Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi Empiris pada Bank Pembangunan Daerah periode 2010-2015)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

LandasanTeori
Profitabilitas perbankan adalah suatu kondisi yang menggambarkan

kesanggupan atau kemampuan bank dalam mendapatkan laba (Malayu S.P.
Hasibuan, 1996).Profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu bank untuk
menghasilkan

laba

selama

periode

tertentu.

Kemampuan


bank

untuk

menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam
penilaian prestasi bank karena profitabilitas selain merupakan indikator
kemampuan bank menjalankan kewajiban juga merupakan cerminan dalam
penciptaan nilai bank yang menunjukkan prospek usahanya di masa yang akan
datang. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap
investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba bank tersebut.
Profitabilitas menjadi unsur yang penting diketahui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam bank untuk mengetahui kinerja maupun tingkat kesehatan
suatu bank. Tujuan penggunaan profitabilitas menurut Kasmir (2008:97) bagi
suatu perusahaan maupun pihak luar perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam waktu tertentu.
2. Untuk mengukur dan memberikan penilaian tentang kinerja perusahaan
dari tahun ke tahun.
3. Untuk mengukur produktifitas dana yang digunakan dalam perusahaan.

11

Universitas Sumatera Utara

Peran bank sebagai lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan bisnis melalui
lalu lintas peredaran uang menyebabkan profitabilitas menjadi faktor kunci
keberhasilan usaha perbankan. Profitabilitas akan mempengaruhi kebijakan para
investor atas investasi yang dilakukan dimana kemampuan bank untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya
guna memperluas usahanya. Sedangkan bagi bank itu sendiri profitabilitas dapat
digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan bank dalam menjalankan
fungsinya.
Profitabilitas bank tergambar dalam rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas
adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur dan menganalisis tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Selain itu, rasiorasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan
timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan
timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos
pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam
mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis
rasio rentabilitas terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
Net Profit Margin dan rasio biaya operasional (Dendawijaya, 2003).

2.1.1

Return On Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

12
Universitas Sumatera Utara

dengan mengandalkan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut
Bank Indonesia, ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
rata-rata total asset dalam suatu periode. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran
kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha suatu
bank. Dalam kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan memberikan score
maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA > 1,5% (Hasibuan, 2008).
Rasio ROA pada bank dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank
dalam memperoleh profitabilitas dan kemampuan menjalankan kegiatan usaha
bank secara efisien. Semakin besar nilai rasio ROA menunjukkan bank memiliki

tingkat rentabilitas yang semakin baik dan sehat. Kondisi ini juga menunjukkan
semakin baiknya tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank.
Total asset yang biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah
jumlah aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga
seperti sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam
saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan
penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2003).
Rasio ROA dihitung dengan menggunakan rumus:

Rasio ROA yang bernilai positif menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan
untuk operasional bank mampu memberikan laba bagi bank tersebut. Sedangkan

13
Universitas Sumatera Utara

ROA yang bernilai negatif menunjukkan total aktiva yang digunakan tidak
mampu memberikan keuntungan (rugi).
2.1.2

Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) atau sering disebut tingkat pengembalian modal

merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
besarnya keuntungan yang diperoleh suatu bank yang berasal dari modal
sendiri.Return on Equity merupakan perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri
yang menghasilkan laba dilain pihak (Bambang Riyanto,2001:44). Analisis
terhadap rasio ROE bermanfaat sebagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan investasi. ROE juga mengindikasikan tingkat kesehatan suatu bank.
Menutur Agnes Sawir (2003:3) ROE dapat mengukur kemampuan menejemen
perusahaan dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan
berbagai income.
Semakin tinggi tingkat pengembalian modal yang dikelola oleh bank maka
semakin baik kesehatan bank tersebut. Selain itu kondisi ROE yang stabil juga
akan

meningkatkan

kepercayaan


masyarakat

maupun

investor

terhadap

kredibilitas suatu bank. Rasio ROE dihitung dengan menggunakan rumus:

Dari formula diatas dapat dilihat bahwa rasio ROE menghubungkan laba bersih
yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang

14
Universitas Sumatera Utara

dimiliki. Peningkatan rasio ROE akan meningkatkan pendapatan para pemegang
saham sehingga akan berdampak pada peningkatan harga saham.
2.2


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

2.2.1

Net Interest Margin (NIM)
Menurut surat edaran BI No.3/30DNP tanggal 14 Desember 2001, NIM

diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva
produktif. NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga yang diperoleh dari
pinjaman yang disalurkan oleh bank (Interest income) dikurangi dengan biaya
bunga yang menjadi beban bank dari sumber dana yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh bank (Interest expenses) dibagi dengan

rata-rata aktiva

produktif (Average Interest Earning Assets) yang berupa penanaman dana bank
baik dalam valas maupun rupiah dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan
dana antar bank, dan penyertaan saham (Riyadi, 2006).
NIM digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Semakin besar rasio ini maka akan menunjukkan meningkatnya pendapatan bunga
yang diperoleh atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil dan
menunjukkan keuntungan bank juga meningkat (Almilia dan Herdiningtyas,
2005). Rasio NIM juga dapat menunjukkan kemampuan kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan bank juga bergantung dari selisih
bunga dari kredit yang disalurkan dengan bunga simpanan yang harus dibayarkan

