Hubungan Posisi Lidah dengan Usia, Jenis Kelamin dan Edentulus pada Pasien Edentulus Penuh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Edentulus Penuh

Edentulus penuh merupakan kondisi kesehatan gigi yang biasa terjadi pada
usia lanjut, walaupun banyak survey yang menyatakan bahwa prevalensi kejadian ini
mengalami penurunan.20,21 Di Amerika terjadi penurunan edentulus penuh sebesar
10% setiap dekade dalam 30 tahun terakhir namun diperkirakan akan terdapat
kenaikan kejadian edentulus penuh karena kedepannya diduga jumlah lansia juga
bertambah.21 Perawatan terhadap edentulus penuh ini tidak dapat diabaikan karena
berdampak pada kemampuan pengunyahan, estetik dan fungsi fungsional mulut
lainnya.21

2.1.1 Dampak Edentulus Penuh
Edentulus penuh memberikan dampak sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
Jumlah gigi telah dipilih sebagai kunci dalam menentukan fungsi mulut dan
status kesehatan mulut.7Beberapa penelitian menunjukkan bahwa indikator yang

penting untuk efisiensi pengunyahan adalah jumlah gigi.7Riadiani dkk (2014)
menyatakan bahwa penurunan kemampuan pengunyahan paling signifikan terdapat
pada populasi lansia dengan keadaan edentulus penuh.22
b. Dampak Mental
Kehilangan tulang merupakan proses yang terjadi terus menerus karena
edentulus.7Pada edentulus penuh ditemukan efek yang signifikan pada resorpsi tulang
alveolar, yang mengacu pada pengurangan tinggi tulang alveolar dan ukuran dari
denture bearing area.7Pengurangan ini memberikan efek pada tinggi wajah dan
tampilan fasial yang berubah karena edentulus, sehingga dapat dikatakan bahwa
edentulus memberikan efek

yang kurang baik terhadap tampilan estetik

seseorang.7,23Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap mental penderita edentulus
penuh.
2.1.2 Kualitas Hidup Penderita Edentulus Penuh
Secara umum kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individual
terhadap posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai tempat
yang ia tinggali dan relasinya terhadap tujuan, harapan dan perhatiannya.7Edentulus
penuh kemungkinan akan mengacu pada perubahan yang lebih buruk pada semua

aspek hidup.7Gigi memiliki peranan penting dalam tampilan wajah, bicara dan
kemampuan makan. Keadaan edentulus penuh tidak hanya mempengaruhi fungsi oral
tapi juga kehidupan sosial seperti penderita edentulus penuh akan menghindari
berpartisipasi dalam aktivitas sosial karena malu untuk berbicara, tersenyum atau
makan di depan banyak orang.7

2.2

Pemeriksaan Pasien

Diagnosis dan rencana perawatan merupakan parameter yang sangat penting
dalam keberhasilan perawatan pasien. Diagnosis dan rencana perawatan yang
inadekuat merupakan penyebab utama dalam kegagalan perawatan gigitiruan penuh.
Salah satu faktor yang harus dievaluasi untuk sampai pada diagnosis dan rencana
perawatan yang tepat adalah pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif.9

2.2.1 Pemeriksaan Subjektif
Dalam pemeriksaan subjektif beberapa hal yang dievaluasi adalah:
1. Usia
Usia adalah umur seseorang yang penentunya dihitung menurut ulang tahun

terakhir. Usia pasien penting diketahui untuk dijadikan pedoman dalam pemilihan
dan penyusunan gigi serta memprediksi prognosis perawatan.10 Kondisi jaringan pada
pasien dengan usia tua kurang resilien serta keadaan mukosa dan submukosa yang
tipis.10 Selain itu terdapat beberapa penyakit yang terbatas pada usia tertentu.9,10
2. Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien penting diketahui untuk dijadikan pedoman dalam
pemilihan dan penyusunan gigi selain itu dalam perawatan yang akan diterima, pasien
laki-laki umumnya lebih mementingkan kenyamanan sedangkan perempuan lebih
mementingkan aspek estetis.9,10 Perempuan pada tahap menopause lebih sulit untuk
dirawat karena masalah psikologis, mulut kering, sensasi rasa terbakar dalam mulut
dan kondisi lain yang dipengaruhi oleh masa menopause.10 Selain itu terdapat
beberapa penyakit pada jenis kelamin tertentu yang dapat memberi pengaruh pada
perawatan gigitiruan penuh seperti hemofilia, osteomalasia dan anemia defisiensi
besi.9,10
3. Lama edentulus
Lama edentulus adalah data mengenai durasi antara pencabutan gigi terakhir
sampai dilakukannya perawatan pada pasien. Data ini akan memberikan informasi
mengenai bentuk resorpsi tulang alveolar.9


