52 paper - AHS014 - LD safuan 408-415

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)
La Ode Safuan, Laode Sabaruddin, dan Tresjia C. Rakian
Jurusan Agroteknologi Faperta Universitas Haluoleo
ABSTRACT
The objective of this research was to determine
the effect of liquid organic fertilizer on the
growth and production of melon. This research
was arranged in a Randomized Block Design
(RBD) that consist of six treatments with four
replications.
The
treatments
inchiding

application of liquid organic fertilizer (B0), 75 l
ha-1 (B1), 150 l ha-1 (B2), 225 l ha-1 (B3), 300
l ha-1 (B4), 375 l ha-1 (B5). The observed
parameter included leaf area index at the age of
25 and 45 DAP, flowering age of 50%, fruit

diameter (cm), fruit weight (kg), and production
(ton ha-1). The result of research showed that
there were an effect of liquid organic fertilizer
with different volume is very significant to the
leaf area index at the age of 20 and 40 days after
planting (DAP), and flowering age of 50%.
While on the fruit weight had significant effect.
The optimum dosage of liquid organic fertilizer
on the production of melon was obtained at 275
l ha-1 .
Key words: Effect, Liquid Organic, Growth,
Production, Melon

PENDAHULUAN

Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh
menjalar. Tanaman melon dikonsumsi sebagai buah segar, dengan kandungan gizi dalam tiap
100 g buah melon dari bagian yang biasa dikonsumsi terdapat energi 23 kalori, protein 0,6 g,
kalsium 17 mg, vitamin A 2,400 IU, vitamin C 30 mg, thiamin 0,045 mg, riboflavin 0,065 mg,
niacin 1,0 mg, karbohidrat 6,0 g, besi 0,4 mg, nicotinamida 0,5 mg, air 93 ml, dan serat 0,4 g
(Samadi,1995). Melon banyak diminati masyarakat karena manfaat yang bisa didapatkan cukup
beragam. Kandungan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral buah melon banyak
dimanfaatkan untuk terapi kesehatan. Melon berkhasiat membantu sistem pembuangan, anti
kanker, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung, serta mencegah penggumpalan darah
(Prajananta, 2003).
Pengembangan tanaman melon di luar pulau jawa mempunyai kendala kesuburan tanah,
karena lahan pertanian didominasi oleh jenis tanah ultisol yang mempunyai tingkat kesuburan
rendah. Unsur hara makro seperti unsur hara N, P, K ketersediaanya di dalam tanah rendah,
mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan konsentrasi Fe, Mn dan Al
sangat tinggi sehingga dapat meracuni tanaman (Pietraszewska, 2001). Sementara tanaman
melon membutuhkan unsur hara makro (seperti N, P, K, Mg, S dan Ca) dan mikro (seperti Fe,
Mo, Cu, Zn, Mn, dan Cl) yang seimbang serta pH tanah netral (pH 6,0-7,0). Selanjutnya SOPIB
(2009) melaporkan bahwa tanaman melon membutuhkan 80 – 120 kg N, 60 – 80 kg P2O5 dan
150 – 200 kg K2O, sedangkan pertanaman intensif di rumah kaca membutuhkan 400 kg N, 200
kg P2O5 dan 700 kg K2O.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kesuburan tana-tanah marginal masam
adalah antara lain melalui upaya perbaikan kesuburan tanah melalui pengapuraan dan
pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik. Siswanto et al. (2010) melaporkan bahwa
untuk mendapatkan kualitas buah melon terbaik maka diberikan pengapuran, bahan organik dan
kalium. Safuan (2009) melaporkan bahwa dosis bahan organik yang optimal untuk tanaman
melon 12 ton per hektar, pupuk fosfor 114 kg P2O5 per hektar, dan kalium 150 kg K2O per
hektar. Dosis pupuk nitrogen yang optimal adalah 200 kg N per hektar (Harviyaddin, 2014).
Dosis tersebut masih cukup tinggi, sehingga masih perlu dilakukan upaya peningkatan efisiensi
dan efektifitas pemupukan. Peningkatan ketersediaan hara nitrogen (N) dan kalium (K) tanah,
dapat dilakukan dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N, dan K dan
pemberian bahan organik.

