Hubungan Antara Kualitas Udara Ambien NO2, SO2, PM10 Dengan Kejadian Ispa Di Kota Medan Tahun 2013-2016 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi ekologi berbasis time trend.
Data yang digunakan merupakan data kasus ISPA yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Medan dan data pengukuran kualitas udara yang diperoleh dari
Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan pada bulan Maret 2017 sampai
April 2017.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah seluruh dokumen atau laporan kasus ISPA oleh
Dinas Kesehatan Kota Medan dan dokumen atau laporan kualitas udara (uji
roadsite) Kota Medan selama tahun 2013-2016 pada 3 kecamatan di Kota Medan
yang menjadi titik sampel pengukuran udara yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Deli, Kecamatan
Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Kota.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari


Dinas Kesehatan Kota Medan, berupa data kasus ISPA Kota

Medan selama tahun 2013-2016. Data kasus ISPA dikumpulkan dimulai dari
tahun 2013 sampai 2016 berdasarkan kecamatan yang menjadi tempat
pengambilan sampel pengukuran udara ambien.

31
Universitas Sumatera Utara

32

Data juga diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, berupa
data hasil pengukuran kualitas udara NO2, SO2, PM10 selama tahun 2013-2016.
Data dikumpulkan dari data hasil pengukuran udara ambien yang dilaksanakan
oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Medan yaitu uji roadsite yang dilakukan
dimulai dari tahun 2013 (oktober), tahun 2014 (September, November, Desember),
tahun 2015 (Juli, September, Oktober, November), dan tahun 2016 (April,
Agustus, September, Oktober, November) di kecamatan Medan Deli, Medan
Sunggal, dan Medan Kota.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel dan variabel dependen dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel

Defenisi
Cara Ukur
Skala
Operasional
Ukur
I.
Variabel Independen
Data
Analisis
Nominal
ISPA
penyakit
data Dinas
Infeksi

Kesehatan
Saluran
Kota Medan
Pernapasan
tahun 2013Akut di 5
2016.
Kecamatan
Kota Medan
dari Dinas
Kesehatan
Kota Medan.
II.
Variabel Independen
Nilai
Analisis
Rasio
NO2
numerik
data
konsentrasi

Laporan
NO2
Kualitas
berdasarkan Udara dari
data
dari Badan

Hasil
Ukur

Alat Ukur

Jumlah
Kasus

Diagnosis medis

µg/m3

Spektofotometer

UV-VIS metode
Griess
saltzmann

Universitas Sumatera Utara

33

Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Medan.
SO2

Nilai
numerik
konsentrasi
SO2
berdasarkan
data

dari
Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Medan.

PM10

Nilai
Numerik
konsentrasi
PM10
berdasarkan
data
dari
Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Medan.


3.6

Analisis Data

3.6.1

Manajemen Data

Lingkungan
Hidup Kota
Medan
tahun 20132016.
Analisis
Rasio
data
Laporan
Kualitas
Udara dari
Badan
Lingkungan

Hidup Kota
Medan
tahun 20132016.
Analisis
Rasio
data
Laporan
Kualitas
Udara dari
Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Medan
tahun 20132016.

µg/m3

Spektofotometer
UV-VIS metode
pararosanilin


µg/m3

High
Volume
Sampler dengan
metode
gravimetri

Adapun langkah-langkah dalam manajemen data adalah sebagai berikut :
a. Mengkode data (data coding)
b. Menyunting data (data editing)
c. Memasukkan data (data entry)
d. Membersihkan data (data cleaning)

Universitas Sumatera Utara

34

3.6.2


Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi, nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata pada semua variabel. Hasil analisis
ini akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan dijelaskan dalam hasil penelitian.
Selain itu, untuk melihat gambaran tren per bulan dan per tahun, maka akan
ditampilkan grafik tren bulan dan tren tahun 2013-2016 per kecamatan.
3.6.2

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara kualitas udara

ambien NO2, SO2, dan PM10 dengan kejadian ISPA. Variabel tersebut berskala
rasio sehingga uji yang digunakan adalah uji Pearson correlation atau Spearman
correlation dan uji regresi linear sederhana. Uji korelasi dikatakan bermakna jika
p 0,05 (p = 0,472). Ada korelasi antara
konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA dengan nilai p < 0,05 (p = 0,040). Ada
korelasi antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA dengan nilai p < 0,05 (p =
0,029).