2.2.2 Pemeriksaan Objektif
2.2.2.1 Pemeriksaan Ekstra Oral
2.2.2.1.1 Wajah
Penampilan wajah dapat memberikan petunjuk berharga mengenai dimensi
vertikal oklusal dari gigitiruan yang ada.24 Beberapa hal yang diperiksa dari wajah
meliputi:
1. Ciri-ciri wajah berdasarkan ciri perioral seperti dukungan bibir yang
terlihat, philtrum, lipatan nasolabial, sulkus mentolabial atau lekukan labiomental,
komisura labial, tebal vermillion border, ukuran mulut saat terbuka, tekstur kulit,
kesimetrian wajah apakah simetris bilateral atau tidak serta warna kulit.9-10,25
2. Bentuk wajah yang berguna untuk memilih gigi. House dan Loop,
Williams mengklasifikasikan wajah manusia berdasarkan tiga tipe yaitu square,
tapering, dan ovoid.8-10

3. Profil wajah yang dicatat berdasarkan klasifikasi Angle yaitu straight
profile, prognathic profile dan retrognathic profile. Pemeriksaan ini berguna karena
dapat menentukan relasi rahang dan oklusi.9

2.2.2.1.2 Tonus Otot
Pemeriksaan ini dilakukan karena memberikan efek kepada stabilitas

gigitiruan penuh. House membagi atas tiga yaitu tegangan normal, fungsi otot yang
normal namun terdapat sedikit penurunan ketegangan otot dan penurunan fungsi
sertatonus otot.9 Pada mulut dalam kondisi normal dengan jumlah gigi geligi asli yang
lengkap maka kelompok otot elevator, depresor, protuder, retraktor dan serat-serat
otot seimbang satu dengan yang lain serta didapati presisi yang baik pada gravitasi
dan kontrol pergerakan rahang bawah.26

2.2.2.1.3 Bibir
Restorasi

dari

dukungan

bibir dan

lebar

vermillion


border harus

dipertimbangkan pada saat penyusunan gigi anterior.8,10 Beberapa hal yang diperiksa
dari bibir adalah8-10:
1. Ketebalan bibir yang dibedakan atas tiga yaitu tebal, sedang dan tipis.
2. Panjang bibir diperiksa karena berperan dalam faktor estetik dan
diklasifikasikan atas tiga yaitu panjang, sedang (normal) dan pendek.
3. Dukungan bibir yang dibedakan atas dukungan adekuat dan tidak ada
dukungan.

2.2.2.1.4 Sendi Temporo Mandibula
Sendi temporo mandibula dan otot pengunyahan diperiksa karena hal ini
dibutuhkan ketika diduga terdapat gangguan STM ataupun pasien yang mengalami
salah satu gejala seperti rasa sakit dan kelemahan pada otot mastikasi dan STM, suara
sendi selama pergerakan kondilar dan keterbatasan pergerakan rahang bawah.27

Pemeriksaan ini dapat dilihat dari letak kondilus yang normal. Dalam posisi oklusi
sentrik aspek anterosuperior dari kepala kondilus akan berartikulasi melewati
perantara meniskus dengan bagian dari fossa dibentuk oleh tulang squamus
temporal.26 Ketika mulut terbuka kemudian bergerak protrusi dan lateral maka

kondilus akan bergerak ke bawah articular eminence.26
2.2.2.1.5 Neuromuskular
Pasien diobservasi mulai dari waktu masuk klinik. Gaya berjalan pasien,
koordinasi pergerakan, bagaimana kenyamanan pasien bergerak dan kestabilannya
adalah poin yang penting untuk dipertimbangkan.9 Koordinasi neuromuskular dapat
diklasifikasikan atas tiga kelas yaitu kelas I (baik sekali), kelas II (sedang) dan kelas
III (buruk).9

2.2.2.2 Pemeriksaan Intra Oral
Kualitas dan kontur permukaan dari jaringan keras dan jaringan lunak
merupakan bagian dalam mulut yang harus diperiksa secara visual dengan hati-hati.
Pencahayaan yang adekuat dari segi kualitas dan kuantitas merupakan faktor yang
penting untuk menghasilkan observasi visual yang benar.21,27

