Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN

A.

Pengertian Perjanjian Pemborongan
Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst yang diterjemahkan

dengan istilah perjanjian maupun persetujuan. Didalam Black’s Law Dictionary,
yang diartikan sebagai kontrak adalah sebagai berikut:
“An agreement betwween two or more person which creates an obligation to do
or not to do to particular thing”
Artinya kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih , dimana
menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
ssecara sebagian. 46
Dalam penulisan skripsi ini digunakan secara bersama-sama atau secara
bergantian masing-masing istilah “konstruksi” dan “pemborongan” . sungguhpun
barangkali jika dikaji-kaji ada perbedaan diantara dikedua istilah tersebut. Tetapi
teori dan praktek hukum, kedua istilah tersebut dianggap sama , terutama jika
dikaitkan dengan istilah “hukum/kontrak kontruksi “ atau “hukum kontrak
pemborongan”. Karena itu , dalam tulisan ini, kedua istilah tersebut digunakan

untuk arti yang sama. Walaupun begitu , sebenarnya istilah “pemborongan”
mempunyai cakupan yang lebih luas dengan istilah “konstruksi” . sebab dengan
istilah “pemborongan” dapat saja berarti bahwa yang diborong tersebut bukan

46

Salim .H.S. Hukum Kontrak: Teori .....,Op.Cit. Hal .26.

42

Universitas Sumatera Utara

43

hanya konstruksi (pembangunannya) , melainkan dapat juga berupa “pengadaan”
barang saja (procurement). 47
KUHPerdata pada Pasal 1601 yang berarti pada kontrak pemborongan
sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama , yaitu Kontraktor
mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain yaitu
bouwheer , dengan harga yang ditentukan . Dari defenisi itu terlihat bahwa

KUHPerdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak pemborongan
sebagai suatu jenis kontrak uniletarel , dimana seolah-olah hanya pihak kontraktor
yang mengikatkan diri dan harus berprestasi. Padahal dalam perkembangannya
saat ini, baik pihak kontraktor maupun pihak bouwheer saling mengikatkan diri,
dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban nya sendiri-sendiri. 48
KUHPerdata Indonesia tidak banyak mengatur perjanjian pemborongan
pekerjaan ini. Yaitu hanya terdapat dalam 14 Pasal saja, mulai dari Pasal 1601b
dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun demikian , sungguhpun
singkat dan kelihatan sederhana sekali, tentunya KUHPerdata tersebut berlaku
sebagai hukum positif di Indonesia .

49

Perlu ditegaskan bahwa ketentuan-

ketentuan perjanjian pemborongan didalam KUHPerdata berlaku baik dalam
perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek-proyek
pemerintah.
Perjanjian pemborongan pada KUHPerdata itu bersifat pelengkap artinya
ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdat dapat digunakan


47

Munir Fuady. Kontrak Pemborongan Mega Proyek , Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1998. Hal. 12.
48
Ibid.
49
Ibid. Hal.26.

43

Universitas Sumatera Utara

44

oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian
pemborongan

dapat


membuat

sendiri

ketentuan-ketentuan

perjanjian

pemborongan asal tudak dilarang oleh undang undang , tidak bertentangan dengan
ketentuan umum dan kesusilaan . 50
Karena ketentuan dalam KUHPerdata yang menyangkut perjanjian
melakukan pekerjaan melakukan pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan
itu hanya memuat beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para
pihak dalam pemborongan, maka banyak hal yang menyamkut pelaksanaan
pekerjaan pemborongan lalu diatur dalam peraturan standart sebagaimana yang
tercantum dalam AV (Algemene Voorwaarden Voor De Uitvoering Bij
Annmening Van Openbare Weerkween In Indonesia) tahun 1941 tentang syaratsyarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan di Indonesia. Kemudian
hal ini diatur pula dalam undang-undang No.18 tahun 1999 tentang jasa
konstruksi , keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman pelaksanaan

pengadaan barang/ jasa pemerintah yang kemudian dicabut dan digantikan dengan
peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang / jasa pemerintah
yang kemudian disempurnakan dengan Perpres No. 35 tahun 2011 dan Perpres
No. 70 tahun 2012. Lahir undang-undang ini sesungguhnya dimaksudkan untuk
mengembangkan iklim usaha, yang mendukung peningkatan daya saing secara
optimal dalam rangka tercapainya pembangunan nasional.
Adapun perjanjian pemborongan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003
dikenal dengan istilah jasa pemborongan. Jasa Pemborongan adalah layanan

50

Djumialdji, Cet. I. Op.cit. Hal.7.

44

Universitas Sumatera Utara

45

pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik lainnya yang perancanaan

teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan
penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi
oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Sedangkan dalam Perppres No. 54 Tahun 2010
terjadi perubahan nama jasa pemborongan menjadi pekerjaan konstruksi .
pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Perubahan
nama ini dilakukan agar sejalan dengan International Best Practice. 51
Kontrak kerja konstruksi atau kontrak pemborongan meliputi tiga (3)
bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada
pronsipnya, pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan oleh
penyedia jasa secara tepisah dalam suatu pekerjaan konstruksi / pemborongan.
Tujuannya adalah untuk menghindari konflik kepentingan. Dengan demikian
tidak dibenarkan adanya perangkapan fungsi, misalnya pelaksanaan konstruksi
merangkap konsultan pengawas atau konsultan perencana merangkap pengawas .
Pengecualian terhadap prinsip ini dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat
kompleks, memerlukan teknologi canggih serta mengandung resiko besar, seperti
pembangunan kilang minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir. 52
Menurut Wikipedia ensiklopedia, konstruksi diartikan sebagai suatu
kegiatan membangunan sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur
51


Khalid Mustafa . “Matriks Perbedaan Antara Keputusan Peresiden No. 80 Tahun
2003 , Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 , Perpres No. 35 Tahun 2011 Perbuahan Pertama” ,
dan
Perpres
No.
70
Tahun
2012
Perubahan
Kedua,
http://lpse.palembang
.go.id/eproc/index....download/31303631323235313b31, diaksespada tanggal 12 Maret 2014.
52
Y. Sogar Simamora. Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Indonesia). Surabaya: Kantor Hukum “Wins & Partners”. Cetakan kedua. 2013.Hal.
214.

