Hubungan Posisi Lidah dengan Usia, Jenis Kelamin dan Edentulus pada Pasien Edentulus Penuh

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Edentulus penuh merupakan suatu keadaan tak bergigi atau tanpa gigi di
dalam mulut.1 Edentulus penuh memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan
mental yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita.2 Menurut World Health
Organization (WHO) Global Oral Data Bank, prevalensi edentulus penuh pada usia
lebih dari 65 tahun yaitu 58% di Kanada, 41% di Finlandia dan 46% di
Inggris.3Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey yang
dilaksanakan dari tahun 1999-2004, edentulus penuh pada usia 20-64 tahun sebesar
3,75% dengan persentase pada perempuan sebesar 3,79% dan laki-laki sebesar
3,72%.4 Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
Provinsi Sumatera Utara, edentulus penuh ditemukan sebesar 0,7%, persentase paling
tinggi didapati pada penduduk berusia 65 tahun keatas yakni 10,5%.5 Edentulus
penuh di Indonesia berdasarkan RISKESDAS mengalami penurunan dari 2,1% di
tahun 2007 menjadi 0,6% di tahun 2013.6 Namun perawatan terhadap edentulus
penuh ini tentunya sangat diperlukan karena mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan gigitiruan penuh. Kebanyakan orang yang
edentulus penuh pada usia tua menggunakan gigitiruan penuh pada satu atau kedua
rahang.7 Pada tahun 2008 sebesar 12,68% populasi lansia di Taiwan (2,74 juta jiwa)

mengalami edentulus

dan 11,9% dari populasi lansia tersebut menggunakan

gigitiruan penuh.2
Diagnosis dan rencana perawatan harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
melakukan perawatan. Dalam menentukan diagnosis dilakukan pemeriksaan subjektif
dan pemeriksaan objektif. Pada pemeriksaan subjektif hal-hal seperti usia, jenis
kelamin dan lama edentulus merupakan beberapa informasi yang dapat membantu
dalam menentukan perawatan. Sementara itu pemeriksaan objektif mencakup

pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.8 Pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan
wajah, tonus otot, bibir, sendi temporo mandibula (STM)dan neuromuskular
sedangkan pada pemeriksaan intraoral meliputi mukosa, saliva, linggir alveolus dan
lidah.8-10
Lidah merupakan organ otot yang kaya akan suplai saraf pada dasar mulut dan
memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan pembuatan gigitiruan penuh.11
Secara fungsional lidah juga memberi pengaruh pada pengunyahan dan bicara pada
pengguna gigitiruan penuh. Chen dkk (2012) dalam penelitiannya mengenai
dukungan lidah terhadap gigitiruan penuh pada lansia menyatakan bahwa salah satu

organ neuromuskular yang memberikan kontribusi yang penting terhadap retensi dan
stabilisasi gigitiruan penuh adalah lidah.12 Bhupinder dkk (2012) menyatakan bahwa
lidah sangat berhubungan dengan retensi dan stabilisasi gigitiruan penuh.11 Chen dkk
(2012) yang mengutip dari Anastassia dkk (2002) menyatakan resorpsi tulang
alveolar yang progresif menyebabkan gigitiruan penuh yang longgar sehingga
dibutuhkan kontrol lidah untuk menambah retensi gigitiruan penuh rahang atas.2
Pada lidah dilakukan pemeriksaan ukuran dan posisinya. Jika pasien telah
lama dalam keadaan edentulus penuh atau menggunakan gigitiruan penuh dalam
jangka waktu yang lama ataupun menggunakan gigitiruan penuh rahang atas yang
berlawanan dengan gigi asli anterior rahang bawah maka ukuran lidah akan
membesar.13 Ukuran lidah yang membesar akan menciptakan masalah pada
pencetakan dan juga berkontribusi terhadap ketidakstabilan gigitiruan penuh,
sementara pada lidah yang berukuran kecil akan memudahkan pencetakan namun
membahayakan lingual seal.13
Posisi lidah merupakan ciri yang sangat penting terhadap fungsi gigitiruan
14

penuh. Posisi lidah sangat berpengaruh pada prognosis dari gigitiruan penuh rahang
bawah. Banyak keluhan terhadap pemakaian gigitiruan penuh seperti ketidakpuasan
terhadap gigitiruan penuh rahang bawah karena gaya yang ditimbulkan oleh posisi

lidah.11 Lee dkk (2009) menyatakan ketika lidah terletak dalam posisi yang benar
maka akan memperbaiki retensi gigitiruan penuh.15 Lee dkk (2009) yang mengutip
pendapat Ran dan Heartwell (1993) menyatakan bahwa didapati perbaikan retensi

gigitiruan penuh pada pasien yang dilatih untuk mempertahankan posisi lidah yang
benar.15
Wright Corwin (2004) menyatakan bahwa setiap orang memiliki posisi lidah
yang normal pada saat dilahirkan, kemudian beberapa mengalami perubahan posisi
lidah menjadi posisi yang retracted.16 Perkembangan perubahan posisi lidah ini
berjalan seiring waktu dalam responnya terhadap perubahan anatomi dan atau fungsi
dari mulut.17 Ketika gigi geligi asli masih ada maka posisi retractedpada lidah
memberikan sedikit efek pada fungsi rongga mulut yang umum namun jika seseorang
sedang dalam usaha untuk mencapai kesempurnaan dalam beberapa fungsi yang
spesifik atau dalam keadaan edentulus penuh maka posisi lidah ini akan memberikan
pengaruh yang berarti.16
Wright mengklasifikasikan posisi lidah menjadi tiga kelas yakni kelas I, kelas
II, dan kelas III.9,11,13 Posisi lidah kelas I yang merupakan posisi lidah yang normal
memberikan prognosis yang menguntungkan pada gigitiruan penuh jika dibandingkan
kelas II dan kelas III. Posisi lidah kelas II tidak memberikan prognosis yang baik
disebabkan lidah mendatar dan melebar walaupun ujungnya dalam kondisi yang