408

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004

Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

Jenis pupuk dan waktu pemupukkan akan mempengaruhi produksi dan kualitas buah
melon. Tang et al. (2012) mengemukakan bahwa kalium dapat meningkatkan padatan terlarut
total dari buah melon, sedangkan Castelanos et al. (2011) mengemukakan bahwa nitrogen yang
berlebihan dapat mengurangi kualitas buah, total padatan terlarut, rongga buah dan mengurangi
bagian yang dapat dimakan. Dalam banyak kasus, nitrogen tidak mempengaruhi sifat-sifat yang
berhubungan dengan kualitas buah seperti kadar padatan terlarut total (Rodriguez et al., 2005).
Selanjutnya Kirnak et al. (2005) melaporkan bahwa pada umumnya pemberian N hanya sedikit
atau tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total.
Alternatif untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu dengan melakukan pemupukan.
Pemupukan merupakan penambahan unsur hara pada tanah yang diperlukan oleh tanaman agar
tanah menjadi lebih subur (Hardjowigeno, 2003). Pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk organik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik dapat menggemburkan lapisan top soil tanah,
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang pada
akhirnya meningkatkan kesuburan tanah (Sutanto, 2002).

Pemupukan dengan bahan organik secara konvensional mempunyai kendala karena
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan memerlukan waktu
lebih lama untuk proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik agar unsur hara yang
terkandung dapat tersedia dan diserap oleh tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
tersebut adalah menggunakan pupuk organik cair. Pemberian pupuk organik cair merupakan
salah satu alternatif lain yang dinilai lebih memungkinkan baik dari segi teknis, ekonomis,
sosial juga lebih menguntungkan bagi lingkungan untuk meningkatkan produksi tanaman
melon. Pupuk organik cair dimaksud merupakan campuran antara larutan katalisator (ecotan)
dengan tinja sapi segar yang diinkubasi selama tujuh hari dengan bantuan aerator. Aerator
berfungsi sebagai penghasil oksigen yang akan dimasukan ke dalam larutan sehingga gas
metana dan amoniak yang terdapat pada tinja sapi segar lambat laun hilang karena proses
oksidasi (Sabaruddin, 2007).
Pupuk organik cair dapat diberikan melalui tanah ataupun disemprotkan melalui daun.
Efektivitas pupuk sebagai sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan
respon hasil tanaman dan dapat pula melalui serapan unsur hara dari tanaman (Sutjihno, 1988).
Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan pupuk organik cair sangat diutamakan
dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan terutama untuk mensubtitusi penggunaan
pupuk buatan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon.


BAHAN DAN METODE
Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 53 m dpl, dengan letak geografis pada
koordinat 04001´56´´LS dan 122033´23´´BT, di Lahan Kelompok Tani Lampareng Kelurahan
Rahandouna, Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan, yakni mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari
2011.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Amanta (F1),
pupuk organik cair, air, kapur dolomit, furadan 3G, dan mulsa plastik. Alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah gembor, handsprayer, cangkul, tugal, pisau, parang, polibag, meteran,
timbangan, kamera, ajir dari bambu, label, tali pengikat, dan alat tulis-menulis.
Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari
enam perlakuan dosis pupuk organik cair dan empat ulangan, sehingga diperoleh 24 petak
percobaan. Keenam perlakuan tersebut adalah : tanpa pupuk organik cair (B0), pupuk organik
cair 75 L ha-1 (B1), pupuk organik cair 150 L ha-1 (B2), pupuk organik cair 225 L ha-1 (B3),
pupuk organik cair 300 L ha-1 (B4), pupuk organik cair 375 L ha-1 (B5).