45


Universitas Sumatera Utara

46

atau teknik sipil , sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah bangunan atau
satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi
merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang
berbeda. 53
Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama dibidang fisik , harus
pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi
nasional yang handal dan profesional , diharapkan dapat menggairahkan iklim
usaha yang kompetitif dan berdaya asing sekaligus juga dapat memaksimalkan
penggunaan jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi nasional,
maka secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan penerimaan dan
penghematan usaha devisa negara, serta memberikan lapangan usaha dan
kesempatan kerja. 54
Didalam UU No. 18 Tahun 1999 terdapat asas-asas pengaturan jasa
konstruksi atau pemborongan, yaitu : 55
1. Asas kemitraan , yang mengandung pengertian bahwa sesuatu yang

diharapkan dapat diwujudkan dengan keterkaitan yang makin erat
dalam satu kebaikan baik, antara pengguna jasa dengan penyedia
jasa ataupun sebaliknya.
2. Asas kejujuran dan keadilan, yang mengandung pengertian
kesadaraan akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa

53

Perspektif

Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana . Kontrak Kerja Konstruksi Dalam
Tindak Pidana Korupsi . Semarang : Aneka Ilmu ,2010. Hal.15.
54
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op.Cit. Hal.15.
55
Ibid.Hal.16-17.

46

Universitas Sumatera Utara


47

konstruksi serta bertanggungjawab memenuhi berbagai kewajiban
guna memperoleh haknya.
3. Asas manfaat, yang mengandung pengertian bahwa segala kegiatan
jasa konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip
profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan
efektifitas yang dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang
optimal bagi para pihak dalam penyelangaraan jasa konstruksi dan
bagi kepentingan nasional .
4. Asas

keserasian

,

yang

mengandung


pengertian

bahwa

penyelenggaraan pekerjaan pemborongan harus berlandaskan pada
prinsip

yang

menjamin

terwujudnya

keseimbangan

antara

kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya. Pengguna jasa dalam
menetapkan jasa wajib memenuhi asas ini, untuk menjamin
terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan disisi lain dapat
memberikan terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai , dan disisi
kesempatan kerja pada penyedia jasa.
5. Asas kemandirian , yang mengandung pengertian tumbuh dan
berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional.
6. Asas keterbukaan, yang mengandung pengertian ketersediaan
informasiyang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi
para pihak , terwujudnya tansparansi dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi yang memungkinkan para pihak dapat melaksanakan
kewajibannya secara optimal dan untuk memperolehnya serta

47

Universitas Sumatera Utara

48

memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat menghindari adanya
berbagai kekurangan dan penyimpangan.
7. Asas kemanaan dan keselamatan , yang mengandung pengertian
terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi , keamanaan
lingkungan dan keselamatan kerja serta pemanfaatan hasil pekerjaan
konstuksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.

Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa antara lain : 56
1. Efisien yaitu pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dan dan daya erbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. efektif yaitu pengadaan barang / jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang
telah ditetapkan (sasaran yang ingin dicapai) dan dapat memberikan
manfaatyang tinggi dan sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
dimaksud.
3. persaingan sehat yaitu diberinya kesempatan kepada semua penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi semua persyaratan sesuai dengan
ketentuan untuk menawarkan barang/jasanya berdasarkan etika dan norma
pengadan yang berlaku dan tidak terjadi kecurangan dan praktik KKN.
4. Terbuka (transparansi
5. Tidak diskriminatif yaitu persamaan kedudukan terhadap semua calon penyedia
barang/jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang / jasa ini.
56

Sutedi Adrian, Aspek Hukun Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya.
Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hal.12.

48

Universitas Sumatera Utara

49

6. Akuntabilitas yaitu pertanggung jawaban pengadaan barang / jasa kepada para
pihak terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Pihak-pihak di Dalam Perjanjian Pemborongan
Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian pemborongan bangunan
merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu (kontraktor) mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain , yang memborongkan
(aanbesteder, pemberi tugas) dengan menerima suatu harga yang ditentukan .
dalam pemborongan bangunan , disamping pihak yang memborongkan / pemberi
tugas (bouwheer, principal) dan pihak pemborong (kontraktor, aanmener) , dapat
juga turut serta pihak-pihak lain, seperti : tenaga ahli (arsitek) yaitu perancang ,
perencana , penaksir biaya, pekerja bangunan, dan pengawas pekerja bangunan. 57
Berbeda

dengan

perjanjian-perjanjian

khusus

lainnya,

perjanjian

pemborongan bangunan mengenal selera para pihak dalam perjanjian , juga
mengenal personalia/ peserta perjanjian yang tidak merupakan pihak dalam
perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan
perjanjian . 58 mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan itu disebut peserta dalam perjanjian pemborongan yang terdiri dari
unsur-unsur : 59

57

Ibid. Hal. 104.
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan
Pembangunan , Cet.1. Yogyakarta : Liberty. 1982.Hal.65.
59
Djumialdji, Cet. I .Op.Cit.Hal.23.
58

49

Universitas Sumatera Utara

50

1. Yang memborongkan (bouwheer / aanbesteder/ kepala kantor/ satuan
kerja/ pemimpin proyek / pemberi tugas ) ;
2. Pemborong (rekanan, aanmener, contractor) ;
3. Perencana (arsitek) ;
4. Pengawas (Direksi).
Ad.1.

Yang Memborongkan (bouwheer / aanbesteder/ kepala kantor/ satuan

kerja/ pemimpin proyek / pemberi tugas )
Pemberi tugas dapat berupa perorangan , badan hukum , instansi
pemerintah ataupun swasta. Sipemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa
memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam
bestek dan syarat – syarat . dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh
instansi pemerintah, direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang ,
biasanya daari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian
kerja. 60
Hubungan Hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak
pemborong diatur sebagai berikut : 61
a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah,
maka hubungan keduanya adalah hubungan kedinasan.
b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pihak
pemborongnya pihak swasta , maka hubungan hukumnya disebut
perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan , Surat
Perintah Kerja (SPK) , Surat Perjanjian Kerja/kontrak.
60
61

Sri Soedewi Masjchun Sofwan.Op. Cit. Hal.68.
Djumialdji . Cet.I. Op.Cit.Hal.29.

