Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

A. Pengertian Kontrak
Dalam praktik kehidupan pengertian kontrak atau perjanjian terkadang
dipahami secara keliru / rancu. Banyak sekali pelaku bisnis mencampuradukkan
kedua istilahtersebut seolah merupakan pengertian yang berbeda. Burgerlijk
wetboek /BWmenggunakan istilah overenkomst atau contrack untuk pengertian
yang sama. Hal ini secara jelas dapat disimak dari judul Buku III title Kedua
tentang “Perikatan-perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Perjanjian” yang dalam
bahasa aslinya (Belanda), yaitu : “Van verbintenissen die uit contract of
Overeenkomst geboren worden”. Pengertian ini juga didukung pendapan banyak
sarjana, antara lain :Hofmann, j.Satrio, Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena
Pohan, Mariam Darus Badrulzaman, Purwahid Patrik, Tirtodiningrat dan Jacob
Hans Niewenhuis yang menggunakan istilah kontrak dan perjanjian dalam
pengertian yang sama. 7
Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian ini , saya sependapat
dengan beberapa sarjana tersebut diatas yang memberikan pengertian yang sama
antara kontrak dengan perjanjian . karena disebabkan fokus kajian saya
berlandaskan pada perspektif Burgerkijk Wetboek (BW),


dimana antara

7

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian asas Proporsionalitas dalam kontrak
Komersil, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, Hal . 13

13

Universitas Sumatera Utara

14

perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) mempunyai pengertian yang sama
dengan kontrak (contract). Selain itu, dalam praktik kedua istilah tersebut juga
digunakan dalam kontak Komersil, misal : Perjanjian Waralaba , Perjanjian sewa
guna usaha, kontrak kerjasama, kontrak kerja kontruksi . oleh karena itu , dalam
penelitian ini kedua istilah tersebut akan digunakan bersama-sama , hal ini bukan
berarti menunjukkan adanya inkonsistensi penggunaan istilah pada diri Penulis
terhadap penggunaan istilah, namun semata-mata untuk memudahkan pemahaman

terhadap rangkaian kalimat yang disusun.
Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang
dimaksud dengan Perjanjian adalah “suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Para sarjana menyatakan bahwa rumusan Pasal 1313 KUHPerdata diatas
memiliki banyak kelemahan ,salah satunya adalah Abdul Kadir Muhammad .
Abdul Kadir Muhammad menyatakan kelemahan-kelemahan Pasal 1313
KUHPerdata adalah sebagai berikut : 8
1. Hanya menyangkut sepihak saja
Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih . Kata mengikatkan
sifatnya hanya datang dari satu pihak saja tidak dari dua pihak .
seharusnya dirumuskan saling mengikatkan diri jadi ada consensus
antara pihak-pihak .
8

Apit Nurwidijanto, Pelaksanaan perjanjian pemborongan Bangunan Pda PT.Puri
Kencana Mulyapersada di Semarang , Tesis , Ilmu Hukum , Universitas Diponegoro,2007, hal .14

Universitas Sumatera Utara


15

2. Kata pembuatan mencakup juga tanpa consensus
Arti perbuatan termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa
kuasa, tindakan melawan hukum yang tidak mengandung consensus.
Seharusnya dipakai kata persetujuan .
3. Tanpa menyebut tujuan
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut tidak disebutkan tujuan
mengadakan perjanjian , sehingga para pihak yang mengikatkan diri
tidak memiliki tujuan yang jelas untuk apa perjanjian tersebut dibuat.
4. Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal 1313 KUHPerdata terlalu luas
karena mencakup juga pelangsungan perkawinan dan janji perkawinan
yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.
Sehubungan dengan hal diatas tersebut , maka defenisi perjanjian atau
kontrak perlu diperbaiki menjadi : 9
1. Perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu
perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum
2. Menambahkan perkataan atau saling mengikatkan dirinya dalam Pasal

1313 KUHPerdata.
Pengertian yang lengkap dan sempurna mengenai pengertian atau defenisi
dari perjanjian sangatlah sulit untuk kita dapatkan karena masing-masing sarjana
mempunyai pendapat yang berbeda-beda , untuk itu agar mempermudah

9

Ibid , hal.15

Universitas Sumatera Utara

16

pengertian kontrak dari para sarjana maka ada beberapa pendapat yang
dikemukakan sebagai berikut :
1. Menurut Tan Kamelo
“Perjanjian atau kontrak adalah suatu hubungan hukum antara dua
orang atau lebih yang didasarkanpada kata sepakat dengan tujuan
untuk menimbulkan akibat hukum”.
2. Menurut R. Subekti :

“suatu kontrak adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanjia kepada
seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal”. 10
3. Menurut Sudikno Mertokusumo :
“Kontrak adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum dimana
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban dalam suatu
kontrak tersebut”. 11

Berdasarkan defenisi diatas terlihat bahwa dalam suatu perjanjian itu akan
menimbulkan suatu hubungan hukum dari para pihak yang membuat kontrak.
Masing-masing pihak terikat satu sama lain dan menimbulkan hak dan kewajiban
diantara para pihak yang membuat perjanjian . sedangkan dalam praktiknya bukan
hanya orang perorangan saja yang membuat kontrak/perjanjian , namun termasuk
juga badan hukum yang merupakan subyek hukum. Dengan kata lain kontrak
10
11

