periode tahun 1998-2000 jemaat pengalami penurunan hal ini dikarenakan adanya konflik di tubuh HKBP Sudirman sendiri yang menyebabkan jemaat terpecah, selain itu sudah banyak gereja-gereja HKBP yang di buka yang dekat dengan rumah jemaat sehingga jemaat memutuskan untuk pindah gereja.

Adapun komposisi Anggota Jemaat HKBP Sudirman berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(42)

No Jarak Usia Jumlah

1 0-15 Tahun 1176

2 15-30 Tahun 867

3 30-45 Tahun 2303

4 45- Keatas 533

Jumlah 4.879

Sumber : Laporan Tahunan (BERICH) HKBP Sudirman Medan, tahun 2000.

Anngota Jemaat HKBP Sudirman berdasarkan mata pencaharian bersifat heterogen.Ada sebagai karyawan, wiraswasta, pertukangan, pensiunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini :

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Karyawan

1. PNS

2. BUMN

3. Swasta

567 250 293

2 Wiraswasta 347

3 Pertukangan 50

4 Pensiunan 397

Jumlah 1904

Sumber : Database HKBP Sudirman Medan dengan angka tahun 2000.

Kondisi sosial-ekonomi anggota jemaat HKBP Sudirman Medan dapat dilihat juga berdasarkan tingkat pendidikan yang dikecap oleh anggotanya.Pendidikan


(43)

adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa, Negara bahkan organisasi keagamaan seperti HKBP Sudirman. Di bidang pendidikan, anggota Jemaat HKBP Sudirman Medan dari tahun 1954 hingga Tahun 2000 telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Berikut data Anggota Jemaat berdasarkan tingkat pendidikan.

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Sekolah Dasar 100

2 SMP/SLTP 129

3 SMA/SLTA 520

4 Akademi/D1-D3 210

5 Sarjana (S1-S2) 949

Jumlah 1904

Sumber : Database HKBP Sudirman Medan dengan angka Tahun 2000.

2.4 Strutur Organisasi Gereja HKBP Sudirman Medan

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah wadah perkumpulan orang dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta seluruh dunia ini.Gereja adalah perwujudan nyata dari kepercayaan dan iman kristen kepada Tuhan. Atas dasar itu gereja HKBP Sudirman mempunyai visi, misi dan prinsip untuk mengembangkan kehidupan yang bermutu melalui fungsinya sebagai gereja mengadakan pelayanan disini dimaksudkan memberikan pembinaan rohani yang diajarkan kepada anggota Jemaat HKBP Sudirman Medan.


(44)

Adapun Visi, Misi, dan Prinsip HKBP Sudirman23 tersebut adalah :

a. Visi, HKBP Sudirman berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen.

b. Misi, HKBP Sudirman Medan berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu, agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap prilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan segala abad.

c. Prinsip, untuk melaksanakan misi menuju visi tersebut di atas, HKBP berpegang teguh pada prinsip di bawah ini.

1. Melayani, bukan dilayani

2. Menjadi garam dan terang

3. Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.

23

Plaston Simanjutak, 2010,Berich dan statistik HKBP Sudirman,Medan : HKBP Sudirman Medan, hlm. 3.


(45)

Maksud dan Tujuan HKBP Sudirman Medan24 Yaitu:

1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan

2. Memelihara kemurnian dan pengajaran firman Tuhan.

3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan

Roh Kudus.

4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP.

Di dalam menjalani pelayanan gereja HKBP terbagi atas HKBP umum (pusat), distrik, resort, huria dan jemaat. Di tingkatan HKBP umum adalah kesatuan segenap HKBP yang meliputi jemaat, resort, distrik, lembaga-lembaga maupun yayasan-yayasan yang dipimpin oleh ephorus. Pelayanan umum dilakukan oleh ephorus, sekretaris jendral, kepala departemen koinonia, kepala departemen marturia, kepala departemen diakonia, yayasan, ketua rapat pendeta, majelis pekerja sinode, badan audit HKBP, badan usaha HKBP, badan penyelenggara pendidikan HKBP, badan penelitian pengembangan HKBP, bendahara umum, dan komisi.

