Jenis-jenis dan Kepadatan Larva Nyamuk di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Medan

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengenalan Nyamuk

Nyamuk termasuk kelas insekta, ordo diptera dan famili culicidae.
Nyamuk dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya serta
berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang yang penyebabnya
terdiri atas berbagai macam parasit (Sutanto dkk, 2008).
Serangga ini bentuknya langsing, halus, distribusinya kosmopolit,
jumlahnya lebih dari 3000 spesies, stadium larva dan pupanya hidup di air.
Merupakan kelompok artropoda yang terpenting untuk menularkan penyakit, dan
dapat menimbulkan dermatitis (Garcia dan Bruckner, 1996).
Famili culicidae dibagi menjadi 3 tribus, yaitu tribus anophelini
(Anopheles), tribus culicini (Culex, Aedes, Mansonia ), dan tribus toxorhynchitini
(Toxorhynchites) (Sutanto dkk, 2008).
Nyamuk dapat hidup sampai ketinggian 4200 meter di atas permukaan laut
dan sampai 115 meter di bawah permukaan laut. Jumlah spesies di daerah tropis

lebih banyak dibandingkan di daerah dingin seperti di kutub selatan (Sutanto dkk,
2008).
Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk kelangsungan hidup karena
larva larva (jentik-jentik) nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk
dewasa yang hidup di darat.Nyamuk betina memilih tipe air tertentu untuk
meletakkan telurnya di permukaan air; ada yang meletakkan telur pada air bersih,
air kotor, air payau, atau tipe air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang meletakkan
telurnya pada axil tanaman, lubang kayu, tanaman yang berkantung yang dapat
menampung air, atau dalam kontainer kontainer bekas yang menampung air hujan
atau air bersih (Sembel, 2009).
Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Larva-larva nyamuk
hidup dengan memakan organisme organisme kecil, tetapi ada juga yang bersifat

Universitas Sumatera Utara

6

predator seperti larva Toxorhynchites sp. yang memangsa jenis nyamuk lainnya
yang hidup di dalam air. Kebanyakan nyamuk betina harus mengisap darah
manusia atau hewan dalam jumlah yang cukup sebelum perkembangan telurnya

terjadi. Bila tidak mendapatkan cairan darah yang cukup, nyamuk betina ini akan
mati. Namun ada jenis nyamuk yang bersifat spesifik dan hanya meghisap darah
manusia atau mamalia. Bentuk jantan nyamuk biasanya hidup dengan memakan
cairan tumbuhan (Sembel, 2009).
Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang berbeda beda
menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang seperti Aedes aegypti
dan pada waktu malam seperti Anopheles (Sembel, 2009).

2.2.1.

Morfologi Nyamuk

Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm). Kepalanya mempunyai probosis
halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina probosis
dipakai sebagai alat untuk mengisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan
digunakan untuk mengisap bahan bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan,
buah-buahan dan juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri
atas 5 ruas dan sepasang antenayang terdiri atas 15 ruas. Antenna pada nyamuk
jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose).
Sebagian besar toraks yang tampak (mesonotum), diliputi bulu halus. Bulu

tersebut berwarna putih/ kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk
masing masing spesies. Posterior dari mesotonum terdapat skutelum yang pada
anophelini bentuknya melengkung (rounded) dan pada culicini membentuk tiga
lengkungan (trilobus). Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena
yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya
mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut umbai
(fringe). Abdomen berbentuk silinder dan terdiri atas 8 ruas (Sutanto dkk, 2008).
Nyamuk mempunyai tiga pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada
toraks dan setiap kaki terdiri atas satu ruas femur, satu ruas tibia dan lima ruas
tarsus (Sutanto dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

7

2.2.

Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk


termasuk

dalam

kelompok

seranggak

yang mengalami

metamorfosi sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa, dan
dewasa. Perbedaan siklus hidup nyamuk-nyamuk Culex. Aedes, Anopheles dapat
dilihat melalu gambar 2.2.

Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk
(Sumber : Illinois Departement of Public Health, 2007)

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles, Aedes, Culex
(Sumber : WHO, 1997)

1.

Telur
Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau dalam

kelompok. Telur-telur dari jenis Culex dan Culiseta , telur telurnya biasa
diletakkan berkelompok (raft). Dalam satu kelompok bias terdapat puluhan
atau ratusan butir telur nyamuk. Nyamuk Anopheles dan Aedes meletakkan
telur diatas permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam
waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia,
telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009).

Universitas Sumatera Utara

9


2.

Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Berbeda

dengan larva dari anggota anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya
tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks
dan

abdomen

yang

cukup

jelas.

Larva


dari

kebanyakan

nyamuk

menggantungkan dirinya pada permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dari
udara, larva nyamuk Culex dan Aedes biasanya menggantungkan tubuhnya
agak tegak lurus pada permukaan air, sedangkan Anopheles biasanya secara
horizontal atau sejajar dengan permukaan air. Ada jenis larva nyamuk yang
hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneous diffusion) seperti
Mansonia sp. Jenis jenis Mansonia memiliki tabung udara yang berbentuk

pendek dan runcing yang dipergunkan untuk menusuk akar tanaman air.
Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel partikel
lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan
berpupasi sesudah sekitar 7 hari (Sembel, 2009).

3.


Pupa
Setelah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi.Pupa

berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke
permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua
atau tiga hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang
(Sembel, 2009).

4.

Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas

permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari
makanan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa dari Culex dan Aedes

Universitas Sumatera Utara


10

hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan, Sedangkan Anopheles
hinggap agak tegak lurus dengan permukaan (Sembel, 2009).

2.3.Hal Hal yang Mempengaruhi Populasi Nyamuk

A.

Pengaruh iklim
Iklim lebih banyak berpengaruh pada nyamuk dewasa dari stadium

pradewasa. Komponen lingkungan fisik yang sangat berpengaruh adalah
suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya, dan angin. Ada dua macam iklim
yaitu (1) iklim makro, merupakan keadaan cuaca rata-rata, merupakan
keadaan rata rata di suatu daerah, dan (2) iklim mikro, merupakan
modifikasi hingga suatu tingkat tertentu dari keadaan iklim makro. Dari
kedua iklim ini dapat terjadi perbedaan suhu dan kelembaban dalam
beberapa derajat (Susana dan Sembiring 2011).


B.

Pengaruh Suhu
Nyamuk termasuk berdarah dingin, maka proses metabolisme dan

siklus hidup tergantung suhu dan lingkungan serta tidak dapat mengatur
suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan lingkungan. Pada suhu diatas
0

, dapat mengalami perubahan yaitu lambatnya proses fisiologis, rata

rata suhu optimum berkisar
bila suhu kurang dari
toleransi suhu berkisar

0

0

0




0

atau diatas


0

dan pertumbuhan akan berhenti
0

serta nyamuk mempunyai

. Kecepatan perkembangan nyamuk

tergantung dari kecepatam proses metabolisme yang dipengaruhi oleh
suhu (Susana dan Sembiring 2011).

C.

Pengaruh Kelembaban Nisbi
Pernapasan nyamuk menggunakan pipa trakea dengan muara udara

disebut spirakel. Spirakel yang terbuka tanpa mekanisme pengatur pada
waktu kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air dari dalam

Universitas Sumatera Utara

11

tubuh nyamuk sehingga cairan tubuh nyamuk akan keluar (Susanna dan
Sembiring, 2011).
Ekosistem kepulauan menyebabkan nyamuk beradaptasi pada
kelembaban tinggi sehingga dapat mempengaruhi populasi nyamuk yakini:
1. Adaptasi pada kelembaban tinggi menyebabkan nyamuk cepat lelah,
dan kematian cukup tinggi akibat kekeringan sehingga populasi tetap
stabil.
2. Adanya spirakel yang terbuka lebar dapat membatasi jarak terbang dan
penyebaran nyamuk sehingga pola penyebaran berbentuk kluster, tidak
dapat memilih mangsa (indiscriminate feeders) yaitu menggigit
sembarangan hospes yang terdekat sebagai mangsa.
3. Kebutuhan kelembaban yang tinggi menyebabkan nyamuk mencari
tempat yang lembab dan basah di luar rumah sebagai tempat
beristirahat di siang hari.
4. Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk lebih pendek
sehingga tidak cukup untuk pertumbuhan parasit (Susanna dan
Sembiring, 2011).

