Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sediaan Kosmetik Secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

  Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia seperti hidrokuinon, merkuri dan logam berat lainnya yang dicairkan dalam beberapa campuran bahan yang mengandung minyak seperti minyak cocoa. Pemakaian kosmetik yang tidak hati-hati dan kandungan yang berbahaya seperti hidrokuinon dalam suatu produk kosmetika dapat menyebabkan wajah bukannya bertambah cantik tetapi malah menjadi tambah buruk. Sebab, kosmetik yang berbahaya dapat merusak kulit wajah. Untuk mengetahui apakah kosmetika itu baik, kita perlu mengetahui bahan-bahan yang terkandung didalamnya dan cara pengolahannya (Sarah, 2014).

  Kosmetik yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan. Prinsip dasar manfaat kosmetik adalah untuk menghilangkan kotoran kulit, mempercantik dengan pewarnaan kulit sesuai dengan yang diinginkan, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi dari paparan sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Setiap komponen (Jaelani, 2009).

  Selain dilakukannya tindakan pencegahan terhadap efek buruk sinar matahari, juga perlu dilakukan tindakan penanggulangan gangguan pigmentasi pada kulit antara lain dengan menggunakan produk pencerah kulit(Aryani dkk, 2010).

  Dengan semakin meluasnya pemakaian kosmetik, khususnya pada kaum wanita, efek samping pemakaian kosmetik harus diperhitungkan. Pemakaian kosmetik yang tidak hati-hati dan kandungan yang berbahaya seperti hidrokuinon dalam suatu produk kosmetik dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam (Sarah, 2014).

2.2Losion (Lotion)

  Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok. Penandaan harus juga tertera: a. “Obat luar” b. “Kocok dahulu” (Dirjen POM, 1979). Lotio merupakan preparat cair yang dimakudkan untuk pemkaian luar pada kulit. Kebanyakan lotio mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Lotio lain sebagai bahan cair fase terdispersi yang tidak bercampur dengan bahan pembawa dan biasanya menyebar dengan bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang sesuai. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. Tergantung pada sifat bahan-bahannya, lotio mugkin diolah dengan cara yang sama seperti pada pembuatan suspensi, emulsi dan larutan.

  Lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan untuk pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 2005).

2.3Hidrokuinon

  Hydroquinonum (Hidrokuinon) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C

6 H

  6 O 2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian

  berbentuk jarum halus, putih; mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh dikeringkan;lakukan penetapan kadar air dengan cara titrimetri sebelum digunakan untuk analisis kuantitatif.

  Hidrokuinon [ 123-31-9] C H O BM 110,11

  6

  6

2 Identifikasi A.

  Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Hidrokuinon BPFI. B.

  Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada

  Kromatografi <931>. Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl

  larutan dalam metanol P yang mengandung (1) zat uji 0, 1% dan (2)

  Hidrokuinon BPFI 0, 1%, pada lempeng kromatografi silika gel P

  setebal 0,25 mm, masukkan lempeng kedalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak metanol P-

  kloroform P (50:50) dan biarkan fase gerak merambat hingga tiga per

  empat panjang lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap dan panaskan diatas lempeng pemanas atau diamkan dibawah lampu hingga timbul bercak: harga R bercak utama yang diperoleh dari

  f larutan (1) sesuai dengan yang diperoleh dari larutan (2).

  C.

  Spektrum serapan larutan (1 dalam 40.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum pada panjang gelombang lebih kurang 293 ± 2 nm. Jarak lebur <1021> Antara 172° dan 174° Air <1031> Metode/tidak lebih dari 0,5% Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%

  Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 250 mg, larutkan dalam campuran 100 mL air dan 10 mL asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes

  

difenilamina LP dan titrasi dengan serium (IV) sulfat 0,1 N LV hingga warna

merah lembayung. Lakukan penetapan blangko.

  1 ml serium(IV) sulfat 0,1 N setara dengan 5,506 mg C

  6 H

  6 O

  2 Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (Dirjen POM, 1995).

  Hidrokuinontermasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakanberdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam (BPOM, 2009).

2.3.1 Bahaya Hidrokuinon dan Dampaknya Bagi Tubuh

  Hidrokuinon berpotensi karsinogenik dan dikenal sebagai pengiritasi kulit. Ini selalu dianggap sebagai bahan sediaan topikal utama untuk menghambat pembentukan melanin. Karena hidrokinon bersifat karsinogenik,penggunaannya dilarang di beberapa negara karena takut menimbulkan resiko kanker. Beberapa kekhawatiran tentang pemakaian hidrokinon yang aman pada kulit telah dinyatakan, tetapi penelitian telah menunjukkan ketika hidrokuinon di aplikasikan pada sediaan topikal, memiliki reaksi negatif ketika dalam konsentrasi kecil, namun besar dampaknya ketika digunakan pada konsentrasi yang tinggi (Amponsah, 2010).