15
Universitas Sumatera Utara

bank. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%.
Menurut Koch dan Scott (2000), NIM penting untuk mengevaluasi kemampuan
bank dalam mengelola resiko terhadap suku bunga dimana saat suku bunga
berubah maka pendapatan bunga dan biaya bunga bank juga akan berubah.
NIM diukur dengan menggunakan rumus:

2.2.2

Loan To Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit ratio adalah rasio keuangan perbankan yang berkaitan

dengan aspek likuiditas.LDR merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan
antara jumlah dana yang disalurkan masyarakat dalam bentuk kredit dengan dana
yang yang dimiliki oleh bank. Rasio ini dapat menggambarkan bagaimana
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagai
sumber likuiditasnya (Mulyono,2001). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, Loan to Deposit Ratio(LDR) dapat diukur
dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap danak
pihak ketiga.
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain seberapa jauh
penyaluran kredit yang diberikan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban

16
Universitas Sumatera Utara

bank untuk memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya

yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Menurut Surat edaran Bank
Indonesia tanggal 29 Mei 1993, yang termasuk dalam pengertian dana yang
diterima bank adalah sebagai berikut :
a. Kredit likuiditas bank indonesia (KLBI) (jika ada).
b. Giro, deposit, dan tabungan masyarakat.
c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih 3 bulan.
e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank berjangka waktu lebih dari 3
bulan.
f. Modal pinjaman.
g. Modal inti.
Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank yang sudah
ditarik atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada
bank lain (Sinungan,2000). Untuk menghitung nilai LDR, dapat menggunakan
suatu persamaan yang telah ditetapkan dalam Bank Indonesia, yaitu :

Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan
bank. Jika bank tidak mempu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun
banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2008). Besarnya

standar nilai LDR menurut bank indonesia adalah antara 85%-100%.

17
Universitas Sumatera Utara

Faktor ekspansi kredit yang ditunjukkan dengan rasio LDR sangat penting
bagi bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya dengan tujuan untuk
memperoleh laba yang didapat dari selisih penerimaan bunga kredit dengan beban
bunga simpanan. Dengan peningkatan dan pengolahan penyaluran kredit yang
baik akan mendorong suatu bank untuk meningkatkan kemampuannya dalam
memperoleh profitabilitas.
2.2.3

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

biasanya digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya,2003). Keberhasilan bank
didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur
dengan menggunakan BOPO.
Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk
mengukur kemampuan menejemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005). Hal ini disebabkan setiap peningkatan operasi akan
berakibat pada menurunnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan
profitabilitas bank yang bersangkutan. BOPO berguna untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank adalah sebagai perantara menghimpun dan menyalurkan

18
Universitas Sumatera Utara

dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya,2003).
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,
BOPO dihitung dengan rumus :

Dimana berdasarkan rumus diatas yang dimaksudakan dengan biaya
operasi adalah seluruh biaya yang digunakan bank untuk menjalankan usaha
pokoknya. Sedangkan yang dimaksudkan dengan pendapatan operasional
merupakan pendapatan utama bank.Standar yang diberikan Bank Indonesia untuk
rasio BOPO adalah dibawah 90%. Rasio ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Jika rasio
BOPO meningkat mencerminkan kurangnya bank dalam mengelola usahanya
2.2.4 Non Performing Loan (NPL)
Salah satu dari risiko perbankan adalah risiko kredit dimana resiko kredit
didefinisikan sebagai risiko yang timbul akibat counterpart yang tidak dapat
memenuhi kewajibannya. Adanya berbagai sebab, menimbulkan debitur tidak
dapat memenuhi kewajibannya kepada bank dan menyebabkan kerugian pada
bank dengan tidak diterimanya penerimaan yang sudah diperkirakan.
Non Performing Loan (NPL) mencerminkan kredit bermasalah yang
dihadapi oleh bank. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang

19
Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank (Herdiningtyas,2005).
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, Bank
Indonesia menetapkan bahwa bank yang sehat memiliki nilai NPL dibawah 5%.
Semakin rendah presentase rasio NPL, maka semakin kecil pula resiko kredit
yamg ditanggung oleh pihak bank.

hal ini disebabkan karena dana yang

disalurkan bank kepada pihak ketiga dapat kembali kepada bank ditambah
denganprofit bank atas penyaluran dana tersebut. Perhitungan rasio Non
Performing Loan (NPL) adalah sebgai berikut :