D.

Pengaruh Hujan dan Tempat Perkembangbiakan
Adanya hujan akan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara

dan menambah jumlah berkembang biaknya nyamuk (breeding place).
Kejadian penyakit ditularkan oleh nyamuk biasanya meninggi beberapa
waktu sebelum musim hujan lebat ataupun setelah hujan lebat yang dapat
menciptakan tempat perkembangbiakan larva di berbagai tempat, antara
lain di kolam, rawa, wadah, genangan air, lubang pohon dan tempat
lainnya yang terdapat air (Susanna dan Sembiring, 2011).

E.

Pengaruh Angin
Secara

penerbangannya,

langsung
bila

angin

dapat

kecepatan

angin

mempengaruhi




terhadap
dapat

menghambat penerbangan, nyamuk dapat mentoleransi kecepatan angin

Universitas Sumatera Utara

12

berkisar



. Angin dapat mempengaruhi penguapan air dan suhu

udara. Dalam keadaan tenang, mungkin suhu tubuh nyamuk mempunyai
ketinggian berkisar

0

lebih tinggi dari suhu lingkungan, dan bila ada

angin maka suhu tubuh nyamuk akan turun (Susanna dan Sembiring,
2011).
F.

Pengaruh Tumbuhan
Tumbuhan bagi nyamuk merupakan salah satu tempat meletakkan

telur, tempat berlindung, tempat mencari makan bagi larva. Tumbuhan
juga dapat menjadi indikator memperkirakan adanya jenis nyamuk
tertentu. Miasalnya bila tempat cukup terbuka kemungkinan nyamuk yang
akan berkembang adalah An. sundaicus, bila tempat cukup teduh
kemungkinan dapat dijumpai An. Barbirostris (Susanna dan Sembiring,
2011).
Mansonia sangat senang meletakkan telurnya pada daun

bagian bawah tumbuhan terapung di air, sedangkan Aedes meletakkan
pada tumbuhan air yang menjulang keatas atau pada permukaan air di
bagian pinggir wadah (Susanna dan Sembiring, 2011).
Ada tumbuhan yang dapat menghambat perkembangan larva
misalnya famili Labiatae yaitu biji selasih (Ocimun sanctum) yang dapat
melekatkan larva sehingga larva tidak dapat berenang bebas (Susanna dan
Sembiring, 2011).

2.4. Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik dari penyakit manusia dan
hewan yang disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, dan virus(Brown 1979).
Berikut merupakan penyakit penyakit dimana nyamuk menjadi vektor penyakit :

A. Dengue
Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan virus genus Flavivirus yaitu
virus Dengue (DENV-1,-2,-3,-4) dan ditularkan kepada manusia oleh nyamuk dari
genus Aedes terutama Ae.aegypti dan Ae. Albopictus (Guzman dkk. 2010 dalam

Universitas Sumatera Utara

13

da Moura, 2015). Spesies yang berperan sebagai vektor sekunder yaitu
Ae.albopictus,

Ae.

polynesiensis,

dan

Ae.(finlaya)

neveus,

yang

dapat

menyebabkan Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan
Syndrome Shock Dengue (SSD) (Susanna dan Sembiring, 2011).
B. Japanese Encephalitis (JE)

Janpanese

Encephalitis

merupakan

penyakit

zoonosis

yang

dapat

menyebabkan radang akut pada susunan saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh
JE virus yang merupakan RNA virus, kelompok dari genus Flavivirus, family
flaviviridae (WHO, 2006). JEV terutama ditansmisikan oleh nyamuk Culex sp.

