LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

  PERCOBAAN I

KARBOHIDRAT

  Disusun Oleh : Rina Febrina

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Karbohidrat memegang peranan penting dalam tubuh karena merupakan sumber energi utama. Selain itu Karbohidrat juga bertindak sebagai bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Karbohidrat ada dalam berbagai bahan pangan : bebijian, kentang, daging tanpa lemak, ikan dan bahkan bayam. Karbohidrat yang berlebihan dalam makanan berubah menjadi lemak dan disimpan.

  Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari makanan akan tetapi terkadang kita tidak mengetahui bahwa karbohidrat jenis apa yang kita makan dan bagaimana sifat-sifat serta fungsi dari karbohidrat tersebut. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat. Mulai dari yang membedakan karbohidrat dari senyawa lain sampai yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik.

  Oleh karena itu Pada percobaan ini dilakukan analisa kualitatif terhadap suatu analit yang mengandung karbohidrat dengan uji molisch, reaksi glukosa dengan pereaksi fehling, benedict, tollens, basa kuat, dengan reaksi sukrosa, laktosa, reaksi pati dan reaksi pati yang dihidrolisis.

1.2 Tujuan

  1. Mengenal beberapa karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya.

  2. Mempelajari perbedaan penting sifat fisis dan kimia dari monosakarida, disakarida dan polisakarida.

  3. Menghubungkan reaksi karbohidrat dengan kimiawi dasar dari gugus fungsinya.

  4. Mempelajari beberapa reaksi karbohidrat yang penting dalam metabolisme.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

  karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian struktur pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.

  Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

2.2 Jenis – Jenis karbohidrat

  Zat Karbohidrat merupakan sumber struktur utama bagi tubuh. Jika kebutuhan akan karbohidrat tidak terpenuhi, maka fungsi karbohidrat akan diambil alih oleh protein yang menyebabkan kinerja protein menjadi kurang optimal. Karbohidrat tersedia dalam jumlah yang melimpah di muka bumi. Zat karbohidrat merupakan nutrisi yang penting bagi tubuh. Dewasa ini banyak orang yang menghindari makan yang mengandung karbohidrat demi struktur kesehatan. Tentu saja karena tidak semua jenis karbohidrat baik dikonsumsi apalagi dalam jumlah yang berlebihan. Berdasarkan panjang rantai karbonnya, karbohidrat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1.) Monosakarida

  Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat yang lain. Monosakarida di klasifikasikan menjadi 6 jenis, yaitu: Diosa (C2H4O2), Triosa (C3H6O3), Tetrosa (C4H8O4), Pentosa (C5H10O5), Heksosa (C6H12O6), dan Heptosa (C7H14O7) . Namun sebagian Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat yang lain. Monosakarida di klasifikasikan menjadi 6 jenis, yaitu: Diosa (C2H4O2), Triosa (C3H6O3), Tetrosa (C4H8O4), Pentosa (C5H10O5), Heksosa (C6H12O6), dan Heptosa (C7H14O7) . Namun sebagian

 Glukosa

  Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11 darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan struktur. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan 4truct. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.

  Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa, monosakarida yang

  mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus – CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut ―cincin piranosa‖, bentuk paling stabil untuk struktur berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan struktur kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026 pada pH 7.

 Galaktosa

  Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa

 Fruktosa

  Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk struktur padat, dan sangat mudah larut dalam air. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida danatau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.

 Manosa

  Manosa adalah gula aldehida yang dihasilkan dari oksidasi manitol dan memiliki sifat-sifat umum yang serupa dengan glukosa. Manosa, jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.

 Ribosa

  Ribosa adalah gula struktur yang ditemukan dalam semua sel tumbuhan dan hewan dalam bentuk furanosa. Ribosa merupakan komponen RNA yang digunakan untuk transkripsi genetika. Selain itu Ribosa juga berhubungan erat dengan deoksiribosa, yang merupakan komponen dari DNA. Ribosa juga meupakan komponen dari ATP, NADH, dan beberapa kimia lainnya yang sangat penting bagi struktural.

 Xilosa

  Xilosa suatu gula struktur, yaitu monosakarida dengan lima atom karbon dan memiliki gugus aldehida. Gula ini diperoleh dengan menguraikan jerami atau serat nabati lainnya dengan cara memasaknya dengan asam sulfat encer. Xilosa berbentuk serbuk hablur tanpa warna yang digunakan dalam penyamakan dan pewarnaan dan dapat juga digunakan sebagai bahan pemanis untuk penderita kencing manis (diabetes mellitus).