50

Universitas Sumatera Utara

51

c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta
, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat
berupa akta dibawah tangan , Surat Perintah Kerja (SPK) , Surat Perjanjian
Pemborongan /kontrak.
Dalam Pasal 12 Perpres No. 54 Tahun 2010 , disebutkan bahwa pihak yang
memborongkan /pengguna jasa ( dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen) harus
memenuhi persyaratan , yakni : 62
a. Memiliki integritas ;
b. Memiliki disiplin tinggi;
c. Memiliki memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta menajerial
untuk melaksanakan tugas;
d. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan
dalam sikap perilaku , serta tidak pernah terlibat KKN;
e. Menandatangani Pakta Integritas ;
f. Tidak menjabat sebagai pengelola keuangan ; dan
g. Memiliki Sertifikat keahlian Pengadaan Barang /Jasa.
Sedangkan yang menjadi tugas pihak yang memborongkan (pengguna jasa)
terdapat dalam pasal 8 dan Pasal 11 Perpres No. 54 Tahun 2010 yakni sebagai
berikut : 63
a. Menyusun perencanaan pengadaan jasa;
b. Mengangkat panitia/pejabat pengadaan jasa;

62

Pasal 12 Perpres No.54 Tahun 2010.
63
Marthen H Toelle. Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi
Pemerintah di Indonesia . Salatiga : Griya Media ,2011. Hal.90.

51

Universitas Sumatera Utara

52

c. Menetapkan

paket-paket

pekerjaan

disertai

ketentuan

mengenai

peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan
pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta
kelompok masyarakat;
d. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS) , jadwal, tata
cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan;
e. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan
sesuai kewenangannya;
f. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia jasa sesuai
ketentuan yang berlaku;
g. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia
jasa;
h. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan jasa kepadapimpinan
instansinya ;
i. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
j. Menyerahkan aset hasil pengadaan jasa danaset lainnya kepada menteri ,
Panglima

TNI/Kepala

Polri

,

Pimpinan

Lembaga.

Gubernur,

Bupati/Walikota, Dewan Gubernur BI, Pimpinan BUMN, Direksi,
BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;
k. Menandatangani fakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan jasa
dimulai;
l. Pengguna jasa dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia
jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran

52

Universitas Sumatera Utara

53

yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia
untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBN/APBD;
m. Pengguna jasa bertanggung jawab dari segi administrasi ,fisik, keuangan
dan fungsional atas pengaaan jasa yang dilaksanakan.

Ad.2.Pemborong (rekanan, aanmener, contractor)
Pemborong adalah pihak yang diberi untuk melaksanakan tugas pekerjaan
dengan dokumun-dokumen perencana yang telah disiapkan dalam rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan penerima imbalan pembayaran
menurut jumlah yang telah ditetapkan. 64 Pemborong dapat berbentuk perorangan
ataupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta.
Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi
karena pemborong menang dalam pelelangan atau ditetapkan sebagai pelaksana
oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong dimungkinkan
menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang
merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus. 65
Persyaratan bagi pemborong / penyedia jasa konstruksi untuk ikut serta
dalam pengadaan barang / jasa pemerintah di atur dalam pasal 11 Kepres no. 80
Tahun 2003 jo. Pasal 19 Perpres No. 54 tahun 2010 adalah sebagai berikut : 66
64

Aldian Hariikhman .”Prosedur Pembuatan Perjanjian Pemborongan Dalam
Pengadaan
Barang
/Jasa
Pemerintah
melalui
pengadaan
langsung
“,
http://Aldianharikhman.blogspot.com/2010/08/prosedur-pembuatan - perjanjian.html, diakses pada
tanggal 18 Mei 2017.
65
Apit Nurwidjanto. “pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada PT . Puri
Kencana Mulia Persada di Semarang”. Program Pasca Sarjana , Semarang; Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro 2007,eprints.undip.ac.id/15371/1/apit_nurwidjanto.pdf, diakses pada
tanggal 18 Mei 2017.
66
Marthen H Tolle . Op.cit Hal 94.

53

Universitas Sumatera Utara

54

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
usaha / kegiatan sebagai penyedia barang /jasa;
b. Memilik keahlian , pengalaman, kemampuan teknis dan manegertial untuk
menyediakan barang/jasa;
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan , tidak pailit , kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan , dan /atau direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana ;
d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir, dibuktikan dengan NPWP terakhir, melampirkan fhotocopy tanda
bukti terima penyampaian surat pajak tahunan ( SPT) pajak penghasilan
(PPh) tahun terakhir , dan fhoto copy surat setoran pajak (SPP) PPh pasal
29 ;
f. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir telah memperoleh pekerjaan
menyediakan barang/jasa baik dilingkungan pemerintah maupun swasta
termasuk pengalaman sub kontrak, kecuali penyedia barang / jasa yang
baru terdiri kurang dari 3 (tiga) tahun ;
g. Memiliki sunber daya manusia , modal , peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barang / jasa ;
h. Tidak masuk dalam daftar hitam ;
i. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
j. Khusu penyedian barang / jasa perorangan persyaratan sama dengan diatas
kecuali huruf “f”.

54

Universitas Sumatera Utara

55

Selain itu terdapat larangan – larangan untuk pihak pemborong / kontraktor
sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat (8) Keppres No. 80 Tahun 2003 , yaitu : 67
a. Pegawai negeri , Pegawai BI , Pengawas BHMN , BUMN / BUMD dilarang
menjadi penyedia jasa (pemborong ) kecuali yang bersangkutan mengambil cuti
diluar tanggungan negara, BI , BHMN, BUMN atau BUMD.
b. Penyedia jasa yang keikutertaannya menimbulkan pertentangan kepentingan
dilarang menjadi penyedia jasa .
c. Terpenuhinya persyaratan penyedia jasa dinilai melalui prakualifikasi atau pasca
kualifikasi oleh panitia / penjabat pengadaan.

