BAB I dana bantuan keuangan desa terhadap pembangunan desa

ANALISIS PENGARUH DANA BANTUAN KEUANGAN DESA
TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
(Studi Kasus Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang
Tahun 2013-2017)

BAB I
PENDAHULUAN

- Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Sejak diresmikan undang-undang tentang desentralisasi, perkembangan
kota dan kabupaten menjadi semakin pesat. Sebagaimana sebelumnya pada
masa orde baru sistem pemerintahan di Indonesia adalah sistem sentralisasi,
yakni pemerintahan terpusat. Jadi keputusan dan kebijakan pemerintah hanya
diatur oleh pemerintah pusat. Setelah itu, pada masa reformasi proses
desentralisasi secara perlahan pun dimulai. Maka diawali dengan pengesahan
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta
UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (PKPD). Hal ini merupakan perubahan besar bagi sejarah
pemerintahan di Indonesia yang mana secara langsung mengubah keseluruhan
sistem pemerintahan di Indonesia. Semakin berkembangnya perekonomian
Indonesia dari tahun ke tahun tidak terlepas dari peran sistem desentralisasi ini.

Kemudian didukung lagi dengan adanya perubahan dasar hukum yang terbaru,
yakni Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
bahwa

urusan

pemerintah

oleh

pemerintah

pusat

diserahkan

kepada

pemerintahan dearah dalam rangka desentralisasi.
Desentralisasi sendiri merupakan penyerahan wewenang pemerintahan

oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan berupa politik, pembangunan daerah, pelayanan
publik hingga keuangan daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desentralisasi tidak hanya mencakup pembangunan daerah saja,
tetapi juga penyelenggaraan pemerintahan dan segala urusan yang berkenaan
dengan daerah tersebut. Sehingga harapan dari pemerintah pusat dengan
adanya desentralisasi ini, masing-masing daerah di Indonesia dapat berkembang

lebih pesat lagi serta terciptanya pemerataan pembangunan daerah. Karena
dengan desentralisasi daerah dapat menggali dan mendapatkan potensi
daerahnya sendiri yang secara langsung akan menjadi pendapatan daerah itu
sendiri.
Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Otonomi daerah secara langsung memberikan keleluasaan bagi
pemerintah daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya menuju
pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Otonomi daerah
merupakan strategi ekonomi yang diharapkan dapat menumbuhkan potensi
daerah serta menciptakan pemerataan pembangunan. Karena potensi lokal
daerah tidak dapat dikelola seluruhnya oleh pemerintah pusat, sehingga

pemerintah daerah yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan pembangunan
daerah.
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, otonomi daerah secara tegas
memberikan kewenangan kepada kabupaten dan desa dalam mengatur maupun
mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan
keuangan daerah secara baik, benar, transparan dan akuntabilitas. Otonomi
suatu daerah tidak selalu sama dengan otonomi daerah yang lainnya.
Dikarenakan kebijakan dan potensi daerah di Indonesia yang berbeda-beda.
Otonomi daerah yang sesuai dengan penyelenggaraan pemerintah daerah yang
benar harus sesuai dengan tujuan dan maksud otonomi. Yakni pada dasarnya
untuk memberdayakan daerah demi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan
pembangunan, yang mana hal ini merupakan dasar dari tujuan pembangunan
nasional. Selain itu, otonomi daerah juga harus memperhatikan kepentingan dan
menampung aspirasi dari masyarakat daerah. Karena untuk membangun
masyarakat pemerintah daerah harus selalu tanggap dan terbuka terhadap
fenomena apapun yang terjadi di masyarakat.
Proses desentralisasi yang telah berlangsung cukup lama secara
perlahan telah menumbuhkan kesadaran dari masing-masing daerah untuk
dapat bersaing dengan daerah lainnya dengan kemampuan potensi lokalnya.

