Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

(1)

TESIS

OLEH

OKI ANDRIANSYAH KURNIADI

087011090 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

T E S I S

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

OKI ANDRIANSYAH KURNIADI

087011090 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

Nomor Pokok : 087011090 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Notaris Syafnil Gani, SH, MHum) (Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, MHum Anggota : 1.Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

2.Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum


(5)

sahnya suatu perjanjian. Namun untuk melihat apakah suatu perjanjian lahir dari suatu kata sepakat yang sah tidak semudah membalik telapak tangan. Lain halnya untuk melihat dipenuhi atau tidaknya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang lainnya yakni kecakapan, obyek yang tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan syarat-syarat ini dengan mudah dapat diketahui, karena parameternya sudah sangat jelas dan terlihat baik dari subyek maupun obyek perjanjiannya. Penulis bertujuan untuk menjelaskan akibat hukum dari pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan barang atas dasar wanprestasi, Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel dan mengetahui penyelesaian dalam sengketa pengadaan barang.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang bentuk perjanjian kerjasama PT TNC dengan PT. Moratel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akibat Hukum Dari Pembatalan Akta Perjanjian Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi berdasarkan utang, juga berakibat bahwa barang dalam keadaan sewaktu sebelum perikatan dibuat, artinya bahwa demi hukum dianggap tidak pernah ada perikatan diantara para pihak (penghadap), oleh sebab itu demi hukum pula akta perjanjian ada hanya tertulis melalui pesan email mengenai kerjasama atau pembayaran tagihan. Kerugian/biaya yang harus dipertanggung PT. TNC sebagai akibat pemutusan link palembang < > Muara Enim dan Palembang < > Pangkal Pinang secara mendadak/diluar jadwal. Dengan pemutusan mendadak/diluar jadwal, perangkat hanya selama 9 (sembilan) bulan, sehingga menghilangkan keuntungan yang diharapkan bagi PT. TNC Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel berdasarkan dalam bentuk akta dibawah tangan, sehingga Akta perjanjian kerjasama pengadaan barang merupakan akta yang kurang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini dimaksudkan oleh para pihak untuk lebih memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. PT. Moratel berhak memperoleh pembayaran ganti rugi seimbang dengan pekerjaan yang telah dihasilkan dan ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan. PT. Moratel juga akan diberikan kewajiban penggantian kerugian yang disebabkan karena kurang tepatnya perencanaan proyek yang dibuat oleh pengguna jasa tower provider internet. Dalam keadaan demikian maka resiko kerugian ada pada pengguna jasa instansi tower link Muara Enim Palembang. Penyelesaian sengketa pengadaan barang antara PT. TNC dengan PT Moratel dengan jalan menggunakan jasa Law Firm mediator lebih mudah untuk dilaksanakan karena penyelesaian sengketa pengadaan barang melalui pengadilan memerlukan proses yang lama yang diawali adanya gugatan, jawaban atas gugatan, replik, duplik, kesimpulan, pembuktian dan putusan pengadilan.


(6)

without which there will be no contract. This notion is in accord with Article 1313 of the Civil Code (BW). It means that an agreement is the keyword for the validity of a contract. However, in order to know whether a certain contract come from an agreement is not as easy as turning you hand. On the other hand, we can easily know whether a certain contract is valid or not such as its capability , a certain object, and the requirements for the validity of a certain contract because they have clear parameter of the subject or the object of the contract. This research was aimed to explain the legal consequences of the abrogation of the contract for supplying goods, based on the breach of the contract between PT. TNC and PT. Moratel and to know the solution to the dispute of supplying the goods.

The research was a descriptive analytic with a judicial normative approach. It explained, described, and analyzed the status of the contract between PTG. TNC and PT. Moratel.

The result of the research showed that the legal consequences of the abrogation of the contract of supplying the goods concerning debts would cause the condition of the goods was before the contract was made. It meant that legally it was considered that there was no contract between the two parties (persons appearing). Therefore, legally the contract which dealt with joint venture and debt payment was merely written and sent via e-mail. The loss/cost had to be compensated by PT. TNC due to the termination of the link abruptly and not in the schedule between Palembang and Muara Enim and between palembang and Pangkal Pinang. The effect was that the wares only lasted 9 (nine) months so that PT TNC lost its opportunity to gain benefit. The contract for supplying the goods did not have its validity. Therefore, both parties needed legal protection and legal certainty. PT. Moratel had the rights to obtain the indemnity which was relevant to what they had done and to the cost they had paid. PT. Moratel had to pay the indemnity because the planning for the project made by the service user of tower provider internet was not scheduled properly. In this case, the risk of loss was taken by the tower link service at Muara Enim – Palembang. It was recommended that the solution to the dispute of supplying the goods should use law Firm mediator in order that it could be streamlined. The arbitration of the dispute of supplying the goods by the Court would take a long time: it would begin with filing the claim, responding to the claim, replication, rejoinder, conclusion, giving evidence, and court’s verdict.

Keywords : Contract for Jonit-Venture, Supplying Goods based on the Breach of the Contract


(7)

dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak DR. Faisal Akbar, SH, M.Hum, Bapak Syafnil Gani, SH, M.Hum., Bapak DR. Pendastaren Tarigan, SH, MS, selaku komisi pembimbing yang telah dengan tulus ihklas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan member masukan dan arahan yang kontruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan arahan.


(8)

diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisa tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah. 6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.


(9)

8. Motivator terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang tak putus-putusnya kepada Ayahanda Agus Winardi dan Ibunda Dorkas Rosmawati Siregar serta keluarga dan saudaraku yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada istri tercinta yang selama ini telah menjadi inspirasi dan memberikan semangat sehingga motivasi warna tersendiri dalam kehidupan dan juga dalam penyelesaian tesis di Program Studi Magister Kenotaritan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Amien Ya Rabbal Alamin

Medan, Juli 2011 Penulis


(10)

Nama : Oki Andriansyah Kurniady Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 29 Oktober 1981 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Martimbang No. 7 II. Keluarga

Nama Ayah : Agus Winadi

Nama Ibu : Dorkas Rosmawati Siregar Nama Abang : Bambang Sudarwadi, SH III. Pendidikan

1. SD Santo Yoseph Medan (Lulus Tahun 1994) 2. SLTP Santa Maria (Lulus Tahun 1997) 3. SMU Yapim (Lulus Tahun 2000)

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (Lulus Tahun 2004) 5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (MKn)Fakultas HukumUniversitas


(11)

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR………. iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR SINGKATAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penulisan... 6

E. Keaslian Penelitian... 7

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 7

1. Kerangka Teori ... 7

2. Konsepsi... 14

G. Metode Penelitian... 20

1. Jenis penelitian ... 20

2. Sumber Data Penelitian ... 21

3. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4. Alat Pengumpulan Data... 22

5. Analisis Data ... 22

BAB II AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN BARANG ATAS DASAR WANPRESTASI ... 24

A. Karakteristik Tentang Wanprestasi... 24

B. Akibat Hukum Salah Satu Pihak Yang Melakukan Wanprestasi Dalam Kontrak Pengadaan Barang ... 34


(12)

A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Kerjasama ... 51

B. Bentuk dan pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan barang 62 C. Tanggung Jawab Kontraktor dalam Pengadaan Barang dan Jasa di PT. Telemedia Network Cakrawala ... 78

D. Upaya-upaya yang Ditempuh oleh Para Pihak Apabila Muncul Permasalahan ... 82

E. Penyelesaian Wanprestasi dalam perjanjian kerjasama pengadaan Barang... 88

BAB IV PENYELESAIAN DALAM SENGKETA PENGADAAN BARANG A. Pembayaran Tagihan dalam perjanjian kerjasama pengadaan Barang ... 99

B. Penyelesaian Dalam sengketa pengadaan barang di PT. TNC . 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran... 109


(13)

TNC = Telemedia Network Cakrawala Moratel = Mora telematika Indonesia


(14)

sahnya suatu perjanjian. Namun untuk melihat apakah suatu perjanjian lahir dari suatu kata sepakat yang sah tidak semudah membalik telapak tangan. Lain halnya untuk melihat dipenuhi atau tidaknya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang lainnya yakni kecakapan, obyek yang tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan syarat-syarat ini dengan mudah dapat diketahui, karena parameternya sudah sangat jelas dan terlihat baik dari subyek maupun obyek perjanjiannya. Penulis bertujuan untuk menjelaskan akibat hukum dari pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan barang atas dasar wanprestasi, Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel dan mengetahui penyelesaian dalam sengketa pengadaan barang.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang bentuk perjanjian kerjasama PT TNC dengan PT. Moratel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akibat Hukum Dari Pembatalan Akta Perjanjian Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi berdasarkan utang, juga berakibat bahwa barang dalam keadaan sewaktu sebelum perikatan dibuat, artinya bahwa demi hukum dianggap tidak pernah ada perikatan diantara para pihak (penghadap), oleh sebab itu demi hukum pula akta perjanjian ada hanya tertulis melalui pesan email mengenai kerjasama atau pembayaran tagihan. Kerugian/biaya yang harus dipertanggung PT. TNC sebagai akibat pemutusan link palembang < > Muara Enim dan Palembang < > Pangkal Pinang secara mendadak/diluar jadwal. Dengan pemutusan mendadak/diluar jadwal, perangkat hanya selama 9 (sembilan) bulan, sehingga menghilangkan keuntungan yang diharapkan bagi PT. TNC Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel berdasarkan dalam bentuk akta dibawah tangan, sehingga Akta perjanjian kerjasama pengadaan barang merupakan akta yang kurang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini dimaksudkan oleh para pihak untuk lebih memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. PT. Moratel berhak memperoleh pembayaran ganti rugi seimbang dengan pekerjaan yang telah dihasilkan dan ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan. PT. Moratel juga akan diberikan kewajiban penggantian kerugian yang disebabkan karena kurang tepatnya perencanaan proyek yang dibuat oleh pengguna jasa tower provider internet. Dalam keadaan demikian maka resiko kerugian ada pada pengguna jasa instansi tower link Muara Enim Palembang. Penyelesaian sengketa pengadaan barang antara PT. TNC dengan PT Moratel dengan jalan menggunakan jasa Law Firm mediator lebih mudah untuk dilaksanakan karena penyelesaian sengketa pengadaan barang melalui pengadilan memerlukan proses yang lama yang diawali adanya gugatan, jawaban atas gugatan, replik, duplik, kesimpulan, pembuktian dan putusan pengadilan.