Ad.3.Perencana (Arsitek)
Tugas perencanaan dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh orang
yang ahli yaitu arsitek / insinyur (eengineer) . arsitek adalah seorang yang ahli
dalam membuat rancangan bangunan yang memimpin konstruksi nya .

68

meskipun perencanaan tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan
namun mempunyai peranan yang penting dalam perjanjian ini.perencanaan dapat
dari pihak dari pemerintah maupun swasta (konsultan perencana ) . perencana
merupakan pesrta namun bukan merupaka npihak dalam perjanjian . perencana
hanya mempunya hubungan hukum dengan si pemberi kerja yang ditentukan atas
dasar perjanjian tersendiri diluar perjanjian pemborongan. Hubungan kerja antara
perencana dengan pemberi kerja pada pokonya adalah bahwa perencana bertindak
67
68

Ibid . Hal. 96.
Kamun Besar Bahasa Indonesia, cet.4, Jakarta :Balai Pustaka , 1995.

55

Universitas Sumatera Utara

56

sebagai penasehat dan sebagai wakil boowheer dan melakukan pengawasan
mengeai pelaksanaan pekerjaan 69.
Adapun tugas perencana yaitu : 70
a. Sebagai Penasehat
Disini perencanaan mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar
bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas dengan
perencana sebagai penasehat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa
tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan
istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan perencana.
b. Sebagai wakil
Disini perencana bertindak sebagai pengawas , dengan tugas mengawasi
pelaksanaan pekerjaan . hubungan antara pemberi tugas dengan perencana sebagai
wakil dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792 – 1819
KUHPerdata ).
Sebagai wakil atau si kuasa , perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu (Pasal
1792 – 1819 KUHPerdata ). Perencana dapat menunjukkan orang lain untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan , hal ini dikatakan ada substansi. Tentang
substansi itu dalam pasal 1803 KUHPerdata ditentukan sebagai berikut:
Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai
penggantinya dalam melaksanakan kuasanya.
1) Jika ia tidak diberikan hak untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya..

69

J.A Mukumoko. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan , Jakarta : CV . Gaya
Media Pratama , 1986. Hal. 2.
70
Djumialdji, Cet. II. Op.cit. Hal. 11-12.

56

Universitas Sumatera Utara

57

2) Jika hak itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan seseorang tertentu ,
sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seseorang yang tak cakap atau tak
mampu.
Ad.4. Pengawas (direksi).
Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong .
disini pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi seluruh kegiatan
pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan,
pelaksanaan pekerjaan serta pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum
penyerahan . 71 selain itu ,pada waktu pelelangan pekerjaan dilangsungkan ,
pengawas (direksi) bertugas sebagai panitia pelelangan. Adapun tugas dari panitia
pelelangan yaitu :

72

-

Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan ;

-

Memberi penjelasan mengenai RKS (Rencan Kerja dan Syarat-syarat ) untuk
pemborongan-pemborongan / pembelian dan untuk membuat berita acara
penjelasan;

-

melaksanakan pembukuan surat-surat penawaran dan membuat berita acara
pembukuan surat penawaran;

-

mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang , serta membuat berita
acara hasil pelelangan dan sebagainya.

71
72

Djumialdji. Cet.I. Op.cit. Hal .34.
Djumialdj. Cet. II. Op.cit. Hal . 12.

57

Universitas Sumatera Utara

58

Hubungan hukum antara direksi dengan pihak yang memborongkan dituangkan
dalam perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792 – 1819 KUHPerdata ), yang diatur
sebagai berikut : 73
1. apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak pemerintah ,
maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
2. Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak pemerintah ,
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa , dimana yang
memberi kuasa pihak yang memborongkan (pemerintah) sedangkan yang diberi
kuasa adalah pihak direksi (swasa).
3. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta maka
hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
C. Jenis – jenis perjanjian pemborongan
Berdasarkan Pasal 50 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
kontak pengadaan barang/jasa atau disebut juga dengan perjanjian
pemborongan dibagi atas beberapa jenis . Dilihat dari bentuk imbalannya ,
maka kontrak pengadaan barang/jasa dapat dibedakan dalam 5 (lima) jenis ,
yaitu : 74
1. Lump Sum, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu , dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia
barang/jasa.
73
74

Djumialdji. Cet I .Op.cit. Hal. 34.
Ibid. Hal. 113

58

Universitas Sumatera Utara

59

2. Harga satuan , yaitu kontrak pengadaan barang / jasa atas seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang
pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat
perkiraan sementara , sedangkan pembayaran didasarkan pada hasil
pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
3. Gabungan Lump Sum dan harga satuan , yaitu kontrak yang
merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu
pekerjaan yang diperjanjikan.
4. Terima jadi (turn key) adalah kontrak pengadaan barang/jasa
pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu dengan julah harga pasti dan tetap sampai seluruh
bangunan / konstruksi , peralatan dan jaringan utama maupun
penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria
kinerja yang tekah ditetapkan.
5. Presentase, yaitu kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang
konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan
yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase
tertentu dengan nilai pekerjaan fisik konstruksi / pemborongan
tersebut.

59

Universitas Sumatera Utara

60

Sedangkan ditinjau dari jangka waktu pelaksaannya, maka kontrak
pengadaan barang / jasa dapat dibedakan menjadi dua jenis , yaitu :

75

1. Tahun Tunggal, yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
2. Tahun jamak, yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat
anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan
atas persetujuan oleh :
a. Menteri keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN.
b. Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Provinsi ,
c. Bupati/walikota

untuk

pengadaan

yang

dibiaya

APBD

Kab/Kota.
Ditinjau dari jumlah pengguna barang/jasa, maka dapat dibedakan dalam 3
(tiga) jenis, yaitu : 76
a. Kontrak pengadaan tunggal, yaitu kontrak satu unit kerja atau satu
proyek dengan penyedia barang / jasa tertentu untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Kontrak pengadaan bersama, yaitu kontrak antara beberapa unit kerja
atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai kegiatan
bersam yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan
bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.