Distrik adalah kesatuan dari beberapa resort untuk memantapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di distrik itu.Pelayanan distrik dipimpin oleh praeses, sekretaris distrik, bendahara distrik, kepala bidang diakonia. Resort adalah persekutuan jemaat-jemaat setempat untuk menetapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian dan pelayanan di tengah-tengan jemaat. Pelayanan resort dipimpin oleh pendeta resort, majelis resort, sekretaris resort,

24


(46)

pendeta yang dibantu oleh bibelvrow, diakones, dewan pengurus kegiatan tingkat resort.Jemaat setempat adalah persekutuan beberapa beberapa warga HKBP di suatu tempat tertentu, yang dipimpin oleh guru huria, parhalado huria, seksi-seksi pengurus kegiatan di huria, panitia pembangunan.

HKBP Sudirman Medan merupakan HKBP Resort yang memiliki struktur organisasi (dapat dilihat di lampiran strutur organisasi) dan masing-masing memiliki

tugas25 sebagai berikut:

1. Pendeta Resort

Pendeta resort adalah pimpinan jemaat induk, dan pimpinan jemaatlah yang memimpin jemaat cabang. Tugas pimpinan pendeta resort atau pimpinan jemaat adalah:

a. Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tritugas panggilan gereja.

b. Memimpin pelayanan tahbisan sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing.

c. Memimpin rapat jemaat, rapat pelayanan, rapa pelayanan tahbisan, dan rapat

pemilihan pengrus-pengurus dewan, seksi, dan panitia pembangunan.

d. Melaksanakan keputusan sinode agung, majelis pekerja sinode, sinode distrik,

rapat resort, rapat majelis resort, rapat jemaat, dan rapat pelayanan tahbisan.

25

S.A.E Nababan, 1992, Aturan dan Peraturan Huria Kristen Batak Prostestan(HKBP), Pea Raja Tarutung : HKBP,hlm. 138-151.


(47)

e. Mengawasi, membimbing dan meningkatkan mutu pelayanan di penatalayanan dan administrasi jemaat.

d. Menerima laporan pertanggung jawaban setiap dewan.

e. Menyampaikan laporan pelayanan statistik, dan keuangan jemaatke pendeta

resort dan rapat jemaat. 2. Guru Jemaat

Tugas dari guru jemaat adalah:

a. Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tritugas panggilan gereja.

b. Mempimpin pelayan tahbisan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

c. Memimpin rapat jemaat, rapat pelayan, rapat pelayan tahbisan, dan rapat

pemilihan pengurus-pengurus dewan, seksi, dan panitia pembangunan.

d. Melaksanakan keputusan sinode agung, majelis pekerja sinode, sinode distrik,

majelis pekerja sinode distrik, rapat resort, rapat majelis resort, spat jemaat, dan rapat pelayan tahbisan.

e. Mengawasi, membimbing, dan meningkatkan mutu pelayanan di bidang

penatalayanan dan administrasi jemaat.

f. Menerima laporan pertanggung jawaban setiap dewan.

g. Menyampaikan laporan pelayanan, statistik, dan keuangan jemaat ke pendeta


(48)

3. Bibelvrouw

Adalah seorang pelayan perempuan yang menerima jabatan Bibelvrouw dari Ephorus sesuai dengan agenda HKBP. Adapun tugas dari seorang Bibelvrouw:

a. Sebagaimana tertera dalam agenda pemberian jabatan bibelvrouw.

b. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

c. Membantu tugas dari pelayanan guru huria dan pendeta.

d. Menghadiri rapat bibelvrouw.

4. Penatua Gereja (Sintua)

Penatua adalah yang menerima jabatan penatuah dari HKBP melalu pendeta resort sesuai dengan agenda HKBP. Adapun yang menjadi tugas dari seorang penatua adalah:

a. Sebagai tertera dalam agenda penerimaan penatua HKBP.

b. Melaksanakan baptisan darurat.

c. Menyusun statistik warga jemaat di lingkungannya masing-masing.

d. Mengikuti sermon dan rapat penatua.

e. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

5. Dewan Koinonia

Dewan koinonia adalah organ yang merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan untuk memantapkan persekutuan yang sehati, sepikiran, dan


(49)

seperasaan di jemaat yang mencakup seksi sekolah minggu, seksi remaja, pemuda, perempuan, dan bapak.