Ibid, hal. 16
Ibid


Universitas Sumatera Utara

17

adalah suatu perjanjian antara para pihak (dua pihak atau lebih) yang saling
mengikat dirinya untuk melakukan suatu perbuatan hukum dalam bidang harta
kekayaan. 12
Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum Perjanjian/kontrak
dapat di kemukakan sebagai berikut :

13

1. Adanya kaidah hukum
Kaidah hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam , yakni
tertulis dan tidak tertulis . Kaidah hukum dalam perjanjian tertulis
adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat didalam peraturan
perundang-undangan , traktat dan yurisprudensi . Sedangkan kaidah
hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang
timbul , tumbuh , dan hidup dalam masyarakat , seperti : jual beli

tahunan, jual beli lepas, dan lain sebagainya . Konsep-konsep hukum
ini berasal dari hukum adat.
2. Subyek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson
diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban . dalam hal ini yang
menjadi subjek hukum dalam kontrak adalah kreditur dan debitur .
Kreditur adalah orang yang berpiutang , sedangkan debitur adalah
orang yang berutang.
3. Adanya prestasi

12

Ady Wibowo Sunarto. Hukum kontrak Terapeutik di Indonesia, Medan : Pustaka Bangsa Press,
2009, Hal.7
13
Salim H.S. Hukum Kontrak : Teori & Teknik Penyusunan Kontrak , Cet.II. Jakarta
:Sinar Grafika ,2004 , Hal.4.

Universitas Sumatera Utara


18

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban
debitur . suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut : memberikan sesuatu ; berbuat sesuatu ; tidak berbuat sesuatu.
4. Kata ssepakat
Didalam Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat syah nya
perjanjian seperti dimaksud diatas , dimana salah satunya adalah kata
sepakat (konsensus). Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan
kehendak antara para pihak.
5. Akibat Hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan
akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.
Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan perjanjian ,
sedangkan perjanjian merupakan perikatan . atau dengan kalimat lain, bila
defenisi dari pasal 1313 KUHPerdata tersebut kita hubungkan dengan maksud
dari Pasal 1233 KUHPerdata , maka dapat terlihat pengertian dari perikatan,
karena perikatan dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.

B. Jenis-jenis Kontrak

Para ahli yang ada didalam bidang kontrak tidak ada kesatuan pandangan
defenisi terhadap pembagian kontrak . masing-masing ahli mempunyai
pandangan yang berbeda-beda antara yang satu dengan ahli lainnya. Ada
ahli yang mengkaji dari sumber hukumnya , bentuknya, namanya, aspek
kewajibannya, maupun aspek sisi larangannya.

14

14

Menurut syaifuddin

Ibid , Hal, 17

Universitas Sumatera Utara

19

kontrak sendiri dapat dibedakan menurut berbagai aspek(tinjauan), sehingga
timbullah berbagai jenis kontrak.

Jenis-jenis kontrak yang dikenal secara teoritik , dogmatik dan praktik
hukum kontrak dapat kita jelaskan sebagai berikut ini : 15
1. Kontrak

menurut

Persyaratan

dan

Proses

Terjadinya

/

Terbentuknya
Kontrak menurut persyaratan dan proses terjadinya / terbentuknya ,
dapat dibedakan menjadi tiga jenis kontrak , yaitu : 16
a. Kontrak riil

Kontrak riil yaitu kontrak yang memerlukan kata sepakat ,
tetapi menurut barangnya pun harus diserahkan . Misalnya ,
kontrak penitipan barang menurut pasal 1741 KUHPerdata dan
kontrak pinjam mengganti menurut Pasal 1754 KUHPerdata.
b. Kontrak Konsensual
Kontrak konsensual yaitu kontrak yang dianggap sah jika
terjadi sepakat antara para pihak yang membuat kontrak .
misalnya , kontrak jual beli menurut pasal 1457 KUHPerdata
terjadi sepakat mengenai barang dan harganya.
c. Kontrak formil
Kontrak formil yaitu suatu kontrak yang memerlukan kata sepakat,
tetapi undang-undang mengharuskan kontrak tesebut dibuat dalam
bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh atau
15
16

Muhammad Syaifuddin, Op. Cit, Hal , 147.
Ibid, Hal , 147 – 148.

Universitas Sumatera Utara

20

dihadapan pejabat umum, yaitu Notaris atau pejabat pembuat akta
tanah. Contohnya, kontrak jaminan Fidusia menurut pasal 5 ayat
(1) UU. No. 42 Tahun 1999 harus dalam bentuk akta notaris.