Tingkat NPL dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kemauan dari debitur untuk
menlunasi pinjaman yang diterima dari bank, kebijakan yang dikeluarkan
pemerinta dan Bank Indonesia seperti kebijakan tentang tingkat BI rate serta
kondisi perekonomian yang juga dapat mempengaruhi tingakt NPL pada
perbankan.
2.2.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto mencerminkan tentang kondisi ekonomi
di suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Menurut Badan Pusat Statistik,
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB sebagai

20
Universitas Sumatera Utara

salah satu indikator ekonomi memuat berbagai instrumen ekonomi yang
didalamnya terlihat keadaan makro ekonomi di suatu daerah dengan pertumbuhan
ekonominya, income perkapita dan instrumen lainnya.
Dalam penyajiannya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu PDRB
berdasarkan harga berlaku dan PDRB berdasarkan atas harga konstan. PDRB
berdasarkan harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun. Sedangkan PDRB
berdasarkan harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
dasar. Berdasarkan harga barang berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
2.3

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama
Judul
Peneliti dan
Tahun
Penelitian

Variabel

Hasil

1..

Variabel
dependen:
ROA

- Variabel CAR berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap
ROA.

Gatot Nazir Determinan
Ahmad
Profitabilitas
(2015)
Bank:
Studi
Kasus
pada
Bank
Pembangunan
Daerah

Variabel
independen:
CAR,
BOPO,

- Variabel LDR berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap
ROA.

- Varibel BOPO berpengaruh
LDR, negatif
signifikan
terhadap
NPL, ROA.

21
Universitas Sumatera Utara

NIM

- Variabel NPL berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
ROA.
- Variabel NIM berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.

2.

Syafri (2012)

Factors
Variabel
Affecting Bank dependen:
Profitability in ROA
Indonesia
Variabel
independen:
Bank
size,
Bank
loans,
total equity to
total
assets,
NPL,
Net
Interest
Income (NII),
BOPO,
Economic
growth,
inflation

3.

4.

Yusti
Agistiara
(2011)

Analisis Faktorfaktor
yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
Perbankan Go
Public

Variabel
dependen:
ROA

- Variabel bank loans, total
equity to total assets dan NPL
berpengaruh positif terhadap
ROA.
- Variabel inflation, bank size
dan BOPO berpengaruh negatif
terhadap ROA.
- Variabel economic growth dan
NII tidak berpengaruh terhadap
ROA.

- Variabel CAR, NIM dan
BOPO
berpengaruh
positif
signifikan terhadap ROA.
- Variabel NPL berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
ROA.

Variabel
independen:
CAR,
NPL, - Variabel LDR berpengaruh
LDR, BOPO negatif tidak signifikan terhadap
dan NIM
ROA.

Deger Alper Bank Specific Variabel
&
Adem and
dependen:
Anbar (2011) Macroeconomic ROA, ROE
Determinants of

Variabel
Bank
size
berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA dan ROE.

22
Universitas Sumatera Utara

Commercial
Bank
Profitability:
Empirical
Evidence from
Turkey

5.

Sehrish Gul,
Faiza Irshad
&
Khalid
Zaman
(2011)

Factors
Affecting Bank
Profitability in
Pakistan

Variabel
independen:
Bank
size,
CAR,
liquidity, Asset
quality,
Deposit, NIM,
NII,
GDP,
Inflation,
Interest rate

Variabel
dependen:
ROA,
ROE,
return
on
capital
employed
(ROCE) and
NIM

Variabel
asset
quality
berpengaruh negatif signifikan
terhadap ROA,
- Variabel NII berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.
Variabel
interest
rate
berpengaruh positif signifikan
terhadap ROE.
- Variabel CAR, deposit, NIM,
GDP dan Inflation tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas bank.
Variabel
bank
size
berpengaruh positif signifikan
terhadap ROA dan ROE.
- Variabel deposits berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA
dan berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap ROE.
- Variabel loans berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA
dan berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap ROE.

Variabel
independen:
Bank
size,
capital, loans - Variabel GDP berpengaruh
dan
deposit, positif signifikan terhadap ROA
GDP, Inflation dan ROE.
- Variabel Inflation berpengaruh
langsung terhadap ROA dan
berpengaruh
positif
tidak
signifikan terhadap ROE.
- Variabel capital ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA dan berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROE.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

23
Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konseptual
Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan teoritis dan hasil penelitian
sebelumnya

yang telah

menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

profitabilitas perbankan, maka dibuat model kerangka konseptual sebagai berikut :