yakini: Cx. tritaeniorhincus (merupakan vektor utama), Cx. vishnui, Cx. gelidus,
Cx. guscocephala, Cx. quiguefasciatus. Ada juga nyamuk dari genus Anopheles
(An. annularis, An. vagus, An. kochi), Mansonia (Mn. annulifera, Mn.uniformis),
Aedes (Ae. aegypti, Ae. albopictus, Ae. lineaatopennis), dan Armigeres
subalbatus. Hewan lain yang dapat berperan secara alamiah sebagai tuan rumah

reservoir adalah babi, kuda, sapi, dan kerbau maupun unggas (Susanna dan
Sembiring, 2011).
C. Chikungunya (CHIK)
Chikungunya merupakan penyakit arboviral yang disebabkan oleh virus
chikungunya (CHIKV) (Robinsin, 1995 dalam Schwartz dan Albert, 2010).
Penyakit ini ditransmisikan melalui gigitan nyamuk. CHIKV merupakan anggota
dari famili Togaviridae, genus Alphavirus (Lemant dkk, 2008 dalam Schwartz
dan Albert, 2010).
Vektor yang berperan pada penyakit ini adalah nyamuk Ae. aegypti dan Ae.
albopictus yang juga merupakan vektor dari penyakit dengue. Chikungunya tidak

dapat ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia (CDC, 2013)
D. Filariasis
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakir menular yang disebabkan
oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki laki (Depkes, 2014).

Universitas Sumatera Utara

14

Vektor dari filaria adalah nyamuk dari spesies Anopheles, Culex, Mansonia.
Vektor terpenting di Indonesia adalah Cx. Fatigan, Ae. Aegypti dan Mansonia sp.
Mikrofilaria dalam tubuh vektor tidak terjadi perkembangbiakan, hanya
perubahan bentuk saja (Susanna dan Sembiring, 2011).
E. Malaria
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Asia,
Amerika Latin, Timur Tengah, Eropa Timur, dan Pasifik (UNICEF, 2000).
Penyakit malaria hampir terdapat di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan
subtropis, kecuali malaria tropika (P. falciparum) hanya terdapat di daerah yang
beriklim tropis.Spesies terbanyak yang dijumpai adalah P. falciparum dan
P.vivax. Spesies dari P. malariae hanya ditemukan di Indonesia bagian timur dan
P. ovale banyak terdapat di Afrika, Pasifik Barat, tetapi juga ditemukan di Irian

dan Nusa Tenggara Timur. Umumnya penularan malaria terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Jenis Anopheles di Indonesia lebih dari 90 macam.Dari
sekian jenis, hanya beberapa yang mempunyai potensi untuk menularkan malaria.
Vektor utama yang telah diketahui di Indonesia antara lain :

-

An. aconitus

-

An. leucopshyrus

-

An. kochi

-

An. hyrcanus group.

-

An. sundaicus

-

An. annularis

-

An. barbirostris

-

An. letifer

-

An. philipinensis

-

An. maculatus

-

An. tselatus

-

An. subpictus

-

An. schueffneri

-

An.vagus

-

An. punctulatus

-

An. farauti

-

An. minimus

-

An. balabacensis

-

An. Indefinus

-

An. ramsayi

-

An. umbrosus

Universitas Sumatera Utara

15

2.5. Survei Larva
Terdiri atas 2 metode yaitu :
A. Metode Single Survey
Dilakukan dengan mengabil satu larva di setiap genangan air yang terdapat
larva, kemudain dilakukan identifikasi.
B. Metode Visual
Dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap genangan air
tanpa dilakukan pengambilan larva.Survei ini bertujuan untuk mengukur
kepadatan larva. Adapun ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan larva
adalah :
1. Angka Bebas Larva (ABL)
Menyatakan persentase jumlah rumah bebas larva diantara rumah
yang diperiksa secara acak.



�=






×

%

>50% resiko penularn penyakit rendah
50% resiko penularn penyakit tinggi
50% resiko penularn penyakit tinggi
50% resiko penularn penyakit tinggi