Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

(1)

PERBANDINGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

DALAM RANGKA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PAI

(Eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

SARAH NUR AZMI 107011000922 \

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Sarah Nur Azmi. Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan Pembelajaran Konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tangerang pada tanggal 19 September 2011 . Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar dan diuji melalui statistik Uji–t. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung untuk data Posttest pada kelas eksperimen sebesar 3.81 sedangkan t-tabel pada taraf signifikan tingkat α 5%, maka nilai α yang ditunjuk pada tabel t adalah 2.00, sehingga diperoleh t hitung ≥ ttabel (3.81 ≥ 2.00) sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan berbagai nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa saya ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah berhasil membawa umat manusia dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang benderang.

Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “ Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI ” ini dapat diselesaikan oleh penulis. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terima kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifa’i,MA.Ph.D selaku Pgs Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bahrissalim MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Sapiudin Shidiq MAg, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

5. Bahrissalim MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi serta bersedia meluangkan waktu untuk bimbingan skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Kepala sekolah, guru dan staf di SMA Negeri 3 Tangerang, khususnya untuk bapak Asrori,MA selaku guru Pendidikan Agama Islam.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis sehingga diperlukan proses belajar yang lebih baik lagi, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait. Terima kasih.

Jakarta, 15 Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

LEMBAR PERSEMBAHAN...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian... ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Landasan Pemikiran ... 12

2. Pengertian pembelajaran kooperatif ... 13

3. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif ... 14

4. Tujuan pembelajaran kooperatif ... 15

5. Unsur-unsur/prinsip dasar pembelajaran kooperatif ... 16

B. Model Pembelajaran Kooperaif Tipe STAD 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 19

2. Penerapan Pembelajaran koopertif Tipe STAD didalam Kelas ... 20

3. Perbedaan Antara Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional ... 23

4. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif ... 24

C. Belajar 1. Definisi belajar ... 26

2. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar...26

D. Hasil Belajar ... 30


(9)

F. Kerangka Berfikir ... 32

G. Pengajuan Hipotesis...33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penellitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 36

E. Variabel Penelitian ... 37

F. Uji Coba Instrumen ... 38

G. Tehnik Analisis Data ... 41

H. Hipotesis Statistik ... 45

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data...46

B. Pengujian Prasyarat Analisis...53

C. Pengujian hipotesis dan pembahasan...55

D. Keterbatasan Penelitian ... .58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...60

B. Saran...61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok

belajar konvensional ... 23

Tabel 2.1 Alur Penelitian... 35

Tabel 2.2 Kriteria Tingkat Validitas...38

Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas...39

Tabel 2.4 Kelompok tingkat kesukaran...40

Tabel 2.5 Klasifikasi Daya Pembeda...41

Tabel 3.1 Ditribusi Frekuensi Relatif Pretest Kelas Eksperimen...47

Grafik 3.2 Distribusi Frekuensi Relative Pretest Kelas Eksperimen...47

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Relative Posttest Kelas Eksperimen...48

Grafik 3.4 Distribusi Relative Posttest Kelas Eksperimen...48

Tabel 3.5 Ditribusi Frekuensi Relative Pretest Kelas Kontrol ... 49

Grafik 3.6 Distribusi Frekuensi Relative Pretest Kelas Kontrol ... 49

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol...50

Grafik 3.8 Distribusi Frekuensi Relative Posttest Kelas kontrol...50

Grafik 3.9 Respon Siswa Terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD..51

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 53

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... ...54

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Homogenitas Pretes dengan Uji Fisher...54

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Homogenitas Posttest dengan Uji Fisher ... 55


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I :Silabus... 66

2. Lampiran II : RPP Kelas Eksperimen...73

3. Lampiran III : RPP Kelas Konvensional ... 85

4. Lampiran IV : Data Pretest Kelas Kontrol... 90

5. Lampiran V : Data Pretest Kelas Eksperimen ... 93

6. Lampiran VI : Data Posttest Kelas Kontrol ... 96

7. Lampiran VII : Data Posttest Kelas Eksperimen ... 99

8. Lampiran VIII : Uji Normalitas Data Pretest ... 102

9. Lampiran IX : Uji Homogenitas Data Pretest ... 103

10. Lampiran X : Uji Homogenitas Data Posttest ... 106

11. Lampiran XI : Uji Validitas ... 109

12. Lampiran XII : Uji Reliabilitas... 111

13. Lampiran XIII : Daya Pembeda ... 112

14. Lampiran XIV : Tingkat Kesukaran... 113

15. Lampiran XV : Perhitungan Uji Hipotesis Penelitian (Pretest) ... 114

16. Lampiran XVI : Perhitungan Uji Hipotesis Penelitian (Posttest) ... 116

17. Lampiran XVII : Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif 118 18. Lampiran XVIII : Hasil Observasi ... 119