  Efek samping hidrokuinon dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada wajah atau sebaliknya. Menimbulkan reaksi hiperpigmentasi. Gejala awal dapat berupa iritasi kulit ringan, panas, menyebabkan luka bakar, merah, menyengat, eritmia, gatal, atau hitam pada wajah akibat kerusakan sel melanosit (Gianti, 2013).

2.4KLT

  Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalam kolom, maka pada KLT, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman dan Gandjar, 2007).

  Prinsip KLT tradisional sangat sederhana, yakni campuran solut yang akan dipisahkan ditotolkan pada permukaan lempeng tipis lalu dikembangkan didalam

  

chamber menggunakan fase gerak yang sesuai. Kekuatan interaksi yang berbeda

  antara molekul solut dengan fase diam atau fase gerak akan menghasilkan mobilitas dan pemisahan yang berbeda (Rohman dan Gandjar, 2007).

  Retensi solut pada kromatografi lapis tipis (KLT) dicirikan dengan faktor retardasi solut (R f ) yang didefinisikan sebagai jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase geraknya.

  Jarak yang ditempuh solut

  R f =

  Jarak yang ditempuh fase gerak

  Nilai maksimum Rf adalah 1. Nilai minimum Rf adalah 0, dan ini teramati jika solut tertahan pada posisi tidak awal di permukaan fase diam (Rohman dan Gandjar, 2007).

  Kromatografi lapis tipis Pemisahan senyawa yang hendak dianalisis menjadi fraksi tertentu dapat dilakukan dengan kromatografi diferensiasi mikro.

  Yang sesuai dalam hal ini adalah kromatografi lapis tipis yag baru sedikit digunakan. Penggunaan yang utama adalah untuk analisis kualitatif campuran kompleks senyawa, yang dalam penggunaannya yang lazim sebagai kromatografi adsorpsi, dan perbedaan polaritas senyawa yang menentukan terjadinya pemisahan sehingga diperoleh komponen tunggal. Pemilihan pelarut pengembang diarahkan kepada fraksi tunggal golongan zat yang diinginkan (Schunack dkk, 1990).

  Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahandapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jeni zat penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap. Lampu ultraviolet yang cocok untuk pengamatan dengan panjang gelombang pendek (254 nm) dan dengan panjang gelombang panjang (336 nm) (Dirjen POM, 1979).

  Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dannSchraiber pada tahun 1938. Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis seperti lempeng kaca, aluminium atau pelat inert (Yazid, 2005).

  Adsorben yang digunakan biasanya terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan (dilapiskan) pada pelat. Sekarang telah tersedia di pasaran berbagai lapis tipis pada pelat kaca, lembara aluminium atau lembaran sintetik yang langsung dapat dipakai. Pada pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi (Yazid, 2005).

  Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama dengan kromatografi kertas. Pengembangan umumnya dilakukan dengan cara menaik dalam mana pelat dicelupkan ke dalam pelarut pengembang. Dibandingkan dengan kromatografi kertas, KLT mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1.

  Waktu pemisahan lebih cepat 2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi 3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas.

  Harga Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat (Yazid, 2005).

  Aplikasi KLT yang sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi, pewarna dan bahan makanan (Yazid, 2005).

Dokumen yang terkait

Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing Dalam Pengaturan Penanaman Modal

0 2 9

Analisis Cemaran Timbal, Kadmium Dan Tembaga Pada Kubis Hijau (Brassica Oleracea L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 13

Analisis Cemaran Timbal, Kadmium Dan Tembaga Pada Kubis Hijau (Brassica Oleracea L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) 2.1.1 Teh (Camellia sinensis L.) - Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Sediaan Hand Cream Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L.)

0 1 12

Pola Kromatografi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Sebagai Antidiare

0 0 34

BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pri

0 0 49

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA DI KELURAHAN JATI MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI 2.1 Identifikasi Masyarakat Jawa - Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Ma

0 0 18

I. Kemampuan Database CDSISIS - Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

0 0 13

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Database - Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Sinonim Kata Yang Menyatakan Biaya Dalam Kalimat Bahasa Jepang

0 1 17