 Arabinosa

  Arabinosa disebut juga gula 6truct atau pektinosa. Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Arabinosa berupa struktur putih yang larut dalam air dan gliserol namun tidak larut dalam alkohol dan eter. Arabinosa digunakan dalam obat-obatan dan medium pembiakan bakteri. Arabisa dalam Arabinosa disebut juga gula 6truct atau pektinosa. Arabinosa bersumber dari Getah Arab , Plum, dan Getah Ceri , namun tidak memiliki fungsi Fisiologis. Arabinosa berupa struktur putih yang larut dalam air dan gliserol namun tidak larut dalam alkohol dan eter. Arabinosa digunakan dalam obat-obatan dan medium pembiakan bakteri. Arabisa dalam

2.) Oligosakarida Dan Disakarida

  Oligosakarida adalah karbohidrat yang merupakan gabungan 2 – 8 satuan monosakarida. Penyatuan antar molekul monosakarida dilakukan oleh sebuah ikatan yang disebut ikatan glikosidik. Olisakarida dapat dijumpai dalam bentuk disakarida dan trisakarida. Kebanyak ditemukan dari hasil hidrolisa (Pemecahan) polisakarida, dan hanya sedikit yang terbentuk secara alami di alam. Olisakarida yang paling banyak terdapat dalam bentuk disakarida, seperti sukrosa dan struktur.

  Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam.

 Maltosa

  Maltosa atau gula gandum, adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung dengan ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Para isomaltose isomer memiliki dua molekul glukosa dihubungkan melalui ikatan α(1 → 6). Maltosa adalah anggota kedua dari seri biokimia penting dari rantai glukosa. Maltosa adalah disakarida dihasilkan ketika struktur memecah pati. Hal ini ditemukan dalam biji berkecambah seperti gandum. Hal ini juga dihasilkan ketika glukosa terbakar.

  Maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa dengan hidrolisis. Dalam organisme hidup, enzim maltase dapat mencapai ini dengan sangat cepat. Di laboratorium pemanasan dengan asam yang kuat untuk beberapa menit akan mendapatkan hasil yang sama. Maltosa memiliki rasa yang manis, sekitar setengahnya glukosa dan sekirat seperenam manisnya fruktosa.

 Sukrosa

  Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan.

  Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.

  Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus hemiasetal. Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.

 Laktosa

  Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, baik pada air susu ibu maupun susu struktur merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan. Mempunyai rumus kimia C12H22O11.

3.) Polisakarida

  Polisakarida adalah molekul karbohidrat polimerik yang tersusun atas rantai monosakarida yang panjang dan terikat oleh ikatan glikosidik. Polisakarida merupakan suatu makromolekul (molekul besar). Jika polisakarida mengalami hidrolisis, maka akan menghasilkan monosakarida dan disakarida.

  Polisakarida seringkali bersifat heterogen, mengandung sedikit modifikasi unit berulangnya. Makromolekul ini dapat memiliki sifat yang berbeda dari para penyusunnya, tergantung pada struktur.

  Polisakarida dapat bersifat amorf (berbentuk tak beraturan). Beberapa polisakarida bahkan tidak larut dalam air. Polisakarida mengandung lebih dari sepuluh unit monosakarida. Pengkategorian karbohidrat masuk ke dalam oligosakarida atau polisakarida memang terkadang bias, dan itu tergantung dari pendapat masing-masing ahli biokimia.

  Rumus Umum Polisakarida Sakarida alami umumnya berupa karbohidrat sederhana yang disebut monosakarida

  dengan rumus umum (CH 2 O)n dimana n adalah tiga atau lebih. Contoh monosakarida

  adalah glukosa, fruktosa, da, galaktosa. Sedangkan polisakarida memiliki rumus umum Cx(H2o)y dimana x biasanya antara 200 dan 2500. Mengingat bahwa unit berulang dalam ranai polimer sebagian besar adalah monosakarida enam karbon, rumus umum polisakarida

  juga dapat direpresentasikan sebagai (C 6 H 10 O 5 )n dimana 40

  Polisakarida

  Polisakarida dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu polisakarida penyimpanan dan polisakarida struktural. Berikut adalah beberapa contoh polisakarida :

a.) Polisakarida penyimpanan  Pati (Amilosa)

  Pati adalah polimer glukosa dimana unit glukopiranosa terikat oleh ikatan alfa. Pati tersusun atas campuran amilosa (15-20) dan amilopektin (80-85). Amilosa terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus molekul glukosa, sedangkan amilopektin adalah molekul bercabang yang terdiri dari beberapa ribu unit glukosa(setiap rantai 24-30 unit glukosa merupakan satu unit amilopektin). Pati tidak larut dalam air. Pati dapat dicerna oleh organisme yang dapat mematahkan ikatan alfa (glikosidik). Manusia dan hewan memiliki amilase, sehingga bisa mencerna pati, kentang, beras, gandum, dan jagung merupakan sumber utama pati dalam makanan manusia.

 Glikogen

  Glikogen berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang pada hewan. Glikogen merupakan energi primer yang disimpan di jaringan adiposa. Glikogen dibuat oleh hati dan otot, tetapi juga dapat dibuat melalui glikogenesis dalam otak dan perut.