2. Kontrak Menurut Sifat dan akibat Hukumnya
Kontrak dapat dibagi menurut sifat dan akibat hukum yang
ditimbulkannya , yang terdiri dari : 17
a. Kontrak

di

bidang

hukum

keluarga

(familierechtelijke

Overeenkomst)
Kontrak dibidang hukum keluarga adalah perkawinan yang
merupakan contractus sui generis , yang didasarkan atas persetujuan
kedua calon mempelai yang mengandung beberapa aspek , yaitu : 1)
persetujuan untuk menikah adalah perbuatan hukum ; 2) hubungan
hukum yang timbul di antara para pihaknya; 3) peristiwa hukum
yang hampir seluruhnya diatur dalam undang-undang dan bersifat
memaksa ; dan 4) terikatnya para pihak selama mereka berada dalam
ikatan perkawinan.
b. Kontrak Kebendaan ( zakelijke Overeenkomst)
Kontrak

kebendaan

adalah

kontrak

yang

dibuat

dengan

mengindahkan peraturan perundang-undangan ; timbul karena
kesepakatan dari dua pihak atau lebih yang saling mengikatkan diri;

17

Ibid, Hal. 148 – 149 .

Universitas Sumatera Utara

21

dan ditunjukkan untuk menimbulkan, beralih, berubah , atau
berakhirnya suatu hak kebendaan .
c. Kontrak mengenai Pembuktian (bewijs Overeenkomst)
Kontrak ini terbentuk karena adanya kesepakatan dari para pihak
yang bertujuan membatasi ketentuan mengenai cara atau alat
pembuktian atau menghindari pengajuan perlawanan pembuktian
(tegenbewijs), sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, dan kesusilaan yang baik.
d. Kontrak besifat Kepublikan (publiekrechtelijke Overeenkomst)
Kontrak ini timbul karena adanya kesepakatan dari dua pihak atau
lebih, yang satu atau yang kedua para pihak tersebut adalah badan
hukum pubik yang berwenang membuat kontrak dibidang hukum
privat dan berwenang melaksanakan semua hak dan kewenangan
yang dimilikinya , kecuali dilarang oleh undang-undang, negara ,
provinsi, kabupaten/kota yang merupakan badan hukum publik dapat
melakukan tindakan dibidang hukum privat , misalnya : membeli
menjual , menyewakan, meminjam atau meminjamkan sserta
mendirikan badan hukum privat .
e. Kontrak Obligatoir (obligatoire Overeenkomst)
Kontrak Obligatoir menurrut Pasal 1313 KUHPerdata Jo. Pasal
1349 KUHPerdata, adalah kontrak yang timbul karena kesepakatan
dari dua pihak atau lebih dengan tujuan timbulnya perikatan untuk
kepentingan yang satu dengan atas beban yang lain atau timbal balik.

Universitas Sumatera Utara

22

3. Kontrak Menurut

Hak dan Kewajiban para Pihak yang

Membuatnya
Kontrak menurut hak dan Kewajiban para pihak yang membuat nya
terdiri dari 2 jenis kontrak , yaitu : 18
a. Kontrak timbal balik
Adalah kontrak yang meletakkan hak dan kewajiban para pihak yang
membuatnya terdiri dari dua pihak yang membuat kontrak . misalnya
, dalam kontrak jual beli menurut pasal 1457 KUHPerdata , pihak
penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak
mendapatkan bayaran , sebaliknya pihak pembeli berkewajiban
membayar harga barang dan berhak menerima barangnya.
b. Kontrak sepihak
Adalah kontrak yang meletakkan kewajiban pada satu pihak saja .
Misalnya, dalam kontrak hibah menurut Pasal 1666 KUHPerdata,
kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan barang
sedangkan penerima hibah hanya berhak menerima barang yang
dihibahkan , tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang
dihibahkan.
4. Kontrak menurut Penamaan dan Sifat Pengaturan Hukumnya
Kontrak menurut penamaan dan sifat pengaturan hukumnya dapat
dibedakan menjadi dua jenis kontrak , yaitu : 19

18

Ibid , Hal. 149 – 150.

Universitas Sumatera Utara

23

a. Kontrak Bernama
Kontrak bernama (onbenoemde contract atau nominaat conract)
adalah kontrak yang mempunyai nama sensiri yang telah diatur
secara khusus dalam KUHPerdata Bab V sampai dengan Bab XVIII.
Misalnya , kontrak jual beli , kontrak sewa menyewa , kontrak hibah,
kontrak tuka-menukar , kontrak persekutuan perdata , kontrak untuk
melakukan pekerjaan, kontrak tentang perkumpulan, kontrak
penitipan barang, kontrak pinjam pakai, kontrak pinjam meminjam,
kontrak pemberian kuasa, kontrak penanggungan hutang, kontrak
bunga tetap atau bunga abadi, kontrak untung-untungan, dan kontrak
perdamaian.
b. Kontrak Tidak Bernama
Kontrak tidak bernama (onbenoemde contract atau innominaat
contract) adalah kontrak yang tidak diatur secara khusus dalam
KUHPerdata , tetapi timbul dan berkembang dimasyaarakat
berdasarkan asas kebebasan untuk membuat kontrak menurut Pasal
1338 KUHPerdata . jumlah kontrak ini tidak terbatas dengan nama
yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang membuatnya .
misalnya , kontrak pembiayaan konsumen , kontrak sewa guna usaha
, kontrak anjak piutang , kontrak modal ventura , kontrak waralaba,
kontrak lisensi hak kekayaan intelektual dan lain-lain.

19

Ibid , Hal . 150.