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk




409

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan pacul, pada kondisi tanah cukup
lembab agar pencakulan lebih mudah dilakukan, kemudian digemburkan dan dibersihkan dari
sisa-sisa tanaman dan gulma. Setelah itu dibuat petak-petak unit percobaan dengan ukuran 3 m
x 1,2 m, dan jarak antar petakan 50 cm. Jarak tanam tanaman melon adalah 50 cm x 60 cm.
Setelah pengolahan tanah maka dilakukan pemberian kapur Dolomit dengan dosis 1 t ha-1.
Pemberian kapur dilakukan dengan cara menaburkan kapur secara merata ke permukaan
bedengan, kemudian dicangkul agar kapur tercampur secara merata dengan tanah.
Sebelum penanaman, maka dilakukan pembibitan dengan cara benih direndam dengan
air hangat kurang lebih 2 jam kemudian ditiriskan dan ditutup dengan kain basah ±36 jam.
Kemudian benih dipindahkan ke polibag yang telah diisi tanah yang dicampur dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1. Bibit melon dipindahkan ke lapangan setelah berdaun 2-4

helai atau tanaman melon telah berusia 12 hari. Sehari Sebelum penanaman, dibuat lubang
tanam dengan tugal kemudian diberi Furadan 3G sebanyak 2 g perlubang tanam. Cara
pemindahan yaitu kantong plastik dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam
pada lubang tanam yang telah disediakan.
Pada pembuatan pupuk organik cair diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair seperti: Gentong, Aerator, dan penggaruk.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Air, Tinja segar sapi, dan Larutan enzim ecotan.
Cara pembuatan pupuk organik cair adalah dengan memasukan air ke dalam gentong sebanyak
50 l, selanjutnya memasukkan tinja segar sapi sebanyak 5 kg dan katalis sebanyak 11, kemudian
aduk merata. Larutan diaerasi dengan menggunakan aerator selama 7 x 24 jam.
Pemberian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis yang sama pada
setiap pemberian, yaitu pertama diberikan pada saat tanaman melon berumur 15 hari sesudah
tanam (HST) dan pupuk kedua diberikan pada umur 30 HST. Cara pemberiannya adalah dengan
menyemprotkan larutan pupuk organik cair yang telah disaring dan diencerkan ke permukaan
daun pada pagi hari sekitar 07.00 WITA dengan dosis sesuai perlakuan.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman dan pengendalian gulma.
Penyulaman dilakukan bila dalam waktu 1 minggu setelah tanam bibit tidak menunjukan
pertumbuhan yang normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan
bibit/tanaman baru. Hal ini dilakukan pada sore hari agar tanaman dapat lebih beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Saat setelah penyulaman tanaman baru dilakukan pengairan.

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dengan mencabut setiap ada gulma yang
tumbuh diareal pertanaman. Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk
pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Untuk itu dilakukan penyiraman pada tanaman
melon apabila tidak hujan selama 2 hari.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap sampel yang telah ditentukan secara acak
sebanyak 50 persen dari jumlah populasi setiap unit percobaan, beberapa parameter yang
diamati :
1. ILD (Indeks Luas Daun), pengamatan terhadap ILD dilakukan pada umur 20 dan 40 hari
sesudah tanam dengan menggunakan rumus :
Luas daun total (cm2)
ILD =
(Sitompul dan Guritno, 1995)
Luas lahan tegakan tanaman (cm2)
Luas Daun ditentukan dengan cara mengukur panjang dan lebar maximum daun yang telah
membuka sempurna dengan menggunakan rumus :
P x L x Konstanta luas daun
Rumus konstanta luas daun :
K=

C / BxA

PxL

(Sitompul dan Guritno, 1995)