19. Lampiran XIX : Tabel Liliefors ... 120

20. Lampiran XX : Tabel Distribusi T ... 121

21. Lampiran XXI : Tabel Distribusi F ... 122

22. Lampiran XXII : Tabel r Product Moment ... 125

23. Lampiran XXIII : Soal Pretest ... 126

24. Lampiran XXIV : Soal Posttest ... 130

25. Lampiran XXV : Kunci Jawaban Soal Pretest ... 136

26. Lampiran XXVI : Kunci Jawaban Soal Posttest... 137

27. Lampiran XXVII : Kuis dan Jawaban ... 138


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memiliki penguasaan bahan ajar saja, namun harus mampu menanamkan kandungan nilai moral dari bahan ajar peserta didik karena fungsi teknis dari pendidikan adalah kiat dalam menerapkan prinsip ilmu pengetahuan, teknologi dan moral terhadap peserta didik.

Sekolah yang diharapkan mampu memanusiakan manusia, justru hanya menghasilkan “Manusia Robot” dengan mengorbankan

1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Departemen Pendidikan,


(13)

keutuhan. Zaim El-Mubarok memaparkan bahwa hal tersebut terjadi dikarenakan terdapat kesenjangan antara belajar berfikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif).2

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 37 ayat 1 dan 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal.3

Hal ini jelas memberikan kedudukan atau status yang jelas terhadap pendidikan agama Islam sebagai salah satu muatan wajib dalam kurikulum nasional. Selain itu, dengan adanya undang-undang ini keberadaan pendidikan agama dalam hal ini adalah Pendidikan agama Islam semakin jelas dan diakui, hanya saja yang menjadi persoalan adalah bagaimana pendidikan Islam sendiri menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, sehingga dapat menunjukan eksistensinya.

Allah akan mengangkat derajat orang- orang yang berilmu, sesuai dengan firmanNya:













Artinya : “ Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadillah ayat 11)

2 Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2008)

3

Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:Departemen Pendidikan,


(14)

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya ( faktor internal) dan dari luar dirinya atau lingkungannya (faktor eksternal).4 Faktor yang bersumber dari dirinya yaitu seperti kesehatan jasmani siswa, kesehatan panca indera dan lain sebagainya, sedangkan yang bersumber dari luar dirinya atau lingkungan yaitu seperti faktor keluarga, faktor masyarakat dan faktor sekolah.

Keberhasilan belajar yang dipengaruhi oleh faktor sekolah diantaranya adalah faktor kreativitas guru dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan metode dalam kegiatan pembelajaran, guru berharap peserta didik tidak hanya dapat menguasai materi bahan ajar saja tetapi juga berharap peserta didik dapat berpartisipasi atau berperan aktif dalam kegiatan belajar demi kesuksesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada kenyataannya lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode yang lebih variatif.5 Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran dituntut harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan digunakan.

Dalam Pendidikan Agama Islam, faktor metode adalah faktor yang tidak bisa diabaikan, karena turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan agama Islam. Hubungan antara tujuan dan metode pendidikan agama Islam merupakan hubungan sebab akibat. Artinya, jika metode pendidikan digunakan dengan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan kemungkinan besar akan tercapai.6

Menurut Anita Lie dalam buku Made Wena, dalam paradigma lama proses pembelajaran adalah guru memberikan pengetahuan pada siswa secara pasif. Dalam konteks pendidikan, paradigma lama ini juga

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Cet. V, h. 162

5

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006)h. 84

6

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h.76


(15)

berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, ia pasti akan dapat mengajar, ia tidak perlu tahu proses belajar mengajar yang tepat, ia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif yang terbaik. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswaduduk, diam, dengar, catat, dan hafal.7 Untuk itu diharapkan setiap guru dituntut adanya inisiatif dan kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar secara optimal demi tercapainya tujuan pembelajaran, karenanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara optimal dan terus menerus, secara berkelanjutan karena hal itu memiliki posisi yang strategis dan dengan pembelajaran yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.8

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada lembaga pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil pembelajaran yang masih bersifat konvesional dan tidak menyentuh ranah kognitif ataupun afektif peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Telah jelas bahwa yang menjadi sasaran dari pendidikan agama Islam adalah selain para siswa menguasai ilmu pengetahuan agama tetapi siswa diharapkan mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapi beberapa kendala, antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan

7

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009)cet.2, h.189

8

Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN Malang Press, 2008) h. 3


(16)

kepribadian yang jauh berbeda dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Dalam materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, lebih terfokus pada pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).9

Dalam proses pembelajaran dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.10

Di awal abad ke-21, prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun. Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang Peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di Indonesia di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dan ke-109 tahun 1999, dan menurun ke urutan 112 pada tahun 2000. Menurut Survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.11