  Glikogen merupakan analog dari pati. Glikogen memiliki struktur yang mirip dengan amilopektin tetapi lebih bercabang dan rapi daripada pati. Glikogen merupakan polimer dari α(1→4) ikatan glikosidik, dengan α(1→6) cabang yang terhubung. Glikogen ditemukan dalam bentuk butiran dalam sitosolsitoplasma di banyak jenis sel, dan memainkan peran penting dalam siklus glukosa. Glikogen membentuk energi cadangan yang dapat dengan cepat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa mendadak. Glikogen lebih cepat tersedia sebagai cadangan energi daripada trigliserida (lemak)

b.) Polisakarida struktural  Selulosa

  Komponen struktural tanaman kebanyakan terbentuk dari selulosa. Kandungan kayu sebagian besar adalah selulosa dan lignin, sedangkan kertas dan kapas adalah selulosa hampir murni. Selulosa adalah polimer yang dibuat dari unit glukosa berulang disatukan oleh ikatan beta. Manusia tidak mempunyai enzim untuk memecah selulosa, karena ada bakteri yang menghasilkan glukosa. Selulosa adalah karbohidrat paling melimpah di alam.

 Kitin

  Kitin merupakan salah satu polimer alam. Kitin membentuk komponen struktural banyak hewan. Kitin dapat diuraikan secara alami, namun membutuhkan waktu cukup lama. Kitin dapt dipecah oleh enzim yang diuraikan secara alami, namun membutuhkan waktu cukup lama. Kitin dapat dipecah oleh enzim yang disebut kitinase. Kitinase disekresikan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan diproduksi oleh beberapa tanaman. Secara kimia, kitin berkaitan erat dengan kitosan. Kitosan adalah turunan kitin yang lebih larut di dalam air. Kitin juga terkait erat dengan selulosa rantai panjang bercabang turunan glukosa.

 Pektin

  Pektin adalah salah satu kelompok polisakarida kompleks yang mengandung ikatan 1,4 residu asam α-D-galaktosiluronik. Pektin ada di sebagian besar dinding sel primer dan di bagian non-kayu tanaman terestril.

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat

  Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung rekasi, pipet tetes, penangas air, pengduk, stopwatch, gelas kimia 200ml, gelas kimia 100ml, pipet ukur, dan thermometer.

3.2 Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah laritan gula (glukosa, sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air), peraksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi tollens, larutan fehling, asam sulfat pekat, air, glukosa, NaOH, sukrosa, laktosa, pati, HCl dan larutan iodium.

3.3 Cara kerja

3.3.1 Uji molisch

  Menyiapkan beberapa tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisis masing- masing tabung dengan 5 ml larutan gula (glukosa, sukrosa, zat pati atau selulosa dalam air). Menambahkan 1 tetes peraksi molisch (alfa-naftol dalam alcohol), dan kocok perlahan.

  Memiringkan tabung dan menambahkan kedalamnya 5 ml asam sulfat pekat dengan hati-hati dan perlahan-lahan melalui dinding tabung. Perhatikan warma lingkaran yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung (cincin merah atau violet). Bila campuran ini dikocok dan diencerkan dengan 5 ml air akan terbentuk warna ungu tua.

3.3.2 Reaksi glukosa

A. Dengan pereaksi fehling

  Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan fehling

  A dan 2 ml larutan fehling B, lalu menambahkan beberapa tetes larutan glukosa. Kemudian mengocok perlahan-lahan, lalu masukkan tabung tersebut kedalam penangas air mendididh. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi dan tulis reaksinya.

B. Dengan pereaksi benedict

  Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, masukan 2 ml pereaksi benedict, lalu menambahkan beberapa tetes glukosa. Lalu aduk perlahan dam masukkan kedalam penangas air yang sedang mendidih. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi, dan tulis reaksinya.

C. Dengan pereaksi tollens

  Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml pereaksi tollens dan eberapa tetes larutan glukosa. Lalu mengocok perlahan dan panaskan kedalam penangas air sampai terbentuk cermin perak pada dinding tabung. Tulis reaksi pembentukkan cermin tersebut.

D. Dengan basa kuat

  Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan glukosa

  10 dan 0,5 ml NaOH 25, aduk perlahan dan panaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Perhatikan rupa dan bau dari zat yang terbentuk dan tulis reaksinya.

E. Reaksi sukrosa

  Larutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B (1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.

F. Reaksi laktosa

  Larutkan 1,5 gram laktosa dalam 200 ml air. Lakukan seperti percobaan B (1, 2, 3 dan 4) dengan menggunakan laktosa sebagai pengganti glukosa.