Dimana : K = Konstanta luas daun tanaman

410

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

C = Bobot garis tengah kertas

B = Berat kertas contoh
A = Luas kertas contoh
P = Panjang maximum daun tanaman
L = Lebar maximum daun tanaman
Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai konstanta daun tanaman melon
sebesar 0,7851
2. Umur berbunga (hari) dihitung pada saat tanaman berbunga 50%
3. Diameter buah (cm) diukur pada saat panen
4. Berat buah (g), ditimbang pada saat panen
5. Produksi buah segar (ton per hektar)
Data hasil pengamatan terhadap variabel pertumbuhan dan produksi dianalisis dengan
sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, apabila hasil
analisi menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 0,05, dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf nyata 0,05 serta analisis regresi untuk mengetahui dosis optimum pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman melon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks Luas Daun
Pengaruh perlakuan pupuk organik cair terhadap indeks luas daun umur 20 HST dan 40
HST serta hasil uji BNT 0,05 disajikan pada Tabel 1. Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel 1
menunjukan bahwa pada saat tanamana melon berumur 20 hari sesudah tanam (HST),
perlakuan pupuk organik cair 375 l ha-1 (B5) memberikan rata-rata indeks luas daun tertinggi
yang berbeda nyata dengan perlakuan B0, B1, dan B2 (150 l ha-1), tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B3 (225 l ha-1) dan B4 (300 l ha-1). Indeks luas daun terendah adalah pada
tanaman melon yang tidak beri pupuk (B0) yang tidak berbeda nyata dengan indeks luas daun
tanaman melon yang mendapat aplikasi pupuk organik cair sebanyak 75 l ha-1 (B1).
Tabel 1. Pengaruh perlakuan berbagai dosis pupuk organik cair terhadap indeks luas daun
tanaman melon pada saat tanaman berumur 20 dan 40 hari sesudah tanam
Nilai Indeks Luas Daun pada saat umur tanaman
20 Hari
40 Hari
B0 (tanpa pupuk)
0,72d
1,25d
B1 (75 l ha-1)
0,91cd
1,76cd
B2 (150 l ha-1)
0,97b
2,05a
B3 (225 l ha-1)
1,00a
1,99b
B4 (300 l ha-1)
1,01a
2,06a
B5 (375 l ha-1)
1,02a
2,11a
BNT 0,05
0,026
0,117
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05.
Dosis pupuk organik cair

Pengaruh perlakuan pupuk organik cair terhadap indeks luas daun pada saat tanaman
berumur 40 HST serta hasil uji BNT 0,05 disajikan pada Tabel 1, menunjukan bahwa perlakuan
pupuk organik cair 375 l ha-1 (B5) memberikan rata-rata indeks luas daun tertinggi dan berbeda
nyata dengan perlakuan B0, B1, dan B3 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B4 dan B2.
Sedangkan rata-rata indeks luas daun terendah pada tanaman yang mendapat pupuk organik cair
(B0) yang berbeda nyata dengan perlakuan B2, B3, B4, dan B5, tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya umur
tanaman melon, maka dibutuhkan hara dalam jumlah lebih banyak untuk menghasilkan daun
yang banyak dan lebar. Peningkatan kebutuhan hara pada saat itu, karena dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan buah melon yang sedang aktif tumbuh.