2.2.2.2.1 Mukosa
Terdapat beberapa hal penting yang perlu dicatat dari mukosa yaitu:
1. Warna mukosa
Warna membran mukosa yang normal adalah merah muda.9-10Jika terdapat
variasi warna lain hal ini perlu untuk dilakukan pemeriksaan. Variasi yang umumnya
ditemui adalah peningkatan warna merah yang berkaitan dengan adanya inflamasi

yang disebabkan oleh iritasi baik iritasi mekanik, kimia maupun bakteri.26
2. Kondisi mukosa
Diklasifikasikan berdasarkan House yaitu kelas Imenunjukkan kondisi yang
baik, kelas II yang menunjukkan adanya iritasi dan kelas III terdapat keadaan
patologi.8-10
3. Ketebalan mukosa

Kualitas mukoperiosteum mungkin berbeda-beda pada tiap bagian dari
lengkung rahang.9Mukosa dengan ketebalan sedang disertai dengan resilien yang
sama akan memberikan prognosis yang baik.10 Ketebalan mukosa diklasifikasikan
berdasarkan House yaitu kelas I untuk normal/sama, kelas II untuk dua kali ukuran
normal dan kelas III untuk ketebalan yang berlebih.9,10
2.2.2.2.2 Linggir Alveolus
Kontur linggir dapat diklasifikasikan atas linggir yang tinggi, linggir yang
rendah dan linggir seperti mata pisau.9 Bentuk linggir ada 3 macam yaitu28:
1. Bentuk “U”, bila permukaan labial/bukal sejajar permukaan lingual/palatal.
2. Bentuk “V”, berpuncak sempit, kadang-kadang sempit seperti pisau.
3. Bentuk “jamur”/”bulbous”, bentuknya membesar atau melebar di
puncaknya. Bentuk jamur berleher dan menimbulkan gerong.


2.2.2.2.3 Saliva
Kualitas dan kuantitas saliva merupakan faktor yang penting sekali terhadap
kemampuan pasien untuk menoleransi gigitiruan penuh karena baik aliran maupun
kekentalan saliva sangat berpengaruh terhadap keberhasilan gigitiruan penuh.27
Kondisi saliva dibedakan atas8:
1. Kelas I

: Jumlah dan konsistensi saliva normal.

2. Kelas II

: Terdapat banyaknya jumlah saliva yang encer. Saliva yang

terlalu banyak kemungkinan menyebabkan penyumbatan dan pada umumnya
meyulitkan pembuatan cetakan.
3. Kelas III

: Jumlah saliva yang sedikit mengurangi kualitas retensi dari

gigitiruan penuh dan dapat menyebabkan kekeringan pada mukosa.


2.2.2.2.4 Lidah
Lidah terdiri atas otot-otot intrinsik yang berada dalam lidah itu sendiri dan
otot-otot ekstrinsik yang memasuki lidah seperti otot stiloglosus, palatoglosus,
hyoglosus dan genioglosus berfungsi untuk menggerakkan lidah pada posisi yang
bervariasi.29 Lidah memiliki banyak fungsi, tidak hanya sebagai indra pengecapan

lidah juga berguna untuk mengontrol makanan selama pengunyahan dan penelanan.30
Lidah dengan bantuan bibir, gigi dan palatum juga berperan dalam mengontrol dan
mengatur getaran aliran udara dari laring untuk pembentukan suara dalam artikulasi
berbicara.26

2.2.2.2.4.1 Ukuran Lidah
Ukuran lidah merupakan hal yang penting untuk diperiksa karena sangat
berpengaruh terhadap prosedur pembuatan gigitiruan penuh. Pada lidah dengan
ukuran yang besar akan menyulitkan prosedur pencetakan, penyusunan gigi dan
berkontribusi terhadap ketidakstabilan gigitiruan penuh.13,29 Sementara itu ukuran
lidah yang kecil akan memudahkan proses pencetakan namun akan membahayakan
lingual seal.12 Ukuran lidah diklasifikasikan berdasarkan House yaitu8,9:
1. Kelas I


: Ukuran, perkembangan, dan fungsinya normal. Terdapat gigi

yang cukup untuk mempertahankan bentuk dan fungsi yang normal.
2. Kelas II

: Gigi geligi telah hilang dalam waktu yang cukup lama dan

memberikan perubahan bentuk dan fungsi lidah.
3. Kelas III

:

Lidah

dengan

ukuran

yang

terlalu

besar,

hal

ini

disebabkanedentulus penuh dalam waktu yang lama.