6. Dewan Marturia

Dewan Marturia adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan kegiatan pemberitaan injil di tengah-tengah jemaat dan masyarakat yang mencakup seksi pekabral injil dan seksi musik.

7. Dewan Diakonia

Dewan diakonia adalah organ yang memikirkan dan melaksanakan pelayanan diakonia, meningkatkan pengetahuan dan kesatuan, demikian juga melaksanakan percakapan dan komunikasi dengan masyarakat sekitar maupun pemerintah, yang mencakup seksi diakoni sosial, seksi pendidikan, seksi kesehatan dan seksi kemasyarakatan.

8. Majelis Perbendaharaan

Majelis perbendaharaan ialah beberapa orang pelayan tahbisan untuk membantu pimpinan jemaat untuk mengelola harta dan administrasi jemaat ada pun tugas dari

majelis perbendaharaan26adalah ;

a. Membantu pimpinan jemaat menyusun rencana kerja, anggaran belanja, dan

harta kekayaan jemaat untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan.

26

Andar M Lumbantobing, 1996, Makna Wiba wa Jabatan Dalam Gereja Batak, Jakarta: Gunung Mulia, hlm 114-115.


(50)

b. Mengelola administrasi jemaat yang mencakup adminitrasi umum, maupun sarana dan prasarana.

c. Mengadakan sarana dan prasarana sesuai dengan program kerja dan anggaran

jemaat

d. Mengatur semua harta kekayaan jemaat demi keteraturan penggunaan,

penempatan dan pengawasannya.

e. Menentukan harta benda yang tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan

ketentuan untuk dibawakan ke rapat pelayan tahbisan supaya dibahas dan ditetapkan.

f. Membuat laporan berkala tentang pengelolaan harta administrasi jemaat untuk


(51)

BAB III

MINAT ATAU ATENSI TERHADAP HKBP SUDIRMAN MEDAN

Bab ini merupakan penjelasan mengenai bagaimana minat atau atensi dari jemaat dan yang bukan jemaat HKBP Sudirman. Faktor-foktor yang mempengaruhi minat orang banyak untuk datang beribadah dan melakukan pesta adat istiadat. Selain itu Bab ini juga membahas bagaimana HKBP Sudirman pada awal-awal berdirinya yaitu tahun 1956 menjadi pusat peribadahan bagi masyarakat batak di Medan. Selain itu Bab ini juga menjelaskan perkembangan HKBP Sudirman tahun 1954-2000.

3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Minat atau Atensi seringkali diartikan sama dengan perhatian ataupun kesenangan. Namun tidak berarti kedua kata ini memiliki pengertian yang sama. Hanya saja ketiganya memiliki kaitan yang erat. Selain itu minat atau atensi juga berkaitan dengan kebutuhan motivasi. Untuk mengetahui lebih jelas yang dimaksud dengan minat atau atensi kita dapat melihat dari yang didefinisikan beberapa ahli seperti:

1. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.27

27

Departemen Pendidikan Nasional, 2007,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 732


(52)

2. Abdul Rahman Shaleh mendefinisikan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

3. Menurut dr. Zakiah Dradjat, dkk minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap

kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhan.

4. Menurut Decroly, minat itu adalah pernyataan suatu kebetulan yang tidak

terpenuhi. Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada suatu instink. Minat terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan sebagainya.

5. Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan

juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seseorang. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensiperasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak yangmempengaruhi pikiran dan

tindakan seseorang.28

Dari definisi yang sudah diuraikan dapat dilihat bahwa minat merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada obyek tertentu.

28


(53)

Obyek yang dimaksud yaitu pekerjaan,pelajaran, benda, orang, dll. Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan sejak lahir dan dapat berubah-ubah tergantung pada : kebutuhan, pengalaman, mode. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya minat, diantaranya yaitu : kebutuhan fisik, sosial dan egoistik serta pengalaman. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan pengalaman yang berbeda-beda, tergantung tingkat pendidikan, usia, pekerjaan dan keinginan masing-masing, seperti halnya minat untuk beribadah dan melakukan kegiatan sosial budaya pada Gereja HKBP Sudirman Medan.