(15)

without which there will be no contract. This notion is in accord with Article 1313 of the Civil Code (BW). It means that an agreement is the keyword for the validity of a contract. However, in order to know whether a certain contract come from an agreement is not as easy as turning you hand. On the other hand, we can easily know whether a certain contract is valid or not such as its capability , a certain object, and the requirements for the validity of a certain contract because they have clear parameter of the subject or the object of the contract. This research was aimed to explain the legal consequences of the abrogation of the contract for supplying goods, based on the breach of the contract between PT. TNC and PT. Moratel and to know the solution to the dispute of supplying the goods.

The research was a descriptive analytic with a judicial normative approach. It explained, described, and analyzed the status of the contract between PTG. TNC and PT. Moratel.

The result of the research showed that the legal consequences of the abrogation of the contract of supplying the goods concerning debts would cause the condition of the goods was before the contract was made. It meant that legally it was considered that there was no contract between the two parties (persons appearing). Therefore, legally the contract which dealt with joint venture and debt payment was merely written and sent via e-mail. The loss/cost had to be compensated by PT. TNC due to the termination of the link abruptly and not in the schedule between Palembang and Muara Enim and between palembang and Pangkal Pinang. The effect was that the wares only lasted 9 (nine) months so that PT TNC lost its opportunity to gain benefit. The contract for supplying the goods did not have its validity. Therefore, both parties needed legal protection and legal certainty. PT. Moratel had the rights to obtain the indemnity which was relevant to what they had done and to the cost they had paid. PT. Moratel had to pay the indemnity because the planning for the project made by the service user of tower provider internet was not scheduled properly. In this case, the risk of loss was taken by the tower link service at Muara Enim – Palembang. It was recommended that the solution to the dispute of supplying the goods should use law Firm mediator in order that it could be streamlined. The arbitration of the dispute of supplying the goods by the Court would take a long time: it would begin with filing the claim, responding to the claim, replication, rejoinder, conclusion, giving evidence, and court’s verdict.

Keywords : Contract for Jonit-Venture, Supplying Goods based on the Breach of the Contract


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perjanjian berawal dari suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal dan untuk tidak melakukan sesuatu hal. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui negoisasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang dinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar.1

Perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel telah disepakti oleh kedua pihak dapat mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikat undang-undang bagi para pihak yang melakukan suatu perjanjian kerjasama, karena telah dibuat memenuhi syarat sahnya perjanjian kerjasama di maksud oleh pasal 1338 KUH Perdata.

PT. TNC merupakan perusahaan yang bergerak bidang provider internet dengan akta notaris M. Dodi Budiantoro Nomor 10 tanggal 26 November 2007 Akta perdirian Perseroan terbatas “PT Telemedia Network Cakrawala”.2 Maksud dan tujuan perseroan ini adalah berusaha dalam bidang Telekomunikasi. Untuk mencapai

1

Komar Andasasmita, Kontrak Pemborongan Mega Proyek,(Bandung : Alumni, 1993), hal 48 2


(17)

maksud dan tujuan tersebut diatas perseroan berhak menjalankan segala kegiatan dan usaha adalah Jasa Teknologi Informasi termasuk Internet Content provider, Multimedia distribusi yang berhubungan dengan piranti lunak, konferensi jarak jauh (Tele Conference),Word Processing, Database serta kegiatan usaha terkait.

Sedangkan PT Moratel yakni penyediaan provider internet dengan Data Communication dan Application Intergrated Services.3

Dalam perjanjian kerjasama PT. TNC sudah menyelesaikan proyek 60% namun PT. Moratel belum menyelesaikan tugasnya sehingga timbul wanprestasi disebakan karena hutang piutang yang dibuat oleh PT. Moratel. Kemudian PT. TNC rugi atas proyek tersebut sebesar Rp. 375.533.342 dengan ketentuan setelah dilakukannya pembayaran client kemudian hari tidak akan melakukan tuntutan atau gugatan dalam bentuk apapun kepada perusahaan ini, serta memutuskan kerjasama yang dituangkan dalam suatu kesepakatan bersama.4

Dengan ini kedua belah pihak telah sepakat membuat perjanjian proyek pembangunan Tower provider internet di Muara Enim Palembang. PT. Moratel merupakan bagian yang dipisahkan dari perjanjian ini adalah surat penawaran harga dari pihak PT. TNC dan semua korespondensi yang berhubungan dengan perjanjian ini yang dilakukan PT. TNC dengan PT Mora Telematika Indonesia selama masa pengadaan sampai dengan terselesaikannya seluruh pekerjaan.5

3 http:// www.moratelindo.co.id diakseskan tanggal 8 April 2011 4 Lampiran pemberitahuan total tagihan TNC kepada pihak Moratel 5 Lampiran perjanjian kerjasama kontrak Nomor 10000255


(18)

Perjanjian kerjasama PT. TNC dengan PT Moratel dibatalkan di Jakarta pada tanggal 12 Juni 2009 dan mengandung unsur hutang-piutang dalam proses pembentukan kesepakatan diantara para pihak.6 Penyataan batal berdasarkan hutang-piutang berakibat bahwa barang dan orang-orangya dipulihkan dalam sewaktu sebelum perikatan dibuat. Perjanjian kerjasama yang dibuat karena hutang-piutang dapat dituntut pembatalannya dengan ganti rugi atas proyek pembangunan Tower provider internet di Muara Enim Palembang. Gugatan pembatalan perjanjian kerjasama atas dasar hutang-piutang dapat juga disertai tuntutan penggantian biaya, dan kerugian.7

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa awal dari adanya perjanjian kerjasama adalah kesepakatan. Tanpa adanya kesepakatan maka tidak ada perjanjian. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1313 BW. Artinya, adanya kata sepakat merupakan kunci dari lahir dan sahnya suatu perjanjian. Namun untuk melihat apakah suatu perjanjian lahir dari suatu kata sepakat yang sah tidak semudah membalik telapak tangan. Lain halnya untuk melihat dipenuhi atau tidaknya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang lainnya yakni kecakapan, obyek yang tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan syarat-syarat ini dengan mudah dapat diketahui, karena parameternya sudah sangat jelas dan terlihat baik dari subyek maupun obyek perjanjiannya.

6Lampiran Surat Undangan untuk menyelesaikan hutang piutang 7Lampiran perjanjian kerjasama kontrak Nomor 10000255


(19)

Terjadinya kata sepakat para pihak yang membuat perjanjian yang dimaksud dalam pasal 1320 BW adalah kesepakatan yang terjadi secara bebas dan adanya kesadaran penuh, tanpa adanya unsur-unsur lainnya yang membuat para pihak menjadi tidak bebas dalam membuat kesepakatan. Unsur-unsur tersebut adalah suatu keadaan tertentu dan/atau upaya dari pihak lawan kontrak atau pihak lainnya, sedemikian rupa sehingga seseorang dapat atau mau membuat kesepakatan, dimana bilamana tanpa adanya upaya tersebut maka seseorang itu tidak akan mungkin membuat kesepakatan tersebut atau seseorang itu akan sepakat untuk syarat dan kondisi yang berbeda dari kesepakatan tersebut. Unsur-unsur tersebut adalah kekhilafan atau kesesatan (dwaling), paksaan (dwang) dan penipuan (bedrog) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1321 BW.8

Perjanjian pengadaan barang yang dibuat oleh PT. TNC pada umumnya adalah dibuat secara tertulis dengan akta dibawah tangan, dan tidak pernah dibuat dengan akta notariil (notaris) mengenai pekerjaan proyek pembangunan Tower provider internet di Muara Enim Palembang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerjasama ini adalah penawaran harga dari pihak PT. Moratel dan semua korespondensi yang berhubungan dengan perjanjian kerjasama selama masa pengadaan sampai dengan terselesaikannya seluruh pekerjaan. Lebih lanjut dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang yang diadakan oleh PT. TNC secara khusus diatur dalam perjanjian yang disepakati bahwa apabila terjadi cidera

8 Meliala, A. Qiram Syamsudin. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Pengadaan barang atau


(20)

janji atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian tersebut, pihak yang dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan/atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi.