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



411

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

Pada dosis tersebut ketersediaan unsur hara dalam keadaan cukup dan seimbang
sehingga tanaman mampu menyerap unsur hara makro maupun hara mikro untuk menunjang
pertumbuhan tanaman. Unsur tersebut merupakan unsur hara esensial, unsur hara makro (unsur
N, P, K, Ca, S, dan Mg) dan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau unsur hara mikro
(unsur Fe, Na, Zn, Mn, B, Cu dan Cl). Unsur hara makro dan mikro bekerja secara sinergis.
Fungsi suatu unsur akan bagus jika di dukung oleh keberadaan unsur lain dalam jumlah yang
seimbang. Sutedjo (1992) menyatakan bahwa unsur hara makro sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar sedangkan unsur
hara mikro dibutuhkan untuk penunjang pertumbuhan tanaman.
Rizqiani et al. (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk organik cair sebanyak 10 L ha1
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Buncis dibandingkan dengan tanpa pupuk organik
cair. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik cair yang diberikan mampu
meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Mn,
Mo, Fe, Cu, Co, dan B) untuk tanaman. Secara kimia, pupuk organik cair mengandung unsur
hara makro dan mikro, dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan
katersediaan unsur hara dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi
pupuk organik cair dapat menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi,
bakteri serta mikroorganisme menguntungkan lainnya sehingga perkembangan lebih cepat
(Hadisuwito, 2008)
Apabila tanaman dapat menghasilkan Indeks Luas Daun (ILD) yang tinggi, maka
tanaman tersebut akan dapat menyerap radiasi matahari yang lebih banyak untuk menghasilkan
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Menurut Gardner et al. (1991) agar diperoleh hasil
panen yang tinggi, tanaman harus dapat menghasilkan ILD yang cukup dengan cepat untuk
menyerap sebagian besar cahaya guna mencapai produksi berat kering maksimum. ILD tersebut
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman kacang tanah yang dapat mencapai 4
sampai 4,5 dan pada jagung 3,9 (Fitter dan Hay, 1998). Sifat tumbuh tanaman melon yang
indeterminat sehingga terus membentuk daun walaupun tanaman telah memasuki taraf generatif
sehingga ILD yang diperoleh terus meningkat.
Umur Tanaman Saat Berbunga dan Produksi Tanaman Melon
Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap rata-rata umur tanaman mulai berbunga
menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk organik cair yang diaplikasikan kepada tanaman
melon sampai dengan dosis 375 l ha-1 memberikan pengaruh terhadap percepatan tanaman
memasuki saat berbunga. Hal ini disebabkan karena tanaman yang meperoleh pupuk cair yang
banyak juga memnjukkan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga dapat mencapai fase
berbunga lebih awal jika dibandingkan dengan tanaman melon yang tidak diberi pupuk organik
cair, dan tanaman melon yang memperoleh pupuk organik cair dengan dosis yang lebih rendah.
Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair 375 l ha-1
(B5) memberikan rata-rata umur mulai berbunga lebih cepat yang berbeda nyata dengan
perlakuan B0, B1 dan B3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B4. Hal ini disebabkan
karena pupuk organik cair mengandung hormon florigen yaitu hormon yang berfungsi
merangsang pembuangaan, sehingga tanaman dapat berbunga lebih cepat dan berbuah lebih
lebat (Listyanto, 2008).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan berbadai disis pupuk organik cair terhadap umur berbunga, berat
buah segar dan produksi per hektar anaman melon
Dosis pupuk organik
cair (Liter per hektar)
B0 (tanpa pupuk)
B1 (75 l ha-1)
B2 (150 l ha-1)
B3 (225 l ha-1)
B4 (300 l ha-1)
B5 (375 l ha-1)