Ciri – ciri minat29 adalah:

a. Adanya objek yang bersangkut paut dengan dirinya

b. Adanya sambutan yang sadar

c. Adanya tujuan tertentu.

Adapun minat seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kondisi fisik,

psikis dan lingkungan sosial30, sebagaimana yang akan di jelaskan dibawah ini:

29

Sutarno,1995,Pemahaman Individu II, Surakarta : UNS, hlm. 4.

30


(54)

3.1.1 Kondisi Fisik

Keadaan jasmani dan kondisi yang baik akan mempengaruhi minat terhadap sesuatu yang lebih tinggi. Namun setelah adanya suatu peristiwa, sehingga mengakibatkan seseorang mengalami cacat jasmani, makaorang tersebut akan berubahlah minat terhadap apa yang menajadi perhatiannya, sehingga lebih suka kepada hal-hal yang lebih sesuai dengan keadaan dirinya. Sama halnya dengan jemaat HKBP Sudirman yang jemaatnya memiliki kondisi fisik yang bagus dan mendukung untuk beribadah di HKBP Sudriman Medan, dengan memperhatikan lokasi keberadaan gereja ini yang sulit untuk dijangkau dengan angkutan umum. Yang tampak dari pembagian wilayah tempat tinggal jemaat HKBP Sudirman Medan, yaitu

Wijk31 Jati Ulu Mangkubumi, Wijk Kampung Hamdan, Wijk Kampung Anggrung I,

Wijk Kampung Anggrung II, Wijk Kampung Baru, Wijk Medan Baru, Wijk Medan Baru I, Wijk Medan Baru II, Wijk Medan Baru III, Wijk Medan IV, Wijk Medan Baru V, Wijk Medan Baru VI, Wijk Medan Baru VII, Wijk Medan Kota/PJKA, Wijk Medan Timur, Wijk Padang Bulan, Wijk Pasar Merah, Wijk Petisah Darat, Wijk Polonia/Sudirman, Wijk Putri Hijau, Wijk Sai Agul, Wijk Sei Belutu, Wijk Sekip

Silalas Wijk Setia Budi, Wijk Sukaraja.32 Dari kondisi tempat tinggal jemaat yang

cukup jauh dari gereja HKBP Sudirman sehingga jemaat harus memiliki kondisi fisik yang bagus.

31

Wijk berasal dari bahasa Belanda yang berarti membagi masyarakat dalam pemukima-pemukiman setingkat desa dan di pimpin kepala desa. Tetapi wijk yang dimaksud disni pembagian anggota jemaat berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka. Pembagian ini mempermudah untuk memantau jemaat.

32


(55)

3.1.2 Kondisi Psikis

Perubahan psikis seseorang akan mempengaruhi minat terhadap suatubidang tertentu. Misalnya dengan gangguan jasmani danrohaninya, seseorang akan mempunyai keinginan yang berbeda. Serta adanya konflik yang membuat terganggunya psikis seseorang terhadap hal atau sesuatu tersebut. HKBP Sudirman Medan yang merupakan organisasi keagamaan tidak terlepas dari konflik ini terbukti pada tahun 1996 jemaat dari HKBP Sudirman Medan mengalami perpecahan akibat pemilihan kepemimpinan (ephorus), sehingga konflik ini sempat mempengaruhi minat jemaat untuk bergereja di HKBP Sudirman Medan.

3.1.3 Kondisi Lingkungan Sosial

Lingkungan atau alam sekitar akan mempengaruhi minat meskipundalam waktu yang relatif lama. Lingkungan gereja HKBP Sudirman Medan yang kondusif dan memberikan rasa nyaman dan aman kepada setiap jemaat yang beribadah di tempat ini semakin menumbuhkan minat dari jemaat yang bergereja disini, karena kenyamanan adalah modal yang besar dalam proses berlangsungnya ibadah yang hikmat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat berkunjung dapat diartikan sebagaisuatu keinginan seseorang untuk mendatangi suatu tempat atau acara tertentu.Minat berkunjung merupakan cerminan dari keinginan dan keinginan ini jugasebagai bentuk ketertarikan karena adanya stimulus (rangsangan) tertentu darieksternal atau luar individu.