Meskipun pada dasarnya kebijakan desentralisasi ini berfokus pada tingkat
kabupaten/kota, namun secara esensi sebenarnya pembangunan daerah harus

dimulai dari pemerintahan pada tingkat (level) paling bawah, yaitu desa. Karena
pada dasarnya desa merupakan awalan yang fundamental dalam pengukuran
kesejahteraan dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Agar pelaksanaan daerah
tersebut dapat berjalan secara baik, maka fokus utama pembangunan daerah
untuk membangun kemandirian dimulai dari tingkat yang paling bawah yaitu dari
desa. Desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan
pemerintahan nasional.
- Desa
Secara jenjang atau struktural, pembangunan masyarakat dalam otonomi
daerah harus dimulai dari tingkatan paling bawah, yakni desa. Landasan hukum
desa sendiri telah tertuang dalam Undang-Undang no. 6 tahun 2014, dijelaskan
bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa diyakini
lebih mampu melihat prioritas kebutuhan masyarakat dibandingkan pemerintah

kabupaten, karena ruang lingkup dan permasalahan yang lebih luas. Untuk itu,
pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritads pembangunan
pedesaan yang telah ditetapkan.
Salah satu fungsi desa yaitu sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
pembangunan nasional yang berbasis kemasyarakatan. Karena pada dasarnya
desa sendiri masih mempunyai ikatan adat dan tradisi yang kental. Sehingga
harapan dari pemerintah pusat dengan adanya desentralisasi adalah mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dengan menggali potensi yang
ada dari desa di seluruh Indonesia. Pembangunan yang adil dan merata bagi
desa

merupakan

salah

satu

tujuan


utama.

Akan

tetapi,

pemerataan

pembangunan di desa saat ini masih jauh dari harapan karena lambannya
pembangunan yang terjadi di tingkat desa tersebut. Sehingga kemiskinan di desa
pun masih cukup banyak sampai saat ini. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan
sulitnya akses menuju desa atau karena dana yang diberikan dari pemerintah
masih tergolong kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kemiskinan
yang ada di desa. Berikut adalah tabel jumlah penduduk miskin di desa.

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin dan Presentasi Penduduk Miskin di Desa Tahun
2000-2017

Tahun

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017

Jumlah Penduduk

Miskin (Juta Orang)

Presentase
Penduduk Miskin

26,43
29,27
25,08
25,08
24,78
22,70
24,81
23,61
22,19
20,62
19,93
18,94
18,09
17,92
17,37

17,89
17,28
17,28

(%)
22,38
24,84
21,10
20,23
20,11
19,98
21,81
20,37
18,93
17,35
16,56
15,59
14,70
14,42
13,76

14,09
13,96
13,47

Sumber: Badan Pusat Statistik (Data olah 2018)
Berdasarkan data tabel di atas maka fenomena kemiskinan di desa masih
tergolong banyak. Dimulai sejak tahun 2000 dimana sistem desentralisasi mulai
diterapkan maka masalah kemiskinan di Indoenesia masih belum selesai. Namun
sampai akhir tahun 2017 tingkat kemiskinan dapat menurun meskipun terdapat
juga fluktuasi di tahun 2005-2006 dan 2014-2015 dimana jumlah penduduk
miskin justru semakin bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari
pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan yang mana desa di seluruh
Indonesia

masih

membutuhkan

tambahan


sumber

keuangan

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Serta juga diberikan regulasi dan
pengawasan yang lebih baik agar dana yang telah diterima dapat digunakan
seoptimal mungkin.

- Dana Bantuan Keuangan Desa (DD & ADD)
Maka dari itu, sebagai implikasi dari peningkatan kemampuan desa serta
penyelenggaraan