412

Umur berbunga
(Hari)
22,5a
22,0ab
22,0ab
21,8bc
21,3cd
21,0d

Berat buah (kg)
1,45b
1,69a
1,62a
1,66a
1,57a
1,63a

Produksi buah
(ton per hektar)
58,00a
67,60a
64,80a
66,40a
62,80a
65,20a

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

BNT 0,05
0,502
0,123
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05.
Pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman melon, juga memberikan
pengaruh yang nyata terhadap hasil buah segar tanaman melon. Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel
2, menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair sebanyak 75 l ha-1 perlakuan (B1)
memberikan rata-rata berat buah segar yang lebih berat (1,69 kg), namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan yang lain, tetapi berbeda nyata dengan hasil buah segar yang dihasilkan oleh
tanaman melon yang tidak memperoleh pupuk organik cair (B0) yang menghasilkan buah
melon yang lebih ringan (1,45 kg) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Fotosintesis yang meningkat akan diikuti oleh meningkatnya jumlah fotosintat yang
dibutuhkan didalam metabolisme tanaman mulai dari respirasi, pembentukan sel-sel baru,
sampai penimbunan cadangan makanan (Salisbury dan Ross, 1995). Lebih lanjut sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan bahwa dengan bertambahnya jumlah daun maka penyerapan cahaya
akan meningkatkan fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat yang dihasilkan inilah yang nantinya
akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan generatif tanaman yaitu pembentukan dan pengisian
buah. Keadaan tersebut merupakan pengaruh dari pertambahan jumlah daun dan indeks luas
daun sehingga terjadi peningkatan fotosintat yang kemudian ditranslokasikan ke pembentukan
bunga dan buah. Hal ini sejalan dengan Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa inventasi hasil
asimilasi selama pertumbuhan dalam periode vegetatif menentukan produktivitas pada tingkat
perkembangan berikutnya. Hasil-hasil asimilasi (fotosintat) pada daun sebagian besar
ditranslokasikan ke tempat terbentuknya bunga dan buah. Jika pertumbuhan melon normal,
maka laju fotosintesis berjalan optimal sehingga hasil asimilasi meningkat. Dengan demikian
maka hasil-hasil asimilat yang ditranslokasikan ke tempat pembentukan bunga dan buah
meningkat.

Produksi (ton ha-1)

70
68
66
64

y = -0.0001x2 + 0.0555x + 60.143
R² = 0.4469

62
60
58
56
0

100

200

300

400

Dosis Pupuk (L ha-1)
Gambar 1. Kurva respons hubungan antara produksi buah segar (ton ha-1) dengan dosis pupuk
organik cair (L ha-1).
Hasil analisis regresi pada Gambar 1, menunjukkan bahwa dosis optimal pupuk organik
cair untuk mendapatkan produksi buah yang maksimal adalah sekita 275 liter per hektar, dan
pada dosis tersebut akan dihasilkan buah melon segar sebanyak 54,09 ton perhektar. Pemberian
pupuk organik cair yang melebihi dosis tersebut akan menyebabkan penurunan produksi
tanaman melon. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk organik yang yang lebih tinggi
cenderung memacu pertumbuhan daun dan komponen vegetatif tanaman lainnya, yang
menunjukkan bahwa partisi hasil fotositat lebih diarahkan untuk memacu pertumbuhan organ
vegetatif tanaman melon. Pengaruh lain sebagai akibat pemberian pupuk organik cair yang

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



413

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

memacu pertumbuhan daun yang lebih luas juga akan menyebabkan efek saling menaungi antar
daun- daun pada suatu tanaman. Hal ini akan menyebabkan laju respirasi yang lebih tinggi,
sehingga akan mengurangi hasil bersih forosintesis, yang pada akhirnya akan mengurangi
produksi buah tanaman melon, baik secara kuantitas maupun kualitas, karena fotosntat yang
dihasilkan semakin berkurang untuk ditranslokasi ke buah. Selain itu, juga diduga bahwa dosis
pupuk organik cair yang diberikan pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi unsur hara mikro tertentu dengan kosentrasi yang lebih tinggi dari kosentrasi yang
dibutuhkan untuk hasil maksimum. Pada kosentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara makro juga
dapat menyebabkan kejenuhan dan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.

414

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 375 liter perhektar memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap indeks luas daun pada umur 20 dan 40 hari sesudah tanam.
2. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 375 liter perhektar memberikan pengaruh
mempercepat umur berbunga tanaman melon. .
3. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 75 liter perhektar memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap hasil buah segar tanaman melon.
4. Dosis pupuk organik cair yang optimal untuk tanaman melon adalah 275 liter perhektar.