Melihat perselisihan yang timbul antara PT. TNC dengan PT. Moratel maka penulis memberikan alasan pemilihan judul ini karena mengetahui terjadinya perselisihan terhadap isi perjanjian kerjasama ini dikemudian hari, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara kerjasama yang dituangkan dalam suatu kesepakatan bersama, kedua belah pihak sepakat untuk mengambil tempat kedudukan hukum yang umum dan tetap pada pembayaran ganti rugi dan segala sesuatu yang bertalian dengan pelaksanaan perjanjian atau masalah-masalah yang berhubungan dengannya, akan diselesaikan terlebih dahulu dengan mufakat bersama antara kedua belah pihak. Apabila tidak dapat diselesaikan dengan jalan mufakat bersama antara kedua belah pihak akan dimintakan penyelesaiannya kepada pngadilan negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum perdata Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis tentang hal tersebut dengan judul : “TINJAUAN HUKUM

PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN

BARANG ATAS DASAR WANPRESTASI (Studi PT.TNC).

B. Perumusan Masalah


(21)

1. Bagaimanakah akibat hukum dari pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan barang atas dasar wanprestasi?

2. Bagaimanakah Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT.Moratel?

3. Bagaimanakah penyelesaian dalam sengketa pengadaan barang? C. Tujuan Penelitian

Sebagai tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui akibat hukum dari pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan barang atas dasar wanprestasi.

2. Untuk mengetahui Wanprestasi perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel.

3. Untuk mengetahui penyelesaian dalam sengketa pengadaan barang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah dengan membandingkan antara teori dengan praktek yang berkenaan dengan pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan atas dasar wanprestasi.

2. Sebagai informasi dan masukan terutama bagi rekan-rekan yang ingin meneliti serta melanjutkan penelitian ini lebih lanjut terutama mengenai masalah yang sama dan sebagai informasi bagi pihak yang memerlukannya. 3. Memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat yang ingin mengetahui


(22)

tentang tinjauan pembatalan akta perjanjian kerjasama pengadaan atas dasar wanprestasi.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang yang diketahui atau berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan sekolah Pascasarjana, Magister Kenotariatan dan Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, belum ada penelitian sebelumnya dengan judul “Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi”. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Adapun persamaan judul perlindungan hukum terhadap pihak-pihak dalam kontrak pengadaan barang pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.9

Teori adalah ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara perubahan (variable) dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berpikir (Frame of Thingking) dalam memahami serta menangani segala permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut.10

9Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hal 6.

10Bintaro Tjokroamidjoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Haji Masagung,


(23)

Kerangka teori yakni kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahn (problem), yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak setujuinya.11

Menurut pendapat Sugyono mengenai fungsi dari kerangka teori selaras dengan apa yang digunakan yaitu bahwa teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, setara sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.12

Teori yang dipakai dalam tesis ini adalah Teori Kepercayaan (vertrouwenstheorie) yaitu teori yang mengatakan bahwa kata sepakat ini terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.13

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, Asas kepercayaan merupakan kemauan untuk saling mengikat diri dalam suatu perjanjian, membangkitkan kepercayaan itu dipenuhi. Asas kepercayaan ini merupakan nilai etis yang bersumber pada moral.14

Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan (Verbintenis), sebagaimana diatur dalam hal Pasal 1234 BW yang berbunyi: ‘Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.

Subekti dalam bukunya mengenai hukum perjanjian menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain

11M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80. 12

Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 1983, hal 200.

13

R. Setiawan,Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, 1987, Bandung, hal 59.

14Mariam Darus Badrulzaman,KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan,


(24)

aau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.15

Selanjutnya disebutkan lagi bahwa suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Mariam Darus Badrulzaman mengatakan pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan.16

Perjanjian melahirkan perikatan, dan perjanjian yang tertulis disebut kontrak. Hal tersebut ditegaskan oleh Soebekti, yaitu:”Perkataan kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.17

Dalam Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa terdapat pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian adalah18:

1. Pengguna barang/jasa

Pengguna barang/jasa adalah pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam lingkungan unit kerja/proyek tertentu; 2. Penyedia barang/jasa

Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.

Wanprestasi (default atau non fulfillment), ataupun yang disebutkan juga dengan istilah (breach of contract) adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban

15

Subekti,Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1979, hal 1.

16 Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 89. 17 Subekti,Op.Cit, hal 7


(25)

sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan.19

Menurut Patrik mengemukakan bahwa wanprestasi yaitu suatu keadaan tidak terpenuhinya suatu prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian karena kesalahannya (kelalaian atau kesengajaan).20

Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi adalah21: - Tidak memenuhi prestasi sama sekali

- Memenuhi prestasi secara tidak baik - Terlambat memenuhi prestasi.

Akibat adanya wanprestasi ini maka kreditur (yang berhak menuntut prestasi) dapat menuntut kepada debitur (yang wajib memenuhi prestasi) yaitu berupa22: a. Pemutusan perjanjian

b. Penggantian kerugian

c. Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian d. Pemutusan perjanjian disertai ganti kerugian.

Jika terjadi wanprestasi maka yang memborongkan terlebih dahulu memberikan teguran agar pemborong memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam waktu yang layak. Jika setelah ada teguran diperjanjikan

19Patrik, Purwahid.Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian

dan Dari Undang-Undang),(Bandung : Mandar Maju, 2004), hal 113

20

Ibid

21

Satrio, J. 1995.Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 55


(26)

tetap mengabaikan peringatan tersebut maka pemborong dianggap telah melakukan wanprestasi.23

Akibat dari wanprestasi ini biasanya dikenakan sanksi-sanksi :24 1. membayar ganti rugi

Ganti rugi biasanya meliputi 3 unsur :

a. biaya adalah segala pengeluaran atau pengongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak.

b. Rugi adalah merupakan kerugian karena kerusakan barang-barang salah satu pihak oleh pihak lain.

c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayangkan atau yang sudah dihitung.

2. Pembatalan perjanjian (kontrak)

Pembatalan ini bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan.

3. Peralihan resiko

Adalah kewajiban memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak.

4. Membayar biaya perkara, apabila perkara wanprestasi ini sampai diajukan ke pengadilan.

23

Patrik, Purwahid,Hukum Perdata II- Perikatan yang lahir dari Perjanjian dan Undang-Undang, Jilid I, (Bandung : Bina Cipta, 1998), hal 34

24 Tirtodiningrat, K. R.M.T, Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (Jakarta : PT.


(27)

Apabila dalam suatu perjanjian yang telah ditentukan bahwa objek dari suatu perjanjian akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan, namun pada waktu tersebut objek tidak serahkan, sedangan waktu telah tiba untuk diserahkan. Dalam hal ini dikatakan wanprestasi atau ingkat janji.25

Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat, dalam hal ini perlu diperhitungkan akibat dari keterlambatan, apakah merugikan salah satu pihak. Akibat dari salah satu pihak tidak membayar uang yang telah diperjanjikan semula, maka pihak yang lain menderita kerugian.26

Mengenai wanprestasi dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang tidak diatur secara tegas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), oleh karena itu perjanjian tersebut menggunakan asas kebebasan berkontrak, atau berlaku ketentuan wanprestasi secara umum yang ditetapkan dalam KUHPerdata, baik menyangkut bentuk dan akibatnya.27

Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan konsekuensi sebagai dari wanprestasi tersebut, hukum memberikan sanksi kepada yang mengingkar janji karena tanpa ada sanksi maka dalam penyelesaiannya akan mengakibatkan kerugian kepada salah satu pihak.28

25Agustinus Dawarja dan Aksioma Lase. 2007. Perjanjian (Pengertian Pokok dan Teknik

Perancangannya).http://www.lexregis.com, diakses tanggal 26 Juni 2011

26Herman. 2009.Kedudukan Dan Kekuatan Hukum Memorandum of understanding Ditinjau

dari Segi Hukum Perikatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

http://herman-notary.blogspot.com, diakses tanggal 20 Juni 2011

27

Tirtodiningrat, K. R.M.T,Op.Cithal 68

28Hamish Stewart. 1995. “Penerapan Asas-asas Hukum Perjanjian Dalam Kontrak Pengadaan


(28)

Menurut ketentuan tersebut pihak kreditur dapat menuntut pihak debitur yang lalai untuk pemenuhan perjanjian, atau pembatalan disertai ganti rugi. Misalnya penggantian kerugian karena pemenuhan prestasi terlambat. Bila ia menuntut ganti rugi saja, maka dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan atau pembatalan.29

Wanprestasi berarti tidak melaksanakan isi kontrak. Padahal pihak-pihak sebelumnya telah sepakat melaksanakannya. Untuk mencegah wanprestasi dan memberikan keadilan dan kepastian hukum kepada pihak-pihak, hukum menyediakan sanksi yakni merupakan sanksi perdata karena masalah perjanjian kerjasama menyangkut kepentingan pribadi, yang berbeda dengan sanksi pidana berupa hukuman fisik terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana tertentu sebagaimana diatur dalam hukum pidana.30

Ganti rugi yang dapat tergugat terhadap wanprestasi adalah penggantian material yang nyata akibat wanprestasi tersebut. Ganti rugi tersebut dapat berupa biaya yang telah dikeluarkan, kerugian yang diderita dan keuntungan yang seyogianya bias didapatkan seandainya tidak terjadi wanprestasi. Disamping itu juga mengenai penggantian kerugian immaterial berupa kehilangan kesempatan, kenikmatan dan semacamnya yang semuanya perlu dihitung berupa besar jumlahnya dalam bentuk uang.31

29Ibid 30Ibid 31Ibid


(29)

2. Konsepsi

Guna menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini, penulis merasa perlu memberikan konsepsi agar dapat tercapai tujuan yang dimaksud. Pengertian konsepsi di sini adalah definisi operasional penelitian, yaitu pengertian atau maksud dasar dari istilah-istilah yang dipakai atau digunakan.

Perikatan yang lahir dari perjanjian menyebutkan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan, dan antara sekurang-kurangnya dua orang (jadi dapat lebih dari dua orang), perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara dua pihak yang berjanji tersebut.32

Perjanjian pengadaan barang adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh satu atau dua pihak yang menimbulkan pengikatan antara keduanya dalam hal pengadaan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang telah disepakati kedua belah pihak. Perjanjian pengadaan barang ini dapat dikategorikan sebagai perjanjian pemborongan pekerjaan, yang artinya kata dari pemborong pekerjaan pada Pasal 1601 huruf b KUHPerdata adalah bahwa :

“Pemborong pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, sipemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan”.

Menurut Pasal 1604 KUHPerdata menyebutkan dua macam pemborongan kerja yaitu :


(30)

a. Bahwa si pemborong hanya berjanji akan melakukan pekerjaan saja b. Si pemborong juga berjanji untuk menyediakan bahan-bahan yang

dipergunakan untuk pekerjaan itu

Berdasarkan pengertian diatas, maka bila dilihat dari segi objek yang diperjanjikan pengadaan barang terdapat persamaan dan perbedaan dengan perjanjian kerja dan perjanjian melakukan jasa. Persamaannya, dimana sama-sama menyebutkan pihak yang satu setuju melaksanakan pekerjaan bagi pihak lainnya dengan pembayaran tertentu. Sedangkan perbedaan pada perjanjian kerja terdapat hubungan dinas antara bawahan dengan atasan atau antara buruh dan majikan. Pada perjanjian pengadaan barang tidak terdapat hubungan yang demikian, melainkan penyediaan barang/jasa yang melaksanakan pekerjaan secara mandiri.33

Pengadaan barang diadakan dengan tujuan untuk memperoleh barang atau jasa yang berkualitas yang disediakan oleh pemborong atau rekanan yang professional dengan cara yang efisien dan adil melalui proses persaingan yang sehat.

Adapun konsepsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :34

1. Tinjauan hukum adalah Pendapat meninjau pandangan pendapat tentang hukum. 2. Perjanjian kerjasama adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Pada perjanjian perburuhan tidak terdapat hak dan kewajiban untuk melakukan suatu pekerjaan tetapi hanya memuat syarat-syarat tentang perburuhan.

33

Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta : Laksbang Mediantama. 2008), hal 46

34Herlien Budiono,Azas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum Perjanjian


(31)

Sementara itu di dalam perjanjian kerja terdapat kewajiban suatu pihak untuk bekerja.

3. Pengadaan barang adalah pelaksanaan pekerjaan pengadaan atas barang yang perencanaan teknis dan spesifikasi.

4. Wansprestasi adalah Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Kalau begitu seorang debitur disebutkan dan berada dalam keadaan wanprestasi apabila ia melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal waktu yang akan ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya/selayaknya.

Bentuk-bentuk wanprestasi :35

a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian (kontrak) tidak boleh dilakukannya.36 Berakhirnya kontrak dapat disebabkan : Pembayaran, Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpangan produk yang hendak dibayarkan itu di suatu tempat, Pembauran utang, Kompensasi, Percampuran utang, Pembebasan utang, Hapusnya produk yang dimaksudkan dalam kontrak, Pembatalan kontrak, Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan, Lewat waktu.37

35

Budiono Kusumohamidjojo,Panduan untuk Merancang Kontrak,(Jakarta : Grasindo, 2001)

36http://www.hukumonline.com/kontrak, pada tanggal 20 Januari 2011 37Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit


(32)

Pembatalan suatu perjanjian juga dapat dilakukan oleh pihak yang tidak cakap dan atau wakilnya atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Pembatalan ini harus diajukan ke hakim oleh pihak yang tidak cakap atau wakilnya atau pihak yang tidak bebas tersebut . perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan.38

Pembatalan akta perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan.Pasal 1454 KUH Perdata menentukan jangka waktu suatu perjanjian dapat diajukan pembatalan, yaitu suatu tuntutan pembatalan harus diajukan dalam tenggang waktu 5 (lima) tahun, sejak :

a. dalam hal kebelum dewasaan, adalah sejak hari kedewasaan ; b. dalam hal paksaan ; sejak hari paksaan itu telah berhenti ;

c. dalam hal kekhilafan atau penipuan, sejak hari diketahuinya kekhilafan atau penipuan.

Sementara itu, untuk anak yang belum dewasa dan belum cakap membuat suatu perjanjian kerja telah membuat perjanjian, orang tua atau wakilnya menurut undang-undang dapat mengajukan perlawanan terhadap perjanjian kerja tersebut dalam tenggang waktu 6 (enam) minggu. Ketentuan ini dapat dilihat dalam Pasal 1601 KUH Perdata.

Paksaan dimaksud, bukan hanya paksaan secara fisik tetapi juga paksaan yang bersifat psikologis. Menurut pasal 1323 KUH Perdata, paksaan yang dilakukan


(33)

terhadap orang yang mengadakan suatu persetujuan mengakibatkan batalnya persetujuan yang bersangkutan. Juga bila paksaan itu dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam persetujuan yang dibuat tersebut.

Menurut pasal 1328 KUH Perdata, penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan dilakukan oleh salah satu pihak sehingga nyata bahwa pihak yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa adanya tipu muslihat39

Anatomi Akta

Manusia bersifat egocentris sehingga cenderung dalam hidupnya sehari – hari selalu membanding-bandingkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya dengan dirinya sendiri.

Ditinjau dari segi anatomi akta maka kita dapat membagi akta notaris dalam tiga bagian yakni :

1. kepala akta, 2. badan akta, 3. kaki akta. I. Kepala Akta

Yang dimaksud dengan kepala akta ialah bagian pembuka atau bagian depan dari satu akta yang memuat hal hal yang perlu bagi memenuhi syarat syarat formal dari satu akta akan tetapi belum menyentuh isi akta.

39Much. Nurachmad,ST,M.Hum,Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian,


(34)

Kepala akta itu terdiri pula dari lima bagian yakni : a. judul akta,

b. nomor akta, c. tanggal akta, d. komparisi akta dan e. praemisse akta. A. Judul Akta.

Yang dimaksud dengan judul akta adalah nama dari perjanjian atau pendapatan/pernyataan yang menjadi isi akta tersebut.

B. Nomor Akta.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Perjanjian Notaris (disingkat P.J.N) pasal 45 berkaitan dengan akta akta notaris perlu diperhatikan dan macam nomor yakni nomor bulanan dan nomor reperorium.

ad.1. Nomor Bulanan

Nomor bulanan adalah nomor urut akta yang diperbuat pada bulan tertentu. Nomor bulanan dicantumkan pada akta minuat dan akta yang dikeluarkan in originali. ad.2. Nomor Reperorium

Nomor reperorium adalah nomor urut yang berjalan terus secarah berurutan dari hari ke hari selama notaris tersebut menjalankan jabatannya mulai hari pertama sampai hari terakhir ia bertugas sebagai notaris.

C.Tanggal Akta


(35)

tersebut diperbuat. D.Komparisi

Komparisi (comparitie) berasal dari perkataan dalam bahasa Perancis yakni Comparer dan comparaitre. Artinya semula adalah menghadap pada instansi, teristimewa menghadap pada instansi peradilan.

E.Praemisse

Praemisse adalah bahagian dari kepala akta yang merupakan persiapan atau ancang-ancang yang diperlukan sebelum memasuki badan akta.

II. Badan Akta

Badan akta adalah bahagian dari akta yang memuat hal – hal yang merupakan isi akta berupa pernyataan ataupun perjanjian yang diperbuat oleh (para) pihak yang meminta akta itu diperbuat.

III. Kaki Akta

Istilah lain untuk kaki akta yang dapat dan sering dipergunakan ialah penutup akta atau akhir akta.40

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.41 Pemilihan jenis penelitian ini mengingat telaah terhadap permasalahan penulisan ini bersumber pada materi peraturan perundang-undangan, teori-teori, serta konsep yang 40M.U. Sembiring,Tehnik Pembuatan Akta, (Medan : Program Pendidikan Spesialis Notariat

Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara 1997)


(36)

berhubungan dengan aspek hukum perjanjian. Beranjak dari jenis penelitian tersebut diharapkan dapat memperoleh bentuk perjanjian kerjasama yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya.

