Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2015
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue (DENV), yang membentuk dengue komplex dalam genu Flavivirus,
Famili Flaviviridae (Lindenbach et al., 2007)4
2.2. Etiologi Demam Berdarah Dengue
Virus yang menyebabkan DBD adalah flavivirus. Ada empat serotipe virus
iaitu DEN–1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini sensitif terhadap panas dan
rentan terhadap berbagai disinfektan yang umum termasuk etanol , natrium
hipoklorit , dan glutaraldehyde . Namun, virus ini stabil dalam darah kering dan
eksudat selama beberapa hari di kamar suhu. Setelah terinfeksi, vektor nyamuk
mengaktifkan virus kira-kira 1 hingga 4 bulan.6 Ke empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia dan Dengue-3 merupakan serotipe yang
paling luas dan kasus DBD yang berat dan disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan
Dengue -4.1
2.3. Vektor Penularan Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae aegypti dan Ae
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat diseluruh pelosok di Indonesia,
kecuali pada ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukann air laut. Nyamuk
Ae aegypti merupakan penyebar penyakit (vektor) DBD yang paling utama dan
efektif karena tinggal di sekitar kawasan penduduk. Nyamuk Ae albopictus
terdapat banyak di daerah perkebunan dan semak-semak.3 Ae aegypti adalah
spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara
garis lintang 35U dan 35S.7
5
2.4. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD pertama kali dijumpai di Filipina pada tahun 1953. Tiga dekad
kemudian kasus DBD sudah dapat ditemukan di banyak negara sebagai contoh
Kamboja, China, India dan sebagainya.7 Penderita DBD yang paling banyak
merupakan dari Asia. Sejak tahun 1968-2009, WHO mencatat Negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara8
Di Indonesia, kasus DBD pertama kali diduga di Surabaya pada tahun 1968.
Namun, konformasi pasti melalui isolasi diperoleh pada tahum 1970. Pada tahun
1972, DBD dilaporkan di Bandung dan di Yogyakarta. Pada tahun 1994, penyakit
DBD telah menyebar ke 27 provinsi di Indonesia.3
IR meningkat dari 0.05/100.000 pada tahun 1968 kepada 38-40/100.000 pada
tahun 2013. IR paling tinggi pada tahun 2010 dengan 86/100.000. CFR menurun
dari 41% pada tahun 1968 kepada 0.73% pada tahun 2013.
Dari tahun 1993, insidensi umur penderita yang paling banyak adalah antara
umur 5-14 tahun. Insidensi penderita berumur 15 tahun ke atas meningkat dengan
stabil dan terlihat penurunan insidensi pada anak-anak kecil sejak 1999.
Pada tahun 2013, 5 provinsi yang mempunyai IR yang tertinggi adalah Bali
(168.5/100,000), Jakarta (104.0/100,000), Yogyakarta (96.0/100,000), Kalimantan
Timur (92.7/100,000) and Sulawesi Tenggara (66.8/100,000).9
Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008, persentase penderita laki-laki dan
perempuan hampir sama. Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki adalah
10.463 orang (53.78%) dan perempuan berjumlah 8.991 orang (46.23%).8
6
2.5. Gejala Klinik Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
2.5.1. Demam Dengue
Dengue adalah penyebab umum dari demam di daerah tropis.10 Setelah masa
inkubasi 2-7 hari , tiba-tiba mengalami demam. Demam biasanya disertai dengan
retro - orbital atau frontal sakit kepala . Mialgia dan nyeri tulang juga terjadi
segera setelah onset demam. Ruam makula sementara akan muncul disetai dengan
mual, muntah, limfadenopati, dan gangguan pengecapan. Gejala-gejala ini disertai
dengan leukopenia dan berbagai derajat trombositopenia. Setelah satu atau dua
hari penurunan suhu badan sehingga normal, ruam makulopapular generalisata
morbiliformis muncul kecuali pada bagian telapak tangan dan kaki. Pasien
biasanya pulih dari gejala tanpa komplikasi sekitar seminggu setelah timbulnya
penyakit .11
2.5.2. Demam Berdarah Dengue
DBD biasanya merupakan infeksi dengue sekunder , tetapi kadang-kadang
dapat terjadi setelah infeksi primer, terutama pada bayi. DBD adalah manifestasi
yang paling parah dari infeksi dengue . Di Asia Tenggara, kebanyakan kasus DBD
terlihat pada anak-anak. DBD biasanya dimulai dengan kenaikan suhu yang
mendadak dan gejala lain juga sama dengan demam dengue. Suhu badan tetap
tinggi dalam waktu 2 hingga 7 hari. Hepatomegali dan splenomegali yang kadangkadang terlihat terutama pada bayi. Manifestasi perdarahan adalah seperti pada tes
tourniquet positif dapat dijumpai petekia , ekimosis atau purpura, perdarahan dari
mukosa, hematemesis dan melena. Pada kasus DBD, perdarahan mungkin tidak
berkorelasi dengan jumlah trombosit dan biasanya terjadi setelah demam telah
hilang.12
7
2.6. Diagnosa Demam Berdarah Dengue
Gejala DBD sangat bervariasi, WHO 2011 membagi DBD kepada 4 derajat:13
Derajat I : Demam disertai manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif), bukti
rembesan plasma, trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Derajat II : Gejala-gejala derajat I, disertai perdarahan spontan.