Berdasarkan tabel 4.6 diatas didapatkan p value = 0,198 lebih besar dari α =
0,05, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi NO2 tidak ada korelasi dengan
kejadian ISPA. Hubungan korelasi antara konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA
menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,211) dan berpola positif artinya
semakin tinggi konsentrasi NO2 maka semakin tinggi kejadian ISPA. Nilai
koefisien determinan 0,044 artinya hanya 4,4% variasi konsentrasi NO2 yang
dapat menjelaskan kejadian ISPA.
Konsentrasi SO2 p value = 0,013 lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa konsentrasi SO2 berkorelasi dengan kejadian ISPA. Korelasi

Universitas Sumatera Utara

55

antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan yang
sedang (r = 0,396) dan berpola positif artinya semakin tinggi konsentrasi SO2
maka semakin tinggi kejadian ISPA. Nilai koefisien determinan 0,156 artinya
hanya 15,6% variasi konsentrasi SO2 yang dapat menjelaskan kejadian ISPA.
Konsentrasi PM10 juga memiliki p value = 0,012 lebih kecil dari α = 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi PM10 berkorelasi dengan kejadian ISPA.
Korelasi antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan
yang sedang dan berpola positif artinya semakin tinggi temperatur udara maka
semakin tinggi kejadian ISPA. Nilai koefisien determinan 0,160 artinya hanya
16% variasi konsentrasi PM10 yang dapat menjelaskan kejadian ISPA.
4.4

Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen

(konsentrasi NO2, SO2, PM10) yang paling dominan memengaruhi variabel
dependen yaitu kejadian ISPA.
Tabel 4.7
Analisis Regresi Berganda antara Konsentrasi NO2, SO2, PM10 dengan
Kejadian ISPA di Kota Medan Tahun 2013-2016

Model

Unstandardized
Coefficients
B

Constant
Konsentrasi NO2
Konsentrasi SO2
Konsentrasi PM10

471,839
-1,243
3,357
1,350

Std.Error
93,039
1,708
1,574
0,593

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Beta
-0,141
0,410
0,340

5,071
-0,728
2,132
2,276

0,000
0,472
0,040
0,029

Universitas Sumatera Utara

56

Berdasarkam tabel 4.7 diatas diketahui bahwa ada 1 variabel yang
dikeluarkan dari analisis uji regresi linier karena mempunyai nilai p>0,05 yaitu
konsentrasi NO2.
Tabel 4.8
Analisis Regresi Berganda antara Konsentrasi SO2, PM10 dengan Kejadian
ISPA di Kota Medan Tahun 2013-2016

Model

Unstandardized
Coefficients
B

Constant
Konsentrasi SO2
Konsentrasi PM10

466,682
2,628
1,296

Standardized
Coefficients

Std.Error

t

Sig.

5,064
2,179
2,218

0,000
0,036
0,033

Beta

92,161
1,206
0,584

0,321
0,327

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa kekuatan pengaruh
variabel konsentrasi SO2 dan konsentrasi PM10 terhadap kejadian ISPA. Hasil
analisis regresi linier ganda hubungan konsentrasi SO2 dan konsentrasi PM10
dengan kejadian ISPA di Kota Medan tahun 2013-2016 sebagai berikut:
Y = a + bX
Y = 466,682 + 2,628 (konsentrasi SO2) + 1,296 (konsentrasi PM10)
Dari hasil uji regresi linier ganda dengan metode enter, ternyata variabel
konsentrasi SO2 (Koefisien Beta = 2,628) yang paling dominan memengaruhi
kejadian ISPA di Kota Medan pada tahun 2013-2016.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1

Kualitas Udara di Kota Medan Tahun 2013 – 2016

5.1.1

Konsentrasi NO2
Berdasarkan data hasil pengukuran udara ambien yang diperoleh dari BLH