(56)

Minat atau atensi ini dapat digambarkan dari ketertarikan masyarakat Batak di kota Medan yang beragama Kristen Protestan memandang gereja HKBP Sudirman sebagai objek yang dapat menarik minat atau perhatian mereka untuk tempat melakukan ibadah, kegiatan budaya dan sosial. Kegiatan ini terus meningkat mulai dari berdirinya gereja HKBP Sudirman hingga tahun 2000.

3.2 Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Pusat Peribadatan (1954-1976) Awalnya gereja HKBP Sudirman sudah memiliki 18 gereja pagaran yang berada di luar kota Medan, sehingga gereja HKBP Sudirman menjadi pusat peribadatan bagi masyarakat Batak di kota Medan yang beragama Kristen Protestan

dan satu-satunya Ressort33 di kota Medan. Hal ini terjadi karena tahun-tahun ini

belum banyak terdapat gereja kesukuan lain di kota Medan sehingga masyarakat Batak yang beragama Kristen Protestan beramai-ramai beribadah di gereja HKBP Sudirman. Walaupun HKBP Sudirman sebenarnya merupakan gereja Batak Toba tetapi jemaatnya pada tahun 1954-1976 bukan hanya terdiri dari suku batak toba saja tetapi juga suku-suku batak yang lain seperti, Simalungun, Pak-pak dan Angkola yang pada tahun-tahun tersebut sudah berada di Medan. Pada tahun 1955 gereja HKBP di kota Medan dimekarkan menjadi 3 Ressort yaitu Resort Medan, Ressort Medan Timur dan Ressort Langkat. Ressort Medan yang dimaksud disini merupakan HKBP Sudirman.

33

Ressort adalah gereja yang dijadikan sebagai pusat atau pegawas dari gereja-geraja pagaran yang belum dapat berdiri sendiri atau masih belum dapat mandiri.Biasanya gereja yang menjadi Ressort bertanggung jawab kepada gereja pagarannya dalam bidang memberikan pelayanan dan lain-lain.atau sering disebut ressort adalah himpunan dari sejumlah jemaat dari beberapa gereja HKBP.


(57)

Pemekaran ini terjadi untuk memaksimalkan pelayanan yang dilakukan terhadap jemaat-jemaat HKBP. Pada tahun 1956 dengan perkembangan jemaat HKBP di Medan yang semakin pesat, sehingga HKBP Sudirman meminta kepada Pusat HKBP di Pearaja untuk pembagian jemaat agar memaksimalkan pelayanan. HKBP Sudirman memutuskan untuk membagi jemaat berdasarkan wilayah atau tempat tinggal dari jemaat-jemaat HKBP Sudirman pada saat itu.Hal ini dilakukan agar jemaat dapat dengan mudah menjangkau dan menerima pelayanan dari gereja HKBP. Akhirnya HKBP Sudirman membagi jemaat tersebut dalam gereja-gereja pagaran, dimana gereja HKBP Sudirman masih menjadi pusat atau pengawas dari gereja-gereja pagaran tersebut hingga layak menjadi gereja HKBP yang mandiri dan dapat berdiri sendiri sebagai gereja HKBP yang seutuhnya. Adapun gereja-gereja

pagaran dari HKBP Sudirman saat itu34adalah :

1. Simpang Limun

2. Padang Bulan

3. Martoba

4. Sukarame

5. Bangun sari

6. Sei putih

7. Pancur batu.

34


(58)

Sesuai dengan hasil notulen sinode godang HKBP tanggal 28-30 November

1956, Ressort Medan kembali meminta agar di bentuk satu Distrik35 yang baru, yakni