2.2.2.2.4.2 Posisi Lidah
Posisi lidah didefenisikan sebagai posisi lidah secara fisiologi dalam kondisi
istirahat dengan bibir terpisah dan dalam beberapa kasus rahang bawah sedikit
terbuka dari posisi istirahatnya.17 Posisi lidah sangat dipengaruhi oleh keadaan dasar
mulut karena dasar mulut dibentuk oleh dorsum lidah pada bagian posterior dan
ujung lidah ditambah mukosa yang menutupi ruang kosong di bawah anterior lidah
pada bagian anteriornya.29
Posisi lidah menurut klasifikasi Wright dibedakan dalam tiga kelas yaitu
(Gambar 1) 9,11,13:
a. Kelas I

: Lidah berada dalam dasar mulut dengan ujung lidah berada di

depan dan sedikit di bawah permukaan insisal gigi anterior rahang bawah.

b. Kelas II

: Lidah mendatar dan melebar tetapi ujungnya dalam posisi

yang normal.
c. Kelas III

: Lidah dalam kondisi retracted dan terdepresi ke dalam dasar

mulut dengan ujungnya melengkung ke atas, ke bawah atau terasimilasi ke badan
lidah.
Posisi lidah sangat dipengaruhi oleh jumlah gigi di dalam mulut. Kotsiomiti
dkk (2000) menyatakan bahwa posisi lidah kelas III atau posisi lidah retractedpaling
banyak ditemui pada penderita edentulus penuh.14 Saito (2012) menyatakan bahwa
rongga orofaringeal membesar pada pasien edentulus penuh dan posisi lidah yang
retracted merupakan upaya untuk menutup bagian faringeal tersebut.19

A
B
Gambar 1. Posisi lidah A. Kelas I B. Kelas II C. Kelas III9

C

Posisi lidah kelas I disebut juga dengan posisi lidah normal dengan ditemukan
karakteristik sebagai berikut (Gambar 2)14,16:
a. Lidah secara sempurna memenuhi dasar mulut.
b. Pinggir lateral lidah terletak melewati linggiryang mana secara normal
menunjukkan permukaan oklusal dari gigi geligi.
c. Ujung dari apeks lidah terletak pada bagian linggir lingual anterior rahang
bawah.
Sementara itu posisi lidah dikatakan tidak normal atau lidah yang retracted
(kelas III) bila (Gambar 2)14,16:
a. Lidah tertarik ke belakang mulut dan dasar mulut terlihat.
b. Pinggir lateral terletak di dalam atau pada bagian linggir posterior.
c. Ujung lateral lidah kadang terletak pada bagian posterior dasar mulut atau
kemungkinan tertarik ke badan lidah

A
B
Gambar 2. Posisi lidah pada edentulus penuh A. Kelas I/normal B. Kelas III/ lidah
yang retracted14,16
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Posisi Lidah
2.3.1 Usia
Usia dapat mempengaruhi perubahan posisi lidah. Setiap orang memiliki
posisi lidah yang normal namun berubah seiring pertambahan usia.16 Kotsiomiti dkk
(2005) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan perubahan posisi
lidah disebabkan respon terhadap perubahan anatomi dan fungsional mulut seperti
pergerakan inferior tulang hyoid.14 Tulang hyoid adalah tulang yang berbentuk seperti
tapal kuda yang terletak dalam garis tengah anterior leher antara dagu dan kartilage
tiroid (Gambar 3).31 Tulang ini memiliki perlekatan dengan dasar mulut dan lidah
diatas, laring dibawah dan epiglotis dan faring dibelakang.31 Tulang ini berfungsi
memberikan gerak yang lebih luas pada lidah, faring dan laring.31
Suryandari (2007) menyatakan bahwa posisi lidah dapat dihubungkan dengan
ketinggian dasar mulut yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tulang alveolar.
Tinggi rendahnya tulang alveolar ini dipengaruhi oleh proses resorpsi tulang alveolar
dan salah satu faktor yang mempengaruhi resorpsi tulang alveolar adalah usia.32
Menurut Saito (2012) posisi lidah yang retracted banyak ditemukan pada pasien usia
tua (lansia) ketika mereka membuka mulutnya.19Menurut Undang-Undang No. 13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas.33