Kota Medan, diketahui bahwa konsentrasi NO2 selama tahun 2013 – 2016 pada 3
kecamatan yang dianalisis masih jauh dibawah baku mutu yaitu 400 µg/m3. Ratarata konsentrasi NO2 adalah 47,096 µg/m3 dengan interval konsentrasi antara
10,61 µg/m3 sampai dengan 112,80 µg/m3 sehingga masih tergolong aman. Hasil
analisis pada 3 Kecamatan menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 mengalami
peningkatan mulai bulan Juli 2015.
Kelarutan NO2 dalam air rendah sehingga dapat mudah melewati trakea,
bronkus, dan mencapai alveoli. Di dalam saluran pernapasan NO2 akan
terhidrolisis membentuk asam nitrit (HNO2) dan asam nitrat (HNO3) yang bersifat
korosif terhadap mukosa permukaan saluran napas. (Handayani, dkk, 2003).
NO2 memang bukan penyebab utama terjadinya ISPA. Namun,
berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, diketahui bahwa NO2 dapat
mengeritasi saluran pernapasan dan menurunkan fungsi paru-paru. Hal inilah yang
dapat meningkatkan resiko seseorang untuk menderita ISPA. Penelitian yang
dilakukan di Beijing menunjukkan bahwa NO2 memeiliki efek pada penyakit
pernapasan (Zhang, et al, 2011). Hasil penelitian di Hongkong juga menyebutkan
bahwa NO2 merupakan polutan yang paling beresiko untuk meningkatkan jumlah
kasus penyakit saluran pernapasan bagian atas (Wong, et al, 2005).

57
Universitas Sumatera Utara

58

Gas NO2 lebih banyak dihasilkan di jalan raya, maka untuk mencegah
masalah-masalah yang terjadi di jalan raya harus diselesaikan. Gas NO2 akan
lebih banyak berada di udara pada titik-titik kemacetan. Salah satu cara untuk
mengurangi kemacetan dengan memaksimalkan penggunaan transportasi umum
seperti kereta api, bus kota, bus antar jemput karyawan, dan lainnya. Penggunaan
kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda juga dapat diterapkan bagi pengguna
jalan yang berjarak dekat.
Dari sisi kendaraan bermotor sendiri, perawatan mesin kendaraan dan uji
emisi secara berkala sebaiknya dilakukan. Selain untuk meningkatkan performa
mesin, tentunya hal ini juga untuk membantu mengurangi pencemaran udara di
lingkungan. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi NO2
dalam udara ambien adalah dengan melakukan penanaman pohon dan tanaman
penyerap polusi di sepanjang jalan. Pepohonan dan tanaman penyerap polusi
dapat membantu membersihkan udara yang telah jenuh oleh polutan.
5.1.2

Konsentrasi SO2
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi SO2 di

Kota Medan masih berada jauh di bawah baku mutu (900 µg/m3) yaitu 65,69
µg/m3 dengan interval konsentrasi antara 31,56 µg/m3 sampai dengan 122,40
µg/m3. Di 3 Kecamatan penelitian ini, ketiganya sama-sama mengalami
penurunan konsentrasi SO2 pada bulan September 2014 dan kembali meningkat
pada bulan November 2014.
Pada kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota, konsentrasi SO2
meningkat mulai pada bulan Juli 2015 tetapi Kecamatan Medan Deli mulai

Universitas Sumatera Utara

59

mengalami peningkatan pada bulan September 2015. Secara garis besar,
Konsentrasi SO2 Kota Medan memiliki grafik yang tidak stabil. Konsentrasi SO2
tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016.
Sumber SO2 secara alami adalah letusan vulkanik, alga yang memproduksi
dimetil sulfida, dan proses pembusukan pada tanah dan tumbuhan. Sumber SO2
hasil aktivitas manusia mayoritas berasal dari pembakaran dan proses inudstri.
Selain itu, SO2 juga dihasilkan dari kendaraan bermotor meskipun persentasenya
kecil. Proses pembakaran yang menghasilkan SO2 adalah pembakaran batubara
pada generator listrik dan mesin-mesin. Proses industri yang menghasilkan SO2
adalah industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baha,
dan sebagainya (Fardiaz, 2012).
Konsentrasi SO2 yang ada dalam udara ambien Kota Medan kemungkinan
berasal dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor. Jumlah industri di Kota
Medan pada tahun 2014 adalah 176 dan kecamatan dengan jumlah industri
terbanyak adalah Kecamatan Medan Deli. Jenis industri terbanyak yang ada di
Kota Medan adalah industri makanan, minuman, dan tembakau (Kota Medan
dalam Angka tahun 2015).
Beberapa studi membuktikan bahwa penurunan fungsi paru-paru dan
peningkatan gejala penyakit pernapasan seperti emfisema dan bronkitis
disebabkan oleh keberadaan SO2. Penelitian di Palermo, Italia juga membuktikan
bahwa polutan SO2 meningkatkan resiko kesehatan terutama pada saluran
pernapasan, sebesar 4,4% (Tramuto et al, 2011). Dari penelitian yang dilakukan di
Salamanca, Meksiko diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Universitas Sumatera Utara