Kondisi riil pendidikan di negeri ini sungguh sangat memprihatinkan, dapat dirasakan di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Apalagi kalau kita lihat kondisi pendidikan di berbagai daerah terpencil, pedalaman, pesisir, bagaimana anak-anak usia sekolah yang seharusnya

9

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h.81- 83

10

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) Cet.I h.1

11

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 2-4


(17)

memiliki hak untuk mengecap pendidikan yang layak, ternyata jauh dari harapan.12

Dengan melihat kondisi bangsa kita yang sedang dalam suasana suram dan carut marut, selalu saja kesalahannya ditujukan terhadap kualitas pendidikan. Seolah-olah pendidikan kita selama ini tidak memberikan hasil optimal, belum memberikan makna terhadap peningkatan mutu, di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dalam menghadapi dunia global, perubahan memang perlu untuk dilakukan. Dengan cara merubah yang kira-kira berkaitan dengan mengapa mutu pendidikan merosot, dimana titik perhatiannya adalah pada proses pembelajaran. Apa yang perlu untuk diubah, apa yang perlu dipersiapkan, komponen-komponen apa saja yang perlu ada, dan lain sebagainya.13

Kegiatan pembelajaran adalah usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (Pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada adanya suatu proses yang harus dilalui. Proses tersebut adalah kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi edukatif.

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun, dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual (Kognitif) saja dan proses pembelajarannya terpusat pada guru (Teacher Center)

12

Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, 2006), h.22

13

Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 141-142


(18)

dimana siswa hanya menunggu uraian dari guru, kemudian mencatat dan menghafalnya.14

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki model yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga bermacam-macam.15

Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal.16

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk pengembangan kecakapan akademik (Academic skill), sekaligus keterampilan sosial (Social skill) atau juga disebut interpersonal skill.17

Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain.18

14

Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan

Pendidikan, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. I, h. 117-118

15

Nadlir,dkk, Psikologi Belajar Paket 1-7, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009) h.3-14

16

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h.238

17

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2009), h.271

18

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet.2, h.189


(19)

Beberapa ahli meyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.19

Seperti kita ketahui bahwa pembelajaran koperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu TGT (Team-Games-Tournament atau Turnaman Game tim), STAD (Student Team Achievement Division atau pembagian pencapaian tim siswa), TAI (Team Accelrated Instruction atau percepatan pengajaran tim), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Jigsaw (Teka- teki), Group Investigation (Kelompok Investigasi), Learning Together (Belajar Bersama), Complex Instruction (Pengajaran Kompleks), Structure Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan).

Dalam hal ini peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tipe STAD dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih efektif dan bermakna. Sehingga dengan konsep tersebut diharapkan dapat meningkatkkan hasil belajar peserta didik, karena dalam konteks ini peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Pada pembelajaran ini dikembangkan pula nilai- nilai yang terkandung dalam bahan ajar, maka diharapkan selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif terdapat pula nilai-nilai yang bisa peserta terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Diharapkan Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memacu peserta didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan mampu mengintegrasikan nilai dalam pembentukan karakter pribadi peserta didik dan dapat mengimplentasikan atau mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan mencermati fakta yang ada, wujud pendidikan agama disekolah pada umumnya cenderung dipahami sebagai pengetahuan layaknya mata pelajaran lain. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk

19


(20)

mengadakan penelitian yang berjudul “Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya penggunaan variasi atau model, metode, dan pendekatan dalam pembelajaran PAI.

2. Masih rendahnya hasil pembelajaran PAI khususnya dalam ranah afektif dan psikomotorik.

3. Mata pelajaran pendidikan agama Islam masih dipahami atau dipandang sebagai pengetahuan layaknya mata pelajaran lain. 4. Kurangnya jam pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di

sekolah umum.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan karena keterbatasan peneliti, maka penelitian yang berjudul “Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI “ dibatasi sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang akan diukur adalah dari aspek kognitif dan afektif. 2. Materi yang akan diuji disesuaikan dengan materi yang diajarkan

oleh guru disekolah tersebut.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah dalam tataran penggunaan metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dan tanya jawab.

4. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa jenis diantaranya Jigsaw, STAD, TAI, CIRC, TGT dan lainnya. Maka penulis membatasi dengan mengambil pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai bahan penelitian.


(21)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terbagi atas dua macam yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, faktor tujuan, faktor guru, dan faktor bahan dan alat evaluasi. Dalam hal ini peneliti membatasi dan mengambil faktor guru yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, guru dituntut terampil dalam menggunakan metode dalam kegiatan pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah penellitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran PAI di sekolah tersebut ?