A
B
Gambar 3. Posisi tulang hyoid A. Pandangan lateral B. Pandangan anterior 34,35
2.3.2 Jenis Kelamin
Kotsiomiti dkk (2005) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan posisi lidah.17 Hal ini disebabkan perubahan anatomis
dan fungsional dari rongga mulut tidak hanya dipengaruhi oleh usia namun juga jenis
kelamin.17 Suryandari (2007) menyatakan bahwa posisi lidah dapat dikaitkan dengan
ketinggian dasar mulut yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tulang alveolar.
Tinggi rendahnya tulang alveolar dipengaruhi oleh proses resorpsi tulang alveolar dan
salah satu faktor yang mempengaruhi proses resorpsi tulang alveolar ini adalah jenis
kelamin.32

2.3.3 Lama Edentulus
Kotsiomiti dkk (2000) melakukan penelitian posisi lidah terhadap subyek
edentulus penuh yang dibagi atas dua grup yaitu subyek yang edentulus penuh dalam
waktu yang lama (> 3 tahun - 30 tahun) dan subyek edentulus penuh yang baru ( 3 tahun 30 tahun).14

2.4 Gigitiruan Penuh
2.4.1 Definisi
Gigitiruan penuh adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi geligi
normal pada lengkung rahang serta struktur yang berhubungan dengan rahang atas
dan rahang bawah.1,9,21 Batas-batas kemampuan gigitiruan penuh dalam merestorasi
jaringan yang hilang dan menopang sepenuhnya bibir dan pipi, membantu
penampilan tua prematur pada pasien yang edentulus penuh.24 Selain itu gigitiruan
penuh juga membantu mengendalikan dan mengunyah bolus makanan tetapi efesiensi
pengunyahannya tentu lebih rendah dari gigi geligi asli.24
Adapun keuntungan gigitiruan penuh jika dibandingkan dengan perawatan
edentulus lainnya, yaitu21:
1. Digunakan secara universal
2. Tidak mahal
3. Pilihan pendahuluan bagi pengguna awal gigitiruan

2.4.2 Indikasi
Indikasi dari pemakaian gigitiruan penuh adalah36:
1. Pasien dengan edentulus penuh
2. Pasien yang masih memiliki beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan yang tidak mungkin diperbaiki dan apabila dibuatkan gigitiruan sebagian
lepasan, gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilan gigitiruan.
3. Keadaan umum dan kondisi rongga mulut pasien baik.
4. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang diperoleh dari
pasien.

2.4.3 Kontraindikasi
Beberapa kontraindikasi pemakaian gigitiruan penuh adalah21:
1. Kondisi morfologi yang parah pada area pendukung gigitiruan yang secara
signifikan mengurangi retensi gigitiruan penuh.
2. Koordinasi otot muskular yang buruk.

3. Toleransi jaringan mukosa yang buruk.
4. Kebiasaan parafungsional yang mengacu pada rasa sakit rekuren dan
ketidakstabilan gigitiruan penuh.
5. Harapan yang tidak realistis terhadap fungsi gigitiruan penuh.
6. Ketidakmampuan psikologi untuk menggunakan gigitiruan penuh.

2.4.4 Fungsi
Beberapa fungsi gigitiruan penuh adalah9:
a. Estetis
Gigitiruan penuh dapat memperbaiki kehilangan kontur fasial dan dimensi
vertikal.
b. Mastikasi
Gigitiruan penuh dapat memperbaiki fungsi pengunyahan dan harus memiliki
keseimbangan oklusi yang baik untuk meningkatkan stabilitas gigitiruan penuh.
c. Fonetik
Gigitiruan penuh dapat memperbaiki fungsi bicara penderita.