3.3.3 Reaksi pati

  Dalam sebuah lumping (mortar) kecil gerus sebanyak 0,5 gram pati dengan sedikit air hingga terbentuk pasta. Memindahkan pasta itu kedalam gelas piala, menambahkan air, melakukan dekantasi sebanyak 3 kali dengan air sampai cairan diatas endapan menjadi bening.

  Pati yang telah dicuci tadi dipindahkan kedalam gelas piala berisi 100 ml air mendidih sambil dikocok perlahan. Melakukan percobaan terhadap pati tersebut dengan menggunakan pereaksi fehling, basa kuat, dan pereaksi iod. Menggunakan 2 ml larutan suspensi zat pati tadi untuk setiap percobaan. Mengamati dengan seksama dan catat setiap perubahan yang terjadi pada pereaksi yang digunakan.

3.3.4 Reaksi pati yang dihidrolisis

  Masukkan 10 ml larutan pati sisa percobaan 3.3.3 diatas kedalam tabung reaksi yang bersih lalu menambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan perlahan dengan api kecil.

  Bila suhu mencapai 800 o

  C, teteskan sedikit cairan tersebut pada larutan iodium dalam

  sebuah lempeng penguj warna. Pemanasan dilanjutkan sampai larutan mendidih sambil setiap menit dilakukan uji warna. Melakukan uji ini 5 atau 6 kali atau sampai tidak terjadi lagi perubahan warna larutan.

  Amati dan catat setiap perubahan warna. Zat apakah yang terbentuk dalam hidrolisis pati? Netralkan larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dengan larutan NaOH 10 kemudian lakukan uji menggunakan perekasi fehling.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

  4.1.1 Uji Molish Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Keterangan

  Glukosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu

  Pereaksi Membentuk cincin ungu

  Molisch Laktosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu

  Selulosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu

  Sukrosa + Pereaksi Molisch Membentuk cincin ungu

  4.1.2 Reaksi Glukosa Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Keterangan

  Glukosa + Pereaksi ↓ merah bata

  Fehling Glukosa + Pereaksi ↓ merah bata

  Benedict Glukosa + Pereaksi Bening

  Tollens Glukosa + Basa kuat

  Coklat

  4.1.3 Reaksi Sukrosa Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Keterangan

  Sukrosa + Pereaksi Fehling

  2 fasa,biru diatas dan bening di bawah -

  Sukrosa + Pereaksi Benedict

  Biru

  Sukrosa + Pereaksi Tollens

  Bening

  Sukrosa + Basa kuat

  Bening

  4.1.4 Reaksi Laktosa Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Keterangan

  Laktosa + Pereaksi ↓ merah bata

  Fehling Laktosa + Pereaksi ↓ merah bata

  Benedict Laktosa + Pereaksi Bening

  Tollens Laktosa + Basa kuat

  Coklat

  4.1.5 Reaksi Pati Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Keterangan

  Pati + Pereaksi Fehling

  Larutan Biru

  Pati + Pereaksi Basa Coklat

  kuat Pati + Pereaksi Iod

  Larutan Biru

  4.1.6 Reaksi Pati yang dihidrolisis No. Perlakuan

  Pengamatan

  Keterangan

  1 Larutan pati + HCl + pemanasan

  Larutan putih berubah jadi bening

  2 + iodium

  T = 80°C, lar.iod berubah jadi biru kehitaman pekat T=100°C, lar.iod berubah ke warna semula (kuning)

  3 Mengukur pH awal

  pH = 1

  4 Mengukur pH setelah +NaOH 10 pH netral = 7

  5 Larutan pati + pereaksi fehling

  Terbentuk endapan merah + bata

  Keterangan : (+) Ada karbohidrat

  (-) Tidak ada karbohidrat

4.2 Pembahasan

A. Uji Molisch

  Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa – senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish.

  Pereaksi ini dibuat dari α-naftol dengan etanol. Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan terhidrolisis menjadi monosalarida dan selanjutnya monosakarida

  mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks

  yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan karbohidrat yang telah diberi α-naftol melalui dinding gelas dengan hati-hati maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat yang diujikan (glukosa, fruktosa, laktosa, selulosa, dan sukrosa) menghasilkan cincin berwarna ungu. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya dengan a-Naftol

  Baik karbohidrat aldosa (-CHO) maupun kelompok ketosa (C=O) akan memberikan reaksi positif dengan pereaksi ini dengan menghasilkan cincin warna ungu.

B. Reaksi Glukosa

  Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula

  pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula

  pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilatdinitrosalycilic

  acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.

1. UJI FEHLING

  Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

  Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH - membentuk asam

  karboksilat. Cu 2 O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil

  sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.

  Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion

  Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam

  suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2 O. Hasil praktikum karbohidrat yang

  diujikan (glukosa,laktosa,pati) dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi, Sedangkan untuk sukrosa membentuk 2 fasa, biru di atas dan bening di bawah. Sukrosa tidak termasuk gula pereduksi karena ujung dari gugusnya tidak mengandung gugus aldehid ataupun keton. Sehingga tidak menunjukan mutarotasi.