2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok diterapkan pada mata pelajaran PAI ?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan pembelajaran konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan antara Pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaraan kooperatif tipe STAD cocok untuk diterapkan dalam mata pelajaran PAI dalam rangka meningkatkan hasil belajar.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru dapat memberikan masukan agar dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan


(22)

pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu solusi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

2. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman dan masukkan kepada peneliti mengenai pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisonal kini mulai ditinggalkan berganti dengan yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.20

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah kooperatif. Menurut teori kontruktivitas, satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan ini adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan kepada siswa dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.21

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks, jadi hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama.22

20

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007) Cet 1, h.5 21 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Toeri Dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) h.26

22 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


(24)

Pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika ditempatkan pada satu kelompok.23

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.24

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.25

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.26

A. Pembelajaran Kooperatif 1. Landasan Pemikiran

4

Anita Lie, Cooperativie Learning, Mempraktikan Cooperative Learning Di

Ruang- ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h.28

24 Anita Lie, Cooperativie Learning, Mempraktikan Cooperative Learning

Di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 29

25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.240

26 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) Cet.I h.1


(25)

Di dalam kelompok kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang derajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberi kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.27

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu tugas kooperatif (Cooperative Task) dan komponen struktur insentif kooperatif (Cooperative Incentive Task). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.28

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dan pembelajaran kolaboratif.29

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.30

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu

27

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) Cet.I, h.41

28 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.240

29 Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011) Cet.V, h.54

30 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet. II, h.189


(26)

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).31

Selain itu pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama didalamnya (kelompok) guna memaksimalkan pembelajaran satu sama lain. Idenya sederhana. Setelah menerima pelajaran dari guru, anggota kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Mereka kemudian mengerjakan tugas yang diberikan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dengan baik materi tersebut dan menyelesaikan tugasnya.32 Menurut Abdurrahman dan Bintoro (Dalam Priyanto, 2007) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di alam masyarakat nyata. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lainnya.33

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Kelompok dibentuk dengan kelompok siswa kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

2) Siswa dalam kelompok sehidup semati

3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama

31 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.240

32

David W Jhonson, Colaborative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2010) Cet.I h.4

33 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet.II, h.190


(27)

4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama 5) Akan dievaluasi untuk semua

6) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja sama 7) Dimana mempertanggungjawabkan individual materi yang

ditangani.34

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, 1996: 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangya. Jadi dalam Pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.35

Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aspek tujuam dimaksud untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.36

34 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009 ) h.270

35

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) Cet.I h.42

36

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(28)

Menurut Yatim Riyanto, tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut 37:

1. Individual

Keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain.

2. Kompetitif

Keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ada ketergantungan negatif)

3. Kooperatif

Keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.

5. Unsur-Unsur/ Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.38

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.39

37

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Kencana: Prenada Media Group, 2009) Cet.I h.271

38

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.242

39

Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011) Cet.V, h.58


(29)

Menurut Nurhadi dan Senduk (2003) dan Anita Lie (2002) ada beberapa elemen atau unsur yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Saling Ketergantungan Positif (Positif Independence)

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya.40 Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan mana kala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.41 2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Artinya setiap setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan konstribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.42

Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok.43

Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah :

40

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet.2, h.190

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.244

42

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Kencana: Prenada Media Group, 2009) Cet.I h.270

43

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet.2, h.192


(30)

a. Kelompok belajar jangan terlalu besar. b. Melakukan assesmen terhadap setiap siswa. c. Memberi tugas kepada siswa.

d. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membentuk kelompok.

e. Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya.

f. Menugasi peserta didik mengajar temannya.44

3) Interaksi Tatap Muka (Face To Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling membelajarkan.45 Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.46

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif adalah :

a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.

b. Mengusahakan agar semua anggota mendapat penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

44

Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Cet. V, h. 60

45

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.245

46

Anita Lie, Cooperativie Learning, Mempraktikan Cooperative Learning

Di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005)


(31)

c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan peserta didik lain dalam kelompok.47

4) Partisipasi dan Komunikasi ( Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.48 5) Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru.49

Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :

a. Saling mengenal dan memercayai.

b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. c. Saling menerima dan saling mendukung.

47

Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Cet. V, h. 59

48

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.245

49

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Cet.2, h.192


(32)

d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.50

A. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD

STAD ini dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.51

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.52

Strategi ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.53

2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Selanjutnya setelah

50 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Cet. V, h. 61

51 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007) Cet 1, h.51

52

Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010) h. 143

53 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 125


(33)

kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis atau tes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis dilakukan penghitungan skor, yaitu perkembangan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata-rata skor perkembangan siswa dalam tiap kelompok.54

Slavin menjelaskan, STAD digunakan pada beberapa mata pelajaran seperti matematika, ilmu sosial, ilmu alam, dan bahasa, dimana guru menjadi pusat penekanan ilmu pengetahuan secara sendiri, menjawab dengan benar. Murid-murid dibagi kelompok yang heterogen baik kemampuan, jenis kelamin, dan etnik yang terdiri dari empat orang disetiap kelompok. Guru menjelaskan materi, dan kemudian siswa bekerja secara bersama-sama didalam kelompok masing-masing untuk mempelajari materi atau bahan ajar. Mereka bekerja secara bersama-sama untuk memastikan bahwa mereka sudah menguasai materi atau bahan ajar, dan kemudian siswa berkerja secara individu atau sendiri-sendiri dalam menjawab kuis, dan teman-teman satu kelompoknya tidak boleh membantu dalam menjawab kuis.55