Distrik Medan-Aceh. Hal ini sebenarnya sulit diwujudkan sebab komunikasi Medan dengan Aceh sangat terbatas, tetapi karena Ressort Medan, Ressort Tanah Karo, dan Ressort Aceh meminta, akhirnya dipertimbangkan dalam Sinode tersebut dan diputuskan bahwa Ressort Medan, Ressort Tanah Karo, dan Ressort Aceh menjadi satu Distrik yang dinamakan Distrik Medan-Aceh. Tujuan dibentuknya Distrik Medan-Aceh disini supaya melihat pertumbuhan dari HKBP yang berada di wilayah Medan dan Aceh dan mempermudah proses pelayanan, karena untuk tugas pelayanan yang dilayani oleh pendeta pada tahun-tahun ini masih sangat sulit dan terbatas ini disebabkan HKBP belum memiliki pendeta yang cukup untuk melayani di setiap gereja HKBP yang telah ada di wilayah Medan dan Aceh. Karena pada tahun 1978 lah HKBP baru mendirikan sekolah pendeta sendiri.Pendeta-pendeta yang ada saat itu

di sekolahkan oleh pihak HKBP ke luar negeri seperti Jerman dan Belanda.36

Tahun 1970 kantor Pusat Distrik Medan-Aceh berada di ruangan Konsistori HKBP Sudirman Medan. Tetapi setelah memiliki dana pada tahun 1975 kantor Pusat Distrik Medan-Aceh di bangun dijalan Uskup Agung Medan dekat Gereja HKBP lama yang dahulu. Pembangunan selesai dilaksanakan pada tahun 1978 sehingga

35

Distrik merupakan kumpulan dari beberapa Ressort gereja yang dibentuk dalam satu kesatuan yang wilayah pelayanannya sudah meluas ke wilayah-wilayah lain. Distrik biasanya di bentuk untuk mengetahui perkembangan HKBP dalam pembagian wilayah HKBP tersebut.

36


(59)

kantor Distrik pun pindah dari HKBP Sudirman. Jemaat di Distrik Medan-Aceh

berdiri dan tumbuh berkembang oleh keseriusan usaha Pardonganon Mission Batak

(PMB) yang selalu memperhatikan perpindahan orang Batak dari Daerah Tapanuli ke Medan. Pertumbuhan ini pun didukung atas usaha para penginjil yang pada umumnya

oleh penetuah yang menjadi menjadi wakil guru jemaat.37

Berbicara mengenai minat, kita juga dapat melihat bagaimana wujud minat dari jemaat HKBP Sudirman saat gereja mereka pada tahun 1960 mengalami kerusakan di dinding atas depan gereja (di atas balkon). Jemaat HKBP Sudirman disini terlihat bahu-membahu untuk memperbaikin gereja tersebut.Panitia pembangunan gereja pun di fungsikan kembali untuk mengurus perbaikan gereja tersebut. Sementara dalam proses perbaikan jemaat kembali beribadah di gedung gereja HKBP yang lama. Sambil mengumpulkan dana untuk proses perbaikan gereja HKBP Sudirman Medan, berbagai cara dilakukan jemaat untuk mengumpulkan dana , dengan melakukan bazaar-bazar, penjualan barang-barang bekas milik jemaat, dan pengumpulan botol-botol bekas yang dilakukan oleh anak-anak sekolah minggu pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa HKBP Sudirman sangat diminati oleh jemaat-jemaat pada saat itu sehingga apa pun dilakukan untuk memperbaiki dan mencukupkan dana perbaikan

gereja HKBP Sudirman tersebut.38

37

Horion Parlindungan Sitompul, op.cit., hlm. 47. 38

Wawancara dengan Ibu Mery Pasaribu sebagai salah satu anggota jemaat di HKBP Sudirman Medan tanggal 18 April 2015 di gereja HKBP Sudirman Medan, mengenai sejarah berdirinya gereja HKBP Sudirman Medan.


(60)