DAFTAR PUSTAKA
Castellanos, M.T., M.J. Cabello, Cartagena, Maria del Carmen, A.M. Tarquis, A. Arce and F.
Ribas, 2011. Growth dynamics and yield of melon as influenced by nitrogen fertilizer.
Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.), 96(2): 191-199.
Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemakan oleh Sry
Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner, E.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan
Herawati. Universitas Indonesia. Press. Jakarta.
Hadi. 2006. Pupuk Organik Cair, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Hadisuwito, S. 2008. Membuat kompos cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hakim,N., M.Y. Nyakpa,A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, E.B. Hong dan
H.H. Bailay. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno,S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Kirnak, H., D. Higg, C. Kaya and I. Tas, 2005. Effect of irrigation and nitrogen sates on growth,
yield and quality of melon in semiarid regions. Journal of Plant Nutrition, 28: 621-638.
Listyanto. 2008. Pupuk hayati organik cair Bio P 2000Z. PT. Alam Lestari Maju Indonesia. 38
hal.
Prajananta, F., 2003. Melon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwendro, S dan Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Raharjo,A., 2000. Melon : Pilih “Ngawi atau Eksklusif. Trubus No. 374 November Th.XXXI :
30-31.0
Rizqiani, N., Ambarwati, E., dan Yuwono, N.W. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus
vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7. No. 1.
Redaksi Agromedia, 2007. Budidaya Melon. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rodriguez, J.C., N.L. Shaw, D.J. Cantliffe and Z. Karchi, 2005. Nitrogen fertilization
scheduling of hydroponically grown nd “Galia” melon. Proceeding of the Florida State
Horticultural Society, 118: 106-112.
Sabaruddin, L. 2007. Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachys hypogaea L.) terhadap
Pemberian Biokultur dan Frekuensi Penyiraman. Laporan Penelitian Program
Pascasarjana Unhalu. Kendari.
Safuan L.O. 2009. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Bahan Organik terhadap efektivitas
Pupuk Fosfor dan Kalium pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon. Lembaga
Penelitian Universitas Halu Oleo, Kendari..
Samadi, B. 1995. Usahatani Melon. Yogyakarta.
Salisburi, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institit Teknologi Bandung.
Bandung.
Setiadi dan Parimin, 2001. Bertanam Melon (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk



415

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis Riset Perguruan Tinggi (SNPP-RPT) 2014
Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004
Universitas Darussalam Ambon, 8 November 2014
Ld. Safuan, Ld. Sabaruddin & T.C. Rakian ; hal 408--

415

Siswanto, Wisnu B. dan Purwadi. 2010. Karakteristik Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis
melo L.) dalam Kaitannya dengan Peningkatan Kadar Gula. Jurnal Pertanian. Mapeta
XII (2): 72-144.
Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. Analisis tumbuh Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
SOPIB, 2009. Sulfat of Potach and Melon Production. Group Fertilizer.
http://www.Tessenderlogroup.com. Fertilizers@tesenderlo.com.
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.
Sutedjo, MM. K. dan R.B.S Sastroatmodjo, 2002. Mikrobiologi Tanah. PT. Rhineka Cipta.
Jakarta.
Sutjihno. 1988. Pengevaluasian Berbagai pupuk sumber N Berdasarkan Serapan N Padi Sawah.
Penelitian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor.
Tang, M., H. Zhao, Z. Bie, Q. Li, J. Xie, X. Shi, H. Yi and Y. Sun, 2012. Effect of different
potassium levels on growth and quality in two melon cultivars and two growing-seasons.
Journal of Food Agric.and Environment, 10(2): 570-575.
Tjahadi, N., 1989. Bertanam Melon. Kanisius. Jakarata.
Wijoyo , M. Padmiarso. 2009. Panduan Praktis Budidaya Melon. Jakarta.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 27. No. 6. 2005. Email : Soil
Fertility@indo.net.id dikutip tanggal 10 Mei 2011 pukul 16.00 WITA.

416

Paper-AHS014- Pengaruh Dosis Pupuk