2. Ui Benedict

  Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu 2+ dari kuprisulfat menjadi ion

  Cu + yang kemudian mengendap sebagai CuO (Kupro Oksida). Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereduksi benedict bersifat basa lemah.

  Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Hasil praktikum karbohidrat yang diujikan (glukosa, pati dan laktosa) menunjukan endapan merah bata. Hal ini menunjukan adanya gula pereduksi karena Benedict dengan gula reduksi akan terjadi reaksi oksidasi dan dihasilkan endapan merah dari kupro oksida

  O O ║ ║

  R—C—H + Cu - 2OH → R—C—OH + Cu

  2 O

  Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

  Tidak seperti glukosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat mereduksi Benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto bebas.

  Reaksi yang terjadi :

  Penyebab terjadinya endapan pada monosakarida (glukosa). Hal ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid (glukosa) bebas dalam molekul karbohidrat yang diuji tersebut. Dalam asam polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis pasial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk membedakan polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

3. Uji Tollens

  Pereaksi tollens merupakan suatu oksidator pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk mengoksidasi gugus aldehid, -CHO menjadi asam karboksilat, - COOH. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui uji tollens. Contoh senyawa-senyawa yang sering diuji dengan tollens adalah formalin, asetaldehid, dan glukosa. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.

  Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO 3 . Mula-mula

  larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq), kemudian endapan coklat

  Ag 2 O yang terbentuk dilarutkan dengan larutan amonia sehingga membentuk kompleks perak amoniakal, Ag(NH +

  3 ) 2 (aq)

  2AgNO 3(aq) + 2NaOH (aq) → Ag 2 O (s) + 2NaNO 3(aq) +H 2 O (l)

  Ag 2 O (s) + 4NH 3(aq) + 2NaNO 3(aq) +H 2 O (l) → 2Ag(NH 3 ) 2 NO 3(aq) + 2NaOH (aq)

  Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak.

  Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara sederhana sebagai

  larutan Ag 2 O. Hasil pengamatan didapat pereaksi Tollens direaksikan dengan

  karbohidrat (glukosa, sukrosa,laktosa,pati) tidak terbentuk cermin perak, larutan masih tetap bening tidak terjadi reaksi.

  Hasil tidak sesuai dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung perak nitrat akan bereaksi positif dengan karbohidrat yang diujikan (glukosa, sukrosa,laktosa,pati) dan setelah dipanaskan karbohidrat yang diuji akan

  mereduksi Ag + menjadi Ag dan menghasilkan endapan yang menempel pada dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak terjadi karena pereaksi

  Tollens yang digunakan sudah kadaluarsa sehingga tidak terbentuk cermin perak.

4. Dengan Basa Kuat

  NaOH (alkalibasa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus – OH.

  Hasil karbohidrat yang diuji untuk sukrosa berwarna bening sedangkan (glukosa,laktosa) diperoleh terbentuknya endapan berwarna coklat. Hal ini merupakan akibat proses karamelisasi. Ketika pereaksi dicampurkan dan dididihkan akan terbentuk warna coklat dan mengental seperti karamel. Di dasar tabung membentuk endapan. Endapannya berwarna coklat. Uji ini positif, terbukti bahwa dalam air tebu terjadi proses karamelisasi yang merupakan salah satu sifat karbohidrat. Reaksi yang Terjadi :

5. Reaksi Dengan Pati

  Pati dalam bentuk serbuk di tambahkan dengan air hingga membentuk pasta atau disebut Glatinisasi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan struktur Kristal, dan volum pembengkakan yang disebut pembentukan pati nonkristal, dimana molekulnya berbentuk lurus atau bercabang.

  Pengujian pertama yaitu dengan pereaksi Fehling, uji ini digunakan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah. Pada sampel Pati yang telah dihidrolisis diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan ternyata larutan berwarna biru. Hal ini disebabkan karena Pati atau amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara Pengujian pertama yaitu dengan pereaksi Fehling, uji ini digunakan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Berdasarkan literatur semua monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dapat mereduksi oksidator lemah. Pada sampel Pati yang telah dihidrolisis diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan ternyata larutan berwarna biru. Hal ini disebabkan karena Pati atau amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara

  Pengujian kedua yaitu dengan basa kuat, uji ini dinamakan uji moore, bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Uji moore menggunakan NaOH (alkalibasa) yang berfungsi sebagai sumber ion

  OH - (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol (aldehida dengan gugus alkanol) yang berwarna kuning kecokelatan. Dari hasil

  praktikum memberikan hasil positif (+), karena tiap molekul karbohidrat pasti memiliki gugus alkali.