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, jika para siswa ingin timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus mendukung teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.56

54 Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia Malaysia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007) Cet.I, h.70

55

Richard Kindsvatter, Dymanic Of Effective Teaching, (Toronto: Longman Publisher USA, 1996) Third Edition, h. 314

56

Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik,


(34)

STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

a. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh sebagian dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

c. Kuis

Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.57

57

Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik,


(35)

Tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut58:

Kriteria Penghargaan

15 TIM BAIK

16 TIM SANGAT BAIK

17 TIM SUPER

3. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional

Tabel 1.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar Konvensional

No. Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvesional 1. Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan saling memberi motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

2. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering mengabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”

3. Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen.

58

Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik,


(36)

dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. 4. Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

6. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

7. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dala kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

8. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.59

59

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


(37)

(Killen, 1996)

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain. 2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan.

3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian


(38)

apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

2. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namaun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu.

3. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu klai atu sekali-kali penerapan strategi ini.60

B. Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.61

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.62

60

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h.247-249

61

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) Cet. XV,h. 87

62

Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan


(39)

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience ( Cronbach, 1954: 47).

Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dengan mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapatnya Harold Spears. Spears (1955: 94) mengatakan, bahwa:

Laerning is to be observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

Jika kita simpulkan definisi tersebut maka dapat kita dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut:

a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual mapun potensi).

b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

c) Bahwa perubahan itu terjadi karena dengan usaha (dengan sengaja).63

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sangat sulit. Dalam hal semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian antara kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.64

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

63 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005) h.231-232

64


(40)

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan faktor psikologi pada diri siswa.65 Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh yang terdiri atas: a. faktor intelektif yang meliputi:

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

2) Factor kecakapan nyata yaitu pretasi yang telah dimiliki.

b. faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal, ialah: 1. Faktor sosial yang terdiri atas:

a. Lingkungan keluarga b. lingkungan sekolah c. lingkungan masyarakat

2. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan Faktor-faktor yang saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dapat mencapai prestasi belajar.66

65

M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h.59

66

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991) h.130-131


(41)

Terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan belajar.

Pertama, faktor tujuan. Tujuan adalah merupakan pedoman dan sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan pendidikan yang dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik.

Kedua, faktor guru. Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, menggerakan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah.

Ketiga, faktor anak didik. Anak didik atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan sekolah. Dilihat dari sifat, watak dan lainnya, peserta didik memiliki latar belakang perbedaan antar yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Demikian pula dari segi kepribadiannya ada yang pendiam, periang, suka bicara, kreatif, keras kepala, manja, dan sebagainya. Berbagai latar belakang keadaan peserta didik dari segi biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Berbagai latar belakang keadaan peserta didik tersebut harus dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta memberikan penilaian terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Keempat, faktor bahan dan alat evaluasi. Berbagai komponen yang terkait dengan bahan dan alat evaluasi ini harus dirancang dengan matang berdasarkan ketentuan yang berlaku, karena sangat memengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.


(42)

Kelima, faktor suasana evaluasi. Suasana kelas yang aman, tertib, bersih, sejuk, tidak terlalu berdempetan dan tidak terlalu sesak akan berbeda dengan suasana kelas yang tidak nyaman, letaknya semerawut, kotor, panas, dan jumlah siswanya terlalu banyak dalam satu kelas, akan memengaruhi hasil belajar mengajar.67

Disamping kedua faktor diatas faktor intern dan ekstern maka faktor yang tak kalah pentingnya yang erat kaitannya dengan masalah belajar yaitu faktor sarapan pagi dan jajan sekolah. Bila mereka tidak sarapan pagi atau terlalu banyak jajan di sekolah dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya. Faktor ini dapat dimasukkan kedalam faktor intern dan ekstern karena keduanya berkaitan erat dengan lingkungan pendidikan.68

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsp dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

67

Abuddinnata, Perspektif Islam Tentang Startegi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009) Cet.I, h.314-318

68 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press dan Yayasan PEP-Ex 8, 2003), h.104


(43)

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.69

69 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011) Cet. V, h. 5-6


(44)

Apabila digambarkan Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

Fisiologis

- Penglihatan

- Pendengaran

- Struktur tubuh

Internal

- Kecerdasan

- Bakat

- Minat

- Motivasi

- kebiasaan Psikologi

Psikis dan Fisik Hasil

Belajar

- Keluarga

- Sekolah

- masyarakat Sosial

Eksternal

- Adat istiadat

- Ilmu pengetahuan

- Teknologi

- Seni Budaya

- Tujuan

- Guru

- Anak didik

- Bahan dan alat evaluasi


(45)

D. Penelitian Yang Relevan

Dewimarhelly dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep redoks terintegrasi nilai” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan model kooperatif tipe STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai pada konsep redoks lebih efektif karena dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memahami konsep materi, belajar bersama, dan berdiskusi, sehingga lebih memudahkan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan guru.