Derajat III : Gejala-gejala derajat I atau II disertai dengan kegagalan sirkulasi
(nadi lemah, tekanan darah sempit ≤ 20mmHg), hipotensi, dan gelisah,
Derajat IV : Gejala-gejala derajat III disertai shock berat, nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (2011). Terdiri dari
kriteria klinis dan laboratorium.
2.6.1. Kriteria Klinis Demam Berdarah Dengue13
a) Demam tinggi mendadak (>39˚C), berlangsung terus -menerus selama 2-7
hari.
b) Tanda-tanda perdarahan ditandai dengan uji torniquet positif, petekia,
ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gingiva,
hematemesis dan melena.
c) Hepatomegali, pembesaran hati.
d) Tanda-tanda shock seperti nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
darah, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, pasien tampak gelisah.
8
2.6.2. Hasil Laboratorium Demam Berdarah Dengue13
a) Trombositopenia (20% dari normal)
c) Anemia
d) Effusi Pleura
2.7. Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue berkembang biak dalam sel retikuloendotelial setelah masuk
dalam tubuh manusia. Terjadinya respon imun humoral maupun selular, antaranya
anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Pada infeksi pertama
dengue primer antibodi mulai terbentuk, pada infeksi sekunder kadar antibodi
meningkat.
Pada infeksi pertama, antibodi yang memiliki aktivitas netralisasi yang
mengenali protein E dan monoklonal antibody terhadap NS1, Pre M dan NS3, dari
virus akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi virus tersebut melalui
aktivitas netralisasi atau aktivasi komplemen. Akhirnya banyak virus dilenyapkan
dan penderita mengalami penyembuhan, terjadilah kekebalan seumur hidup
terhadap serotipe virus yang sama, tetapi apabila terjadi antibodi non-netralisasi
yang memiliki sifat memacu replikasi virus, keadaan pasien akan menjadi parah.
Infeksi kedua dipicu oleh virus dengue dengan serotipe yang berbeda, virus
dengue berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit atau
makrofag. Makrofag ini menanpilkan Antigen Presenting Cell (APC) yang
membawa
muatan
polipeptida
spesifik
yang
berasal
dari
Mayor
Histocompatibility Complex (MHC). 14
Pertama, peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan
plasma dari kompartmen vaskular. Keadaan ini mengakibatkan tanda-tanda shock
9
seperti hemokonsentrasi, tekanan darah rendah dan sebagainya apabila kehilangan
plasma yang banyak. Perubahan kedua adalah terjadinya gangguan pada
hemostasis seperti perubahan vaskular, trombositopenia dan koagulopati.
Temuan konstan pada DBD adalah aktivasi sistem komplemen, dengan
penurunan besar dalam kadar C3 dan C5. Fenomena perdarahan pada infeksi
dengue dan mediator yang mengakibatkan permeabilitas vaskular yang belum
pasti. Kompleks imun ditemukan pada DBD tetapi peran mereka belum jelas.