NIM
ROA
LDR

BOPO

ROE

NPL

PDRB

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Net Interest Margin(NIM) merupakan hasil dari perbandingan antara
pendapatan bunga bersih bank dengan rata-rata aktiva produktif yang dimiliki
bank. Pendapatan bunga bersih yang dimaksud merupakan hasil pengurangan dari
pendapatan bunga yang diterima bank dengan biaya bunga yang menjadi beban
bank. Rata-rata aktiva produktifnya merupakan rata-rata dari penerimaan dana
yang diterima bank dan dipakai untuk kegiatan dalam menghasilkan keuntungan

24
Universitas Sumatera Utara

bagi bank. NIM berhubungan positif terhadap profitabilitas bank, dimana jika
NIM naik menunjukkan bahwa pendapatan bunga yang diterima oleh bank lebih
besar dibanding dengan beban bunga dan rata-rata aktiva yang dipakai bank dalam
menghasilkan keuntungan yang secara otomatis akan mempengaruhi tingkat ROA
dimana bank mampu menggunakan aktiva secara optimal. Begitu jika jika NIM
naik akan meningkatkan kemampuan bank dalam pengembalian dana kepada
pemilik modal yang berarti mempunyai hubungan terhadap ROE. Begitu juga
sebaliknya jika tingkat NIM turun akan berpengaruh terhadap ROA dan ROE.
Loan to Deposit Ratio(LDR) merefleksikan kemampuan bank dalam
pengelolaan penyaluran kredit. LDR merupakan perbandingan antara jumlah
kredit yang disalurkan oleh bank dengan total dana pihak ketiga yang diterima
oleh bank. Salah satu kegiatan utama dari bank adalah menyalurkan kredit yang
berarti kegiatan ini juga menjadi pendapatan utama bagi bank. LDR juga dapat
mecerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Jika bank menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan
menguntungkan, namun dengan harapan seluruh fasilitas pinjaman yang diberikan
bank dapat kembali. Namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik
dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang
dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank
juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan. Maka hubungan LDR dengan profitabilitas bank dapat berupa
hubungan yang searah ataupun hubungan timbal balik.

25
Universitas Sumatera Utara

BOPO adalah perbandingan antara total biaya operasional yang
dikeluarkan bank untuk menjalankan kegiatan operasional yang dilakukan dan
dibutuhkan bank dengan total pendapatan operasional yang dihasilkan dari
kegiatan opersional bank dalam mengasilkan keuntungan. Jika biaya operasional
yang dikeluarkan bank lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima bank, akan
meningkatkan BOPO namun dalam hubungannya dengan profitabilitas, akan
menurunkan profitabilitas yang diterima bank karna biaya yang harus dikeluarkan
lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Hal ini berarti BOPO
berhubungan timba balik terhadap ROA dan ROE.
Non Performing Loan (NPL) merefleksikan kualitas dari penyaluran aset
bank. Tingginya rasio NPL mengindikasikan risiko kredit yang tinggi. Hal ini
menyebabkan hubungan NPL terhadap profitabilitas adalah negatif. Tingginya
NPL menunjukkan ketidakmampuan bank dalam proses penilaian sampai dengan
pencairan kredit pada debitur. Meningkatnya NPL jika dibiarkan secara terus
menerus akan memberikan pengaruh negatif pada bank salah satunya adalah
meningkatnya resiko kegagalan pengembalian fasilitas yang diberikan bank
tersebutdan akan mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank. Sehingga
tingginya tingkat NPL pada suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank
dalam hal ini diproksikan dengan ROA dan ROE dimana bank gagal dalam
mengelola penerimaan dana yang mereka miliki.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang
mencerminkan tingkat kegiatan makro ekonomi dalam suatu daerah. Jika laju
pertumbuhan PDRB meningkat akan mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi
26
Universitas Sumatera Utara

disuatu daerah tersebut juga meningkat dimana seluruh unit kegiatan ekonomi
menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini akan memicu unit-unit kegiatan
ekonomi untuk menambah modal mereka demi peningkatan ataupun kelancaran
kegiatan ekonomi mereka dan peranan bank sebagai penyedia dan penyalur dana
dalam hal inipun akan sangat berperan. Peningkatan PDRB akan mempengaruhi
minat masyarakat dan unit usaha untuk menggunakan fungsi bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana. Hal ini akan berpengaruh terhadap profitabilitas
bank dimana modal dari dana pihak ketiga akan meningkat dan juga
meningkatnya pendapatan berupa bunga dari hasil fasilitas pinjaman yang
diberikan bank. Maka PDRB akan berpengaruh positif dalam meningkatkan
keuntungan bank.
2.5

Hipotesis Penelitian
Pada penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Profitabilitas Perbankan(Studi empiris pada Bank Pembangunan Daerah periode
2010-2015)” ini dapat dibangun hipotesis kerangka konseptual sebagai berikut:


H1

= NIM berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.



H2

= LDR berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.



H3

= BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.



H4

= NPL berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.



H5

= PDRB berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.

27
Universitas Sumatera Utara