Pada masa kepemimpinan Pdt. Binoni Napitupulu yaitu pada tahun 1970 memulai membangun perkantoran, rumah pendeta, serta gedung Sopo Godang. Hal yang menarik dari sini ialah pembangunan gedung Sopo Godoang dimana pembangunan gedung Sopo Godang ini tujuan awalnya adalah menjadikan gedung Sopo Godang tersebut sebagai wadah pertemuan, atau tempat rapat-rapat yang akan dilaksanakan di gereja, karena mengingat bahwa HKBP Sudirman pada masa itu sebagai pusat peribadahan dan juga sebagai pusat HKBP Medan dan Aceh sehingga harus menyediakan sarana untuk mempermudah proses anggota untuk melakukan perundingan-perundingan menyangkut urusan gereja dan pelayanan. Dalam proses pembangunan Sopo Godang fungsinya menjadi berubah, karena dalam proses pembangunan Sopo Godang tersebut, gereja melihat kebutuhan lain dari jemaat-jemaat HKBP Sudirman yaitu kebutuhan akan proses atau kegiatan kebudayaan yang dilakukan jemaat-jemaat HKBP Sudriman pada masa itu, sehingga muncullah pemikiran gereja untuk membangun sebuah wadah atau tempat untuk jemaat dan orang-orang Batak di kota Medan yang ingin melakukan kegiatan atau pesta-pesta adat.

Dalam proses pembangunan rumah pendeta, perkatoran, dan gedung Sopo Godang, jemaat kembali bahu-membahu untuk mewujudkan agar pembangunan ini cepat terselesaikan. Para jemaat pun mengadakan rapat untuk membahas mengenai dana untuk pembangunan tersebut sehingga diputuskan bersama pengumpulan dana dilakukan dengan cara, setiap jemaat yang sudah menjadi pegawai swasta ataupun pengawai negeri wajib menyumbangkan satu bulan gajinya untuk dana pembangunan


(61)

rumah Pendeta, Perkantoran dan Sopo Godang. Penyerahan sumbangan berupa gaji ini pun dapat dicicil selama satu tahun sehingga tidak memberatkan jemaat dan kepetusan ini di sambut baik oleh para jemaat dan turut mendukung terlaksananya program-program yang telah di rencanakan. Walaupun pengumpulan dana telah di usahakan oleh jemaat dan panitia, tetap saja mengalami kekurangan dana sehingga proses pembangunan memakan waktu yang lama, yaitu sampai enam tahun lamanya tepatnya tahun 1976 pembangunan ini dapat diselesaikan. Akhirnya rumah pendeta, gedung perkatoran dan Sopo Godang sudah selesai dibangun dan siap difungsikan.

3.3Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Tempat Kegiatan Kebudayaan dan Sosial (1976-2000)

Hidup bermasyarakat dan hidup bergereja secara umum di Indonesia adalah dua hal yang sulit dipisahkan.Kebudayaan mempengaruhi hidup Kekristenan. Perlu disadari bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia dimana ia terikat dari segala nilai dan adat-istiadat dan tidak bisa berbuat apapun sesukanya, sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi dengan keluarga, orang-orang di lingkungan hidup sekelilingnya, lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia dilahirkan, dan budaya religi turun-temurun dimana suku dan bangsa itu memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. Karena itu manusia tidak terbebas dari adat-istiadat.


(62)

Secara khusus dalam masyarakat suku Batak merupakan salah satu suku yang hingga kini masih memegang kuat adat-istiadat dalam kehidupan mereka. Itu sebabnya suku Batak terkenal dengan dua identitas: Kekristenan dan adat Batak yang ketat. Kedua identitas ini diwariskan dari orang tua secara turun-temurun dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya dengan jemaat-jemaat HKBP Sudirman Medan yang jemaatnya merupakan orang-orang Batak yang memegang teguh adat-istiadat mereka walaupun mereka telah berada jauh dari kampung asal mereka. Gereja HKBP Sudirman selain sebagai Pusat Peribadatan juga di jadikan oleh jemaat sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan kegiataan adat-istiadat mereka. Hal ini dapat terlihat dengan keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan yang berada di satu area dengan gereja HKBP Sudirman. Sopo Godang ini memiliki peranan yang penting menumbuhkan minat dari jemaat HKBP Sudirman Medan ataupun masyarakat Batak Medan untuk melihat HKBP Sudirman tidak hanya sebagai tempat peribadahan tetapi mendukung untuk kegiatan budaya.