Peningkatan replikasi virus dalam makrofag oleh antibodi heterotipik
merupakan penunjang akan DBD. Pada infeksi sekunder dengan serotipe yang
berbeda dari penyebab infeksi primer, antibodi-virus dengue masuk ke dalam sel.
Reaksi-silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik diaktifkan. Aktivasi sel T dan
lisis monosit yang terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik menyebabkan
pelepasan cepat sitokin yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan
perdarahan DBD.7
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah
Dengue15
Menurut Jhon Gordon (1950) terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih
dari satu faktor (Multiple Causal), seperti agent, penjamu (host), dan lingkungan
(environment).
1) Faktor Agent
Agent bagi DBD adalah virus dengue. Virus dengue termasuk dalam
kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae dan mempunyai
4 serotipe. DEN-1 dan DEN-2 ditemukan di Irian ketika perang dunia ke
II, DEN-3 dan DEN-4 ditemukan di Filipina pada tahun 1953-1954. Virus
ini berbentuk batang, stabil pada suhu 70̊C, sensitive terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksisiklat. Keempat serotipe ditemukan pada
pasien di Indonesia dengan Dengue-3 merupakan tipe yang paling banyak.
10
2) Faktor Penjamu (Host)
Penjamu yang dimaksudkan adalah manusia yang kemungkinan menderita
DBD. Faktor manusia berhubung kait dengan perilaku dan peran serta
dalam kegiatan pemberantasan vektor pada masyarakat. Mobilitas
penduduk yang tinggi memudahkan penularan virus dengue. Faktor umur
dan
kekuatan
daya
tahan
tubuh
dari
serangan
penyakit
juga
mempengaruhi. Tambahan pula, faktor pendidikan mempengaruhi cara
berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan cara mengatasi
DBD.
3) Faktor Lingkungan
a) Sanitasi lingkungan dan kualitas pemukiman yang kurang baik
merupakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk vektor
penyakit dan pemularan penyakit.
b) Ketinggian tempat juga berpengaruh, pada ketinggian >1000 meter
dari permukaan laut, tidak ditemukan nyamuk Ae aegypti.
c) Air
hujan
menambahkan
takungan
air
sebagai
tempat
pertumbuhbiakan disamping menambahkan kelembapan udara.
Kelembapan dan temperatur sepanjang musim hujan sangat
kondusif bagi kelangsungan hidup nyamuk.
d) Virus dengue hanya endemis di wilayah tropis dimana iklim dan
temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk.
e) Kepadatan penduduk meningkatkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk vektor penyakit.
11
2.9. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah jika
diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan
adalah pemantauan baik secara klinis maupun hasil laboratorium. Kebocoran
plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4
hingga 6 sejak terjadinya demam. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan
berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi
cairan pada kondisi tersebut dikurangi secara bertahap. Selain pemantauan untuk
menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau tidak, pemantauan terhadap
kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun
asites juga perlu waspadai.
Cairan kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid
dapat diberikan. WHO menganjurkan pemberian kristaloid sebagai cairan
standard sebagai terapi DBD karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih
mudah didapat dan lebih murah. Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung
dari banyaknya kebocoran plasma. Pada kasus DBD derajat 1 dan 2, cairan
diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) adalah 3000-5000 ml/24 jam
pada pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, derajat 3 dan 4, diberikan cairan
secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan dan setelah
hemodinamik stabil, kecepatan cairan dikurangi secara bertahap sehingga kondisi
benar-benar stabil.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol,
serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin
ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko
terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum).
Terapi
non-farmakologi
yang
diberikan
adalah
tirah
baring
(pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang
12
cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran
cerna.16
2.10. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
1. Mengunakan ikan pemakan jentik untuk mengendalikan populasi larva vektor
DBD.
2. Partisipasi masyarakat dalam program 3M PLUS yaitu pertama menguras,
adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air
seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es dan lain-lain. Kedua, menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempattempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.
Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
3. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang utuk mengurangi kontak
nyamuk. Pemasangan kelambu pada waktu tidur dapat mencegah gigitan
nyamuk.8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue (DENV), yang membentuk dengue komplex dalam genu Flavivirus,
Famili Flaviviridae (Lindenbach et al., 2007)4
2.2. Etiologi Demam Berdarah Dengue
Virus yang menyebabkan DBD adalah flavivirus. Ada empat serotipe virus
iaitu DEN–1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini sensitif terhadap panas dan
rentan terhadap berbagai disinfektan yang umum termasuk etanol , natrium
hipoklorit , dan glutaraldehyde . Namun, virus ini stabil dalam darah kering dan
eksudat selama beberapa hari di kamar suhu. Setelah terinfeksi, vektor nyamuk
mengaktifkan virus kira-kira 1 hingga 4 bulan.6 Ke empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia dan Dengue-3 merupakan serotipe yang
paling luas dan kasus DBD yang berat dan disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan
Dengue -4.1
2.3. Vektor Penularan Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae aegypti dan Ae
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat diseluruh pelosok di Indonesia,
kecuali pada ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukann air laut. Nyamuk
Ae aegypti merupakan penyebar penyakit (vektor) DBD yang paling utama dan
efektif karena tinggal di sekitar kawasan penduduk. Nyamuk Ae albopictus
terdapat banyak di daerah perkebunan dan semak-semak.3 Ae aegypti adalah
spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara
garis lintang 35U dan 35S.7
5
2.4. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD pertama kali dijumpai di Filipina pada tahun 1953. Tiga dekad
kemudian kasus DBD sudah dapat ditemukan di banyak negara sebagai contoh
Kamboja, China, India dan sebagainya.7 Penderita DBD yang paling banyak
merupakan dari Asia. Sejak tahun 1968-2009, WHO mencatat Negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara8
Di Indonesia, kasus DBD pertama kali diduga di Surabaya pada tahun 1968.
Namun, konformasi pasti melalui isolasi diperoleh pada tahum 1970. Pada tahun
1972, DBD dilaporkan di Bandung dan di Yogyakarta. Pada tahun 1994, penyakit
DBD telah menyebar ke 27 provinsi di Indonesia.3
IR meningkat dari 0.05/100.000 pada tahun 1968 kepada 38-40/100.000 pada
tahun 2013. IR paling tinggi pada tahun 2010 dengan 86/100.000. CFR menurun
dari 41% pada tahun 1968 kepada 0.73% pada tahun 2013.
Dari tahun 1993, insidensi umur penderita yang paling banyak adalah antara
umur 5-14 tahun. Insidensi penderita berumur 15 tahun ke atas meningkat dengan
stabil dan terlihat penurunan insidensi pada anak-anak kecil sejak 1999.
Pada tahun 2013, 5 provinsi yang mempunyai IR yang tertinggi adalah Bali
(168.5/100,000), Jakarta (104.0/100,000), Yogyakarta (96.0/100,000), Kalimantan
Timur (92.7/100,000) and Sulawesi Tenggara (66.8/100,000).9
Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2008, persentase penderita laki-laki dan
perempuan hampir sama. Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki adalah
10.463 orang (53.78%) dan perempuan berjumlah 8.991 orang (46.23%).8
6
2.5. Gejala Klinik Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
2.5.1. Demam Dengue
Dengue adalah penyebab umum dari demam di daerah tropis.10 Setelah masa
inkubasi 2-7 hari , tiba-tiba mengalami demam. Demam biasanya disertai dengan
retro - orbital atau frontal sakit kepala . Mialgia dan nyeri tulang juga terjadi
segera setelah onset demam. Ruam makula sementara akan muncul disetai dengan
mual, muntah, limfadenopati, dan gangguan pengecapan. Gejala-gejala ini disertai
dengan leukopenia dan berbagai derajat trombositopenia. Setelah satu atau dua
hari penurunan suhu badan sehingga normal, ruam makulopapular generalisata
morbiliformis muncul kecuali pada bagian telapak tangan dan kaki. Pasien
biasanya pulih dari gejala tanpa komplikasi sekitar seminggu setelah timbulnya
penyakit .11
2.5.2. Demam Berdarah Dengue
DBD biasanya merupakan infeksi dengue sekunder , tetapi kadang-kadang
dapat terjadi setelah infeksi primer, terutama pada bayi. DBD adalah manifestasi
yang paling parah dari infeksi dengue . Di Asia Tenggara, kebanyakan kasus DBD
terlihat pada anak-anak. DBD biasanya dimulai dengan kenaikan suhu yang
mendadak dan gejala lain juga sama dengan demam dengue. Suhu badan tetap
tinggi dalam waktu 2 hingga 7 hari. Hepatomegali dan splenomegali yang kadangkadang terlihat terutama pada bayi. Manifestasi perdarahan adalah seperti pada tes
tourniquet positif dapat dijumpai petekia , ekimosis atau purpura, perdarahan dari
mukosa, hematemesis dan melena. Pada kasus DBD, perdarahan mungkin tidak
berkorelasi dengan jumlah trombosit dan biasanya terjadi setelah demam telah
hilang.12
7
2.6. Diagnosa Demam Berdarah Dengue
Gejala DBD sangat bervariasi, WHO 2011 membagi DBD kepada 4 derajat:13
Derajat I : Demam disertai manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif), bukti
rembesan plasma, trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Derajat II : Gejala-gejala derajat I, disertai perdarahan spontan.