75
76

Ibid. Hal . 114-115.
Ibid. Hal. 115.

60

Universitas Sumatera Utara

61

c. Kontrak payung (framework contract), yaitu merupakan kontrak harga
satuan dengan pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat
dimanfaatkan oleh K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/ Daerah/Institusi
lainnya).

61

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang Antara
CV.TUGEDE dengan Dispora Kota Tanjung Balai

A. Profil Umum CV. Tugede dan Profil Dinas Kepemudaan dan
Olahraga Kota Tanjung Balai
Sebelum menguraikan proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara
Dinas kepemudaan dan Olahraga kota Tanjung Balai dengan CV. Tugede ,
penulis terlebih dahulu akan mengulas sedikit tentang sejarah serta tujuan
didirikannya CV.Tugede. CV.Tugede merupakan sebuah persekutuan Komanditer
yang beralamat di Jalan Teuku Umar Nomor 116-F, Kota Tanjung Balai. CV ini
didirikan pada hari Jumat tanggal 28 Desember 2001 berdasarkan akta notaris
ALDO NATALIA SH. Nomor 84. Mengenai Persekutuan Komanditer atau yang
sering disebut CV menurut Pasal 19 KUHD adalah susatu bentuk perjanjian
kerjasama untuk berusaha bersama antaa orang-orang yang bersedia memimpin,
mengatur perusahaan, serta bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang
diikutsertakan dalam perusahaan itu . 77
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian
CV mutlak harusdengan akta notaris , bisa juga pendirian tersebut dilakukan
secara lisan . namun pada prakteknya negara Indonesia telah menunjukkan suatu

77

Ghilman Azim Nugraha ,”Pengertian CV”, http://pengertiancv.blogspot
.com/2009/04/pengertian-cv.html, diakses pada tanggal 24 Mei 2017.

62

Universitas Sumatera Utara

63

kebiasaan bahwa orang mendirikan CV berdasarkan Akta Notaris (otentik). Untuk
memperkokoh posisi suatu CV, maka sebaiknya CV tersebutkan didaftarkan pada
Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa surat
keterangan Domisili Perusahaan (SKPD) dan NPWP atas nama CV yang
bersangkutan. 78 Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender
pada instansi pemerintahan , dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka
dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun ,
apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk
keperluan tender , biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu: 79
1. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
3. Tanda Daftar Perseroan (khusus CV)
4. Keanggotaan pada KADIN Medan
Dalam proses menjalankan usaha dibidang jasa pelaksana kontrak , CV.
Tugede telah mendapatkan sertifikasi dari gabungan Pelaksana Konstraktor
Nasional Indonesia (GAPENSI) sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor
18 tahn 1999 Tentang jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 28,29,
dan 30 Tahun 2000 Surat Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional (LPKJN) telah menetapkan bahwa CV.Tugede termasuk
golongan kecil yakni grade (empat) dalam usaha jasa pelaksana konstruksi.
78

Robaga Gautama Simanjuntak, “prosedur , Cara dan Syarat Pendirian CV Serta
UD”, http://nginfo .log.fisip.uns.ac.id/2014/01/08/prosedur-cara-dan-syarat-pendirian-cv-serta-ud/,
diakses pada tanggal 24 mei 2017.
79
Eko Bayu Priawan ,”pengertian serta cara pendirian PT dan CV
“,http://duniasombayu.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-cara-pendirian-cv-pt.html,
diakses
pada tanggal 16 Februari 2014.

Universitas Sumatera Utara

64

Adapun pengkualifikasian golongan ini berdasarkan pengalaman (lama badan
usaha itu berdiri ) jumlah tenaga ahli / terampil yang dimiliki dan sejumlah tenaga
kerja serta nilai modal yang dimilikinya . 80
1. Untuk kualifikasi tertinggi atau yang sering disebut golongan besar ,
ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 6 atau grade 7 dimana
badan usaha tersebut bisa menangani proyek dengan nilai yang tidak
terbatas .
2. Golongan menengah ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 5
dengan nilai proyek berkisar antara 1 – 10 Milyar .
3. Golongan kecil ditujukan untuk grade 4 – 2 engan nilai proyek dibawah 1
Milyar.
4. Sedangkan Grade 1 merupakan golongan usaha perorangan .
Tujuan dari pengkualifikasian ini hanya agar para badan usaha
yang ada dapat mengikuti tender dan mengerjakan proyek sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki sekaligus untuk menjaga keberlangsungan usaha bagi
golongan menengah sampai kecil. 81
Para pengurus CV. Tugede semuanya aktif. Dimana pengurusnya
terdiri dari tenaga-tenaga muda profesional yang berpengalaman didalam
bidangnya. Hal ini ssuai dengan anjuran dan program pemerintah untuk
memberikan kesempatan untuk berusaha kepada tenaga-tenaga muda
proseisonal ikut secara efektif didalan melanjutkan roda-roda pembangunan

80

Mohammad Amari dan Asep N.Mulyana . Op.cit .Hal.29.
NJ Kontraktor . “Jasa kontraktor “, http://njkontraktor .com/dunia-konstruksi/jasakontraktor/,diakses pada tanggal 24 Mei 2017.
81

Universitas Sumatera Utara

65

ini . Selanjutnya sampai saat ini CV. Tugede telah memiliki pengalaman dan
keahlian dalam mengerjakan proyek-proyek pemerintah maupun swasta.
Adapun yang menjadi Visi dari CV . Tugede adalah menjadi perusahaan
penyedia jasa konstruksi teknik pembangunan dan penyedia barang dan jasa
yang terpercaya, terbaik dan mampu bersaing di kota Tanjung Balai dengan
bertanggung jawab dan memberikan hasil pekerjaan dengan cepat tepat waktu
dengan mutu yang sesuai dengan yang diinginkan . Sedangkan misi dari CV.
Tugede ini sendiri adalah menjadi pelayan dalam jasa keahlian profesional
diberbagai

bidang

seperti

perencanaan

rinsi,

studi

analisis,

teknik

pembangunan, pengelolaan proyek kepada instansi pemerintah dan swasta
secara etika, transparan, jujur dan bertanggung jawab. 82
Maksud dan tujuan pendirian perseroan ini adalah : 83
-