Siti mahmudah dalam skripsinya yang berjudul “ Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Antara Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Ekspositori Pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai” dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil belajar biologi yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode ekspositori pada konsep ekosistem yang terintegrasi nilai.

Fitriani dalam skripsinya yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit” dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis berasumsi bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan hasil belajar PAI.


(46)

E. Kerangka berfikir

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan suatu hasil dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, sehingga dengan interaksi aktif dan saling bertukar informasi dapat terjadi perubahan-perubahan yang relatif yang berbekas.

Model belajar yang dapat menciptakan lingkungan agar siswa dapat saling membantu sehingga dapat saling memenuhi kebutuhannya salah satunya adalah model pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pendekatan pembelajaran ini merupakan sebuah alternatif pengajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran PAI membutuhkan pemahaman dalam mempelajarinya, diharapkan siswa mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru, sehingga untuk dapat menguasai materi pelajaran secara baik maka guru harus bisa mengubah suasana belajar yang menyenangkan, maka dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini para peserta didik dapat menguasai bahan ajar atau materi. Upaya tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa untuk melibat seluruh potensi siswa dalam bentuk diskusi, tanya jawab, mengerjakan tugas bersama-sama atau berlatih bersama. Pembelajaran PAI tidak hanya menyentuh ranah kognitif saja namun menyentuh ranah afeksi, yang dimana diharapkan setelah siswa mengusai materi secara baik maka peserta didik dapat merelisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Pengajuan Hipotesis

Ha : Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September pada semester ganjil tahun ajaran 2011-2012 di SMA Negeri 3 Tangerang.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam metode eksperimen, desain eksperimen ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang dimana kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan khusus (variabel yang akan diuji) yaitu dengan pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok dengan pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan Non Randomized Control Group Pretest-Posttest Design.

Group Pretest Variable terikat

( Metode Belajar )

Posttest

Eksperimen Kontrol

Y1 Y1

X _

Y2 Y2


(48)

Y1 = Tes awal yang sama pada kedua kelas Y2 = Tes akhir yang sama pada kedua kelas

X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Berdasarkan desain penelitian di atas, kedua kelompok diberi tes awal (Pretest) dengan tes yang sama. Setelah diberi perlakuan yang berbeda, keduakelompok di tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir (Post-test). Hasil kedua tes terakhir dibandingkan (diuji perbedaannya), demikian juga antara hasil tes awal dengan tes akhir pada masing-masing kelompok.

Alur penelitian Secara Singkat Dapat Dilihat Pada Bagan 2.1 berikut:

C. Populasi dan Sampel Kelas Kontrol

Penelitian Kelas

Eksperimen

Pretest Pretest

Pembelajaran dengan menggunakan metode

konvensional

Pembelajaran dengan menggunakan Cooperative

Learning tipe STAD

Kuesioner

Post-tes Post-tes

Hasil dan pembahasan


(49)

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti.70

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Negeri 3 Tangerang yang berjumlah 270 peserta didik. Sedangkan sampelnya adalah kelas XI sebanyak (2) dua kelas. Kelas yang pertama adalah kelas kontrol dan kelas yang kedua adalah kelas eksperimen, masing-masing kelas berjumlah sebanyak 30 orang. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI pada sekolah tersebut, dan hal ini dikarenakan pada sekolah tersebut belum pernah menggunakan Cooperative learning tipe STAD

D.Tehnik Pengumpulan Data

1. Tes Kognitif ( Tes Pengetahuan)

Tes kognitif ini berupa tes tertulis yang diberikan kepada peserta didik (responden) yang berbentuk soal objektif dengan lima pilihan.Yang merupakan soal pretest dan posttest, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PAI khususnya untuk kelas eksperimen.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah suatu tehnik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (Peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau yang harus direspon oleh responden.71

70

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h.102-104

71

Nana Syaodih Sukmdinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006) h. 219


(50)

Tujuan dari data angket atau kuesioner ini sebagai bahan perbandingan antara pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran secara konvensional, sehingga peserta didik mempunyai pandangan tentang kedua metode tersebut.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa digunakan untuk proses pembelajaran di dalam kelas. Lembar kegiatan siswa ini termasuk hal yang sangat penting didalam Cooperative Learning tipe STAD. Tujuan dari lembar kegiatan siswa ini sendiri adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah diberikan materi oleh guru.

4. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.72

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui semua kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, apakah unsur-unsur cooperative learning sudah sepenuhnya dijalankan oleh siswa atau belum.

E.Variabel Penelitian

Variabel yang pertama adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai variabel bebas (Independent) variabel yang dikenal denag variabel (X). Sedangkan variabel kedua adalah hasil belajar PAI sebagai variabel terikat (Dependent) variabel yang dikenal dengan variabel (Y). Dan dapat diketahui bahwa penelitian memiliki dua variabel yaitu :

72

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) h.76


(51)

a. Variabel independen (variabel bebas) adalah pembelajaran koopertif tipe STAD

b. Variabel dependen (variabel terikat ) adalah hasil belajar PAI

F. Uji Coba Instrumen

Analisis uji coba soal tes objektif 1. Validitas

Suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur, jadi validitas itu merupakan tingkat ketepatan tes tersebut dalam mengukur materi dan prilaku yang harus diukur.73

Perhitungan validitas suatu soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut74 :

N ∑ X Y – (∑ X) (∑ Y)

r

xy =

√[ N ∑ X2 – (∑ X)2 ] [ N ∑ Y2 – (∑ Y)2] Interpretasi: db = N – nr

Keterangan :

Rxy = koefisien antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah siswa

X = Skor tiap butir soal Y = Skor total

Tabel 2.2 Kriteria Tingkat Validitas sebagai berikut : a. Antara 0,80 – 1,00 Sangat tinggi

b. Antara 0,60 – 0,80 Tinggi

c. Antara 0,40 – 0,60 Cukup

d. Antara 0,20 – 0,40 Rendah

e. Antara 0,00 – 0,20 Sangat rendah

2. Reliabilitas

73

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) h.40

74

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) h.181


(52)

Reliabilitas suatu tes menunjukkan atau merupakan sederajat ketetapan tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada suatu kesempatan yang berbeda atau dengan tes yang paralel (ekuivalen) pada waktu yang sama. Suatu tes yang reliabel ditandai oleh tingginya koefisien reliabilitas dan rendahnya standart error of measurement.75

Adapun Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu76:

r11 = k ∑ σ b2 k - 1 1 -

σ t2 Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

K = Banyak butir pertanyaan atau soal

∑ σ b2 = Jumlah varian butir

σ t2 = varian total

Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas adalah : a. Antara 0,80 – 1,00 Sangat tinggi

b. Antara 0,60 – 0,80 Tinggi

c. Antara 0,40 – 0,60 Cukup

d. Antara 0,20 – 0,40 Rendah

e. Antara 0,00 – 0,20 Sangat rendah

3. Uji Taraf Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

75

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) h.53-55

76

Suharsimu Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1998)Cet.VI h.193


(53)

mudah dan tidak terlalu sulit. Rumus untuk mencari indeks kesukaran suatu soal adalah sebagai berikut77:

b P = JS

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar JS = jumlah peserta tes

Adapun tingkat kesukaran soal dapat dibagi dalm 3 kelompok yaitu mudah, sedang, dan sukar

Tabel 2.4 Kelompok tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran Nilai P

Sukar Sedang Mudah

0,00 – 0,25 0,26 - 0,75 0,76 – 1,00

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh atau berkemampuan rendah. Rumus daya pembeda sebagai berikut78 :

D = P (atas) – P (bawah) Keterangan :

D = Daya pembeda

P (atas) = Indeks kesukaran kelompok atas P (bawah) = Indeks kesukaran kelompok bawah

77

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) Cet.II h.100-101

78 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi, (Jakarta: Bumi Aksara,


(1)

168

Jawaban:

1. Orang miskin 15. Yang dicintainya

2. Ibnu sabil 16. Kepada kerabat dekat

3. Jangan menghambur-hamburkan 17. Anak yatim

4. Secara boros 18. Orang miskin

5. Sesungguhnya orang mubazir 19. Ibnu sabil

6. Saudaranya 20. Peminta-minta

7. Setan-setan 21. Dan memerdekakan hamba sahaya 8. Kepada tuhanNya 22. Dan dirikanlah shalat

9. Kufur atau ingkar 23. Tunaikanlah zakat

10. Dan hari akhir 24. Dan orang-orang menepati janji mereka 11. Dan malaikat-malaikat 25. Apabila mereka berjanji

12. Dan kitab-kitab 26. Dan orang-orang yang sabar

13. Dan nabi-nabi 27. Dalam kemelaratan


(2)

169

Kuis ke : 3 (Tiga)

Tugas !!!

A. Tuliskan pencerminan prilaku yang terdapat dalam Surah Al-Isra’ Ayat 26-27 dan Al-Baqarah Ayat 177

Jawaban :

1. bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga

2. suka menabung dan tidak pernah berlaku boros meskipun memiliki banyak harta 3. suka bersedekah khususnya terhadap orang yang kekurangan dimulai dari keluarga dan

tetangga terdekat.

4. menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu percuma 5. mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 6. bersedekah dengan harta yang paling baik dan dicintai.

7. bersikap amanah, sabar, dan tetap mempertahankan keimanan dengan segenap jiwa dan raga

8. bersikap kritis dan melawan kesewenang-wenangan serta berani menyampaikan kebenaran

B. Identifikasikan tajwid yang terdapat dalam surah Al-Isra Ayat 26-27 dibawah ini :

























Jawaban :


(3)

170

Kata



dan

hukum bacaannya adalah alif lam qamariyah Kata



hukum bacaannya adalah alif lam syamsiah

QS. Al-isra Ayat 27 :

Kata





hukum bacaannya adalah mab thabi’i Kata



hukum bacaannya adalah mad badal. Kata



hukum bacannya adalah jaiz munfasil


(4)

171

Kuis ke : 4 (Empat)

Tugas !!!

1. Apakah yang dimaksud dengan nabi ?? 2. Apakah yang dimaksud dengan rasul ?? 3. Apakah perbedaan antara nabi dan rasul ??

4. Mengapa allah membekali rasul-Nya dengan mukjizat ? jelaskan !!

Jawaban:

1. Nabi adalah laki-laki pilihan Allah Swt yang diberikan mukjizat dan wahyu tetapi wahyu tersebut tidak wajib disampaikan kepada umatnya.

2. Rasul adalah laki-laki pilihan Allah Swt yang diberikan mukjizat dan wahyu tetapi wahyu tersebut wajib disampaikan kepada umatnya.

3. Perbedaan antara nabi dan rasul adalah

Nabi tidak wajib menyampaikan wahyu kepada umatnya sedangkan rasul wahyu tersebut wajib disampaikan kepada umatnya (pengikutnya)

4. Mukjizat pada umumnya bertujuan membuktikan kenabian seorang nabi dan menambah keyakinan para pengikut nabi selan untun mengacu kepada umatnya yang lain agar percaya terhadap keesaan Allah. Mukjizat pada nabi dan rasul akan terlihat jika ada tantangan yang dihadapi. Mukjizat dikaruniakan Allah kepada rasul disesuaikan dengan tantangan yang dihadapinya.


(5)

172

Kuis ke : 5 (Lima)

Tugas !!!

A. Tuliskan Nabi dan Rasul yang kamu ketahui yang memiliki mukjizat ??

B. Siapa sajakah Nabi dan Rasul yang memiliki gelar “ Ulul Azmi ”, sebutkan seta ceritakan salah satu kisah dari Nabi dan Rasul tersebut !!

Jawaban :

A.

 Mujizat Nabi Nuh As dapat membuat oerahu yang sangat besar yang dapat menampung beribu-ribu manusia dan binatang.

 Mukjizat Nabi Musa As dapat membelah lautan dan tongkatnya dapat berubah menjadi ular.

 Mukjizat Nabi Ibrahim As tidak mempan dibakar api.  Mukjizat nabi sulaiman As dapat berbicara dengan binatang.

 Mukjizat Nabi Isa As dapat menghidupkan orang mati dan dapat menyembuhkan orang sakit.

 Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang paling terbesar adlah kitab suci al-qur’an dan sela-sela jari nabi muhammad dapt memancarkan air

B.

Nabi yang mendapatkan gelar ulul azmi diantaranya yaitu:

Nabi Musa As Nabi Nuh As

Nabi Ibrahim As Nabi Isa As


(6)

173

Kuis ke : 6 (enam)

Tugas !!!

1. Sebutkan dan jelaskan tugas-tugas Rasul Allah ??

2. Sebutkan dan jelaskan tanda atau ciri-ciri orang yang beriman kepada Rasul Allah??

Jawaban :

1.

 menegakan kalimat tauhid

 menyerukan menusia untuk menyembah kepada Allah, rasul Allah juga diberi tugas menyeru kepada allah terdapat dalam surat An-Nahl Ayat 36

 membawa rahmat

 memberi petunjuk kejalan yang benar

 memberi peringatan kepada manusia, para rasul menyampaikan kabar gembira tentang kehidupan akhirat yang menyenangkan kepada umat yang beriman dan beramal saleh

 mmeberi suri tauladan yang baik

2.

 Mempertebal keimanan kepada Allah  Semakin rajin beribadah kepada Allah

 Menyakini sepenuh hati bahwa rasul adalah utusan Allah  Menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya  Menjadikan rasul menjadi teladan hidup


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI RANGKA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Rangka Manusia dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Divis

0 0 16

PTK Perbandingan Antara Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD BAB 1 PENDAHULUAN - PTK Perbandingan Antara Penerapan Model Pembelajaran

0 0 4