Derajat III : Gejala-gejala derajat I atau II disertai dengan kegagalan sirkulasi
(nadi lemah, tekanan darah sempit ≤ 20mmHg), hipotensi, dan gelisah,
Derajat IV : Gejala-gejala derajat III disertai shock berat, nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (2011). Terdiri dari
kriteria klinis dan laboratorium.
2.6.1. Kriteria Klinis Demam Berdarah Dengue13
a) Demam tinggi mendadak (>39˚C), berlangsung terus -menerus selama 2-7
hari.
b) Tanda-tanda perdarahan ditandai dengan uji torniquet positif, petekia,
ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gingiva,
hematemesis dan melena.
c) Hepatomegali, pembesaran hati.
d) Tanda-tanda shock seperti nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
darah, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, pasien tampak gelisah.
8
2.6.2. Hasil Laboratorium Demam Berdarah Dengue13
a) Trombositopenia (20% dari normal)
c) Anemia
d) Effusi Pleura
2.7. Patogenesis dan Patofisiologi Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue berkembang biak dalam sel retikuloendotelial setelah masuk
dalam tubuh manusia. Terjadinya respon imun humoral maupun selular, antaranya
anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Pada infeksi pertama
dengue primer antibodi mulai terbentuk, pada infeksi sekunder kadar antibodi
meningkat.
Pada infeksi pertama, antibodi yang memiliki aktivitas netralisasi yang
mengenali protein E dan monoklonal antibody terhadap NS1, Pre M dan NS3, dari
virus akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi virus tersebut melalui
aktivitas netralisasi atau aktivasi komplemen. Akhirnya banyak virus dilenyapkan
dan penderita mengalami penyembuhan, terjadilah kekebalan seumur hidup
terhadap serotipe virus yang sama, tetapi apabila terjadi antibodi non-netralisasi
yang memiliki sifat memacu replikasi virus, keadaan pasien akan menjadi parah.
Infeksi kedua dipicu oleh virus dengue dengan serotipe yang berbeda, virus
dengue berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit atau
makrofag. Makrofag ini menanpilkan Antigen Presenting Cell (APC) yang
membawa
muatan
polipeptida
spesifik
yang
berasal
dari
Mayor
Histocompatibility Complex (MHC). 14
Pertama, peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan
plasma dari kompartmen vaskular. Keadaan ini mengakibatkan tanda-tanda shock
9
seperti hemokonsentrasi, tekanan darah rendah dan sebagainya apabila kehilangan
plasma yang banyak. Perubahan kedua adalah terjadinya gangguan pada
hemostasis seperti perubahan vaskular, trombositopenia dan koagulopati.
Temuan konstan pada DBD adalah aktivasi sistem komplemen, dengan
penurunan besar dalam kadar C3 dan C5. Fenomena perdarahan pada infeksi
dengue dan mediator yang mengakibatkan permeabilitas vaskular yang belum
pasti. Kompleks imun ditemukan pada DBD tetapi peran mereka belum jelas.