pembangunan

pemerintah

daerah

berdasarkan

sistem

desentralisasi (bottom-up) tersebut, tentu saja akan membutuhkan dana atau
sumber-sumber keuangan bagi desa. Salah satu sumber penerimaan desa
adalah dana desa (DD), yakni dana yang diterima oleh kabupaten/kota yang
langsung diambil dari APBN untuk dikerahkan ke seluruh desa di Indonesia.
Jumlah dana desa ini tidak dapat diganggu gugat atau tidak bisa diubah oleh
pemerintah daerah karena memang merupakan keputusan presiden dan
bersumber dari APBN.
Kemudian, sumber pendapatan desa yang lain adalah dari alokasi dana
desa (ADD), yakni dana dari APBD kabupaten/kota yang diambilkan dari Dana
Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan bagian Dana
Perimbangan. Dalam pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara
proporsional yaitu paling sedikit 10% (sepuluh persen). Pengalokasian untuk
setiap desa dan tata cara penggunaan alokasi dana desa diatur melalui
Peraturan Bupati/Walikota yang diresmikan setiap tahun. Selanjutnya, kedua
sumber penerimaan desa tersebut akan digunakan sebagai penunjang kegiatan
otonomi desa melalui Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) agar dapat
maksimal dalam memberikan pelayanan, pembangunan infrastruktur desa, serta
pemberdayaan masyarakat desa.
Dengan adanya dana desa dan alokasi dana desa tersebut maka tujuan
pemerintah pusat adalah terciptanya pembangunan bottom-up yang adil dan
merata untuk seluruh desa. Dengan adanya dana desa dan alokasi dana desa,
maka peran pemerintah dalam pembangunan nasional dimulai dari tingkat desa
semakin tegas. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 yaitu untuk
memajukan kesejahteraan umum. Sehingga harapan dari pemerintah pusat dan
kabupaten/kota, dana desa dan alokasi dana desa ini dalam rangka percepatan
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat yang mandiri. Dengan kata
lain dana ini juga sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk
mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan
partisipasi

seluruh

masyarakat

desa

dalam

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa.
- Pembangunan desa/Pemberdayaan Masyarakat

melaksanakan

kegiatan

Selanjutnya sumber penerimaan dari dana bantuan keuangan desa yang
telah diterima oleh seluruh desa ini tentu saja digunakan dalam menunjang
pembangunan desa. Dana yang telah diterima oleh dari masing-masing desa
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan dan pemberdayaan
masyarakatnya. Berdasarkan Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang
Perencanaan pembangunan desa, pembangunan di desa merupakan model
pembangunan partisipatif, yakni suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa
bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang
merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah
Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No. 66 tahun
2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan
pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.
Sumber keuangan yang telah diterima oleh desa kemudian oleh kepala
desa beserta perangkatnya akan dialokasikan untuk pembangunan desa. Tujuan
dari pembangunan desa ini lah yang kemudian menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan pemberdayaan nasional. Karena keberhasilan dari pemberdayaan
nasional dilihat dari bagaimana kemampuan desa dalam memberdayakan
masyarakatnya.

Jadi

sistem

desentralisasi

dalam

upaya

pemberdayaan

masyarakat ini bersifat struktural yakni dari pemerintah pusat kemudian diberikan
wewenang kepada pemerintah daerah kemudian diturunkan lagi kepada
pemerintah desa agar dapat tercapai kondisi yang mandiri dalam membangun
masyarakat desa. Oleh karena itu, sumber dana yang diterima oleh desa baik
dari dana desa maupun alokasi dana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah sangat mempengaruhi dalam menunjang keberhasilan pembangunan
desa.
- Masuk ke permasalahan
Seiring perkembangan kondisi politik dan ekonomi di Indonesia, maka
semakin banyak pula kebutuhan daerah dalam membangun masing-masing
desanya. Maka pengeluaran bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah juga
semakin ditambah untuk dikucurkan ke desa. Hal tersebut ditandai dengan
semakin meningkatnya anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk

kegiatan pembangunan pedesaan, baik menyangkut pembangunan fisik maupun
pemberdayaan masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah
dalam upaya menunjang pembangunan wilayah pedesaaan adalah penambahan
dana bantuan baik dana desa maupun alokasi dana desa yang semakin
meningkat setiap tahunnya. Penambahan dana ini secara langsung dicantumkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah pusat menganggarkan
dana desa secara nasional dalam APBN setiap tahunnya. Karena diyakini bahwa
dengan dana desa maka dapat lebih efektif dalam pemberdayaan dan
pemerataan pembangunan pedesaan. Dana desa yang dikucurkan langsung dari
APBN setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan seperti yang
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Anggaran Dana Desa dari APBN Tahun 2015-2017 (dalam triliun rupiah)
Tahun
2015
2016
2017