2. Sumber Data Penelitian

Dalam penulisan ini bahan hukum yang dijadikan sebagai rujukan adalah menggunakan data sekunder yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoriatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu berupa peraturan perundang-undangan dalam hal ini buku III KUH Perdata tentang perikatan., perjanjian kerjasama pengadaan barang serta peraturan lainnya yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas. b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu buku-buku ilmu hukum, tesis, disertai jurnal hukum, laporan hukum, makalah dan media cetak atau elektronik.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu seperti kamus umum,


(37)

kamus hukum, majalah dan internet serta bahan-bahan di luar bidang hukum yang berkaitan guna melengkapi data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini, penelitian kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Beranjak dari pengumpulan data penelitian kepustakaan diharapkan dapat memperoleh suatu bentuk perjanjian kerjasama yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya. Penelitian lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data yang dilakukan di PT. TNC melalui wawancara langsung melakukan beberapa pengamatan pada pengadaan barang guna memperoleh data yang lebih akurat.

4. Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen yaitu dengan mempelajari serta menganalisa bahan pustaka.

5. Analisis data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dengan menggunakan metode


(38)

kuantitatif. Setelah memperoleh data wawancara maka data tersebut dikumpulkan diolah dan selanjutnya disajikan melalui pendekatan kuantitatif kemudian dilakukan analisa (pembahasan) dengan cara membandingkan teori-teori hukum atau pendapat-pendapat para ahli. Akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Di dalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi.42


(39)

BAB II

AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN BARANG ATAS DASAR WANPRESTASI

A. Karakteristik Tentang Wanprestasi

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut. Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :43

(1) Kesengajaan; (2) Kelalaian;

(3) Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian).

Akan tetapi berbeda dengan hukum pidana atau hukum tentang perbuatan melawan hukum, hukum kontrak tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan dari para pihak atau tidak. Akibatnya umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan perhitungan-perhitungan tertentu. Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena

alasan-43


(40)

alasan force majeure, yang umumnya membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi (untuk sementara atau untuk selama-lamanya).

Disamping itu, apabila seseorang telah tidak melaksanakan prestasinya sesuai ketentuan dalam kontrak, maka pada umumnya (dengan beberapa pengecualian) tidak dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak atau dalam undang-undang, maka wanprestasinya si debitur resmi terjadi setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur (ingebrehstelling) yakni dengan dikeluarkannya “akta lalai”.44

Dalam setiap persetujuan yang dibuat oleh pihak pada prinsipnya adalah menghendaki agar para pihak melaksanakan prestasinya sebagaimana mestinya. Apabila para pihak tidak melaksanakan sesuai dengan disepakati maka dikatakan ia telah wanprestasi. Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi yang buruk atau prestasi yang dilakukan tidak selayaknya.45

Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara PT. TNC dengan PT. Moratel.

Dalam restatement of the law of contracts ( Amerika Serikat ), wanprestasi ataubreach of contractsdibedakan menjadi dua macam , yaitu :46

1. total breachts, artinya pelaksanaan kontrak tidak mungkin dilaksanakan,

44

Ibid, hal.29

45Olga tentang Wanprestasi, http://olga260991.wordpress.com, diakseskan tanggal 22 Mei

2011


(41)

2. partial breachts, artinya pelaksanaan perjanjian masih mungkin untuk dilaksanakan.

Seorang debitur baru dapat dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke Pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.47

Hal-hal yang termasuk kategori lalai : jika tidak terpenuhi kewajiban sama sekali, jika memenuhi sebagian kewajiban, jika memenuhi kewajiban akan tetapi terlambat memenuhinya. Perikatan adalah berbuat/memberikan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Sumber perikatan berasal dari perikatan itu sendiri dan KUHPerdata pasal 1233. Jika salah satu pihak menyimpang (wanprestasi) maka bisa mendapatkan perlindungan atas dasar pasal 1243 KUHPerdata tentang penggantian biaya,rugi, dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan. Dalam menyelesaikan sengketa bisa melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau berbuat hal tertentu untuk menjamin hal tersebut tidak akan terulang kembali. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan mengajukan gugat.48

47Ibid, hal. 99

48


(42)

Yang dimaksud dengan wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagai mana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.49

Wanprestasi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah “Ketiadaan suatu prestasi, sedangkan prestasi dalam Hukum Perjanjian berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian”.50

Menurut Subekti seorang debitur dapat dikatakan wanprestasi “apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya dan tidak seperti yang diperjanjikan”.51

Selanjutnya M. Yahya Harapan mengemukakan tentang wanprestasi sebagai : Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Dengan demikian seorang debitur disebut dan berada dalam keadaan wanprestasi apabila dia dalam melakukan pelaksanaan perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya.52

Wanprestasi artinya ingkar janji atau tidak memenuhi janji yang disepakati dalam perjanjian. Tidak dipenuhinya perjanjian membawa konsekuensi dari pihak lawan janji..53 Dalam perjanjian untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu,

49Munir Fuady,Op.Cit, hal. 87 50Wirjono Prodjodikoro,Op.Cit, hal.44 51Subekti,Op.Cit, hal.147

52

M. Yahya Harahap,Op.Cit, hal.60

53Satriani,

subjek-hukum-a-pengertian-menerangkan-aspek-hokum-dalam-ekonomi-akan-sulit-jika-tidak-terlebih-dahulu-diperkenalkan-posisi http://satrianiupa, .blog.com, diakseskan tanggal 20 Mei 2011


(43)

apabila debitur melakukannya berarti ia melanggar perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian unuk menyerahkan sesuatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, apabila barang tidak diserahkan atau perbuatan tidak dilakukan dapat dikatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi.

Tata cara menentukan seorang debitur telah melakukan wanprestasi atau melalaikan kewajibannya dapat dilihat dalam Pasal 1238 KUHPerdata :

Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Wanprestasi merupakan suatu kesanggupan yang dilakukan oleh satu pihak. Dimana pihak yang dinyatakan wanprestasi itu tidak melaksanakan sesuatu sebagaimana yang telah diperjanjikan. Termasuk juga dalam kategori wanprestasi, bila prestasi yang dilaksanakan terlambat dari yang diperjanjikan.

Menurut Subekti ada tiga alasan yang dapat membebaskan debitur dari hukuman karena dianggap melakukan wanprestasi, yaitu sebagai berikut :

a. mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmachtatauforce majeur) b. mengajukan bahwa si berpiutang (kreditur) sendiri juga telah lalai (exeptio non

adimpleti contractus)

c. mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi (pelepasan hak).54

Wanprestasi seorang debitur dapat berupa 4 macam, yaitu:

1. Tidak sanggup untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar

2. Melaksanakan kewajiban untuk membayar, tetapi tidak sesuai dengan yang dijanjikan

3. Melaksanakan kewajibannya, tetapi terlambat membayar 54Subekti,Op.Cit, hal.147


(44)

4. Melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan dalam perjanjian

Hukuman atau akibat yang harus diterima oleh debitur apabila ia tidak melaksanakan kewajibannya, yaitu:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak kreditur atau dengan singkat dapat dikatakan ganti-rugi

2. Pembatalan perjanjian

3. Peralihan pembayaran oleh pihak lain(dipindahtangankan)

4. Membayar biaya perkara apabila penyelesaian perkara dilaksanakan di muka hakim.

Terdapat dua kemungkinan alasan mengapa tidak dipenuhi atau dilaksanakan kewajiban itu oleh pihak yang berhutang yaitu:

1. karena kesalahan debitur, baik karena kesalahan maupun karena kelalaian

2. karena keadaan memaksa (force majeure), jadi diluar kemampuan debitur tidak bersalah.55

Mengenai keadaan memaksa yang merupakan keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad baik. Hal ini diatur dalam Pasal 1244 KUHPerdata dan Pasal 1245 KUHPerdata. Kedua pasal ini dimaksudkan untuk membebaskan debitur dari kewajiban mengganti kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak disengaja dan tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya sehingga menyebabkan perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuesi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk menuntut

55http://mrprayzholic.blogspot.com/2011/04/wanprestasi.html diakseskan tanggal 21 Mei


(45)

ganti rugi. Sehingga oleh hukum diharapkan tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.56

Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :57

1. tidak memenuhi kewajibannya, karena sengaja atau tidak karena nilai 2. terlambat memenuhi kewajibannya

3. memenuhi kewajibannya tetapi seperti apa yang telah diperjanjikan

Oleh karena itu wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditentukan lebih dahulu apakah debitur benar telah melakukan wanprestasi. Untuk mengetahui hal ini, maka harus dilihat isi dari suatu perjanjian yang telah disepakati, baru dapat diketahui debitur telah melakukan wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajiban atau terlambat memenuhi atau memenuhi tetapi tidak seperti diperjanjikan.58

Adapun akibat hukum yang timbul jika salah satu pihak wanpresasi adalah yakni apabila seorang debitur lalai dalam melaksanakan isi perjanjian, maka kreditur dapat menuntut :

a. Minta agar perjanjian dilaksanakan b. Minta ganti kerugian

c. Minta perjanjian dilaksanakan dengan ganti kerugian

56

Sri Hartati Samhadi , ”Itikad baik dalam kebebasan berkontrak, http://training-ethos.blogspot .com, di akses tanggal 27 Juni 2011.