Menjalankan usaha dibidang kontraktor pada umumnya , seperti
pemborongan bangunan gedung-gedung , jalan-jalan, jembatan-jembatan ,
pengairan, instansi listrik dan pekerjaan lainnya;

-

Berdagang pada umumnya dari segala jenis dan rupa barang , termasuk
perdagangan eksport maupun import , dari pulau maupun dari luar pulau,
baik itu untuk perhitungan sendiri maupun atau dasar komisi atas
perhitungan pihak lain ;

-

Bertindak sebagai leverensir, grosser , distributor dan sebagai agen komisi
sari segala rupa barang;

-

Menjalankan usaha alam bidang perkebunan , pertanian;
82
83

Company Profile CV. Tugede .
Pasal 2 akta Pendirian CV. Tugede.

Universitas Sumatera Utara

66

-

Menjalankan usaha dibidang perikanan;

-

Menjalankan usaha jasa pada umumnya kecuali jasa dalam bidang pajak
dan hukum;

-

Menjalankan usaha-usaha lainnya yang dapat membawa keuntungan pagi
perseroan ; (segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya.

-

Dalam menjalankan usahanya dibidang pemborongan bangunan , CV.
Tugede sebelumnya telah memiliki berbagai pengalaman antara lain
melakukan penanda tangan kontrak dengan dinas Penataan Ruang dan
Permukiman

kota Tanjung Balai dalam proyek pembangunan saluran

drainase jalan kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Sei Tualang
Raso Kota Tanjung Bali

sepanjang 750M. Sengan nilai Rp.

441.055.000,00, rehabilitasi jaringan irigasi di kecamatan Teluk nibung
Tanjung Balai pada tahun 2005 dengan nilai proyek Rp. 557.000.000 dan
masih banya lainnya . Pada tahun 2016 tepatnya pada tanggal 31 Oktober
2016 CV. Tugede kembali melukukan tanda tangan kontrak dengan dinas
Kepemudaan dan Olahraga kota Tanjung Balai dalam proyek pengadaan
barang peralatan olahraga outdoor di Gedung Olahraga Serbaguna kota
Tanjung Balai dengan nilai Rp. 117.194.00. kontrak pengadaan barang alat
olahraga outdoor inilah yang akan dibahas lebih mendalam pada penulisan
skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

67

B. Profil Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Tanjung Balai (Dispora
kota Tanjung Balai)
Kota daerah Tanjung Balai secara administratif merupakan salah satu daerah
tingkat II otonom di propinsi Sumatera Utara. Letak koordinat dari kota Tanjung
Balai ini adalah 2ↄ56’ – 46,06” Lintang Utara dan 99ↄ45’46,84” Bujur Timur.
Pemerintah kota Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Walikota dan Wakil
Walikota . walikota dan Wakil Walikota ini melimpahi sebagian wewenangnya
kepada Sekretaris Daerah (Sekda) untuk menjalankan tugas-tugas kepala daerah.
Sekda dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para asisten Kepala Dinas dan
Kepala Badan di Lingkungan Kota Tanjung Balai, yang terdiri dari sepuluh
Dinas, dan 6 Camat . Adapun dinas-dinas tersebut adalah : 84
1. Dinas Perikanan dan Kelautan;
2. Dinas Kesehatan ;
3. Dinas Komunikasi dan Informatika;
4. Dinas Pendidikan ;
5. Dinas kebersihan dan Pasar;
6. Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil;
7. Dinas Pekerjaan Umum;
8. Dinas Ketenagakerjaan ;
9. Dinas Kepemudaan dan Olahraga;
10. Dinas Perhubungan;

84

Repository.usu.ac.id/bitscream/123456789/9511/1/10E00273.pdf.

Universitas Sumatera Utara

68

Dinas Kepemudaan dan Olahraga kota Tanjung Balai merupakan salah satu
dinas yang ada di Kota Tanjung Balai merupakan salah satu dinas yang ada di
Kota Tanjung Balai . dinas ini beralamat di jalan Jendral Sudirman No. 09 Kota
Tanjung Balai . tugas Pokok dinas ini melaksanakan tugas pokok penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah dibidang kepemudaan dan olahraga. Salah satu
susunan organisasi yang ada pada dinas Pora ini adalah bidang pengembangan
sarana dan prasarana olahraga.
Adapun rincian tugas bidang pengembangan prasarana olahraga adalah
sebagai berikut :
-

Perumusan dan mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan masalah dan peningkatan
mutu pemudaan dan olahraga;

-

Merencanakan , melaksanakan , mengendalikan , mengevaluasi dan
melaporkan kegiatan seksi ;

-

Menyiapkan bahan kebijakan , bimbingan dan pembinaan serta petunjuk
teknis yang berkaitan dengan pengawasan pemudadan olahraga;

-

Menyusun

dan

melaksanakan

standart

perencanaan

saran

dan

kewirausahaan pemudan dan olahraga;
-

Pemberian stimulan peralatan kewirausahaan , pengembangan potensi
pemuda dan olahraga;

-

Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
olahraga.

Universitas Sumatera Utara

69

Dalam rangka melaksanakan tugaas-tugas pokok tersebut , bidang
pengembangan prasarana olahraga

Kota Tanjung Balai membuat beberapa

perjanjian/kontrak untuk melakukan pengembangan dan pemanfaatan iptek dalam
pengembangan sarana dan prasarana olahraga didaerahnya. Salah satunya adalah
pekerjaan pengadaan peralatan olahraga outdoor di Gedung Olahraga Serbaguna
kota Tanjung balai tepatnya di jalan Sudirman Km 4. Kec. Datuk Bandar Kotan
Tanjung Balai. Dinas pemuda dan olahraga ini bertindak sebagai Pjabat Pembuat
Komitmen (PPK).
PPK bertanggung jawab dari segi administrasi , fisik, keuangan , dan
fungsional terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Tugas PPK antra lain
adalah membuat perencanaan teknis , menetapkan spesifikasi pekerjaan ,
mengawasi proses dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi , serta mengendalikan
pelaksanaan kontrak , hingga menyerahkan hasil pekerjaan kepada atasannya.
Sebagai penanggung jawab pelaksanaan pelaksanaan kontruksi , PPK akan
menandatangani kontrak sebagai pihak pertama mewakili Pemerintah. 85

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengadaan Barang
antara CV. Tugede dengan Dispora Tanjung Balai
Dalam KUHPerdata terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan tetapi hanya sedikit .
KUHPerdata menjelaskan bahwa kewajiban dari si pemberi tugas adalah
membayar jumlah harga borongan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak ,
85

Alfian Malik. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksa Konstruksi .yogyakarta : Andi , 2010.