Peningkatan replikasi virus dalam makrofag oleh antibodi heterotipik
merupakan penunjang akan DBD. Pada infeksi sekunder dengan serotipe yang
berbeda dari penyebab infeksi primer, antibodi-virus dengue masuk ke dalam sel.
Reaksi-silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik diaktifkan. Aktivasi sel T dan
lisis monosit yang terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik menyebabkan
pelepasan cepat sitokin yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan
perdarahan DBD.7
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah
Dengue15
Menurut Jhon Gordon (1950) terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih
dari satu faktor (Multiple Causal), seperti agent, penjamu (host), dan lingkungan
(environment).
1) Faktor Agent
Agent bagi DBD adalah virus dengue. Virus dengue termasuk dalam
kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae dan mempunyai
4 serotipe. DEN-1 dan DEN-2 ditemukan di Irian ketika perang dunia ke
II, DEN-3 dan DEN-4 ditemukan di Filipina pada tahun 1953-1954. Virus
ini berbentuk batang, stabil pada suhu 70̊C, sensitive terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksisiklat. Keempat serotipe ditemukan pada
pasien di Indonesia dengan Dengue-3 merupakan tipe yang paling banyak.
10
2) Faktor Penjamu (Host)
Penjamu yang dimaksudkan adalah manusia yang kemungkinan menderita
DBD. Faktor manusia berhubung kait dengan perilaku dan peran serta
dalam kegiatan pemberantasan vektor pada masyarakat. Mobilitas
penduduk yang tinggi memudahkan penularan virus dengue. Faktor umur
dan
kekuatan
daya
tahan
tubuh
dari
serangan
penyakit
juga
mempengaruhi. Tambahan pula, faktor pendidikan mempengaruhi cara
berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan cara mengatasi
DBD.
3) Faktor Lingkungan
a) Sanitasi lingkungan dan kualitas pemukiman yang kurang baik
merupakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk vektor
penyakit dan pemularan penyakit.
b) Ketinggian tempat juga berpengaruh, pada ketinggian >1000 meter
dari permukaan laut, tidak ditemukan nyamuk Ae aegypti.
c) Air
hujan
menambahkan
takungan
air
sebagai
tempat
pertumbuhbiakan disamping menambahkan kelembapan udara.
Kelembapan dan temperatur sepanjang musim hujan sangat
kondusif bagi kelangsungan hidup nyamuk.
d) Virus dengue hanya endemis di wilayah tropis dimana iklim dan
temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk.
e) Kepadatan penduduk meningkatkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk vektor penyakit.
11
2.9. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah jika
diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan
adalah pemantauan baik secara klinis maupun hasil laboratorium. Kebocoran
plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4
hingga 6 sejak terjadinya demam. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan
berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi
cairan pada kondisi tersebut dikurangi secara bertahap. Selain pemantauan untuk
menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau tidak, pemantauan terhadap
kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun
asites juga perlu waspadai.
Cairan kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid
dapat diberikan. WHO menganjurkan pemberian kristaloid sebagai cairan
standard sebagai terapi DBD karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih
mudah didapat dan lebih murah. Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung
dari banyaknya kebocoran plasma. Pada kasus DBD derajat 1 dan 2, cairan
diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) adalah 3000-5000 ml/24 jam
pada pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, derajat 3 dan 4, diberikan cairan
secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan dan setelah
hemodinamik stabil, kecepatan cairan dikurangi secara bertahap sehingga kondisi
benar-benar stabil.
Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol,
serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin
ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko
terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum).
Terapi
non-farmakologi
yang
diberikan
adalah
tirah
baring
(pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang
12
cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran
cerna.16
2.10. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
1. Mengunakan ikan pemakan jentik untuk mengendalikan populasi larva vektor
DBD.
2. Partisipasi masyarakat dalam program 3M PLUS yaitu pertama menguras,
adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air
seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es dan lain-lain. Kedua, menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempattempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.
Ketiga, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
3. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang utuk mengurangi kontak
nyamuk. Pemasangan kelambu pada waktu tidur dapat mencegah gigitan
nyamuk.8