60

SO2 dengan gejala penyakit pernapasan yaitu wheezing (OR = 1.0213) dan ISPA
(OR = 1.0521) setiap kenaikan konsentrasi sebanyak 10 µg/m3 (Linares et al,
2010).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi SO2 di udara
adalah dengan memasang filter absorber pada cerobong asap industri. Hal ini
dimaksudkan agar asap buangan yang akan dibuang ke atmosfer telah berkurang
konsentrasi pencemarnya. Selain itu, sebaiknya uji emisi asap buangan industri
jgua secara rutin dilakukan sehingga jika ada industri yang konsentrasi SO2 nya
melebihi baku mutu emisi dapat langsung ditangani.
5.1.3

Konsentrasi PM10
Berdasarkan hasil analisis univariat, Konsentrasi PM10 mengalami

peninkatan hingga melebihi baku mutu (150 µg/m3) yang terjadi pada bulan
Agustus 2016 di Kecamatan Medan Deli (153 µg/m3), bulan Oktober 2015 di
Kecamatan Medan Sunggal (289,33 µg/m3), dan bulan Oktober 2015 di
Kecamatan Medan Kota (303 µg/m3). Namun rata – rata konsentrasi PM10 di Kota
Medan selama tahun 2013 – 2016 adalah 101,35 µg/m3.
Berdasarkan tren konsentrasi PM10, Kecamatan Medan Sunggal dan
Medan Kota memiliki tren yang hampir serupa, yaitu cenderung stabil dan terjadi
peningkatan konsentrasi pada bulan Oktober 2015. Namun Kecamatan Medan
Deli cenderung meningkat dan terus menurun mulai bulan September 2016.
PM10 yang terhirup akan menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
Kandungan logam berat yang terkadung dalam partikulat juga dapat menyebabkan
bahaya besar bagi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

61

Konsentrasi PM10 di Kota Medan mulai mengkhawatirkan karena sudah
melampaui baku mutu di 3 kecamatan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
tindakan pencegahan dan pengendalian pada industri adalah penggunaan filter
pada cerobong asap industri serta memperketat uji emisi yang dilakukan di
industri-industri. Pada pemukiman, sebaiknya diadakan pelarangan membakar
sampah karena dapat menambah konsentrasi PM10 di udara.
Pada kendaraan bermotor, perawatan mesin kendaraan dan uji emisi secara
berkala sebaiknya dilakukan. Selain untuk meningkatkan performa mesin,
tentunya hal ini juga untuk membantu mengurangi pencemaran udara di
lingkungan. Pada jalan raya, upaya yang dapat dilakukan adalah menyelesaikan
masalah-masalah pada daerah rawan kemacetan seperti memperbaiki pengaturan
lalu lintas dan perbaikan permukaan jalan yang rusan atau tidak rata. Selain itu,
penanaman pohon dan tanaman penyerap polusi di sepanjang jalan terutama titiktitik kemacetan juga dapat menjadi solusi untuk mengendalikan konsentrasi PM10
di udara ambien.
5.2

Kejadian ISPA di Kota Medan Tahun 2013 – 2016
Rata-rata kasus ISPA di Kota Medan selama tahun 2013 – 2016 adalah

720,36 kasus atau 720 kasus. Dari 3 kecamatan yang dianalisis, tren ISPA
cenderung naik dan turun di setiap bulan – tahunnya.
ISPA dapat diderita oleh golongan umur manapun terutama yang memiliki
ketahanan tubuh yang buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah diri
menderita ISPA adalah menggunakan masker ketika beraktifitas di luar ruanga.