  Pengujian ketiga yaitu dengan pereaksi Iod, uji ini untuk menguji identifikasi kandungan pati pada suatu sampel. Prinsip dari uji ini adalah larutan Iodium dalam bentuk triiodida akan masuk pada struktur helikal pati sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna biru pekat terbebut merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan karena Iodium punya amilosa. netral,asam dan basa. Hasil yang didapat dalam praktikum kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi

  perubahan warna, dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami

  perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa

  I 2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:

  2 I 2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO 3 +3H 2 O

  Sehingga pada larutan tidak terdapat I 2 yang menyebabkan tidak terjadinya

  ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl) terjadi perubahan warna dari keruh menjadi bening.

  Pada kondisi asam NaI dan NaIO 3 diubah menjadi I 2 kembali oleh asam

  klorida . Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:

  5 NaI + NaIO 3 + 6 HCl → 3 I 2 + 6 NaCl + 3 H 2 O

6. Reaksi Dengan Pati yang Terhidrolisis

  Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah tepung jagung. Penambahan HCl pada sampel bertujuan untuk mengaktifkan air karena larutan

  HCl mempunyai ion H + dan sebagai katalisator. Setelah itu dilakukan pemanasan yang bertujuan agar pati dapat menyerap air sehingga terjadi reaksi gelatinasi

  (berkurangnya viskositas) sehingga dapat larut dalam air, dengan reaksi sebagai berikut :

  (C 6 H 10 O 5 )n + n H 2 O nC 6 H 12 O 6

  Pada pengujian pertama yaitu pati yang telah dihidrolisis tadi di uji dengan larutan Iod, Uji yodium ini adalah untuk menguji identifikasi kandungan pati yang merupakan Polisakarida pada suatu sampel. Polisakarida adalah golongan Pada pengujian pertama yaitu pati yang telah dihidrolisis tadi di uji dengan larutan Iod, Uji yodium ini adalah untuk menguji identifikasi kandungan pati yang merupakan Polisakarida pada suatu sampel. Polisakarida adalah golongan

  Struktur Pati

  Iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa

  polisakarida. Pada kondisi asam NaI dan NaIO 3 diubah menjadi I 2 kembali oleh

  asam klorida Jadi pada kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:

  5 NaI + NaIO 3 + 6 HCl → 3 I 2 + 6 NaCl + 3 H 2 O

  Uji iodium ini menunjukan reaksi yang positif terhadap Pati, karena Pati merupakan salah satu contoh dari molekul polisakarida. Pati terdiri dari banyak monomer glukosa. Pada uji iodium Pati dapat menghasilkan reaksi positif dengan menghasilkan warna biru karena pada Pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya.

  Sebelum pengujian selanjutnya, larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dinetralkan terlebih dahulu dengan NaOH. Pengujian ini merupakan analisis Glukosa yang diuji dengan pereaksi fehling. Preaksi fehling ini digunakan untuk Sebelum pengujian selanjutnya, larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dinetralkan terlebih dahulu dengan NaOH. Pengujian ini merupakan analisis Glukosa yang diuji dengan pereaksi fehling. Preaksi fehling ini digunakan untuk

  Reaksi : O O ║ ║

  R—C—H + Cu - 2OH → R—C—OH + Cu

  2 O↓

  Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

  Pada sampel Pati yang telah dihidrolisis tadi diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling

  A + Fehling B) menunjukan positif (+) dengan menandakan terbentuknya endapan merah bata, hasil tersebut menunjukan bahwa pati terhidrolisis oleh HCl dalam suasana panas menjadi Glukosa.

BAB V KESIMPULAN

   Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifat

  karbohidrat berbeda sesuai dengan struktur dan gugus fungsinya.  Uji Benedict menunjukkan bahwa glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi

  yang memiliki gugus fungsi aldehida atau hemiasetal.  Monosakarida dapat mereduksi pereaksi Fehling karena pada monosakarida terdapat

  gugus aldehid, yang akan dioksidasi oleh pereaksi Fehling menjadi karboksilat.  Uji tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa yang

  mengandung gugus karbonil, senyawa karbonil ini berupa aldehid, -CHO atau berupa keton –CO-.