57Ibid


(46)

Didalam praktek apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pemborongan maka pemberi kerja biasanya akan terlebih dahulu memberikan teguran agara pemborong memenui kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjiakan dalam jangka waktu yang layak.59

Jika pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas gugatan dari si pemberi tugas hakim dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya beserta segala akibatnya. Yang dimaksudkan dengan pemutusan perjanjian disini adalah pemutusan untuk waktu yang akan datang dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan/dikerjakan akan tetap dibayar, namun atas pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputuskan.60

Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatan bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan semula melainkan dalam keadaan tersebut diatas si pemberi tugas dapat menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pemborongan itu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayar kepada pemborong atas biaya yang harus ditanggung oleh si pemborong sesuai dengan pembayaran yang telah diterima.

59Djumaildji,Hukum Bangunan,(Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal. 17 60Sri Soedewi Masjun Sofwan,Op.Cit, hal. 82


(47)

Faktor-faktor yang menyebabkan pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel tidak berjalan dengan baik dan menimbulkan keterlambatan dari PT. TNC adalah:61

a) Adanya kenaikan harga bangunan b) Adanyaforce majoure.

Dalam hal kenaikan harga bangunan pada pasal 20(1) jelas disebutkan bahwa kenaikan bahan-bahan bangunan ditanggung sepenuhnya oleh pihak kedua (pemborong) dikarenakan bahan baku akan disediakan oleh PT. Moratel sehingga seharusnya PT. Moratel telah memperkirakan untuk menghitung kenaikan harga bahan baku pada saat tahap Pra kontrak.

Sedangkan adanya keadaan yang diluar kehendaknya (force majeure) yaitu curah hujan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan longsor dibeberapa titik yang telah dikerjakan, dalam hal ini sebaiknya dikembalikan pada ketentuan BW Buku III tentang perikatan pasal 1244 dan 1245yang berbunyi

Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikat buruk kepadanya.(1244)

61 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(48)

Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.(1245)

Serta pasal 11(1) dalam perjanjian ini yang menyebutkan tentang keadaan memaksa (force majeure) diantaranya yaitu, Bencana Alam meliputi : Gempa Bumi, Tanah longsor dan Banjir. Maka dari itu seharusnya pemerintah daerah bisa memaklumi dan menerima kenyataan keterlambatan ini dikarenakan tanah yang telah dan sedang dikerjakan longsor dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi, yang diluar pihak kedua. Dalam hal ini seharusnya diadakan perpanjangan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai bunyi pasal 10(2) tentang perubahan jangka waktu pelaksanaan yang dapat diubah apabila terjadiforce majeure.

Karena telah terjadi keterlambatan dalam hal penyerahan pekerjaan sesuai yang telah ditentukan dalam batas waktu pelaksanaan PT. Moratel telah meminta kepada PT. TNC untuk meminta perpanjangan waktu namun permohonan tersebut tidak diterima dengan alasan adanya surat edaran, karena habisnya masa tahun anggaran itulah sehingga perpanjangan waktu pekerjaan yang diminta tidak dapat dikabulkan. Dan PT. TNC telah menganggap keterlambatan penyerahan pekerjaan sebagai wanprestasi dan mekanisme penyelesaiaannya dikembalikan pada perjanjian.62

62 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(49)

B. Akibat Hukum Salah Satu Pihak Yang Melakukan Wanprestasi Dalam Kontrak Pengadaan Barang

Apabila dalam suatu perjanjian yang telah ditentukan bahwa objek dari suatu perjanjian akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan, namun pada waktu tersebut objek tidak diserahkan, sedangkan waktu telah tiba untuk diserahkan. Dalam hal ini dikatakan wanprestasi atau ingkar janji. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat, dalam hal ini perlu diperhitungkan akibat dari keterlambatan, apakah merugikan salah satu pihak. Akibat dari salah satu pihak tidak membayar uang yang telah diperjanjikan semula, maka pihak yang lain menderita kerugian.

Apabila salah satu pihak dalam hal kontrak pengadaan barang yang diadakan itu tidak menepati janjinya pada waktu yang telah ditentukan, maka pihak yang merasa dirugikan diharuskan melaksanakan peneguran terlebih dahulu supaya pihak yang lain memenuhi prestasinya. Hal ini diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata.

Mengenai peneguran ini menimbulkan masalah, apakah teguran ini dilakukan dengan surat atau perintah atau dibolehkan dengan kata lain. Berdasarkan ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata teguran ini dapat dilakukan dengan surat perintah atau dengan akta yang sejenis.

Menurut Abdulkadir Muhammad, mendefenisikan tentang teguran adalah dalam hal ini debitur perlu diperingatkan secara tertulis, dengan surat perintah atau


(50)

dengan akta sejenis. Dalam surat perintah itu ditentukan bahwa ia segera memenuhi prestasinya, jika tidak dipenuhi ia telah dinyatakan wanprestasi.63

Apabila teguran dilakukan secara lisan, maka pihak yang melakukan wanprestasi akan menyangkal bahwa ia belum pernah menerima teguran, jika hal ini diperkirakan sampai di pengadilan. Dengan demikian wanprestasi dalam perjanjian antara para pihak yang membuat suatu perjanjian tidak hanya terbatas pada tidak melakukan sesuatu yang telah disanggupi akan dilakukannya, tetapi termasuk juga melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh salah satu pihak atau melakukan sesuatu tetapi terlambat.

Mengenai wanprestasi dalam kontrak pegadaan barang tidak diatur secara tegas dalam Kitab Undang –undang Hukum Perdata (KUHPerdata), oleh karena itu perjanjian tersebut menggunakan asas kebebasan berkontrak, atau berlaku ketentuan wanprestasi secara umum yang diteteapkan dalam KUHPerdata, baik menyangkut bentuk dan akibatnya.

Bentuk wanprestasi atau cidera janji dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang yang diadakan oleh PT. TNC antara lain :64

1. Wanprestasi olah pihak rekanan/pemborong yang meliputi : a. pihak rekanan tidak menyelesaikan tugasnya

b. tidak memenuhi mutu apa yang diperjanjikan dalam perjanjian yang disepakati

63Abdulkadir Muhammad,Op.Cit, hal.22

64 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(51)

c. tidak memenuhi kuantitas

d. tidak menyerahkan hasil pekerjaan

2. Wanprestasi oleh pihak PT. Moratel yang meliputi a. terlambat membayar

b. tidak membayar

c. terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.

Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan konsekuensi sebagai akibat dari wanprestasi tersebut, hukum memberikan sanksi kepada yang mengingkar janji karena tanpa ada sanksi maka dalam penyelesaiannya akan mengakibatkan kerugian kepada salah satu pihak.

Bentuk-bentuk wanprestasi ini tidak berbeda dengan wanprestasi yang diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata, yang menyebukan : “ Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang telah dinyatakan lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yan harus diberikan atau dilakukannya dalam waktu melampaui batas yang telah ditentukan”.

Dengan demikian jika si berhutang lalai dalam melaksanakan kewajiban, maka kreditur berhak menuntut penggantian kerugian, yang berupa ongkos-ongkos kerugian dan bunga.

Dalam kontrak pengadaan barang bahwa kelalaian bagi pihak rekanan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga diberikan sanksi finansial berupa denda karena wanprestasi dalam kontrak, besar denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah


(52)

1/1000 (satu perseribu) atau 0,1 % dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan, sedangkan denda bagi pihak yang memberikan borongan atau pengguna barang/jasa atas keterlambatan pembayaran sebesar bunga terhadap nilai tagih terlambat dibayar berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu, tata cara pembayaran denda diatur dalam kontrak.

Dari ketentuan diatas dapat dijelaskan satu persatu akibat wanprestasi yang akan dipikul oleh pihak-pihak yang melakukan wanprestasi yaitu :

a. Pembayaran Ganti Rugi

Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata dalam hal perikatan perjanjian yang dibuat dengan maksud untuk tidak berbuat sesuatu, tetapi salah satu pihak berbuat, maka pihak tersebut dinyatakan melakukan pelanggaran maka ia diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan bunga.

Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara PT. TNC dan PT. Moratel.65

b. Pembatalan Perjanjian

Pembatalam perjanjian akan menyebabkan keadaan kedua belah pihak kepada keadaan sebelum perjanjian dilakukan. Jika salah satu pihak telah menerima sesuatu dari pihak yang lain maka barang akan dikembalikan. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan

65 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(53)

kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam persetujuan, maka hakim atas permintaan tergugat dapat memberikan jangka waktu yang tidak boleh dari 1 (satu) bulan.

c. Peralihan Risiko

Peralihan risiko diatur Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa : “Jika si berpiutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungan siberhutang”.