Universitas Sumatera Utara

62

Kondisi udara ambien yang sudah tercemar juga dapat menjadi salah satu faktor
pencetus ISPA.
Untuk pencegahan ISPA di dalam rumah, pastikan ventilasi rumah
berjumlah cukup dan berfungsi dengan baik sehingga pertukaran udara terjadi
dengan baik. ISPA disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur, maka sebaiknya
usahakan jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah cukup. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi agen-agen biologis tersebut.
Cara lain untuk mencegah ISPA adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh sehingga tidak rentan terhadap penyakit. Hal-hal yang dapat dilakukan
misalnya menerapkan pola makan gizi seimbang, penerapan ASI eksklusif pada
bayi, imunisasi untuk bayi dan balita, menghindari kebiasaan merokok, dan
menghindari orang yang merokok. Jika ketahanan tubuh sudah baik maka resiko
untuk menderita ISPA juga akan berkurang.
5.3

Hubungan Kuliatas Udara dengan Kejadian ISPA di Kota Medan
Tahun 2013-2016
Pada 3 konsentrasi pencemar udara (NO2, SO2, PM10) cenderung

mempunyai titik tertinggi pada bulan Oktober 2015 atau Oktober 2016. Hal
tersebut disebabkan oleh tingginya penggunaan kendaraan bermotor pada bulan
Oktober di Kecamatan Medan Deli, Medan Sunggal, dan Medan Kota. Pada bulan
Oktober 2015, hanya terdapat 1 hari libur (tahun baru hijriah) sehingga bulan
tersebut penuh dengan jadwal kerja masyarakat. Hal itu menyebabkan tingginya
penggunaan kendaraan bermotor dan kegiatan industri.

Universitas Sumatera Utara

63

Pada bulan Oktober 2016, tidak terdapat hari libur pada saat di hari kerja.
Tahun baru hijriah berada di hari minggu sehingga tidak ada hari libur dan
tentunya jadwal bekerja berada di 1 bulan penuh sehingga penggunaan kendaraan
bermotor dan kegiatan industri tinggi.
Kejadian ISPA tertinggi juga terjadi pada bulan Oktober di setiap
tahunnya. Hal tersebut dikarenakan bulan Oktober merupakan musim kemarau
sehingga pencemar udara tidak dapat tertutupi. Tidak seperti musim hujan yang
dapat menurunkan kadar pencemaran udara karena terkena air hujan.
5.3.1

Konsentrasi NO2 dengan Jumlah Kasus ISPA
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi pada variabel NO2 dengan

jumlah kasus ISPA, ternyata tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara
konsentrasi NO2 dalam udara ambien dengan jumlah kasus ISPA (p value =
0,198). Setelah dianalisis multivariat, NO2 di udara ambien juga tidak
mempengaruhi kejadian ISPA di Kota Medan (p value = dan tidak berinteraksi
dengan 2 variabel lainnya.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Sakti, 2011 di
Kota Bekasi, bahwa tidak ada hubungan bermakna antara konsentrasi NO2 dengan
kejadian ISPA meskipun ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi NO2 dengan peningkatan
penyakit saluran pernapasan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oelh Wong et al (2005), NO2 di udara ambien memiliki hubungan yang
signifikan antara kunjungan penderita penyakit saluran pernapasan atas / upper
respiratory tract diseases (URTI) sebesar 3% untuk NO2.

Universitas Sumatera Utara

64

Pengaruh pajanan NO2 ditentukan oleh konsentrasi saat pajanan, proses
akut atau kronik serta lama pajanan (Handayani dkk, 2003). Karena konsentrasi
NO2 selama tahun 2013-2016 di Kota Medan masih tergolong rendah dan jauh
dari baku mutu, maka belum terlihat pengaruh yang besar terhadap masyarakat.
Selain itu, ISPA disebabkan oleh banyak faktor dan agen penyakit. Dalam hal ini,
mungkin faktor atau agen penyakit lain seperti bakteri, virus, jamur, dan lainnya
yang lebih dominan untuk menyebabkan ISPA.
Sebagai upaya mencegah agar tidak terjadi peningkatan kejadian ISPA
akibat dari peningkatan konsentrasi NO2 dalam udara ambien adalah dengan
menyelesaikan masalah pada titik kemacetan, memaksimalkan penggunaan
transportasi umum, perawatan mesin kendaraan, penambahan jumlah pepohonan
di sepanjang jalan rata, dan penggunaan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
5.3.2

Konsentrasi SO2 dengan Jumlah Kasus ISPA
Hasil analisis korelasi dan regresi antar variabel SO2 dengan jumlah kasus