Universitas Sumatera Utara

24

Dilihat dari aspek pengaturan hukumnya, kontrak tidak bernama
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 20
1) Kontrak

tidak

bernama

yang

diatur

secara

khusus

dandituangkan dalam bentuk undang-undang dan / atau telah
diatur dalam pasal-pasal tersendiri. Misalnya , kontrak
production sharing yang diatur dalam UU No. 22 tahun 2001
tentang minyak dan gas Bumi, dan kontrak konstuksi yang
diatur dalam UU No. 18 tahun 1999 tentang jasa kontruksi,
dan lain-lain.
2) Kontrak tidak bernama yang diatur dalam pengaturan
pemerintah, misalnya, kontrak waralaba (franchise) yang
diatur dalam peraturan pemerintah No. 42Tahun 2007
tentang waralaba.
3) Kontrak tidak bernama yang belum diatur atau belum ada
undang-undangnya di Indonesia, misalnya, kontrak Rahim (
surrogate mother).
Vollmar mengemukakan kontrak jenis yang ketiga antara bernama
dan tidak bernama , yaitu kontrak campuran , ialah kontrak yang tidak
hanya meliputi oleh ajaran umum ( tentang kontrak ) dalam Titel I, Titel
II,

dan Titel IV (KUHPerdata). Namun , dalam kontrak itu terdapat

ketentuan-ketentuan khusus yang menympang dari ketentuan umum.
Contoh kontrak campuran, pengusaha sewa rumah penginapan (hotel)

20

Ibid. Hal. 150.

Universitas Sumatera Utara

25

menyewakan kamar-kamar (kontrak sewa menyewa ), tetapi juga
menyediakan makanan (jual beli), dan menyediakan pelayanan (perjanjian
untuk melakukan jasa-jasa). 21
Kontrak campuran disebut juga dengan contarctus sui generis, artinya
norma-norma hukum khusus kontrak dapat diterapkan secara analogi yang
berstandar pada teori Absorpsi. Kontrak campuran sebenarnya timbul dan
berkembang dalam praktk sehubungan dengan adanya ketentuan
enumerative dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang menentukan bahwa
“suatu kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang tegas menyatakan
didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat kontrak
diharuskan oleh kepatutan, kebiasan atau undang-undang.

22

5. Kontrak Menurut Keuntungan Satu atau Lebih Pihak dan Adanya
Prestasi pada Satu atau lebih Pihak Lainnya.
Kontrak menurut keuntungan satu atau lebih pihak dan adanya
prestasi pada satu pihak lainnya dapat dibedakan menjadi dua jenis
kontrak yaitu : 23
a. Kontrak dengan Cuma-Cuma
Kontrak dengan Cuma-Cuma adalah kontrak menurut pasal 1314
ayat (1) KUHPerdata yaitu “suatu kontrak dengan mana pihak yang
satu memberikan suatu keeuntungan kepada pihak lain , tanpa
menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri”. Contohnya , kontrak
21

Ibid. Hal. 151.
Ibid, Hal. 152.
23
Muhammad Syaifuddin , Loc. Cit
22

Universitas Sumatera Utara

26

pinjam pakai, kontrak hibah, kontrak pinjam meminjam tanpa bunga
dan kontrak penitipan barang tanpa biaya.
b. Kontrak atas beban
Kontrak atas beban adalah kontrak menurut Pasal 1314 ayat (2)
KUHPerdata , yaitu” suatu kontrak yang mewajibkan masingmasing pihak memberikan sesuatu , berbuat sesuatu, atau idak
berbuat sesuatu”. Contohnya , kontrak jual beli, kontrak sewamenyewa , kontrak pinjam meminjam dengan bunga, dan lain-lain.

6. Kontrak Menurut Kemandiriran dan Fungsinya
Kontrak menurut kemandirian dan funsinya dapat digolongkan
dalam dua jenis kontrak yaitu : 24
a. Kontrak Pokok
Adalah kontrak yang eksistensinya bersifat mandiri atau kontrak
yang mempunyai kemandiriran bagi eksistensinya

kontrak itu

sendiri. Contohnya , kontrak kredit yang sifatnya mandiri , yang
eksistensinya tidak bergantung kepada kontrak lainnya . kontrak
kredit sebagian besar dikuasai atau mirip dengan kontrak pinjammeminjam uang sebagaimana diatur dalam pasal 1754 KUHPerdata
dan pasal-pasal lainnya yang terkait dan relevan dalam KUHPerdata,
sebagian lainnya tunduk kepada UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.

24

Ibid , Hal. 153-154

Universitas Sumatera Utara

27

b. Kontrak Bantuan/tambahan
Adalah kontrak yang eksistensinya tidak mandiri atau kontrak yang
tidak mempunyai kemandiriran untuk eksistensi kontrak itu sendiri ,
melainkan tergantung pada kontrak pokoknya , yang fungsinya
menyiapkan para pihak untuk mengikatkan siri pada kontrak pokok
tersebut. Selain itu , kontrak bantuan/tambahan juga mempunyai
fungsi

menegaskan,

menguatkan,

mengatu,

mengubah

dan

menyelesaikan suatu perbuatan hukum. Kontrak jaminan (baik
jaminan perorangan maupun jaminan kebendaan) adalah contoh dari
kontrak bantuan /tambahan, karena fungsinya adalah memperkuat
kontrak pokok yaitu kontrak kredit.