Anggaran Dana Desa
20,8
47
60

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia (Data olah 2018)
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa seluruh desa di
Indonesia setiap tahunnya mendapatkan dana yang terus mengalami kenaikan
yang signifikan. Dana desa yang diambil langsung dari APBN tersebut kemudian
dibagi rata untuk 74,910 desa di seluruh Indonesia. Maka dari itu, sebagai
umpan baliknya pemerintah desa juga harus dapat memanfaatkan dana tersebut
semaksimal mungkin. Sebagaimana sesuai dengan tujuan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa. Bahkan di tahun 2018 dikutip dari website
berdesa.com dana desa yang akan dikucurkan dari pemerintah pusat akan
ditambah dua kali lipat dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 120 triliun rupiah.
Rencananya untuk tahun 2018 program dana desa akan berfokus pada lapangan
kerja dan program pengelolaan desa atau swakelola.

Dana desa yang diterima oleh seluruh desa kemudian dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat demi
kemajuan desa. Kemudian untuk sumber penerimaan desa yang kedua yakni
alokasi dana desa juga tidak jauh berbeda dari dana desa. Dana bantuan yang
diambil dari APBD masing-masing kabupaten atau kota ini juga selalu mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Seperti halnya alokasi dana desa di Kabupaten
Jombang. Alokasi dana desa yang sudah diterima dari pemerintah kabupaten
kemudian dibagi rata untuk 306 desa di Kabupaten Jombang. Tidak terkecuali
juga untuk Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Sejumlah sebelas desa di
Kecamatan Bandar kedungmulyo juga mendapatkan pagu alokasi dana desa
yang sama, namun pengalokasiannya berbeda-beda untuk setiap desa
dikarenakan tergatung dari kondisi dan keadaan dari masing-masing desanya.
Dalam artian masing-masing desa sudah memiliki bobot tertentu dan hal ini
digunakan untuk distribusi dari alokasi dana desa tersebut. Sehingga masingmasing desa mendapatkan jumlah alokasi dana desa yang berbeda.
Kecamatan Bandar Kedungmulyo sendiri adalah salah satu kecamatan
yang berada di Kabupaten Jombang yang secara geografis dapat dikatakan
cukup jauh dari pusat pemerintah kabupaten. Maka secara tidak langsung
pengawasan dari pemerintah kabupaten pun kurang maksimal. Di sisi lain, dari
pihak pemerintah Kabupaten Jombang selalu memberikan kucuran dana yang
diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya.
Pemerintah Kabupaten Jombang juga memberikan tambahan dana setiap
tahunnya untuk alokasi dana desa. Anggaran alokasi dana desa dari Pemerintah
Kabupaten Jombang untuk Kecamatan Bandar Kedungmulyo juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini
yang mana terjadi kenaikan anggaran setiap tahunnya yang digunakan untuk
pembangunan desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo.

Tabel 1.3
Realisasi Alokasi Dana Desa Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten
Jombang Tahun 2013-2017 (dalam ribu rupiah)

Desa
Bandar
Kedungmulyo
Banjarsari
Barongsawahan
Brangkal
Brodot
Gondangmanis
Karangdaganga
n
Kayen
Mojokambang
Pucangsimo
Tinggar