ISPA selama tahun 2013 – 2016 di Kota Medan menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna (p value = 0,013). Dalam analisis multivariat, diketahui bahwa
variabel SO2 dapat mempengaruhi jumlah kasus ISPA di Kota Medan dengan p
value = 0,036. Hubungan yang terjadi berpola positif dan berkorelasi sedang (r =
0,508).
Penelitian Wong et al (2005)menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara konsentrasi SO2 di udara ambien dengan jumlah penyakit
pernapasan pada individu kelompok umur lebih dari 85 tahun. Penelitian Tramuto
et al (2011) juga menunjukkan hubungan yang positif antara SO2 dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

65

pernapasan di kelompok umur lebih dari 85 tahun, terlebih lagi pada musim panas.
Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan jumlah data yang diperoleh
sehingga

tidak

dapat

merepresentasikan

hal

yang

terjadi

sebenarnya.

Kemungkinan lain adalah banyak variabel yang mempengaruhi SO2 tetapi tidak
dimasukkan ke dalam penelitian ini, seperti variabel suhu udara, kelembaban
udara, curah hujan, arah angin, dan kecepatan angin.
Sebagai pencegahan agat tidak terjadi peningkatan kejadian ISPA akibat
dari peningkatan konsentrasi SO2 dalam udara ambien adalah dengan pemasangan
filter pada cerobong asap industri, menggunakan bahan bakar yang kandungan
sulfurnya rendah, melakukan penambahan jumlah pohon di sepanjang jalan raya,
dan pemakaian masker saat beraktivitas di luar ruangan.
5.3.3

Konsentrasi PM10 dengan Jumlah Kasus ISPA
Hasil analisis korelasi dan regresi antara variabel PM10 dengan jumlah

kasus ISPA selama tahun 2013 – 2016 di Kota Medan menunjukkan hubungan
yang bermakna (p value = 0,012). Hubungan ini bersifat sedang (r = 0,400)
dengan arah positif yang artinya semakin meningkat konsentrasi PM10 di udara
ambien amak jumlah kasus ISPA akan meningkat juga.
Hasil ini sesuai dengan teori dan penelitian-penelitian di dunia yang
menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi PM10 akan meningkatkan jumlah
kasus penyakit pernapasan. Penelitian di Hongkong menunjukkan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara kunjungan penderita penyakit saluran pernapasan atas
/ upper respiratory tract diseases(URTI) dengan peningkatan konsentrasi NO2, O3,
PM10, dan PM2,5 (Wong et al, 2005). Penelitian di Palermo, Italia juga

Universitas Sumatera Utara

66

membuktikan bahwa polutan meningkatkan resiko kesehatan terutama pada
saluran pernapasan, sebesar 2,2% (95% CI: 1.3-3.1) pada PM10 (Tramuto et al,
2011).
Sebagai tindakan pencegahan peningkatan kejadian ISPA akibat
peningkatan konsentrasi PM10 adalah dengan memasang filter pada cerobong asap
industri, penambahan jumlah pohon di sepanjang jalan raya, dan penggunaan
masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
1. Rata-rata konsentrasi NO2 selama tahun 2013-2016 di Kota Medan adalah
47,09 µg/m3 (95% CI: 39,72 – 53,77). Nilai terendah adalah 10,61 µg/m3
dan nilai tertinggi adalah 112,80 µg/m3. Rata-rata konsentrasi SO2 di Kota
Medan selama tahun 2013 – 2016 adalah 65,69 µg/m3 (95% CI: 58,27 –
73,40). Nilai terendah adalah 31,56 µg/m3 dan nilai tertinggi adalah 122,40
µg/m3. Rata-rata konsentrasi PM10 di Kota Medan selama tahun 2013 –
2016 adalah 101,35 µg/m3 (95% CI: 86,97 – 119,69). Nilai terendah
adalah 51,33 µg/m3 dan nilai tertinggi adalah 303 µg/m3. Rata-rata jumlah
kasus ISPA di Kota Medan selama tahun 2013 – 2016 adalah 720,36 atau
720 kasus (95% CI: 668,13 – 778,73). Nilai terendah adalah 487 kasus dan
nilai tertinggi adalah 1231 kasus.
2. Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kasus ISPA (p value =
0,198). Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan hubungan yang
bermakna antara konsentrasi SO2 dengan jumlah kasus ISPA (p value =
0,013). Persamaan garis yang menjelaskan hubungan antara konsentrasi
SO2 dengan jumlah kasus ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 558,106 +
3,235(konsentrasi SO2). Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan
hubungan yang bermakna antara konsentrasi PM10 dengan jumlah kasus
ISPA (p value = 0,012). Persamaan garis yang menjelaskan hubungan