Hal. 110.

Universitas Sumatera Utara

70

sedangkan kewajiban si pemborong adalah melaksanakan pekerjaan pemborongan
sesuai dengan kontrak , rencana kerja dan syarat-syarat yang telaah ditetapkan.
Menurut analisa saya analisis Yuridis berdasarkan Undang-Undang No. 18
Tahun 1999 tentang menegeni pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan perjanjian pengadaan barang sarana peralatan olahraga outdoor di
GOR kota Tanjung Balai terdapat dalam syarat-syarat umum kontrak paada point
ke 24 . adapun mengenai pengaturan tersebut adalah sebagai berikut:


Hak dan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen / si Pemberi Tugas :
a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia jasa.
b. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Melakukan perubahan kntrak
d. Menangguhkan pembayaran.
e. Mengenakan denda keterlambatan .
f. Membayar uang muka , hasil pekerjaan , dan uang retensi .
g. Menyerahkan seluruh atau sebagian lapangan pekerjaan .
h. Memberikan instruksi sesuai jadwal.
i. Membayar ganti rugi , melindngi dan membela penyedia jasa terhadap
semua tuntutan hukum , tuntutan lainnya , tanggunagan yang timbul
karena kesalahan , kecerobohan , dan pelanggaran kontrak yang
dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

Universitas Sumatera Utara

71

Hak dan kewajiban penyedia barang / si pemborong :
a. Menerima pembayaran uang muka, hasil pekerjaan dan uang retensi .
b. Menerima pembayaran ganti rugi / kompensasi (bila ada)
c. Melaksakan dan menyeesaikan pekerjaan sesuai jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
d. Melaporkan pelaksanaan pekerjaaan secara periodik kepada pejabat
komitmen.
e. Memberikan peringatan dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk pemeriksaan pelasanaan yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
f. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak.
g. Mengambil

langkah

–langkah

yang

memadai

untuk

melindungi

lingkungan baik didalam maupun diluar tempat kerja dan membatasi
perusakan dan pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya,
sebagai akibat polusi , kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan
oleh kegiatan penyedia jasa.
Disamping syarat-syarat khusus tersebut, sesuai dengan dokumen kontrak ,
ada beberapa tanggung jawab dan kewajiban yang dibebankan kepada CV.
Tugede dalam hal melaksanakan pengadaan barang ini , antara lain : 86

86

Pasal 15 Surat Pejanjian Kerja Nomor :050/318.B/SPK-DISPORABUDPAR/X2016.

Universitas Sumatera Utara

72

1. Mengadakan usaha-usaha untuk menjamin keselamatan dan keamanan
para pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memenuhi
peraturan tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK)
2. Diwajibkan bekerjasama dengan pengusaha golongan ekonomi lemah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Harus

menyediakan

segala

peralatan

yang

dibutuhkan

dalam

pelaksanaan pekerjaan dilapangan secara mandiri atau dengan menyewa
dari pihak luar.
4. Bertanggung jawab terhadap milik negara yang dipinjamkan atau yang
diserahkan kepada CV. Tugede meliputi pemeliharaan , menjaga kondisi
, perbaikan aas kerusakan dan penggantian atas kehilangan milik negara
tersebut.
5. Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya peralatan menjadi
tanggung jawab CV. Tugede dan hal ini tidak dapat dijadikan atas
keterlambatan pekerjaan dan menyangkut kualitas pekerjaan.
6. Harus mengutamakan jasa dan produksi dalam negeri dengan tetap
mematuhi persyaratan spesifikasi teknik pekerjaan.

Dalam surat perintah mulai kerja yang dikeluarkan oleh dinas pemuda dan
olahraga

kota Tanjung Balai dijelaskan bahwa pihak penyedia berkewajiban

untuk menyelesaikan pengadaan barang olahraga outdoor dalam jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan selama 45 (empat puluh lima) hari kalender . pekerjaan ini
dimulai pada 31 oktober 2016 dan harus selesai pada tanggal 11 desember 2016

Universitas Sumatera Utara

73

sesuai

dengan

SP

(Surat

Pesanan)

Nomor

:

050/27.10.16/PA-

DISPORA/X/2016: 87


Tanggal barang diterima : selambat-lambatnya tanggal 11 Desember 2016.



Syarat-syarat pekerjaan : sesuai dengan persyaratan dan ketentuan kontrak.



Waktu penyelesaian : selama 45 (empat puluh lima) hari kalender.
Alamat pengiriman barang : Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tanjung Balai Jl. Jend Sudirman No. 9 Kota Tanjung Balai.



Denda : terhadap ssetiap hari keterlambatan penyelesaian pekerjaan Penyedia
Barang / jasa akan dikenakan Denda keterlambatan sebesar 1 / 1000 (satu per
seribu) dari nilai kontrak atau bagian tertentu sari nilai kontrak sebelum PPN
sesuai persyaratan dan ketentuan kontrak.
Artinya Penagihan hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan

yang diperintahkan dalam SPK ini dan dibuktikan dengan berita acara serah
terima . Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan arena kesalahan atau kelalaian penyedia maka penyedia berkewajiban
untuk membayar denda kepada PPK sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari bagian
tertentu nilai SPK sebelum PPN setiap hari kalender keterlambatan. 88
Dalam pelaksanaan kontrak pengadaan , penyedia barang/jasa tidak hanya
diwajibkan melaksanakan kewajiban secara tegas diatur dalam kontrak , tetapi
juga wajib menanggung adanya cacat dalam kualitas pekerjaan . kewajiban
menanggung ini dapat bersifat tegas dalam kontraknya maupun secara diam-diam.