Dengan demikian jelas apabila debitur tidak menyerahkan barang, maka segala sesuatu yang terjadi atas objek yang diperjanjikan yang menyangkut risiko berada dalam tanggung jawab debitur tersebut.

d. Pembayaran Biaya Perkara

Kewajiban membayar biaya perkara diatur dalam Pasal 1267 KUHPerdata yang menyebutkan, pihak terhadap siapa perikatannya tidak dipenuhi, apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga.

Menurut ketentuan tersebut pihak kreditur dapat menuntut debitur yang lalai untuk pemenuhan perjanjian, atau pembatalan disertai ganti rugi. Misalnya penggantian kerugian karena pemenuhan prestasi terlambat. Bila ia menuntut ganti


(54)

rugi saja, maka dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan atau pembatalan.66

Wanprestasi berarti tidak melaksanakan isi kontrak. Padahal pihak-pihak sebelumnya telah sepakat melaksanakannya. Untuk mencegah wanprestasi dan memberikan keadilan dan kepastian hukum kepada pihak-pihak, hukum menyediakan sanksi yakni merupakan sanksi perdata karena masalah kontrak menyangkut kepentingan pribadi, yang berbeda dengan sanksi pidana berupa hukuman fisik terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana tertentu sebagaimana diatur dalam hukum pidana.67

Ganti rugi yang dapat digugat terhadap wanprestasi adalah penggantian kerugian material yang nyata akibat wanprestasi tersebut. Ganti rugi tersebut dapat berupa biaya yang telah dikeluarkan, kerugian yang diderita, dan keuntungan yang seyogianya bisa didapatkan seandainya tidak terjadi wanprestasi. Disamping itu juga mengenai penggantian kerugian immaterial berupa kehilangan kesempatan, kenikmatan, dan semacamnya yang semuanya perlu dihitung berapa besar jumlahnya dalam bentuk uang.

Selanjutnya ganti rugi tersebut dapat diperincikan dalam tiga unsur yaitu :68 1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah

dikeluarkan oleh satu pihak.

66

Andasasmita, Komar.Kontrak Pemborongan Mega Proyek,(Bandung : Alumni, 1993), hal 67 67Ibid


(55)

2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur, yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.

3. Bunga, yaitu kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayar atau dihitung oleh kreditur.

Untuk menentukan jumlah ganti rugi, Setiawan berpendapat sebagai berikut:69 1) Ukuran objekif, yaitu harus diteliti berapa kerugian pada umumnya dari seseorang

kreditur dalam keadaan yang sama, seperti kreditur yang bersangkutan.

2) Keuntungan yang akan diperoleh disebabkan karena adanya perbuatan wanprestasi.70

Menyangkut dengan akibat hukum dalam kontrak pengadaan barang, disamping telah diatur secara umum dalam KUHPerdata, berdasarkan asas kebebasan berkontrak juga diatur dengan ketentuan secara khusus.

Lebih lanjut dalam perjanjian pengadaan barang yang diadakan oleh PT. TNC secara khusus diatur dalam perjanjian kerjasama yang disepakati bahwa apabila terjadi cidera janji atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian kerjasama tersebut, pihak yang dirugikan berhak untuk memproleh penggantian biaya dan/atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi. Adapun berdasarkan perjanjian kerjasama pengadaan barang

69R. Setiawan,Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Bina Cipta, 1977), hal.17 70Ibid


(56)

yang diadakan oleh PT. TNC bahwa pihak yang melakukan wanprestasi akan dikenakan ganti rugi.71

Adapun wujud dari ganti rugi dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang oleh PT. TNC adalah sebagai berikut :72

1. Apabila pihak rekanan dikenakan ganti rugi dalam hal terjadi keadaan sebagai berikut:

a. Apabila akibat kelalaian pihak rekanan terhadap pelaksanaan pekerjaan mengakibatkan kerusakan pada unit-unit lainnya atau terlaksananya pekerjaan dan/atau kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat tindakan-tindakan pihak rekanan dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Terjadi pemutusan Surat Perjanjian secara sepihak sebagaimana yang telah diatur dalam pemutusan perjanjian dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang tersebut.

2. Besarnya ganti rugi akan ditentukan oleh PT. TNC dengan memperhatikan kerugian nyata yang benar-benar dialami oleh pihak , tetapi tidak terbatas pada penggantian alat-alat yang rusak, penggantian alat-alat yang tidak dapat berfungsi sama sekali, upah-upah perbaikan sampai alat tersebut berfungsi PT. Moratel sebagaimana mestinya, kerugian pihak lain apabila ada dan apabila dipandang perlu oleh pihak PT. Moratel ganti rugi dapat dikenakan atas keuntungan yang

71

Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.

72 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(57)

seharusnya didapatkan oleh PT. TNC jika seandainya pihak rekanan tidak melakukan kesanggupan.

3. Pihak rakanan wajib membayar ganti rugi tersebut setelah pengajuan klaim ganti rugi dilakukan oleh PT. Moratel.

Suatu peristiwa hukum merupakan perbuatan manusia yang segala akibatnya diatur oleh hukum. Hukum diperlukan apabila ada satu pihak yang dirugikan akibat perbuatan pihak lain yang mengadakan perjanjian itu, dan pihak yang dirugikan tersebut telah setuju agar persoalannya diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mereka perbuat atau prosedur hukum yang berlaku.

Kerugian/biaya yang harus dipertanggung PT. TNC sebagai akibat pemutusan Link Palembang, Muara Enim dan Palembang , Pangkal Pinang secara mendadak/diluar jadwal. Dengan pemutusan mendadak/diluar jadwal, perangkat hanya selama 9 (Sembilan) bulan, sehingga menghilangkan keuntungan yang diharapkan badi PT.TNC.73

Paradox dengan kuntungan yang diharapkan oleh PT. TNC dengan pemutusan mendadak/diluar jadwal, perusahan telah menanggung biaya :

1. Pengganti Perangkat atas permintaan PT. Moratel dengan surat No.1292/MTI/MKT-TNC/X/2008 yaitu permintaan pergantian perangkat disisi Mobile-8 Palembang yaitu:

a. Biaya Dismental……… Rp. 7.000.000 b. Biaya Transportasi Medan-Palembang PP, Akomondasi dan


(58)

konsumsi……… Rp. 4.000.000 c. Biaya pengiriman perangkat……….. Rp. 2.000.000 Rp.13.000.000 2. Biaya penurunan perangkat (Mei 2009) akibat pemutusan mendadak/diluar

jadwal:

a. Biaya Dismental……… Rp. 7.000.000 b. Biaya Transportasi Medan-Palembang PP, Akomondasi

dan konsumsi……… Rp. 4.000.000 c. Biaya pengiriman perangkat……… Rp. 2.000.000 Rp.13.000.000 Total 1 dan 2 ……… Rp.26.000.000

Tagihan PT. TNC kepada pihak PT. Moratel maka pada tanggal 7 April 2009 terjadi pertemuan kedua belah pihak. Berdasarkan hasil pertemuan itu disepakati bahwa PT. Moratel meminta jadwal pembayaran. Total pembayaran sebesar Rp.375.533.342 dari bulan Oktober, Januari, s/d Maret 2009.74

Sejalan dengan ketentuan perjanjian pengadaan barang tersebut pihak PT. Moratel bahwa apabila terjadi perselisihan maka penyelesaiannya berdasarkan isi perjanjian kerjasama yang telah para pihak tanda tangani.

Adapun bentuk penyelesaian perselisihan dalam hutang piutang dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang yang diadakan oleh PT. Moratel adalah setiap


(59)

peselisihan atau perbedaan dalam bentuk apapun yang timbul antara kedua belah pihak sehubungan dengan atau sebagai akibat dari adanya perjanjian ini.

Jika dilihat dari segi penyelesaian perselisihan diatas maka jelas dalam hal ini ada dua bentuk perselisihan yaitu perselisihan dibidang teknis dan perselisihan diluar teknis. Perselisihan di dalam teknis ini merupakan perselisihan yang timbul akibat dari kekurangan pemborong yang dapat merugikan pihak rekanan, misalnya kesalahan teknik, contohnya borongan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang disepakati, bahan yang dipergunakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan seluruhnya. Timbulnya kerugian yang disebabkan oleh orang-orang yang diperkerjakan oleh pihak rekanan dan sebagainya yang dapat merugikan pihak yang memborongkan pekerjaan tersebut.

Sedangkan dalam perselisihan diluar teknis artinya segala perselisihan yang timbul akibat dari keadaan yang berasal dari hal-hal yang mengenai administrasi, misalnya pembayaran yang terlambat oleh pihak PT. Moratel.75

Dalam penyelesaian terhadap kedua perselisihan tersebut dapat dilakukan dengan jalan musyawarah, namun apabila cara tersebut tidak mencapai kata sepakat maka penyelesaiannya dilakukan melalui proses pengadilan, sebagaimana ketentuan yang telah diatur dan sesuai dengan perjanjian kerjasama pengadaan barang yang

75 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(60)

berlaku, sebelumnya untuk ketentuan pekerjaan yang diberikan oleh PT. Moratel sebelumnya perjanjian kerjasama pengadaan barang.76

Dengan demikian tampak jelas bahwa penyelesaian perselisihan yang terjadi baik itu perselisihan didalam teknis ataupun perselisihan diluar teknis, semaunya telah diatur cara penyelesaiannya dalam perjanjian kerjasama yang telah mereka sepakati dan ditandatangani bersama. Sehingga bila perselisihan tersebut benar terjadi, maka mereka akan menempuh jalan yang mereka sepakati dalam perjanjian kerjasama tersebut baik itu dengan jalan musyawarah ataupun melalui proses pengadilan.