67
Universitas Sumatera Utara

68

antara konsentrasi PM10 dengan jumlah kasus ISPA adalah jumlah kasus
ISPA = 609,961 + 1,585(Konsentrasi PM10).
3. Kejadian ISPA tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 dan konsentrasi
yang berkorelasi dengan kejadian ISPA tersebut adalah konsentrasi SO2
dan konsentrasi PM10. Berdasarkan titik tertinggi konsentrasi pencemar
udara, konsentrasi SO2 diasumsikan menjadi penyebab ISPA tertinggi
yang terjadi pada bulan Oktober 2016.
4. Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang
mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 466,682 + 2,628
(konsentrasi SO2) + 1,296 (konsentrasi PM10).
6.2

Saran

6.2.1

Badan Lingkungan Hidup Kota Medan (BLH)

1. Meningkatkan lagi kegiatan pemantauan kualitas udara yang dilakukan
oleh BLH setiap tahun. Akan lebih baik jika lokasi-lokasi pengukuran
tersebar di semua kecamatan dan kontinyu setiap tahunnya sehingga dapat
lebih mudah melihat tren per kecamatan.
2. BLH bekerja sama dengan Dinas Pertamanan melakukan penambahan
jumlah pepohonan dan tanaman penyerap polusi di sepanjang jalan raya
terutama daerah rawan kemacetan.
3. BLH bekerja sama dengan Dinas Perhubungan melakukan uji emisi bagi
kendaraan-kendaraan bermotor di Kota Medan. Kegiatan ini sebaiknya
dilakukan secara rutin setiap tahun.

Universitas Sumatera Utara

69

4. BLH bekerja sama dengan Dinas Perindustrian melakukan uji emisi pada
asap buangan industri-industri yang ada di Kota Medan.
5. BLH dan Dinas Kesehatan melakukan pencegahan dan pengendalian
terhadap pencemaran udara sebelum bulan Oktober dan melakukan
monitoring terhadap jumlah kasus ISPA pada bulan Oktober.
6.2.2

Dinas Kesehatan

1. Meningkatkan kembali kegiatan pemantauan jumlah kasus ISPA di Kota
Medan yang dilakukan Dinas Kesehatan setiap bulan disertai dengan
pencatatan dan pengarsipan yang lebih rapi.
2. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakt
(LSM) dalam melakukan penyuluhan terkait pencegahan ISPA dan
penerapan pola hidup sehat.
6.2.3

Bagi Masyarakat

1. Memaksimalkan penggunaan transportasi umum seperti kereta api, bus
kota, atau angkutan kota.
2. Menggunakan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda untuk
perjalanan berjarak dekat.
3. Melakukan perawatan mesin kendaraan dan uji emisi berkala.
4. Tidak melakukan kegiatan pembakaran sampah untuk mengurangi
konsentrasi PM10 di udara.
5. Menggunakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan.

Universitas Sumatera Utara

70

6. Membuat kondisi rumah menjadi lebih sehat dengan memastikan ventilasi
rumah berjumlah cukup dan berfungsi dengan baik serta jumlah cahaya
matahari masuk ke dalam rumah cukup.
7. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menerapkan pola makan gizi
seimbang, penerapan ASI eksklusif pada bayi, imunisasi untuk bayi dan
balita, menghindari kebiasaan merokok dan menghindari orang yang
merokok.
8. Bagi pihak industri sebaiknya memasang filter absorber pada cerobong
asap industri.
6.2.4

Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat

1. Melakukan promosi kesehatan tentang ISPA melalui penyuluhan
kesehatan dan poster-poster kesehatan.
2. Melakukan promosi gerakan penanaman pohon, penggunaan masker bagi
pengguna jalan raya, dan penggunaan bahan bakar rendah polusi dalam
rangka peningkatan kualitas lingkungan.

Universitas Sumatera Utara