Identifikasi Asam Retinoat Pada Sediaan Kosmetik Secara Kromatografi Lapis Tipis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20 (Wall, Jellinek, 1970). Kosmetik menjadi
salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju
dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang
disebut kosmetik medik (cosmeceutical). Produk-produk kosmetik dipakai secara
berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki,
sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono dan Latifah,
2007).
Selain itu produk-produk kosmetik harus bisa menjamin pemakainya dari
dampak negatif kesehatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, ketika akan
menggunakan kosmetik perlu diteliti lebih dahulu kandungan bahan aktifnya.
Mengingat sering sekali perlengkapan kosmetik seperti bedak, pewarna alis,
pewarna bibir (lipstik), dan kelopak mata (eye shadow) maupun pewarna pipi
terbuat dari bahan kimia yang memiliki sifat karsinogenik (Jaelani, 2009).
Adapun bahan kimia berbahaya yang sering terdapat pada sediaan

kosmetik yaitu asam retinoat. Asam retinoat ini sering dimasukkan dalam
komposisi krim pemutih karena dipercaya memiliki efek pemutih.Efek asam

retinoat ini tidak langsung melalui penghambatan pigmen melanin seperti
beberapa senyawa pemutih lainnya, tetapi diduga karena terjadinya peningkatan
poliferasi sel-sel keratin dan percepatan pergantian epidermis (lapisan kulit paling
luar), sehingga memberikan efek mencerahkan kulit.Pada penggunaan topikal,
asam retinoat dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit seperti terbakar, terutama buat
yang

berkulit

sensitif.Sedangkan

pada

penggunaan

sistemik


(misalnya

peroral/diminum) asam retinoat memiliki efek teratogenik, yaitu menyebabkan
abnormalitas perkembangan janin dalam kandungan. Paparan yang paling kritis
selama 3-5 minggu kehamilan, bahkan sebelum sang ibu ketahuan hamil.
Penggunaan

asam

retinoat

ini

dapat

menyebabkan

berbagai

bentuk


malformasi/kecacatanpada janin.Walaupun efek yang paling nyata adalah pada
penggunaan sistemik, tetapi pada penggunaan topikaljika dilakukan dalam jangka
waktu lama juga dikuatirkan akan menyebabkan terserapnya asam retinoat ke
dalam tubuh dan akan mempengaruhi janin apabila digunakan oleh wanita hamil
(Ikawati, 2010).
Berdasarkan

hal

tersebut

diatas

maka

penulis

tertarik


untuk

mengidentifikasi zat berbahaya asam retinoat pada sediaan kosmetik. Adapun
pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Balai

Besar

Pengawas

Obat

dan

Makanan

(BBPOM)

di


Medan.

Pengidentifikasian zat berbahaya asam retinoat pada sediaan kosmetik dilakukan
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apakah kandungan asam retinoat yang dilarang terdapat
pada sediaan kosmetik yang telah ditetapkan dalam Asean Cosmetics Method
(ACM) SIN 01.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari identifikasi asam retinoat pada sediaan
kosmetik adalah agar dapat mengetahui sediaan kosmetikyang beredar di pasaran
tidak mengandung asam retinoat yang telah ditetapkan dalam Asean Cosmetics
Method (ACM) SIN 01sehingga sediaan kosmetik tersebut aman untuk
digunakan.