7. Kontrak Menurut Ada atau Tidak Adanya Kepastian Pelaksanaan
Prestasinya
Kontrak ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kontrak
dengan imbalan/penggantian dan kontrak untung-untungan . kontrak
dengan imbalan/penggantian adalah kontrak yang prestasinya tidak ada
hubungan nya dengan peristiwa kebetulan atau kejadian yang tidak
terduga . contohnya adalah kontrak jual beli yang prestasinya sudah
pasti, yaitu penyerahan barang/benda oleh penjual dan pembayaran
harga jual belinya oleh pembeli. Sebaliknya , kontrak untung-untungan
adalah suatu kontrak yang prestasinya digantungkan pada peristiwa yang
belum tentu terjadi . contohnya , kontrak asuransi kendaraan diman

Universitas Sumatera Utara

28

pihak yang menjadi anggota asuransi telah membayar premi asuransi,
sedangkan pihak asuransi belum tentu melakukan prestasi kecuali terjasi
kecelakaan, dan itu pun harus sesuai dengan kategori kecelakaan yang
tertulis di polis. 25
8. Kontrak Menurut Aturan Hukum Larangan Praktik Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Kontrak ini merupakan jenis-jenis kontrak yang dilarang oleh
undang-undang karena dapat berimplikasi terhadap jadinya praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan merugikan warga
masyarakat selaku konsumen.
C. Fungsi dan Bentuk Kontrak
Kontrak sangat menguasai begitu banyak bagian kehidupan sosial kita
sehingga tidak tahu berapa banyak kontrak yang telah kita buat setiap
harinya . sekilas , bila kita mendengar kata kontrak , kita langsung berpikir
bahwa yang dimaksudkan adalah suatu kontrak tertulis , jadi artinya
kontrak sudah dianggap sebagai suatu pengertian yang lebih sempit dari
kontrak itu sendiri bagi orang awam. Dan bila melihat berbagai tulisan ,
baik buku, referensi, makalah atau tulisan ilmiah lainnya, kesan ini
tidaklah salah, sebab penekanan kontrak selalu dianggap sebagai medianya
suatu kontrak yang dibuat secara tertulis. 26

25

Ibid, Hal. 156.
Nurul Muslimah Kurniati. “Pengertian dan Arti Penting Kontrak”, http://notaris
nurulmuslimahkurniati.blogspot.com/2009/04/pengertian-dan-arti-penting kontrak .html diakses 5
mei 2017.
26

Universitas Sumatera Utara

29

Berbicara mengenai fungsi kontrak , Salim HS menyebutkan fungsi
Kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yuridis dan
fungsi ekonomis.
Fungsi yuridis kontrak adalah fungsi dapat memberikan kepastian hukum
bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak
milik) sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai
yang lebih tinggi. 27
Sedangkan Muhammad Syaifuddin menjelaskan dalam bukunya
bahwa kontrak mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi filosofis, fungsi yuridis
dan fungsi ekonomis kontrak.
Kontrak mempunyai fungsi filosofis , yaitu mewujudkan keadilan
bagi para pihak yang membuat kontrak , bahkan bagi pihak ketiga yang
mempunyai kepentingan hukum terhadap kontrak tersebut. Keadilan
adalah apa yang hendakdituju dengan atau melalui vvvv hukum kontrak.
Pengertian keadilan

yang luas ini dapat dikembangkan dengan

menempatkan keadilan sebagai tujuan hukum kontrak , yang satu dengan
yang lain hal akan sangat bergantung kepada sudut pandang dan cara
memahami keadilan.

28

Kontrak mewujudkan nilai keadilan dalam tatanan sosial dan
ekonomi di masyarakat dengan cara memfasilitasi , mengakomodasi dan
mengatur hubungan hukum kontruktual para pihak yang ada didalamnya
terdapat hak dan kewajiban secara seimbang. Dengan arti lain, kontrak
27
28

Salim HS. Op. Cit . Hal.35.
Muhammad Syaifuddin , Op. Cit. Hal. 37

Universitas Sumatera Utara

30

juga berfungsisebagai intrumen hukum untuk mengeliminasi atau paling
tidakmereduksi ketidak seimbangan dalam tatanan sosoial dan ekonomi di
masyarakat , khususnya dalam kontrak-kontrak yang dibuat olehpara pihak
sebagaiwarga atau bagian dari masyarakat. 29
Kontrak mempunyai fungsi yuridis , yaitu mewujudkan kepastian
hukum bagi para pihak yang membuat kontrak , bahkan bagi para pihak
ketiga yang mempunyai kepentingan hukum terhadap kontrak tersebut.
Kontrak memberikan jawaban atas kebutuhan ekonomiyang konkritdalam
masyarakat dan sekaligus ditujukan untuk menjamin terwujudnya
kepastian hukum, makna “kepastian hukum mencakup sejumlah aspek
yaitu : pertama , perlindungan terhadap subyek hukum kontrak (orang dan
badan hukum) dari kesewenag-wenangan subjek hukum kontrak lainnya.
Kedua, bahwa subjek hukum kontrak harus dapat menilai akibat hukum
dari perbuatannya,baik akibat dari tindakan maupun kesalahan atau
kelalaiannya.
Fungsi dari kontrak yang terakhir menurut Muhammad Syaifuddin
yaiu fungsi ekonomis, fungsi ekonomis ini dapat dipahami bahwa kontrak
dapat berfungsi sebagai instrumen hukum untuk mengakomodasi ,
memfasilitasi dan memproteksi proses pembagian atau pertukaran hak dan
kewajiban hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan
benda-benda dan jasa-jasa yang bernilai ekonomis dalam rangka

29

Ibid. Hal . 47.