Adapun Sopo Godang pada umumya berbentuknya empat persegi panjang menyerupai bentuk balok tetapi lebih kecil, terbuka dan tidak memiliki dinding, sedangkan tingginya lebih disesuaikan dengan bentuk bangunannya. Tapi jika kita melihat bentuk dari Sopo Godang yang berada di Medan tidak sama dengan Sopo Godang yang berada di kampung-kampung Batak, hal ini terjadi menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan fisik bangunan karena berada di kota. Fungsi Sopo Godang pada etnis Batak adalah tempat melakukan pesta-pesta adat-istiadat seperti perkawinan, partupolan, musyawarah adat, balai sidang keadilan, tempat


(63)

pertunjukan kesenian, tempat belajar adat, hukum, seni, kerajinan tangan serta ilmu lainnya, tempat bermalam musyafir dan lain-lain. Boleh dikatakan Sopo Godang ini adalah gedung serbaguna yang menampung segala kegiatan kemasyarakatan.

Sopo Godang HKBP Sudirman ini juga yang menjadi pelopor berdirinya Sopo Godang di kota Medan, baik di gereja-gereja maupun yang diusahakan secara pribadi. Ini merupakan salah satu alasan Sopo Godang HKBP Sudirman diminati oleh jemaat dan orang-orang Batak di kota Medan untuk melakukan acara adat. Pada tahun 1976 yang merupakan awal berdirinya Sopo Godang HKBP Sudirman masih sangat diminati oleh jemaat dan masyarakat Batak di Medan, karena pada masa itu masih Sopo Godang inilah tempat melakukan kegiatan adat-istiadat. Perlu diketahui sebelum adanya Sopo Godang biasanya masyarakat Batak mengadakan kegiatan adat-istiadat mereka di rumah-rumah sendiri atau kembali ke kampung halaman masing-masing. Biasanya jika kembali ke kampung halaman untuk melakukan adat-istiadat akan jauh lebih mahal dan kurang efektif, dan jika melakukan kegiatan adat-istiadat dirumah, biasanya sangat tidak kondusif dan tidak luas atau sempit. Oleh sebab itu jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan lebih memilih berpesta di gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini.

Pada tahun 1980-an setelah semakin berkembangnya Sopo Godang lain di kota Medan. Yang jauh lebih besar dan lebih lengkap fasilitasnya dari Sopo Godang HKBP Sudirman, sehingga Sopo Godang ini mengalami penurunan minat bagi masyarakat Batak kota Medan, tetapi untuk anggota jemaat HKBP Sudirman sendiri masih tetap berminat untuk melakukan adat di Sopo Godang ini. Melihat semakin


(64)

tingginya persaingan, pihak gereja memperbaiki dan menambah fasilitas dari gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, maka minat Jemaat dan masyarakat Batak kembali tinggi sehingga dalam proses penyewaan gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, kita harus melakukan pemesanan jauh sebelum kegiatan atau pesta adat itu dilaksanakan biasanya enam bulan hingga satu tahun sebelum kegiatan atau pesta diadakan. Ini disebabkan karena banyaknya orang yang ingin berpesta di tempat ini, namun seiring dilengkapinya fasilitas Sopo Godang HKBP Sudirman dengan fasilitas yang baru, maka semakin tinggi pula lah harga sewa dari gedung Sopo Godang ini yang menimbulkan banyak anggapan jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan, bahwa orang-orang yang melaksanakan pesta adat di Sopo Godang HKBP Sudirman, merupakan orang-orang yang memiliki ekonomi menengah keatas atau golongan orang kaya. Ada juga anggapan bahwa jika telah melakukan pesta adat-istiadat di Sopo Godang ini dapat menaikkan gengsi atau martabat dari orang-orang yang pernah melakukan kegiatan adat-istiadat disini.Hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas yang menunjukkan minat jemaat HKBP Sudirman terhadap Sopo Godang sebagai tempat melaksanakan kegiatan budaya khususnya budaya Batak.

3.4Konflik di antara Jemaat HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya

Konflik dapat mempengaruhi minat seseorang atau kelompok terhadap apa yang sudah menjadi perhatian terhadap objek yang sudah disukainya. Sama halnya dengan konflik yang terjadi ditengah-tengah jemaat HKBP Sudirman Medan yang menyebabkan terpecahnya jemaat HKBP Sudirman sehingga mengurangi anggota


(1)

(2)

Gereja HKBP Sudirman Tampak Dari Udara


(3)

Gereja HKBP Sudirman Tampak Depan


(4)

(5)

(6)