2013

Realisasi Alokasi Dana Desa
2014
2015
2016

2017

101.134

122.882

404.567

408.421

412.297

90.823
52.737
103.620
101.476
98.058

110.353
114.424
125.902
123.297
119.144

373.354
372.500
389.947
377.931
401.567

376.912
376.049
393.663
381.532
405.393

380.488
379.617
397.398
385.152
409.240

91.167

110.771

371.784

375.326

378.887

104.478
91.033
121.903
103.238

126.944
110.608
148.116
125.438

391.104
383.822
375.755
377.694

394.830
387.479
379.335
381.293

398.577
391.156
382.934
384.911

Sumber: Kecamatan Bandar Kedungmulyo dan BPKAD Kabupaten Jombang
(Data olah 2018)
Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alokasi dana desa yang
diterima oleh sebelas desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo seluruhnya
mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Namun jumlah yang
diterima dari masing-masing desa berbeda dikarenakan tergantung dari jumlah
penduduk desa, jumlah penduduk miskin, serta luas wilayah desa. Sehingga dari
pemerintah Kabupaten Jombang memberikan bobot yang berbeda untuk setiap
desa.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan pengelolaan dana
bantuan desa yang diterima dari pemerintah pusat maupun daerah, peran serta
masyarakat juga menjadi hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan
dan pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kebutuhan masyarakat desa. Selain
itu, diperlukan juga adanya kerjasama yang baik antara pihak aparat desa
dengan masyarakat dalam setiap tahapan-tahapan pengelolaan keuangan yang
telah diterima desa dari kabupaten. Jika hal tersebut berjalan dengan baik maka
besar kemungkinan masyarakat dapat lebih mengembangkan diri untuk
mencapai kemajuan bersama serta terciptanya masyarakat yang lebih berdaya.
Dari dana bantuan yang telah diterima oleh desa maka harapan dari pemerintah
pusat yaitu masing-masing desa dapat menggunakan dana secara optimal demi
kesejahteraan masyarakat desa. Permasalahannya adalah bagaimana masing-

masing desa tersebut memanfaatkan dana yang telah diterima untuk
pembangunan desanya. Seberapa besar manfaat untuk kemajuan dan
pemberdayaan masyarakat desa dari pengaruh dana stimulan yang mana terdiri
dari total dana desa serta alokasi dana desa. Dalam kasus ini Kecamatan Bandar
Kedungmulyo yang setiap tahunnya menerima dana desa dan alokasi dana desa
yang mengalami peningkatan signifikan. Sejumah dana yang telah diterima oleh
sebelas desa di Kecamatan ini seharusnya memiliki peranan yang besar dalam
menunjang pembangunan pedesaan.
Oleh karena itu, dari penjabaran uraian di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh dari dana bantuan desa ini selama lima
tahun. Yakni keseluruhan dari dana desa selama tiga tahun serta dari alokasi
dana desa selama lima tahun. Sampai sejauh mana pengaruh dari dana bantuan
keuangan desa ini, yaitu dana desa dan alokasi dana desa terhadap
pemberdayaan

masyarakat

desa

di

Kecamatan

Bandar

Kedungmulyo.

Berdasarkan fenomena dan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk
meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Bantuan Keuangan Desa
Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Kasus Kecamatan Bandar
Kedungmulyo Kabupaten Jombang Tahun 2013-2017).”
1.2 Rumusan Masalah
Dana bantuan keuangan desa yang mana mengalami peningkatan setiap
tahunnya seharusnya diikuti dengan hasil yang optimal. Sehingga hal ini jika
dilihat pada trend peningkatan dana desa maupun alokasi dana desa,
pemerintah desa sebenarnya memiliki potensi yang besar dalam pembangunan
desanya. Berdasarkan fenomena dana bantuan desa serta pembangunan desa
yang telah dijelaskan di latar belakang maka rumusan masalah yang dapat
diangkat antara lain sebagi berikut.
1. Bagaimana

pengaruh

dana

bantuan

keuangan

desa

terhadap

pemberdayaan masyarakat desa?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemberdayaan masyarakat
desa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka
tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh dana bantuan keuangan desa terhadap
pemberdayaan masyarakat desa.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemberdayaan
masyarakat desa.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Dapat digunakan sebagai bahan ajaran dan pengetahuan mengenai
pemanfaatan serta pengaruh dari dana bantuan keuangan desa.
Kemudian juga wawasan yakni realitas dari pemerintah desa dalam
pembangunan desa berdasarkan dana yang telah diterima dari dana desa
maupun alokasi dana desa.
2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi masukan sekaligus sebagai strategi kebijakan pemerintah
desa dalam proses perencanaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Dalam artian pengelolaan dana bantuan desa sehingga
diharapkan tujuan pembangunan desa dapat dilaksanakan tepat guna
serta dihasilkan outcome yaitu pemberdayaan masyarakat desa yang
optimal.