2.4.5 Retensi dan Stabilisasi
Bagi pasien edentulus penuh, kesuksesan perawatan gigitiruan penuh
dipengaruhi oleh fenomena biomekanikal terhadap dukungan, stabilitas dan retensi.37
Masalah utama dalam konstruksi gigitiruan penuh adalah berkurangnya tulang
alveolar rahang bawah yang mengakibatkan kurangnya retensi dan stabilisasi.38

2.4.5.1 Definisi
Retensi didefinisikan sebagai ketahan gigitiruan untuk tidak terlepas dalam
arah vertikal atau daya tahan gigitiruan terhadap gaya yang menyebabkan pergerakan
ke arah yang berlawanan dengan arah pemasangannya.16,37,39,40 Retensi pada
gigitiruan penuh rahang atas jarang memperlihatkan masalah yang begitu serius
disebabkan lokasi area seal yang cukup konstan dan tidak bergerak selama rongga
mulut berfungsi.16 Sedangkan pada rahang bawah, retensi bergantung pada sealdalam

gaya yang sama dengan gigitiruan penuh rahang atas, namun area sealtidak langsung
siap untuk ditempati dan juga memiliki pergerakan yang cukup besar selama
dilakukannya fungsi umum dari mulut.16
Stabilitas adalah ketahanan gigitiruan terhadap perubahan yang disebabkan
oleh kekuatan ketika gigitiruan berfungsi.39-41 Stabilitas merupakan kemampuan
gigitiruan untuk bertahan terhadap gaya horizontal.9,30 Stabilitas akan semakin besar
ketika kekuatan untuk menjaga gigitiruan tetap pada tempatnya lebih besar daripada
kekuatan untuk melepaskannya.41 Kurangnya stabilitas digambarkan pasien dengan
gigitiruan penuh yang terasa longgar.41

2.4.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilisasi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap retensi gigitiruan penuh adalah:
1. Faktor anatomi, yang meliputi9,18:
a.

Ukuran denture bearing area

b.

Kualitas denture bearing area

2. Faktor fisiologis
Viskositas saliva menentukan retensi gigitiruan penuh. Saliva yang kental
yang terakumulasi diantara permukaan jaringan gigitiruan penuh dan palatum
menyebabkan kehilangan retensi. Sementara saliva yang encer akan mempengaruhi
retensi gigitiruan penuh.9,40
3. Faktor fisis, yang meliputi:
a. Adhesi
Adhesi merupakan daya tarik fisik pada molekul yang berbeda antara yang
satu dengan lainnya.9,40 Pada gigitiruan penuh didapati antara saliva dengan
permukaan gigitiruan penuh dan mukosa.
b. Kohesi
Kohesi adalah daya tarik fisik pada molekul yang sama antara satu dengan
lainnya.9,40 Gaya kohesif ini terdapat pada lapisan tipis saliva, dimana viskositas
saliva memainkan peranan penting terhadap kohesi tersebut.
c. Tegangan permukaan interfasial26

Tegangan

permukaan

interfasial

merupakan

daya tahan

terhadap

pemisahan yang dipengaruhi oleh lapisan cairan antara dua permukaan yang
beradaptasi dengan baik.9
d. Daya tarik kapiler
Daya tarik kapiler adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan permukaan
yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat berkontak dengan
benda padat.9
e. Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer berperan dalam melawan gaya yang melepas gigitiruan
penuh jika memiliki seal yang efektif disekeliling batas gigitiruan penuh. Retensi
oleh tekanan atmosfer secara langsung sebanding dengan area yang ditutupi oleh
basis gigitiruan penuh.21
4. Faktor mekanis, yang meliputi9,18:
a. Undercut /gerong
b. Pegas retentif
c. Gaya magnetik
d. Gigitiruan adesif
e. Suction chambers dan suction disc
5. Faktor otot
Faktor otot dapat digunakan untuk meningkatkan retensi pada gigitiruan
penuh. Otot buksinator, orbikularis oris, otot instrinsik dan ekstrinsik dari lidah
merupakan otot yang dimanfaatkan dokter gigi untuk mencapai tujuan ini dengan
bantuan teknik mencetak.21Terdapat keseimbangan antara aksi gaya dari otot-otot
bukal dan lidah yang disebut dengan neutral zone.9 Neutral zone merupakan ruangan
antara lidah, bibir dan pipi dalam rahang yang edentulus.30,38 Beresin dan Schisser
menganjurkan agar gigitiruan penuh sebaiknya disusun dalam neutral zone untuk
mencapai retensi yang baik (Gambar 4).9,42 Dengan memanfaatkan konsep neutral
zone, daya melepaskan dari otot akan dengan mudah menjadi gaya retensi pada
gigitiruan penuh.42 Selama aktifitas fungsional mulut, tekanan dari lidah dinetralkan
menggunakan tekanan pipi dan bibir dalam neutral zone ini.38 Sebaliknyaposisi lidah