C. Akibat Hukum pembatalan Perjanjian Kerjasama

Sebagaimana diuraikan dalam bab II, bahwa suatu perjanjian kerjasama dapat dibatalkan jika terbukti mengandung kejadian fotce majeure dalam proses pembentukan kesepakatan diantara para pihak. Dasar hukum pembatalan perjanjian tersebut adalah ketentuan pasal 1328 BW, dengan syarat bahwa hutang piutang yang dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan hutang piutang. Hutang piutang tersebut tidak dapat hanya dipersangkakan belaka, melainkan harus dibuktikan. Pembuktikan bahwa telah terjadinya suatu hutang piutang tentunya harus melalui pemberitahuan tertulis (Email) dari pihak PT. TNC dengan PT. Moratel tanpa

76 Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia


(1)

pengguna jasa instalasi link. Dalam keadaan demikian maka resiko kerugian ada pada pengguna jasa.

3. Dalam penyelesaian perselisihan yang terjadi dengan menggunakan pembayaran ganti rugi, karena perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel batal. Apabila perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara mufakat bersama maka akan diselesaikan oleh suatu pengadilan. Dan keputusan pembayaran ganti rugi ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan ditanggung oleh PT.Moratel. Apabila pembayaran tidak dapat diterima oleh para pihak maka perselisihan akan diteruskan dan diputuskan melalui Pengadilan Negeri. Dalam prakteknya, setiap perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dapat diselesaikan secara pembayaran dengan ganti rugi oleh pihak PT Moratel kepada PT.TNC.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan disini sebagai bahan pertimbangan guna penyempurnaan dikemudian hari adalah:

1. Akibat hukum kebatalan yang menghapus eksistensi perikatan selalu dianggap berlaku surut sejak dibuatnya perjanjian. Pemahaman mengenai pembatalan perjanjian seharusnya dihubungkan dengan tidak dipernuhinya syarat sahnya perjanjian, tidak dipenuhinya unsur subjektif, apabila perjanjian tersebut lahir karena adanya cacat kehendak atau karena ketidakcakapan sehingga berakibat


(2)

terdapat perjanjian yang tidak memenuhi syarat obyek tertentu atau tidak mempunyai causa atau causanya tidak diperbolehkan sehingga berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum.

2. Apabila dalam melakukan wanprestasi di PT.TNC, maka dilakukan pemutusan link sementara secara merata, maka teguran dan pengaduan diberikan pada pihak PT. Moratel. Dengan demikian Kedua belah pihak diselesaiakan secara kekeluargaan atau dengan pembayaran ganti rugi, dimana dengan cara itu akan terjadi perjanjian kerjasama antar keduanya. Dengan demikian, apabila ada teguran dari pihak PT. TNC, maka pihak PT. Moratel akan menyelesaikan dengan cepat dan akan memberikan fasilitas yang lebih baik dari yang selama ini selalu memberikan yang terbaik untuk PT. TNC, dalam hal ini untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga dalam hal ini pihak PT. TNC sudah semestinya memberikan perlindungan hukum.

3. Penyelesaian permasalahan secara permbayaran ganti rugi yang ditanggung oleh PT. Moratel merupakan langkah yang paling tepat dan efisien karena pada prinsipnya pihak PT. TNC dan pihak PT. Moratel sama-sama berkepentingan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai perencanaan. Dan hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerjasama dan dapat diatur lebih lanjut dalam suatu addendum-addendum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Apit Nurwidijanto, Pelaksanaan perjanjian pemborongan bangunan pada PT. Purikencana mulyapersada di semarang, Program pasca sarjana, (Semarang; Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2007)

Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta : Laksbang Mediantama. 2008)

Budiono Kusumohamidjojo, Panduan untuk Merancang Kontrak, (Jakarta : Grasindo, 2001)

Djumialdji. Fx.,Perjanjian Pemborongan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995)

Djumiadji, Fx, Eksistensi Hukum Bangunan dalam Pembangunan Nasional (Tinjauan Keperdataan),(Bandung : Alumni, 1999),

Fuady, Munir. Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2003),

Harahap, Yahya.Hukum Perjanjian Di Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1992), Herlien Budiono , Azas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum

Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia , Citra Aditya Bakti, Bandung 2006

I Wayan Arthanaya, Legalitas Perjanjian Sorogasi berkaitan dengan asas Kebebasan berkontrak, Program pasca sarjana, (Denpasar ; Fakultas Hukum Universitas Warmadewa, 2009

Komar Andasasmita, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, (Bandung : Alumni, 1993)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Normatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya 1993)

Lista Kuspriatni, Hukum Perjanjian (Aspek Hukum dalam Ekonomi), (Jakarta: PT Intermasa, 1998)


(4)

Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1983.

Masjchun Sofwan, Sri Soedewi. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan, (Yogyakarta : Liberty, 1982),

Masjchun Sofwan,Perjanjian Pemborongan Bangunan, (Yogyakarta : Liberty, 1986) Much. Nurachmad, Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian, (Jakarta :

Visimedia,2010

Meliala, A. Qiram Syamsudin. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Pengadaan barang atau jasa Beserta Perkembangannya, (Yogyakarta : Liberty, 1985)

Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari Sudut pandang Hukum Bisnis), (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001)

M.U. Sembiring,Tehnik Pembuatan Akta, (Medan : Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara 1997)

Nurul Huda, Asas Kebebasan berkontrakdalam hukum perjanjian Islam, (Surakarta : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah, 2000)

Patrik, Purwahid, Masalah Standard Kontrak Dalam Perjanjian kerjasama, (Surabaya : Ikadin, 1993),

Patrik, Purwahid, Hukum Perdata II- Perikatan yang lahir dari Perjanjian dan Undang-Undang, Jilid I, (Bandung : Bina Cipta, 1998)

Patrik, Purwahid. Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian dan Dari Undang-Undang),(Bandung : Mandar Maju, 2004) Rahman Yuliardhi Sukamto, “Strategi Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan

Dengan Penerapan E-Commerce), (Yogyakarta: Tesis UGM, 2005) Ridwan Syahroni,Perjanjian Pemborongan,(Jakarta: Rineka Cipta,1991)

Ridwan Khirandy,Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Ctk. Kedua, Program pasca sarjana, (Medan ; Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007)


(5)

Salim, HS,Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta ; Sinar Grafika, 2006),

Satrio, J. 1995.Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995)

Setiawan, R.Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Bina Cipta, 1994) Subekti, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Jakarta : Intermasa, 1987), Syarief Basir,Aspek Hukum suatu Perjanjian, (Jakarta:Newsletter),

Lubis M.Solly,Fisafat Ilmu dan Penelitian, Cetakan ke I (Bandung : Mandar Maju, 1994)

Tirtodiningrat, K. R.M.T,Ikhtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang, (Jakarta : PT. pembangunan, 1996)

Internet

Agustinus Dawarja dan Aksioma Lase. 2007. Perjanjian (Pengertian Pokok dan Teknik Lubis M.Solly, Fisafat Ilmu dan Penelitian, Cetakan ke I (Bandung : Mandar Maju, 1994)

Perancangannya).http://www.lexregis.com, diakses tanggal 26 Juni 2011

Aspek Hukum perdata Dalam Kontrak, http://www.plnsidoarjo.com, 23 Januari 2011 Hamish Stewart. 1995. “Penerapan Asas-asas Hukum Perjanjian Dalam Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa Instansi Perusahaan. Vol. 33, No. 2. http://papers.ssrn.com, diakses tanggal 27 Juni 2011

Herman. 2009. Kedudukan Dan Kekuatan Hukum Memorandum of understanding Ditinjau dari Segi Hukum Perikatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.http://herman-notary.blogspot.com, diakses tanggal 20 Juni 2011 http:// www.moratelindo.co.id diakseskan tanggal 8 April 2011

Keadilan dan Kepastian Hukum, http:// www. Keadilan & kepastianhkm.com diakseskan tanggal 9 Agustus 2010


(6)

http://saepudinonline.wordpress.com, diakseskan tanggal 19 Mei 2011 http://3.bp.blogspot.com, diakseskan tanggal 21 Mei 2011

http://olga, wanprestasi.wordpress.com, diakseskan tanggal 22 Mei 2011

http://id.shvoong.com/law-and-politics/contract-law/2031120-faktor-penyebab-terjadinya-wanprestasi/ diakseskan tanggal 22 Mei 2011

http://mrprayzholic.wanprestasi,blogspot.com, diakseskan tanggal 21 Mei 2011 Sri Hartati Samhadi, ”Itikad baik dalam kebebasan berkontrak,