87

SP (Surat Pesanan) Nomor : 050/27.10.16/PA-DISPORA/X/2016

88

Instruksi kepada penyedia dalam Surat Perintah Kerja Nomor dan tanggal SPK :
050/318.B/SPK-DISPORABUDPAR/X/2016, tanggal :31 oktober 2016.

Universitas Sumatera Utara

74

Pengguna barang/jasa hanya akan menerima pekerjaan penyedia barang/jasa jika
pekerjaan itu sesuai dengan spesifikasi, tidak mengandung cacat dan dalam
tenggang

waktu

sevagaimana

ditetapkan

dalam

kontrak,

jika

terdapat

ketidaksesuaian dengan spesifikasi atau jika terdapat cacat maka pengguna
barang/jasa berhak melakukan penolakan atau bahkan dapat memutuskan
kontrak. 89
PPTK akan memeriksa setiap hasil pekerjaan penyedia dan memberitahukan
secara tertulis penyedia atas setiap cacat mutu yang ditemukan . PPTK dapat
memerintahkan penyedia untuk menemukan dan mengungkapkan cacat mutu.
Serta munguji pekerjaan yang dianggap oleh PPTK mengandung cacat mutu.
Penyedia bertanggung jawab atas cacat mutu selama 6 (enam) bulan setelah serah
terima hasil pekerjaan. 90
D. Kendala dan Upaya Penyelesaian Sengketa Para Pihak dalam Perjanjian
Pemborongan apabila muncul
Sebagai salah satu rencana manusia sebagai makhluk Nya, tentunya tidak
semua dari rencana tersebut kesampaian apa adanya seperti yang direncanakan .
demikian juga rencana pemborongan suatu proyekpengadaan barang ini tentunya
tidak selamanya dapat tercapai. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak
manusia atau diluar kehendak manusia yang mempengaruhi jalan nya suatu
proyek pengadaan barang dan jasa maupun konstruksi yang dapat menyebabkan
rencana tersebut diubah haluan ditengah jalan, atau bahkan

kemungkinan

89

Y. Sogar Simamora . Op.Cit. Hal. 253.
Point ke 6 (enam) syarat umum SPK (Surat Perjanjian Kerja) Nomor :
050/318.B/SPK-DISPORABUDPAR/X/2016.
90

Universitas Sumatera Utara

75

rencana tersebut harus dibatalkan sama sekali. Demikianlah

maka akhirnya

berkembanglah teori dan praktek hukum mengenai ketidakterlaksanaan kontrak
pengadaan barang ini dengan berbagai bentuk dan konsekuensi . Adapun hal-hal
yang menjadi kendala sehingga menyebabkan ketidakterlaksanaannya suatu
kontrak konstruksi antara lain ketrlambatan, ketidakcocokan dan kegagalan ;
suspensi ; repudiasi; determinasi ; force majeure ; variasi ; exempsi ; hardship;
dan terminasi. 91
Pada umumnya kerugian dalam hal perjanjian pengaaan barang/jasa lebih
dominan dialami oleh para pihak penyedia barang. Hal ini disebabkan oleh
kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Kedudukan pihak pengguna barang
biasanya selalu lebih tinggi dibandingkan kedudukan penyedia barang , walaupun
dalam teorinya kedudukan para pihak dalam suatu perjanjian selalu setara satu
sama lain karena tidak memandang latar belakang pendidikannya, status sosial ,
ataupun besar kecilnya kekuasaan yang dipegang oleh para pihak , namun
kenyataannya dilapangan tidak mengatakan demikian. Terdapat 2 (dua) kategori
ganti rugi atas kerugian yang dialami antara lain :
1. Ganti kerugian berdasarkan wanprestasi
 Yaitu ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi
merupakan akibat tidk dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban
tambahan yang berupa kewajiban atas prestasi utama. Bentuk-bentuk
prestasi ini dapat berupa :

91

Munir Fuady. Op.Cit. Hal. 198.

Universitas Sumatera Utara

76

a.

Penyedia dan/atau penyedia barang tidak memenuhi pretsi sama
sekali;

b.

Pengguna dan/atau barang terlambat dalam memenuhi prestasi;

2. Ganti kerugian berdasarkan perbuatan melawan hukum :Pasal 1365
KUHPerdata) yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
a. Adanya perbuatan melanggar hukum;
b. Ada kerugian;
c. Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum;
d. Adanya kesalahan.\
Ketidakterlaksanaannya suatu kontrak dapat menimbulkan perselisihan atau
yang sering disebut dengan “sengketa ” diantara para pihak pengguna dengan
pihak penyedia barang/jasa tersebut. Yang dimaksud dengan sengketaalah
sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi
antara para pihak yang tersebut dalam kontrak konstruksi, yang didunia barat
disebut construction dispute. 92
Sesuai dengan SPK pada point ke 22 yang bunyinya :
“PPTK

dan

Penyedia

berkewajiban

untuk

berupaya

sungguh-sungguh

menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau
berhubungan dengan SPK

ini atau interpretasinya selama atau setelah

pelaksanaan pekerjaan. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara

92

Nazarkhan Yasin , Penyelesaian Sengkets , Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 2004 ,

Hal.83.

Universitas Sumatera Utara

77

musyawarah maka perselisihan akan diselesaikan melalui pengadilan neeri dalam
wilayah hukum Republi Indonesia. 93
Pasal 36 dan 37 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 (selanjutnya
disebut UU No. 18/1999) tentang pengadaan barang dan jasa mengatur mengenai
penyelesaian sengketa pemborongan dapat ditempuh melalui pengadilan atau
diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa , yang
dimaksudkan untuk melindungi hak keperdataan para pihak yang bersengketa
sebagai aplikasi dari asas kebebasan berkontrak. Ketentuan tersebut diatas
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 49 – 54 Peraturan Pemerintah No. 29 ahun
2000

(se