yang menyentuh permukaan lingual dari gigi merupakan aksi lidah untuk
menetralkan tekanan yang berasal dari pipi maupun bibir.43 Lidah memiliki beberapa
bentuk dan posisi selama berbicara, mengunyah serta menelan dan seluruh fungsi ini
konstan terhadap kontak dengan permukaan lingual gigi, prosesus alveolar dan
palatum.44 Oleh karena kontak inilah lidah menjadi faktor yang dominan dalam
menetapkan neutral zone.44 Lidah yang berkontak dengan sayap lingual anterior pada
gigitiruan penuh rahang bawah merupakan hal yang sangat penting terhadap retensi
gigitiruan penuh.2 Selain itu ketika posisi lidah rendah dihubungkan dengan puncak
linggir rahang bawah atau posisi yang retracteddihubungkan dengan linggiranterior
maka retensi dari gigitiruan penuh rahang bawah akan buruk.29Ukuran dan posisi gigi
geligi gigitiruan penuh serta kontur permukaan poles memberikan pengaruh terhadap
stabilitas gigitiruan penuh rahang bawah apabila dihadapkan pada gaya tidak stabil
yang dihasilkan lidah, bibir dan pipi.45

Gambar 4. Penyusunan gigi posterior pada neutral zone
mencegah aksi dari gaya tidak stabil yang
dihasilkan otot terhadap gigitiruan.9
Faktor yang berpengaruh terhadap stabilisasi gigitiruan penuh adalah19:
1. Hubungan dari permukaan eksternal dan batas luar gigitiruan terhadap otot
orofasial sekitar.
2. Hubungan basis gigitiruan terhadap jaringan-jaringan dibawahnya.
3. Hubungan antara permukaan oklusal yang berlawanan.

2.5

Peran Posisi Lidah Terhadap Gigitiruan Penuh

Posisi dan koordinasi lidah merupakan hal yang signifikan dalam fungsi
gigitiruan penuh terutama gigitiruan penuh rahang bawah.21,25 Oleh karena itu lidah
memiliki peran yang penting dalam menentukan keberhasilan ataupun kegagalan
gigitiruan penuh.27 Observasi telah menunjukkan bahwa lidah memiliki peran yang
sangat penting terhadap kepuasan pasien pengguna gigitiruan penuh. Hal ini
disebabkan27:
1. Dorsum lidah menekan gigitiruan penuh rahang atas sehingga mencegah
gigitiruan penuh jatuh ketika menggigit.
2. Ujung lidah menekan ke depan dan ke bawah permukaan lingual anterior
dari gigitiruan penuh rahang bawah ketika bibir bawah cenderung mendorong ke
belakang.
3. Pinggir lateral lidah terletak pada permukaan oklusal dari gigitiruan penuh
rahang bawah pada saat membuka mulut.
Keberhasilan pengguna gigitiruan penuh telah belajar pentingnya posisi lidah
yang normal dan relevansinya dalam menciptakan dan mempertahankan retensi dan
stabilisasi.18 Posisi lidah kelas I yang disebut juga posisi lidah normal ditemukan kirakira sebesar 75% dan posisi lidah yang retracted atau posisi lidah kelas III sebesar
25%.44 Posisi lidah kelas I memberikan prognosis yang paling menguntungkan
disebabkan border seal yang adekuat bisa dicapai karena dasar mulut akan cukup
tinggi untuk menutupi sayap lingual dan kontak lidah terhadap sayap lingualakan
membantu retensi gigitiruan penuh.11,27
Sementara itu kelas II dan kelas III memberikan prognosis perawatan yang
tidak baik. Posisi lidah kelas II yang melebar dan mendatar akan mempengaruhi
gigitiruan penuh pada bagian lateral lidah, sementara itu posisi lidah kelas III atau
disebut juga lidah yang retracted karena perluasannya yang menyebabkan kontak
pada gigi posterior rahang bawah yang secara konstan menggeser gigitiruan penuh
sehingga menghilangkan border seal untuk sayap lingual pada daerah sublingual dan
akan menghasilkan gaya yang melepaskan pada regio distal sayap lingual.8-