normal sedangkan pada kelas III disebabkan posisi lidah yang abnormal yakni posisi
yang retracted.11,13,18
Pasien dengan posisi lidah yang normal adalah pasien yang dapat mengatur
kondisi yang kondusif terhadap gigitiruan penuh rahang bawah.16 Posisi retracted
merupakan faktor diagnosis yang penting untuk dipertimbangkan dihubungkan
dengan border seal, retensi dan stabilisasi dalam pembuatan gigitiruan penuh.14
Sementara itu menurut Sreedhar Reddy dkk (2011) posisi lidah yang retracted
menyebabkan gigitiruan penuh akan tidak stabil, tidak memiliki retensi dan akan
mudah lepas, pasien juga akan mengeluhkan gigitiruannya longgar dan terangkat.18
Gosavi

dkk

(2013)

menyatakan

bahwa

kehilangan


retensi

menyebabkan

ketidakpuasan pasien terhadap fungsinya seperti melemahkan kemampuan pasien
untuk mengunyah.3
Kotsiomiti (2000) dalam penelitiannya menemukan prevalensi yang tinggi
posisi lidah retracted pada responden yang edentulus penuh.14 Menurut Kotsiomiti

dkk (2005) terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan posisi lidah pada
edentulus penuh yaitu usia, jenis kelamin dan lama edentulus.17 Pertambahan usia
akan mengacu pada perubahan anatomi oral yang berakibat pada perubahan posisi
lidah.17 Saito (2012) menyatakan bahwa perubahan posisi lidah menjadi retracted
banyak ditemukan pada pasien usia tua.19 Selain usia faktor lain yang mengacu pada
perubahan anatomi oral adalah jenis kelamin yang juga mempengaruhi perubahan
posisi lidah.17 Kotsiomiti dkk (2000) mendapatkan persentase yang tinggi posisi lidah
yang retracted pada responden yang edentulus penuh dalam periode waktu yang lama
hal ini disebabkan perubahan fungsional sistem stomatognasi akibat edentulus
tersebut.14


1.2 Permasalahan
Pemakaian gigitiruan penuh bagi penderita edentulus penuhtentunya
memberikan pengaruh bagi penderita. Kembalinya fungsi gigi seperti fungsi
pengunyahan, bicara dan estetis bisa diperoleh ketika diberikan perawatan dengan
gigitiruan penuh. Namun fungsi gigitiruan penuh ini dapat terganggu apabila retensi
dan stabilisasinya tidak baik. Salah satu sumber yang berkontribusi dalam retensi dan
stabilisasi gigitiruanpenuh adalah posisi lidah. Posisi lidah diperiksa sebelum
perawatan dilakukan. Posisi lidah yang normal memberikan retensi dan stabilisasi
yang baik bagi gigitiruanpenuh sebaliknya pada posisi lidah yang abnormal yang
disebut retracted tongue akan menyebabkan retensi dan stabilisasi yang buruk. Oleh
karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti posisi lidah pada pasien edentulus
penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU pada tahun 2014
untuk mengetahui karakteristik pasien edentulus penuh dan frekuensi distribusi posisi
lidah berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan Wright serta menganalisis hubungan
posisi lidah terhadap usia, jenis kelamin dan lama edentulus.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pasien edentulus penuh yang dirawat di Klinik

Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014?
2. Bagaimana persentase distribusi posisi lidah pada pasien edentulus penuh yang
dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014?
3. Apakah ada hubungan antara posisi lidah dengan usia pada pasien edentulus penuh
yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014?
4. Apakah adahubungan antara posisi lidah dengan jenis kelamin pada pasien
edentulus penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun
2014?
5. Apakah ada hubungan antaraposisi lidah dengan lama edentulus pada pasien
edentulus penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun
2014?

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Karakteristik pasien edentulus penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP
FKG USU tahun 2014.
2. Distribusi posisi lidah pada pasien edentulus penuh yang dirawat di Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.
3. Hubungan antara posisi lidah dengan usia pada pasien edentulus penuh yang
dirawat diKlinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.

4. Hubungan posisi lidah dengan jenis kelamin pada pasien edentulus penuh yang
dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.
5. Hubungan antara lama edentulus dengan posisi lidah pada pasien edentulus penuh
yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan kepada instansi kesehatan khususnya bagi Departemen Prostodonsia
FKG USU mengenai posisi lidah pada pasien edentulus penuh.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis
1. Memperoleh data mengenai posisi lidah pada pasien edentulus penuh yang dirawat
di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU.
2. Referensi bagi klinisi sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah yang timbul
yang diakibatkan posisi lidah yang merugikan.
3. Memberikan gambaran peran posisi lidah terhadap prognosis perawatan atau
pemakaian gigitiruan penuh, terutama yang berkaitan pada retensi dan stabilisasi
gigitiruan penuh rahang bawah.

4. Memberikan masukan berupa upaya yang dapat dilakukan klinisi terhadap pasien
dengan posisi lidah yang tidak normal.