LAMPIRAN

  Gambar 1. Uji Molisch

  Gambar 2. Uji Benedict

  Gambar 3. uji Pereaksi Tollens

  Gambar 4.Uji Pereaksi Fehling

  Gambar 5. Reaksi dengan Basa Kuat Gambar 6.Uji Pereaksi Fehling terhadap Pati

PERTANYAAN PRAPRAKTIK

  1. Apakah contoh aldeheksosa dan ketoheksosa yang umum ?

  2. Apakah maltose diperkirakan akan mereduksi ion tembaga dalam pereaksi Fehling pada percobaan ?

  3. Dapatkan larutan iod encer digunakan untuk membedakan amilosa dan amilopekton? Jelaskan

  4. Bandingkan struktur molekul yang ada dalam campuran kesetimbangan fruktosa dalam larutan air ?

  5. Gambarkan struktur dari segmen molekul amilopektin.

JAWAB

  1. Isomer aldoheksosa antara lain adalah: DL-Alosa, DL-Altrosa, DL-Glukosa, DL-Manosa, DL-Gulosa, DL-Idosa, DL- Galaktosa, DL-Talosa. Isomer ketoheksosa antara lain adalah: DL-Fruktosa, DL-Psicosa, DL-Sorbosa, DL-Targatosa

  2. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa bergabung dengan

  ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi kondensasi. Disakarida akan mereduksi pengoksida lemah seperti Cu dalam perekasi Fehling .

  3. Bisa. Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida khusunya pati. Reagent

  yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I 2 terlarut dalam potassium

  iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin

  Berdasarkan struktur nya, dekstrin dan maltose memiliki struktur yang sama

  Sedangkan dekstrin dan amilosa berbeda. Amilosa memiliki struktur 2x struktur dekstrin.

  6. Amilopektin

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN II LEMAK DAN MINYAK

  Disusun Oleh : Rina Febrina

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI PROGRAM STUDI KIMIA

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang

  Lemak dan minyak merupaka zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menhasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kkalgram. Khususnya minyak nabati mengandung asam – asam lemak esensial seperti linoleat, lrnoleat, dan arakidonat.

  . Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber danpelarut bagi vitamin-vitamin

  A, D, E, dan K.Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengankandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkandengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahanbahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas,seperti minyak goreng, lemak (gajih), metega, margarine.

  1.2 Tujuan

  1. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida

  2. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya

  3. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan larutan sabun dan menentukan kadarnya

  4. Memahami aksi pembersih sabun dalam air lemak dan air sadah

  5. Menentukan fosfat dalam detergen

BAB II LANDASAN TEORI

  2.1 Lemak dan Minyak

  Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

  pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C 2 H 5 OC 2 H 5 ), kloroform (CHCl 3 ), benzena

  dan hidrokarbon lainya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan diatas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

  Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

  Gliserol

  Trigliserida

  Ketiga gugus R dalam satu molekul dapat sama atau berbeda, jika berbeda dinamakan trigliserida campuran, dan bilamana ketiganya sama disebut trigliserida sederhana. Jarang dijumpai trigliserida sederhana dialam. Beberapa asam lemak yang umun didalam trigliserida adalah :

  CH 3 −(CH 2 ) 14 −COOH

  CH 3 −(CH 2 ) 7 −CH═CH−(CH 2 ) 7 −COOH

  Asam palmitat

  Asam oleat

  CH 3 −(CH 2 ) 4 −CH═CH−CH 2 −CH═CH−(CH 2 ) 7 −COOH

  Asam linolenat Jika diperhatikan, sam palmitat bersifat jenuh, sedangkan dua lainnya tak jenuh. Trigliserida yang tersusun dari gliserida dan tiga asam lemak tersebut adalah molekuk khas dalam minyak biji kapas.

  Asam lemak yang umum lainnya mempunyai nama dan struktur berikut :

  C 11 H 23 −COOH

  C 13 H 27 −COOH

  C 17 H 35 −COOH

  Asam laurat

  Asam miristat

  Asam stearat

  C 17 H 29 −COOH

  C 19 H 31 −COOH

  Asam linolenat

  Asam arakidonat

  2,2 Sifat fisis

  Asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu kamar, sedangkan asam lemak tak jenuh berbentuk cair. Terdapat hubungan umum yang sama diantara ketakjenuhan dan titik leleh trigliserida. Titik leleh menuruh jika proporsi residu asam lemak tak jenuh dalam trigliserida meningkat. Karena itu, trigliserida seperti lemak hewan yang kaya akan residu asam lemak jenuh (sekitar 90), berwujud padat. Sebaliknya, minyak zaitun yang mengandung sekitar 86 residu asam oleat dan lioneat adalah cairan. Dapat disimpulkan bahwa keadaan fisis, yaitu cair atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu asam lemak yang ada. Telah menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat sebagai lemak dan yang cair sebagai minyak.

  2.3 Sponifikasi

  Sponifikasi adalah hidrolisa lemak dan minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal sebagai sabun. Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek mempunyai berat molekul yang relatif kecil, mempunyai angka penyabunan yang besar, sedangkan minyak mempunyai berat molekul yang besar, sehingga angka penyabunan relatif kecil.

  Bilangan penyabunan suatu lemakminyak adalah banyaknya mg KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa supaya mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.