11,13,14,27

Pasien dengan kondisi posisi lidah seperti ini akan mengeluhkan gigitiruan

penuh tidak stabil, tidak memiliki retensi, longgar dan terangkat.18
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Lee dkk (2009) yang
melaporkan bahwa ketika subyek penelitian memposisikan lidah pada posisi yang
ideal (kelas I), retensi gigitiruan penuh rahang bawah meningkat dengan nilai ratarata 57,73%, yang secara statistik bernilai signifikan dibandingkan dengan retensi
gigitiruan penuh rahang bawah ketika subyek penelitian memposisikan lidah pada
posisi retracted (kelas III).15
Adapun upaya yang dapat dilakukan terhadap pasien edentulus penuh dengan
posisi lidah yang abnormal (kelas II dan kelas III) adalah dengan mengintruksikan
pasien untuk berlatih memposisikan lidah pada posisi yang benar (kelas I), latihan ini
terdiri atas16:
a. Latihan 1: Dorong lidah keluar dan kedalam, dengan panjang lidah
yangkeluar melebihi batas bibir bawah yakni 1/8 sampai 1/4 inchi. Hal ini dilakukan
secepat mungkin.
b. Latihan 2: Ayunkan lidah kekiri dan kekanan dengan cepat. Perluasan lidah
keluar hanya pada bagian atas bibir bawah.
c. Latihan 3: Dorong lidah keluar sampai sejauh yang pasien dapat lakukan
kemudian tarik dengan cepat.
d. Latihan 4: Angkat lidah ke posisi yang paling tinggi pada bagian depan
mulut dan akhiri dengan mengucapkan kata “ee” kemudian “yuh”.
Selain pada pasien, sebaiknya klinisi memberikan modifikasi pada gigitiruan
penuh pasien dengan posisi lidah kelas III yaitu dengan membuat sebuah
groovedengan lebar 2 mm dan dalam 2 mm persis dibawah gigi insisivus sentral
rahang bawah pada gigitiruan penuh.11 Pasien kemudian diinstruksikan untuk
mempertahankan lidah terletak pada groove tersebut kecuali ketika makan dan
berbicara.11

2.6

Landasan Teori

Edentulus Penuh

Dampak

Diagnosis dan Rencana Perawatan

Perawatan

GTP
Fisik

Mental

Pemeriksaan Subjektif

Definisi

Pemeriksaan Objektif
Indikasi

Kualitas Hidup

Usia

Jenis
Kelamin

Lama
Edentulus

Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan Intra Oral

Wajah

Mukosa

Fungsi

Tonus
otot

Linggir
Alveolus

Retensi dan
Stabilisasi

Bibir

Saliva

STM

Lidah

Neuromuskular

Ukuran

Definisi
Faktor
yang
mempengaruhi

Posisi

Kelas I
Faktor yang Mempengaruhi

Kontraindikasi

Kelas II

Kelas III

2.7

Kerangka Konsep

Klasifikasi Wright :
a. Kelas I: Lidah berada dalam dasar mulut dengan ujung lidah berada di depan dan sedikit
Edentulus penuh
Posisi lidah

dibawah permukaan insisal gigi anterior rahang bawah.
b. Kelas II: Lidah mendatar dan melebar tetapi ujungnya dalam posisi yang normal.
c. Kelas III: Lidah dalam kondisi retracted dan terdepresi ke dalam dasar mulut dengan
ujungnya melengkung ke atas, ke bawah atau terasimilasi ke badan lidah.

Usia

Lama Edentulus

Jenis Kelamin

Posisi lidah

Posisi lidah dapat

Retracted tongue

Posisi lidah

Posisi lidah dapat

Posisi lidah yang

berhubungan

dikaitkan dengan

(kelas III) banyak

berhubungan dengan

dikaitkan dengan

retractedlebih banyak

dengan usia yang

usia dikarenakan

ditemui pada usia

jenis kelamin

jenis kelamin

ditemukan pada pasien

dikarenakan

resorpsi tulang

tua Saito (2012).

dikarenakan perubahan

dikarenakan

yang edentulus penuh

perubahan anatomi

alveolar,

anatomi oral yang

resorpsi tulang

dalam waktu yang lama

oral, Kotsiomiti

Suryandani (2007).

berbeda antara laki-laki

alveolar,

(3-30 tahun), karena

dan perempuan

Suryandani

perubahan fungsi sistem

Kotsiomiti (2005).

(2007).

stomatognasi Kotsiomiti

(2005).

(2000).

2.8

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara posisi lidah dengan usia pada pasien edentulus penuh yang
dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.
2. Ada hubungan antara posisi lidah dengan jenis kelamin pada pasien edentulus
penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.
3. Ada hubungan antara posisi lidah dengan lama edentulus pada pasien edentulus
penuh yang dirawat di Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU tahun 2014.