Universitas Sumatera Utara

31

pengayaan (proses menjadi kaya) secara sah dan adil sebagai suatu
keadaan yang lebih baik bagi para pihak yang membuat kontrak . 30
Adapun bentuk-bentuk kontrak dan kekuatan / nilai pembuktiannya
, dapat dijelaskan sebagai berikut ini : 31
1. Kontrak tertulis dalam Akta Otentik
Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata adalah akta
dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat
oleh atau dihadapan pejabat yang berkuasa (pejabat umum)
untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya . jadi, suatu akta
disebut akta otentik jika memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
(a) Akta yang dibuat oleh akta yang dibuat dihadapan pejabat
umum, yang ditunjuk oleh undang-undang;
(b) Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara
membuat

akta

harus

menurut

persyaratan

materiil

(subtantif) dan persyaratan formil (prosedural) yang
ditetapkan oleh undang-undang;
(c) Di tempat umum dimana pejabat berwenang membuat akta
itu.
2. Kontrak Tertulis dalam Akta di Bawah Tangan
Menurut Pasal 1878 KUHPerdata , akta dibawah tangan adalah
Surat ata Tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui
30
31

Ibid . hal. 56
Muhammad Syaifuddin . Op. Cit. Hal .137.

Universitas Sumatera Utara

32

perantaraan pejabat yang berwenang (pejabat umum) untuk
dijadikan alat bukti. Jadi akta dibawah tangan semata-mata
dibuat antara para pihak yang berkepentingan. Dengan
demikian, semua kontrak yang dibuat antara pihak sendiri
secara tertulis dalam akta dibawah tangan , bentuknya bebas ,
terserah bagi para pihak yang membuat nya juga diperbolehkan
diman saja. Yang terpenting dalam bagi ontrak tertulis dalam
akta dibawah tangan para pihak. Dimana akta ini mempunyai
kekuatan/nilai pembuktian sepanjang para pihak mengakui atau
tidak ada penyangkalan dari satu pihak diantara dua pihak.
3. Kontrak Lisan
Adalah suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak secara lisan
(oral contrakc) , tidak secara tertulis dalam akta bawah tangan
maupun akta otentik. Dalam kontrak lisan terkandung suatu
janji yang mengungkapkan kehendak yang dinyatakan dan
dianggap sebagai elemen konstitutif dari kekuatan mengikat
kontrak . namun demikian, adanya suatu janjit bertimbal-balik
tidak serta merta membentuk kontrak. Kontrak baru terbentuk
jika ada perjumpaan atau persesuaian antara janji-janji yang
ditujukan satu pihak terhadap pihak lainnya.
Hukum memperbolehkan para pihak membuat kontrak secara
lisan. Namun, dalam perkembangan praktik hukum modern saat
ini, suatu kontrak yang dibuat secara lisan tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

33

dipertahankan lagi dalam kaitannya dalam kepentingan
pembuktian, sehingga kontrak harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk akta dibawah tangan atau akta otentik yang
digunakan sebagan alat pembuktian.

D. Subjek Hukum dalam Kontrak
Mengenai tentang kontrak pada prinsipnya terdiri dari satu atau
serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam kontrak . esensial dari kontrak
itu sendiri adalah kontrak (agreement).Atas dasar itu, Subekti mendefinisikan
kontrak sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain
dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 32
Ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata , mensyaratkan adanya 4 (empat) hal
yang harus dipenuhi untuk sah nya suatu kontrak/perjanjian , yaitu : 33
1. Kesepakatan
Pengerian sepakat dilukiskan sebagai persyaratan kehendak yang
disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar para pihak . pernyataan
pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte) dan pernyataan
pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi (accceptatie). 34

32

Universitas Brawijaya . “Legal Banking”, http://legalbanking.wordpress.com/materihukum/hukum-kontrak/,diakses pada tanggal 6 mei 2017.
33
Mohammad Amari, dan Asep N.Mulyana . Kontrak Kerja Konstruksi Dalam
Perspektif Tindak Pidana Korupsi , Semarang, Aneka Ilmu,2010, Hal .96.
34
Mariam Darus Badzrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Cet. Kedua, Bandung, Alumni,
2005, Hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

34

Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dan asas konsensualitas , maka
para pihak dapat membuat perjanjian apa saja yang diinginkannya sepanjang telah
terjadi kesepakatan (consensus) diantara para pihak itu . tentu saja substansi dari
kesepakatan yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan sebagaimana dimaksud Pasal 1337 KUHPerdata.
Sesuai dengan kedua asas tersebut, kesepakatan yang dibuat oleh para pihak
dianggap telah terjadi pada saat dibuatnya perjanjian . Akan tetapi menurut pasal
1321 KUHPerdata , perjanjian/kontrak itu dapat dibatalkan apabila kontrak itu
diberikan karena suatu kekhilafan , paksaan ataupun karena penipuan , selanjutnya
dalam Pasal 1449 KUHPerdata disebutkan bahwa :
“Perikatan yang dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan,
menimbulkan tuntutan untuk membatalkannya.”

2. Kecakapan (Lack of Capacity)
Mengenai kecakapan untuk membuat suatu perikatan , pasal 1329
KUHPerdata menyatakan bahwa :”setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak
dinyatakan tidak cakap.”
Selanjutnya Pasal 1330 KUHPerdata menentukan secara limitasi orangorang yang dinyatakan tidak cakap membuat perjanjian yaitu : 35
a. Anak yang belum dewasa

35

Mohammad Amari, dan Asep N.Mulyana, Op.Cit, Hal, 98.

Universitas Sumatera Utara

35

Menurut Pasal 330 KUHPerdata , pengertian belum dewasa adalah
mereka yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan belum
terikan dalam suatu perkawinan.
b. Orang yang berada dibawah pengampunan
Istilah sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 433 KUHPerdata ,
yaitu : setiap orang dewasa , yang selalu berada dalam keadaan
dungu, sakit otak atau mata gelap, harus ditaruh dibawah
pengampunan,

walaupun

ia

kadang-kadang

cakap

dalam

mempergunakan pemikirannya.
c. Perempuan yang telah kawin
Pada dasarnya , perempuan yang terikan dalam suatu perkawinan
dapat melakukan perjanjian dalam dengan pihak lain, kecuali atas
izin suaminya. Tetapi tidak berlaku lagi setelah keluarnya SEMA
dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

3. Suatu pokok persoalan tertentu
Mengenai syarat objektif telah dinyatakan dalam pasal 1332
KUHPerdata sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata . didalam Pasal
1333 KUHPerdata , menentukan :”suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai pokok perjanjian berupa suatu kebendaan , yang paling sedikit
ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah
kebendaan tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan
atau dihitung,”

Universitas Sumatera Utara

36

Dalam ketentuan Pasal 1333 KUHPerdata itu, menjadi jelas bahwa
apapun bentuk perjanjiannya (memberikan sesuatu , berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu) senantiasa mengenai eksistensi dari suatu pokok
persoalan tertentu.

4. Suatu sebab yang tidak terlarang
Suatu sebab tidak terlarang sebagai syarat objektif dalam kontrak
telah ditentukan dalam Pasal 1335 KUHPerdata sampai dengan Pasal
1337 KUHPerdata . meskipun KUHPerdata tidak memberikan defenisi
tntang “suatu sebab”, namun dari perumusan Pasal 1335 KUHPerdata
disebutkan bahwa yang disebut dengan sebab yang halal , yaitu : “Bukan
tanpa sebab, bukan sebab yang palsu ataupun sebab yang terlarang.”
Oleh karena itu, Pasal 1336 KUHPerdata menyatakan : “Jika tidak
dinyatakan suatu sebab, tetapi ada sebab yang terlarang, atau ada sebab
lain selain daripada yang dinyatakan itu, perjanjian itu adalah sah.
Dua syaratdiatas yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif,
karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan
perjanjian . sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat-syarat
dinamakan sayarat objektif karena mengenai perjanjian sendiri oleh
objek dari perbuatan hukum yang dilakukan. 36 Dalam hal inijuga harus
dibedakan antara syarat subjektif dengan syarat objektif . dalam syarat
objektif , kalau sayarat itu tidak dipenuhi, perjanjian itu batal demi

36

Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana, Op.Cit. Hal. 17.

Universitas Sumatera Utara

37

hukum, atrinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan
tidak pernah ada suatu perikatan . tujuan para pihak yang mengadakan
perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum , adalah
gagal. Dengan demikian , maka tiada dasar untuk saling menuntut di
depan Hakim. Dalam bahasa Inggris dikatakan bahwa perjanjian yang
demikian itu Null and Void. 37
Keempat syarat ini merupakan syarat pokok bagi setiap kontrak.
Artinya , setiap kontrak harus memenuhi keempat syarat ini bila ingin
menjadi kontrak/kontrak yang sah.

E. Prestasi dan Wanprestasi dalam Kontrak
Pada dasarnya Prestasi dalam bahasa Inggris disebut juga dengan
istilah “performance” dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu
pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak dimaksudkan dalam
suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu,
pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana
sesuai dengan kontrak yang bersangkutan.
Yang merupakan macam-macam dari Prestasi yaitu seperti yang
disebutkan dalam Pasal 1234 KUHPerdata , yaitu berupa :

38

1. Memberikan Sesuatu ;
2. Berbuat Sesuatu;
3. Tidak Berbuat Sesuatu;
37
38

Ibid, Hal .20.
Munir Fuady, Hukum Kontrak, Bandung ; PT . Citra Aditya Bakti, 2001. Hal.87.

Universitas Sumatera Utara

38

Lalu Pasal 1235 KUHPerdata menjelaskan : “dalam tiap-tiap
perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si
berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangutan dan untuk
merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik, sampai pada saat
penyerahan”. Dari Pasal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dalam suatu perikatan , pengertian “memberi sesuatu” mencakup pula
kewajiban untuk menyerahkan barangnya untuk memeliharanya hingga
waktu penyerahannya.
Istilah “memberikan sesuatu” sebagaimana disebutkan didalam
Pasal 123 KUHPerdata tersebut mempunyai dua Pengertian, Yaitu :
1. Penyerahan kekuasaan belaka atas barang yang menjadi
objekperjanjian.
2. Penyerahan hak milik atas barang yang menjadi objek
perjanjian , yang dinamakan penyerahan yuridis.

Wujud prestasi yang lainnya adalah “berbuat sesuatu” dan “tidak berbuat
sesuatu”. Berbuat sesuatu adalah melakukan sesuatu perbuatan yang telah
ditetapkan dalam perjanjian, sedangkan tidak berbuat sesuatu adalah tidak
melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana juga yang telah ditetapkan dalam
perjanjian,

manakala

para

pihak

telah

menunaikan

prestasinya

maka

perjanjiantersebut akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan
persoalan. Namun kadang kala ditemui bahwa debitur tidak bersedia melakukan

Universitas Sumatera Utara

39

atau menolak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditemukan dalam
perjanjian. 39
Prestasi pada suatu perikatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat: 40
a. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau
sedikitnya dapat ditentukan jenisnya, tanpa adanya ketentuan sulit untuk
menentukannya apakah debitur telah memenuhi prestasi atau belum.
b. Prestasi harus dibhubungkan dengan suatu kepentingan . tanpa ustau
kepentingan orang tidak dapat mengadakan tuntutan.
c. Prestasi harus diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum.
d. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.

Sedangkan menurut kamus Hukum, Wanprestasi berarti “kelalaian,
kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam kontrak.

41

jadi

Wanprestasi adalah suatu keadaan dalam mana seorang debitur (berutang) tidak
melaksanakan prestasi yang diwajibkan dalam suatu kontrak, yang dapat timbul
karena kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri dan adanya keadaan
memaksa (overmacht),

42

seorang Debitur atau pihak yang mempunyai keajiban

melaksanakan prestasi dalam kontrak , yang dapat dinyatakan telah melakukan
wanprestasi ada 4 (empat) macam wujudnya , yaitu :
39

Aulia
Novarita.
“Makalah
Hukum
Perjanjian”,http://audiiayu.
wordpress.com/2013/04/019/makalah -hukum-perjanjian/. diakses pada tanaggal 8 maret 2017.
40
Munir Fuady.Loc.Cit.
41
R. Subekti dan R. Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Jakarta, Pradya Paramita, 1996,
Hal.110.
42
P.N.H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Djambatan,
2007 Hal. 340.

Universitas Sumatera Utara

40

a. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;
b. Melaksanakan prestasi , tetapi tidak sebagaimana mestinya
c. Melaksanakan prestasi , tetapi tidak tepat waktunya ;
d. Melaksanakan perbuatan yang dilarang dalam kontrak.
Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena: 43
a. Kesengajaan ;
b. Kelalaian
c. Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian)

Akibat wanprestasi yang dilakukan debitur atau pihak yang mempunyai
kewajiban melaksanakan prestasi dalam kontrak , dapat menibulkan kerugian bagi
debitur atau pihak yang mempunyai hak menerima prestasi . akibat Hukum bagi
debitur atau pihak yang melakukan wanprestasi, yaitu : 44
a.

Dia harus membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur atau pihak
yang mempunyai hak menerima prestasi

b.

dia harus menerima pemutusan kontrak disertai dengan pembayaran ganti
kerugian;

c.

dia harus menerima peralihan resiko ssejak saat terjadinya wanprestasi;

d.

dia harus membayar biaya perkara jika diperkarakan dipengadilan.

43
44

Munir , Fuady, Hukum Kontrak . Bandung,Citra Aditya Bakti, 2001. Hal.87.
Muhammad Syaifuddin. Op.Cit. hal. 343.

Universitas Sumatera Utara

41

Kewajiban membayar ganti rugi bagi debitur atau pihak yang mempunyai
kewajiban

melaksanakan

prestasi

dalam

kontrak

tetapi

melakukan

wanprestasibaru dapat dilaksanakan jika telah memenuhi 4(empat) syarat, yaitu : 45
1. Dia memang telah lalai melakukan wanprestasi;
2. Dia tidak berada dalam keadaan memaksa;
3. Dia tidak melakukan pembelaan untuk melawan tuntutan ganti
kerugian;
4. Dia telah menerima pernyataan lalai atau somasi.
Seorang debitur yang dituduh lalai dan dituntut supaya hukum atas
kelalaiannya , dapat mengajukan pembelaan yang disertai dengan alasan , yaitu :
mendalilkan adanya keadaan memaksa (overmacht), mendalilkan bahwa kreditur
telah lalai , dan mendalilkan bahwa telah melepaskan haknya. Akibat hukumnya
jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian tersebut tidak perlu dimintakan
pembatalan kepada Hakim , tetapi dengan sendirinya sudah batal demi hukum.
Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal . akan tetapi , beberapa ahli
hukum berpendapat sebaliknya, bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian
tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim
dengan alasan antara lain bahwa sekalipun debitur sudah wanprestasi hakim masih
berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian .

45

Ibid. Hal.344.

Universitas Sumatera Utara