  2.4 Reaksi brominasi digunakan untuk menentukan derajat ketakjenuhan minyak

  Asam-asam lemak tak jenuh dari minyak atau lemak dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya dan membentuk suatu peroksida. Peroksida yang dihasilkan pada autooksida atau suatu permulaan ketengikan ini sangat reaktif dan ditetapkan secara idometri. Ada hubungan antara sifat minyak (bilangan iod) dengan bilangan peroksida. Minyak dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan peroksida yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya untuk minyak dengan bilangan iod rendah.

BAB III METODOLOGI

  3.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu timbangan, pendingin tegak, Erlenmeyer, buret, tabung reaksi, dan Beaker gelas.

  3.2 Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu Etanol 35, Na 2 CO 3 ,

  Minyak, KOH, Alkohol 0,5 N, HCl 0,5 N, Indikator PP, Benzena, NaOH 0,01 N,

  Kloroform, KI 10, Na 2 S 2 O 3 0,01 N ; 0,1 N, Akuades, Brom, Batu didih, Amilum 1,

  dan Asam Asetat.

  3.3 Prosedur kerja

  3.3.1 Pemisahan Asam lemak bebas

  Lemak dicuci dengan campuran 1,5 ml etanol 35 dan 7,5 ml larutan Na 2 CO 3.

  Lakukan pencairan 3 kali. Residu yang ada adalah trigliserida.

  3.3.2 Bilangan penyabunan Pertama menimbang ± 2 gram minyak ke dalam Erlenmeyer 250 ml. tambahkan 25

  ml larutan KOH dalam alcohol 0,5 N serta batu didih. Hubungkan Erlenmeyer dengan pendingin tegak dan didihkan selama 1 jam, sambil sesekali digoyangkan. Setelah itu Erlenmeyer diangkat dan ditambahkan 1 ml indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,5 N. buat pula menentuan blanko seperti diatas.

  3.3.3 Bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA) Timbang dengan teliti ± 2,5 gram contoh minyak di dalam Erlenmeyer 250 ml (3

  kali). Disamping itu 25 ml campuran alcohol : benzene (1 : 1) dinetralkan dengan keadaan panas dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan (lakukan 3 kali). Larutan yang telah dinetralkan tersebut dicampur dengan contoh di atas, kocok dan didihkan. Dalam keadaan panas campuran dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan.

  3.3.4 Bilangan peroksida ± 5 gram contoh minyak dalam erlenmeyer bertutup basah dan tambahkan 30 ml

  larutan asetat : kloroform (3 : 2). Goyangkan larutan sampai bahan terlaut semua.

  Tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. Diamkan selama 1 menit dengan kadangkala

  digoyang, kemudian tambahkan 30 ml akuades. Titrasi dengan 0,1 N Na 2 S 2 O 3 sebanyak

  2 tetes sampai warna kuning hampir hilang. Bilangan peroksida dinyatakan dalam ekivalen dari peroksida dalam setiap 1000 gram contoh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1.Tabel pengamatan

  4.1.1 Pemisahan Asam lemak bebas

  Perlakuan

  Hasil pengamatan

  Mencuci lemak dengan campuran 1,5 Warna kuning dari mentega memudar, ml etanol 35 dan 7,5 ml larutan warna pencuci dari bening menjadi

  Na 2 CO 3. kekuningan, residu hasil pencucian berupa trigliserida

  4.1.2 Bilangan penyabunan

  Perlakuan

  V HCl (ml)

  Minyak + KOH dalam Alkohol

  KOH – alcohol (Blanko)

  4.1.3 Bilangan Asam dan Asam lemak

  NO

  Perlakuan

  V NaOH (ml)

  1 Alcohol – Benzene (1:1) +

  Indikator PP

  2 Minyak + no 1 + pemanasan

  4.1.4 Bilangan peroksida Perlakuan

  Hasil pengamatan

  5 gram minyak + 30 ml larutan asetat : Sampel larut dalam kloroform kloroform (3 : 2)

  Volum HCl (titrasi)

  4.2 Pembahasan

  4.2.1 Pemisahan Asam lemak bebas

  Percobaan ini dilakukan dengan cara mencuci sampel yang merupakan mentega

  dengan campuran larutan etanol 35 dengan Na 2 CO 3 . Hasil yang didapat, adanya

  perubahan warna yakni warna kuning dari mentega memudar, dan warna pencuci dari bening menjadi warna kekuning-kuningan. Hasil tersebut disimpulkan bahwa residu hasil pencucian tersebut merupakan trigliserida.

  Pemisahan Asam lemak bebas dengan natrium karbonat memiliki keuntungan yaitu karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng

  terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO 2 yang dibebaskan dari

  karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi

  karena gas CO 2 yang dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas

  atau dengan menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan pompa vakum.

  4.2.2 Bilangan penyabunan

  Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui.

  Dalam penetapan bilangan penyabunan, miasalnya larutan alkali yang digunakan

  adalah larutan KOH , yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tak jenuh , ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengantingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan