Gambaran Perpustakaan SMA Negeri 1 Bangun Purba

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani siswa, guru dan
karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan Sekolah didirikan untuk
menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti
digariskan dalam kurikulum sekolah.
Menurut Rachman (2006: 35) menyatakan bahwa, “Perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dasar dan
menengah”. Pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara Perpustakaan Perguruan
Tinggi dengan Perpustakaan Sekolah, kedua-duanya berperan sebagai sarana
penunjang kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut pendapat Sukarman (2000: 4) perpustakaan sekolah
adalah:
Perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang
merupakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan, dan
merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari komponen
pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah.

Perpustakaan sekolah juga sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar siswa dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah
(Darmono, 2001: 1). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan dan
merupakan sumber belajar di lingkungan sekolah.
2.2 Tujuan dan Fungsi
2.2.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan
sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum
sekolah. Menurut Sukarman (2000: 5), ”Tujuan Perpustakaan Sekolah adalah

9
Universitas Sumatera Utara

sebagai sumber belajar dan bagian integral dari sekolah bersama-sama dengan
sumber belajar lainnya bertujuan mendukung proses kegiatan belajar mengajar
demi tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan”.
Sedangkan

menurut


Rachman

(2006:

37)

secara

umum

tujuan

Perpustakaan Sekolah diselenggarakan sebagai: Suatu perangkat kelengkapan
pendidikan untuk bersama dengan kelengkapan-kelengkapan yang lain guna
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan
dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan
yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan nasional yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara khusus tujuan
Perpustakaan Sekolah adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca;
2. Mendayagunakan budaya tulisan;
3. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, dan memanfaatkan
informasi;
4. Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan
pustaka;
5. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri;
6. Memupuk minat dan bakat;
7. Menumbuhkan penghargaan (apresiasi) terhadap pengalaman
imajinatif; dan
8. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.
Kegiatan perpustakaan sekolah diharapkan harus menunjang kurikulum
sekolah. Dengan tersedianya perpustakaan para siswa mendapat kesempatan
untuk mempertinggi daya serap dan memperdalam proses pendidikan, sedangkan
kepada guru diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuannya dalam
kegiatan belajar mengajar.


2.2.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki
perpustakaan yang memadai. Perpustakaan sekolah merupakan komponen

10
Universitas Sumatera Utara

pendidikan yang penting. Tetapi karena berbagai alasan kenyataannya belum
setiap sekolah mampu menyediakan perpustakaan sebagaimana diharapkan.
Menurut Rachman (2006: 38) Perpustakaan Sekolah memiliki berbagai
fungsi antara lain:
1. Fungsi pendidikan; perpustakaan merupakan sarana kegiatan belajar
mengajar untuk membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan
tentang pelajaran yang diperolehnya di dalam kelas.
2. Fungsi informasi; perpustakaan merupakan sarana untuk menemukan
sumber informasi yang dapat memperkaya pengetahuan siswa dan
menunjang proses pembelajaran.
3. Fungsi penelitian; membantu siswa dalam pelaksanaan penelitian
yang sifatnya sederhana berkaitan dengan mata pelajaran yang

dipelajari/diajarkan.
4. Fungsi rekreasi; merupakan tempat rekreasi, masuk perpustakaan
membaca bacaan yang segar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan merupakan rekreasi yang sehat dan mendidik serta
menghilangkan kejenuhan bagi siswa dan guru.
5. Fungsi kebudayaan; merupakan tempat melestarikan kebudayaan, baik
kebudayaan lokal, daerah, maupun nasional.
6. Fungsi kreatifitas; membantu siswa mengembangkan kegemaran dan
hobi. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan buku-buku yang dapat
meningkatkan daya kreasi siswa.
Fungsi dokumentasi; menjadi pusat dokumentasi sekolah dari
berbagai kegiatan yang pernah dilakukan sekolah, baik siswa maupun
guru.
Perpustakaan sekolah sebagai perangkat pendidikan di sekolah merupakan
bagian integral dalam sistem kurikulum sekolah berfungsi sebagai:
a. Pusat kegiatan belajar mengajar
Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka untuk
mendukung proses belajar mengajar.
b. Pusat penelitian sederhana
Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang

bermanfaat untuk melaksanakan penelitian sederhana bagi peserta
didik.
c. Pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi
Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang
bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan serta rekreasi intelektual bagi peserta didik dan tenaga
kependidikan (Sukarman, 2000: 5).
Dari uraian ini dapat dilihat, jelas bahwa perpustakaan sekolah mutlak
harus memenuhi fungsi tersebut dengan menyediakan koleksi yang dapat

11
Universitas Sumatera Utara

mendukung kebutuhan pengguna perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah
harus dapat menciptakan suasana yang mendukung fungsi tersebut.
2.3 Sasaran Perpustakaan Sekolah
Menurut Rachman (2006: 39) sasaran yang ingin diraih oleh Perpustakaan
Sekolah adalah:
1. Terwujudnya sumber belajar yang menjadi pusat kegiatan belajar
mengajar di sekolah lanjutan sehingga dapat membantu

pengembangan bakat dan minat siswa dan guru.
2. Terbinanya siswa menjadi gemar membaca, biasa membaca, terampil
dan merasa perlu membaca serta meningkatkan kemampuan untuk
belajar mandiri menuju tercapainya cita-cita pendidikan seumur hidup.
3. Meningkatnya mutu luaran yang cerdas dan mampu bersaing dalam
era globalisasi.
4. Terwujudnya masyarakat berbasis informasi dan pengetahuan.
5. Tersedianya layanan informasi yang demokratis untuk semua warga
sekolah tanpa ada perbedaan layanan karena perbedaan gender,
agama, suku, bahasa atau status sosial.
2.4 Organisasi
Perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah berada di bawah
tanggung jawab Kepala Sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar,
kedudukannya sejajar dengan sumber belajar lainnya seperti laboratorium, ruang
keterampilan/kesenian, dan bengkel kerja praktek. Perpustakaan sekolah adalah
unit kerja yang melakukan kegiatan/fungsi pengadaan, pengolahan, penyimpanan,
dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk mendukung proses belajar
mengajar.
Kegiatan-kegiatan/fungsi-fungsi tersebut dalam istilah perpustakaan
dikelompokkan menjadi dua:

1. Layanan teknis yaitu kegiatan pengadaan dan pengolahan bahan
pustaka.
2. Layanan pengguna yaitu kegiatan yang memberikan layanan kepada
pengguna perpustakaan seperti layanan sirkulasi (peminjaman),
layanan rujukan (referens), dan layanan membaca.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, perpustakaan sekolah
dipimpin oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ditunjuk/ditetapkan berdasarkan
surat tugas/surat keputusan Kepala Sekolah. Kepala Perpustakaan Sekolah dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga yang bertugas melaksanakan fungsi

12
Universitas Sumatera Utara

layanan teknis dan layanan pengguna. Tenaga yang bertugas dalam layanan teknis
dan layanan pengguna bertanggung jawab kepada kepala perpustakaan
(Sukarman, 2000: 7).
Menurut Darmono (2001: 32 ), ”Struktur organisasi dapat digambarkan
dalam sebuah bagan. Sebaiknya dalam sebuah struktur organisasi juga
perlu dipertimbangkan masuknya unit atau komisi sebagai lembaga
pertimbangan yang secara teknis tidak ikut campur dalam urusan

operasional perpustakaan, akan tetapi jika diminta bisa memberikan
masukan ide maupun pemikiran tentang kemajuan perpustakaan.
Di lingkungan sekolah, komisi ini adalah dewan guru”. Tidak semua guru
yang duduk dalam dewan guru dapat melakukan pertimbangan kepada
perpustakaan, akan tetapi cukup beberapa guru yang dipandang memiliki
kemauan dan kemampuan dalam bidang itu.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, perpustakaan sekolah
dipimpin oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ditunjuk/ditetapkan berdasarkan
surat tugas/surat keputusan Kepala Sekolah. Kepala Perpustakaan Sekolah dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga yang bertugas melaksanakan fungsi
layanan teknis dan layanan pengguna. Tenaga yang bertugas dalam layanan teknis
dan layanan pengguna bertanggung jawab kepada kepala perpustakaan
(Sukarman, 2000: 7).
Menurut Darmono (2001: 32 ), ”Struktur organisasi dapat digambarkan
dalam sebuah bagan. Sebaiknya dalam sebuah struktur organisasi juga perlu
dipertimbangkan masuknya unit atau komisi sebagai lembaga pertimbangan yang
secara teknis tidak ikut campur dalam urusan operasional perpustakaan, akan
tetapi jika diminta bisa memberikan masukan ide maupun pemikiran tentang
kemajuan perpustakaan. Di lingkungan sekolah, komisi ini adalah dewan guru”.
Tidak semua guru yang duduk dalam dewan guru dapat melakukan pertimbangan

kepada perpustakaan, akan tetapi cukup beberapa guru yang dipandang memiliki
kemauan dan kemampuan dalam bidang itu. Beberapa contoh bagan Struktur
Organisasi Perpustakaan Sekolah adalah sebagai berikut:

13
Universitas Sumatera Utara

Gambar
Kepala Sekolah

Dewan
Guru

Kepala
Perpustakaan

Bagian Layanan
Teknis

Tata Usaha

Perpustakaan

Bag Layanan
Pembaca

Garis Koordinasi

Garis Komando

Gambar 1: Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
(Sumber: Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah,
Jakarta: Grasindo).

Dengan adanya bagan struktur organisasi perpustakaan maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pencapaian tujuan perpustakaan sekolah maka perlu
merefleksikan jaringan kerja sama dan komunikasi dari berbagai unit kerja dalam
melaksanakan tugas disertai tanggung jawab dari masing-masing pustakawan.
2.5 Sarana
Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan atau
gedung dan perlengkapannya. Untuk menampung pekerjaan setiap unit kerja yang
ada di perpustakaan, maka perpustakaan perlu dilengkapi dengan sarana yang
dipersiapkan secara khusus untuk menunjang setiap pekerjaan yang ada di
perpustakaan.

14
Universitas Sumatera Utara

2.5.1 Ruangan atau Gedung
Untuk menghasilkan gedung perpustakaan yang dapat menjadi tempat
kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan
pengunjung, maka gedung/ruangan perpustakaan haruslah direncanakan secara
baik agar dapat menampung segala kegiatan dalam pelaksanaan fungsi
perpustakaan.
Menurut Soejono Trimo dalam Siregar (2009 : 2) dinyatakan bahwa:
Gedung yang baik haruslah dapat memenuhi semaksimal mungkin
ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh para calon pemakainya,
karena hanya mereka yang akan tahu apa yang akan terjadi ataupun
dikerjakan di dalam gedung/ruangan tersebut.
Pembangunan gedung perpustakaan harus luwes (fleksibel) artinya mampu
menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan struktur gedung. Selanjutnya
dinyatakan bahwa; Gedung perpustakaan minimal harus memiliki ruangan sebagai
berikut :
- Gudang.
- Alat-alat bibliografi dan pembantu : katalog, indeks, staf pembantu.
- Ruangan koleksi.
- Ruangan pengunjung.
- Ruang staf.
Tata ruang perpustakaan untuk setiap perpustakaan berbeda-beda sesuai
dengan kondisi perpustakaan itu sendiri. Siregar (2009 : 13) menyatakan bahwa,
Minimal ruangan yang harus ada di perpustakaan yaitu :
1. Ruang koleksi
2. Ruang baca
3. Ruang pelayanan
4. Ruang kerja teknis dan administrasi
5. Ruang tambahan jika memungkinkan
6. Ruang khusus
7. Ruang umum di luar gedung

2.5.2 Perlengkapan dan Perabotan
Pada suatu perpustakaan Kebutuhan akan perabot dan perlengkapan
tergantung kepada fungsi spesifik dan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh
perpustakaan tersebut.

15
Universitas Sumatera Utara

Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 18)
dinyatakan bahwa :
Perabotan adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di dalam ruang
perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai
meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci,
kereta buku, dan lain-lain.
Sedangkan Siregar (2009 : 18) menyatakan bahwa Yang dimaksud dengan
perabot adalah barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana
penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain
sedangkan perlengkapan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari
suatu komponen dan atau kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer,
layer proyektor dan lain-lain.
Sarana perlengkapan dan perabotan yang diperlukan bergantung kepada
banyak hal seperti selera pemilih, keragaman kegiatan, program perpustakaan,
keadaan keuangan perpustakaan dan lain-lain yang mengakibatkan banyaknya
perlengkapan dan perabotan yang dibutuhkan perpustakaan.
Menurut Siregar (2009 : 19-21) dinyatakan bahwa secara garis besar
perabotan dan perlengkapan yang dibutuhkan perpustakaan adalah sebagai
berikut:
1. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang koleksi :
- Rak buku
- Penyangga atau standar buku
- Rak majalah
- Tangga injakan
- Rak buku anak-anak - Label tanda penunjuk rak
Tambahan jika sudah berkembang
- Gantungan surat kabar - Kotak majalah/brosur
- Rak atlas
- Alat pemadam api
- Rak kamus
- Telepon
- Lemari pamphlet dan brosur
- AC/Kipas angin
- Lemari/rak kaset - Rak display - Lemari/video kaset
2. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang baca :
- Meja baca
- Kursi baca
Tambahan jika sudah berkembang
- Sice untuk membaca santai
- Telepon
- Karel/meja baca perorangan
- Kipas angin/AC 4
- Karpet lantai untuk anak-anak
- Poster dinding/hiasan
- Bantal duduk untuk anak-anak
- Booklet/pamphlet

16
Universitas Sumatera Utara

3. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang pelayanan :
- Meja peminjaman
- Papan pengumuman
- Lemari/tempat penitipan barang
- Kotak/kartu peminjaman
- Lemari katalog/kardeks
- Kartu katalog
- Buku pengunjung
Tambahan jika sudah berkembang
- Rak pameran display
- Steples
- Gantungan topi/mantel
- Telepon
- Tanda-tanda penunjuk
- microfilm reader/printer
- Kotak saran
- Videocassete/TV
- Mesin ketik
- Slide proyektor
- Kereta buku (book trolley)
- book charger
- Mesin photo copy
- AC/Kipas angin]
- Stempel dan bantalannya
- Kartu pembatas
- Peruncing pensil
- Kartu anggota peminjaman
4. Perabot dan perlengkapan minimal untuk ruang kerja teknis dan administrasi :
- Meja/Kursi kerja
- Buku induk bahan pustaka
- Lemari arsip
- Cap
- Rak/lemari
- Gunting
- Mesin tik
- Steples
- Kartu blanko
- Alat tulis kantor
- Alat/kelengkapan bahan pustaka
Tambahan jika sudah berkembang
- Alat pengepel
- Label, kantong, due slip
- Sice tamu
- Stempel dan bantalan
- Meja pengolahan
- Peruncing pensil
- Mesin/ pisau potong kertas
- Pelobang kertas
- Peralatan pembersih ruangan
- Book charger
- Alat mufigasi
- Kartu pemesanan koleksi
- Alat penjilidan
- Komputer analisa
- Kartu pencatat majalah
- Kipas angina/AC
- Telepon - Kartu statistik
- Kalkulator
- Alat duplicator catalog
5. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang khusus :
- Ember
- Meja/Kursi
- Papan tulis
- Gelas, ceret, rak gelas
Tambahan jika sudah berkembang
- Alat pembersih debu
- Komputer
- Alat pengukur suhu udara
- Overhead proyektor
- Televisi/Video kaset
- Layar
- Kaset atau perekam
- Proyektor slide/film strip
- Microphone/earphone
- Interkom
6. Perabotan dan perlengkapan lain jika memungkinkan :
- Alat pemadam api
- Perlengkapan kendaraan

17
Universitas Sumatera Utara

2.6 Koleksi Perpustakaan
Menurut Rachman (2006: 39), ”Koleksi perpustakaan sekolah adalah
sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan, intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan masyarakat sekolah,
terutama siswa”.
Koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari:

a. Buku teks pelajaran yang mendukung setiap mata pelajaran termasuk
buku pegangan guru, yaitu buku yang mendampingi buku teks pelajaran
dan diperuntukkan bagi para guru;
b. Buku rujukan (referensi) dan bahan bukan buku;
c. Buku pengayaan, baik untuk mendukung semua mata pelajaran yang
terdapat di sekolah tersebut atau koleksi lain yang mendukung tujuan
umum pendidikan, termasuk koleksi yang bersifat hiburan, dan
d. Sumber belajar lain, diantaranya berupa koleksi multi media, situs web
(website), globe, CD, dan sebagainya (Rachman, 2006: 40).
Sedangkan menurut Darmono (2001: 53), jenis koleksi perpustakaan
sebagai berikut:
a. Buku
Buku merupakan koleksi yang paling umum yang dihimpun
perpustakaan. Beberapa jenis buku adalah sebagai berikut:
1. buku teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah.
2. buku penunjang, buku pengayaan yang telah mendapat
rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolahsekolah.
3. buku-buku jenis fiksi serta buku bergambar yang dapat
merangsang rasa ingin tahu dan dapat mengembangkan
imajinasi anak didik.
4. buku populer (umum) merupakan buku yang berisi ilmu
pengetahuan secara umum dan populer.
b. Koleksi Referens
Koleksi referens sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang
membedakan dengan buku adalah isi dan cara penyusunannya. Isi
buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat
informasi tertentu saja. Buku referens tidak perlu dibaca secara
keseluruhan sehingga cara penyusunannya berbeda dengan susunan
buku.
c. Sumber Geografi
Sumber geografi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Bentuk
sumber geografi pada umumnya adalah atlas, globe, peta, serta
gazetter.
d. Jenis Serial (Terbitan Berkala)

18
Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya terbitan berkala berupa majalah dan koran. Majalah
dan koran diperlukan sebagai koleksi perpustakaan karena keduanya
berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia.
e. Bahan Mikro
Bahan mikro adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media
dari buku ke dalam bentuk mikro seperti mikrofilm dan mikrofice.
f. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual)
Bahan pandang dengar juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan
pandang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara
bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan
pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat
untuk bisa ditangkap oleh manusia.
Berdasarkan kesimpulan

di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi

Perpustakaan Sekolah harus menyediakan bermacam-macam bahan pustaka baik
yang berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material), baik fiksi
maupun non fiksi.
2.7 Pengembangan Koleksi
Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, dengan adanya
koleksi perpustakaan secara maksimal akan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada penggunannya. Untuk dapat memberikan pelayanan informasi secara
maksimal. Perpustakaan harus berusaha menyediakan berbagai sumber informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna.
Pengembangan koleksi di perpustakaan sangat diperlukan karena
mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan,
terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan
pustaka.

Kegiatan

ini

meliputi

berbagai

aktivitas

seperti

penyusunan

kebijaksanaan, penetapan prosedur seleksi, pengadaan koleksi, serta evaluasi.

2.7.1 Pengadaan
Secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan
dilakukan melalui pembelian, hadiah, maupun melalui tukar-menukar. Hadiah
dapat dari perorangan ataupun dari lembaga. Pengembangan koleksi meliputi
kegiatan memilih dan mengadakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebijakan
yang diterapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan sivitas akademika

19
Universitas Sumatera Utara

perguruan tinggi. Agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat
penggunanya yang senantiasa berubah maka perpustakaan harus selalu menambah
jumlah koleksinya. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi yang cepat
menuntut perpustakaan untuk selalu memberikan informasi yang mutakhir atau up
to date sehingga mengharuskan pustakawan untuk lebih teliti dalam pemilihan
bahan pustaka.
Menurut Sumantri (2002 : 29) bahwa; “pengadaan bahan pustaka atau
koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan
dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan
peminjam serta lengkap dan aktual”.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Peerguruan Tinggi ( 2004 : 54 )
cara pengadaan seleksi yang biasa di gunakan adalah:
a. Pembelian.
b. Sumbangan/hadiah.
c. Tukar menukar.
Sedangkan Menurut Darmono (2001 : 58 ) secara umum pengadaan bahan
pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama yaitu :
a. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka.
b. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar,
penerimaan
c. hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan.
d. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan
pustaka.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan
pustaka melalui pembelian, tukar – menukar, penerimaan, hadiah dan penerbitan
sendiri oleh perpustakaan.
Untuk dapat memaksimalkan kinerja pustakawan dalam hal pengadaan
bahan pustaka, maka pustakawan memerlukan alat bantu pemilihan dan verifikasi.
Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 53)
dinyatakan bahwa alat bantu yang biasa digunakan untuk memilih bahan
perpustakaan ialah;
1. Silabus mata kuliah.
2. Bibliografi.
3. Tinjauan dan resensi.
4. Pangkalan data perpustakaan lain

20
Universitas Sumatera Utara

5. Sumber-sumber lain dari internet.
Menurut Lasa Hs (2002:10-11) bahwa kriteria pengadaan bahan pustaka
harus berdasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ;
1. Relevansi
Untuk pembelian dan penerimaan koleksi perpustakaan hendaknya
selalu dikaitkan dengan tujuan perpustakaan yang bersangkutan.
2. Perundangan dan peraturan pemerintah
Pengelola perlu memperhatikan pandangan, peraturan maupun
kebijakan pemerintah pusat atau daerah tentang penerbitan dan
perbukuan Indonesia.
3. Penulis
Perpustakaan harus hati-hati dalam pembelian buku karena penulis
sering memasukkan ide atau pemikiran yang tidak sejalan dengan pola
pemikiran ajaran-ajaran islam atau dengan kurikulum yang berlaku.
4. Penerbit Karya cetak
yang dipilih harus merupakan produk penerbit dengan standar kualitas
yang tinggi dan reputasi yang baik khususnya dalam penyajian materi.
harus selektif dalam pemilihan.
5. Kualitas Materi
Yang perlu diperhatikan dalam kalimat materi adalah tentang fisik
buku seperti kualitas kertas, penjilidan, maupun tata letak layout. Dari
sini dapat diketahui buku asli atau bajakan.
6. Sistematika Penulisan
Sebuah buku harus mengikuti tata cara penulisan yang berlaku, seperti
pembagian bab, penomoran, pemilihan huruf besar dan kecil, dan
sebagainya. Buku yang tidak sistematika akan membingungkan
pemakainya.
7. Tahun Terbit
Dalam pemilihan buku terutama buku-buku pelajaran hendaknya
dipilih buku terbitan terbaru karena kandungan isi buku terbitan lama
mungkin sudah tidak cocok lagi dengan kurikulum.

2.7.2 Pembelian
Melalui pembelian, terdapat kebebasan dalam menentukan pilihan bahan
puataka yang dikehendaki. Sebelum pembelian bahab pustaka dilakukan, terlebih
dahulu diadakan penelitian secara cermat, yaitu dengan memperhatikan dan
meneliti kembali bahan pustaka yang ada di perpustakaan.
Langkah-langkah pembelian bahan pustaka dengan cara berlangganan
untuk koleksi terbitan adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan pustaka yang diusulkan

21
Universitas Sumatera Utara

2. Mencocokkan usulan dengan bahan pustaka yang dimiliki melalui katalog
perpustakaan tau pangkalan data perpustakaan.
3. Menerima atau menolak usulan
4. Membuat daftar pesanan beberapa rangka menurut kebutuhan
5. Mengirimkan daftar pesanan
6. Menyiapkan satu rangkap daftar pesanan
7. Membayar pesanan / langganan
8. Menyusus laporan pembelian dan pelangganan (Pedoman Perpustakaan
Perguruan Tinggi, 2004: 54)
Menurut Akbar, Meidi Abdul dalam Pembinaan dan Pengembangan
Koleksi Perpustakaan (2008: 2) pembelian ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu :
a. Toko Buku
Pembelian bahan pustaka secara langsung ke toko buku banyak
dilakukan oleh perpustakaan yang jumlah dananya relative sediktit.
Pembelian dengan cara ini biasanya dilakukan untuk judul dan eksemplar
yang tidak banyak.
Kekurangan yang umumnya terjadi pada pembelian bahan pustaka
ke toko buku adalah :
1. Tidak semua subjek atau judul yang dibutuhkan perpustakaan tersedia
di toko buku.
2. Toko buku tida selalu bisa ditemukan di setiap kabupaten sehingga
tidak mampu melayani kebutuhan perpustakaan.
3. Toko buku yang terdapat di kota kecil pada umumnya hanya
menyediakan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia.
4. Tidak semua pesanan bahan pustaka dari satu perpustakaan dapat
dipenuhi dari satu toko buku saja.
a. Penerbit
Pembelian bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui penerbit, baik
dalam negeri maupun luar negeri. Penerbit di Indonesia biasanya
melayani pemesanan dari perpustakaan. Akan tetapi, penerbit asing
umumnya tidak melayani perpustakaan. Biasanya hanya melayani
pembelian dari toko buku ataupun penjaja sehingga perpustakaan
Indonesia harus membeli melalui toko buku. Pemesanan bahan
pustaka secara langsung ke penerbit dapat dilakukan apabila juduljudul yang dibutuhkan betul-betul diterbitkan oleh penerbit tersebut.
Untuk mengetahui hal ini perpustakaan dapat memanfaatkan katalog
penerbit yang dikeluarkan penerbit sehingga bahan pustaka yang akan
diadakan dapat dipesan langsung dari penerbitnya.
b. Melalui agen buku
Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat

22
Universitas Sumatera Utara

membeli buku melalui agen buku yang biasa disebut dengan jobber
atau vendor. Agen buku ini berperan sebagai mediator antara
perpustakaan dan penerbit, terutama untuk pengadaan bahan pustaka
terbitan luar negeri.

2.7.3 Hadiah/ Sumbangan
Hadiah / sumbangan yang diterima tidak atas permintaan, biasanaya
diperoleh dari lembaga ilmiah, kedutaan lembaga asing maupun penerimaan dari
persseorangan dari kenang kenangan atau tanda terima kasih.
Menurut Rudi (2008 : 28) cara dalam pengadaan pustaka melalui hadiah
yaitu;
a. Hadiah atas permintaan
- Mempersiapkan daftar donatur yang akan diminta sumbangannya.
Alamat dapat dicari pada direktori, buletin, laporan lembaga dan
seterusnya.
- Perpustakaan menyusun daftar bahan pustaka yang akan diajukan
pihak donatur didalam maupun luar negeri.
- Daftar permohonan dikirimkan kepada alamat yang dituju disertai
surat pengantar.
- Apabila pihak donatur telah mengirimkannya petugas memeriksa
kiriman tersebut dan dicocokkan dengan surat pengantarnya dan
mengirimkan ucapan terima kasih.
- Selanjutnya bahan diproses seperti biasa yaitu diinventarisasi dan
seterusnya.
b. Hadiah tidak atas permintaan
- Bahan pustaka yang diterima dicocokkan dengan surat pengantar.
- Perpustakaan menulis surat ucapan terima kasih.
- Bahan pustaka diterima ditelusuri dulu apakah subyeknya sesuai
dengan tujuan perpustakaan, dan apakah tidak duplikat.jika bahan
pustaka benar-benar telah sesuai dapat segera diproses. Jika bahan
pustaka tidak sesuai, disisihkan sebagi bahan pertukaran atau
dihadiahkan pada orang lain.

2.7.4 Tukar Menukar
Tukar menukar adalah suatu kegiatan bahan putaka yang dilakukan antar
perpustakaan. Pertukaran ini dilakukan karena perpustakaan memiliki koleksi
yang jumlah eksemplar yang berlebihan atau koleksi yang dimiliki tidak sesuai
dengan fungsi dan tujuan perpustakaan. Perpustakaan yang melakukan pertukaran
bahan pustaka perlu :

23
Universitas Sumatera Utara

1.
2.
3.
4.
5.

Mendaftar bahan pustaka yang akan ditukarkan
Mengirim daftar penawaran disertai persyaratan
Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan.
Mencatat alamat pemesan
Menyampaikan bahan pustaka yang dipilih perpustakaan atau lembaga
yang memesan. (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004)
Menurut Rudi (2008 : 29) tujuan pertukaran adalah:

a) Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli ditoko
buku atau atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh bukubuku terbitan pemerintah, majalah-majalah.
b) Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang
buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.
c) Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan
khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan
pustaka antar perpustakaan secara informal, banyak program-program
pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus, dan
perpustakaan research (penelitian) yang besar.

2.8 Pembinaan Koleksi
Pembinaan koleksi terdiri dari beberapa program yang menjadi suatu
agenda kerja perpustakaan yang terdata secara pokok. Dikatakan kegiatan pokok
karena pembinaan koleksi berorientasi untuk memberi kepuasan pengguna dalam
mendapatkan layanan perpustakaan. Bukti kepuasan pengguna adalah ketika
mereka puas mendapatkan koleksi yang mendukung kebutuhan seperti kegiatan
belajar mengajar.
Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terangkai menjadi sepaket
dalam agenda kerja perpustakaan. Artinya pembinaan koleksi terbagi atas
beberapa program kerja perpustakaan. Program tersebut diurutkan menjadi
langkah demi langkah dalam pelaksanaan program pembinaan koleksi.
Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terbagi atas seleksi bahan
pustaka dengan alat bantu seleksi dan prinsip yang digunakan dalam pemilihan
bahan pustaka, pengadaan bahan pustaka, penerimaan bahan pustaka, pengolahan
bahan pustaka, dan pemeliharaan bahan pustaka.

24
Universitas Sumatera Utara

Wijoyo (2008 : 4) menyatakan bahwa :
Para pustakawan perlu dilibatkan, karena mereka mengetahui akan
kebutuhan masyarakat pemakainya dan memegang data mengenai
banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan, maupun data
mengenai koleksi bidang apa yang sering dipakai atau diperlukan. Mereka
juga mempunyai data mengenai terbitan terbaru. Hal ini karena
perpustakaan sering dipakai sebagai ajang promosi terbitan baru. Staf
pengajar dan mahasiswa perlu dilibatkan, karena majoritas merekalah yang
akan memanfaatkan koleksi perpustakaan.
Sutarno NS (2006 : 86) menyatakan, Pembinaan koleksi perpustakaan
mencakup :
1. Perumusan kebijakan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan
masyarakat pemakai, jumlah bahan pustaka selalu mencukupi
2. Penjabaran kebijakan berbentuk :
- Menyusun rencana operasional pembinaan koleksi
- Menghimpun alat seleksi bahan pustaka
- Survei minat pemakai
- Melakukan survey bahan pustaka
- Membuat data menyusun desiderata
- Pengadaan bahan pustaka
- Meregistrasi bahan pustaka
- Mengevaluasi dan menyiangi koleksi.
2.8.1 Pengolahan
Pengolahan atau processing bahan pustaka adalah merupakan kegiatan
mengolah bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan hingga bahan pustaka dapat
dipinjam oleh pengguna.
Menurut Sutarno NS (2006 : 179) Pengolahan atau processing adalah
“pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan
penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah disediakan”.
Kumar (2003 : 135) menyatakan bahwa;
“first of all easing of the back and cutting open of the pages is done. Next
classification and cataloguing take place. This is followed by stamping,
tagging, date labelling, pocket fixing and fixing ownership slip. The
completion work is carried out. After this checking of classification and
cataloguing take place. Finally catalogue cards are filed”.
Defenisi ini maksudnya adalah Dalam melakukan pengolahan bahan
pustaka adalah pertama-tama periksa kembali kondisi bahan pustaka, selanjutnya
lakukan proses klasifikasi dan katalogisasi, kegiatan ini dilanjutkan dengan
memberi stempel, memberi label pustaka, memberi kantong peminjaman dan slip

25
Universitas Sumatera Utara

kepemilikan, setelah itu periksa kembali klasifikasi dan katalogisasinya dan
terakhir membuat kartu katalog.

2.8.2 Inventarisasi
Inventarisasi bahan pustaka adalah kegiatan pencatatan setiap bahan
pustaka yang menjadi koleksi bahan perpustakaan. kegiatan pencatatan setiap
tersebut dilakukan pada buku inventaris atau dengan komputer jika perpustakaan
sudah automasi.
Kegiatan pencatatan setiap ini dilakukan untuk memudahkan perpustakaan
mengetahui bahan pustaka yang menjadi hak milik perpustakaan denga spesifik
mulai dari nomor induk, judul, jenis, jumlah, harga dan informasi yang ada dalam
buku induk.
Berikut merupakan contoh kolom inventarisasi suntuk bahan monograf:
Tabel 1: Inventarisasi Perpustakaan Sekolah

Sumber: http://sd125543.files.wordpress.com/2013/02/0029.jpg

Berikut merupakan contoh cap milik perpustakaan :
MILIK/KOLEKSI
PERPUSTAKAAN SMAN-12
PASURUAN
Sumber : Partini (2000: 7)

26
Universitas Sumatera Utara

2.8.3 Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan
pustaka yang sesuai dengan nomor kelas bahan pustaka. Dan klasifikasi yang
dikenal adalah menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC), Universal
Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC), dll.
Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan
pustaka yang sesuai dengan nomor klas bahan pustaka. Richardson dalam Sutarno
NS (2006:180) menyatakan bahwa;
“Klasifikasi adalah berdasarkan kesamaan dan ketidaksamaan.
Berdasarkan pemilihan tersebut, koleksi yang memiliki kesamaan (isi)
dikelompokkan untuk ditempatkan di suatu tempat, selanjutnya
mengklasifikasi adalah kegiatan menganalisis bahan pustaka dan
menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan
menggunakan sistem klasifikasi tertentu”.
Selanjutnya dinyatakan bahwa klasifikasi terdiri atas:
1. Klasifikasi sederhana
Yaitu klasifikasi yang notasinya ditentukan maksimal 5 angka, biasanya
untuk perpustakaan yang relatif kecil atau terbatas jumlah koeksinya.
2. Klasifikasi kompleks
Yaitu klasifikasi yang notasinya mewakili isi bahan pustaka secara
spesifik dan setepat mungkin.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000 : 72) menyatakan bahwa dalam
klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) ada sepuluh kelas utama yaitu:
000
100
200
300
400
500
600
700
800
900

Karya Umum
Filsafat dan Psikologi
Agama
Ilmu-ilmu Sosial
Bahasa
Sains Murni
Ilmu Terapan (Teknologi)
Kesenian, Hiburan, Olahraga
Kesusasteraan
Sejarah, Geografi, Biografi

27
Universitas Sumatera Utara

2.8.4 Katalogisasi
Katalogisasi

adalah

sarana

untuk

menemubalikkan

suatu

bahan

perpustakaan dari suatu koleksi perpustakaan.
Menurut Hunter dalam Hasugian (2009 : 150) menyatakan bahwa Katalog
yaitu :
“Suatu daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan
perpustakaan lainnya. Dengan katalog pengguna akan lebih mudah
menemukan suatu bahan perpustakaan yang tersedia dan juga
memungkinkan pengguna untuk mengetahui dimana suatu bahan
perpustakaan bisa ditemukan”.
Tylor dalam Hasugian menyatakan (2009:152) menyatakan bahwa :
“Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk
fisik antara lain katalog berbentuk buku, katalog berbentuk kartu, katalog
berbentuk mikro, katalog komputer terpasang. Untuk pengolahan
perpustakaan secara konvensional sering menggunakan katalog kartu”.
Katalog kartu yang standar menggunakan karton halus, kat dan tipis
berukuran 12,5 x 7,5 cm, berlubang yang terletak di bagian sisi bagian bawah, dan
di tengah-tengah antara sisi kiri dan kanan kartu.
Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas:
a.

Katalog pengarang

b.

Katalog judul

c.

Katalog subjek

d.

Katalog klasifikasi

28
Universitas Sumatera Utara

Katalog perpustakaan

612 6
Cra

Crawley, Lawrence Q.

R

Reproduction sex and preparation for marriage / Lawrence Q. Crawley

ssssssssssaand J. R Clarke. - -3rd. Ed. - - Oxford: Clarendon Press, 1986
Aaaaaaaaaaaaa464 p. : ilus.; 23 cm
Aaaaaaaaaaaa Bib.

: pada setiap bab

Aaaaaaaaaaaaa Ind.

: p. 453 – 464

Aaaaaaaaaaaaa ISBN : 0-19-857639-0

Aaaaaaaaaaaaa REPRODUCTION 2. SEX 3. MARRIAGE
AAAAAAAClarke, J. R

II. Judul

Unsur-Unsur Informa pada Entri Katalog Kartu
Sumber: Hasugian (2009 : 153)

2.8.5 Palebelan
Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call
number) pada setiaap bahan pustaka, kemudian menempatkannya pada punggung
masing-masing buku dengan nomor kelas yang telah ditentukan.
Label

yang

berisikan

nomor

panggil

memiiki

aturan

dalam

penempelannya. Sutarno NS (2006: 184) mengutarakan bahwa; “Label dibuat dan
ditempatkan pada punggung bagian bawah ± 3 cm dari ujung bawah buku”.
Kemudian label buku berisi nomor panggil/kode klasifikasi, tiga huruf pertama
pengarang, dan satu huruf pertama judul buku.

Berikut merupakan contoh pelabelan bahan pustaka:
631.15
Soe
s

PERPUSTAKAAN TANPANAMA

Sumber : Partini (2000 : 12)

29
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan dari kegiatan ini adalah adalah untuk memudahkan pencarian
koleksi yang diinginkan sesuai dengan nomor kelas yang ditentukan tanpa harus
melihat satu persatu rak buku.

2.9 Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna adalah tugas melayani pengguna perpustakaan dalam
menggunakan bahan pustaka yang telah disediakan di perpustakaan. Menurut
buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004: 71) “Pelayanan pengguna
adalah pemberian informasi dan fasilitas kepada pengguna melalui layanan
perpustakaan”.
Kegiatan pelayanan pengguna bertujuan agar suatu perpustakaan mendapat
perhatian dari masyarakat atas pelayanan dan kesanggupan perpustakaan dalam
mencapai tujuannya. Karena setiap pandangan masyarakat baik untuk
perpustakaan kecil atau besar, tentunya melihat bagaimana seistem pelayanan
pengguna dari suatu perpustakaan.
Menurut

Pamuntjak

(2000:

96)

untuk

menyelenggarakan

agar

perpustakaan dapat memuaskan pengguna dilihat dari tersedianya hal-hal seperti
berikut ini;
1. Terkumpulnya koleksi pustaka yang berkualitas dan tersusun baik.
2. Tersedianya tempat yang menarik dan nyaman bagi pengunjung.
3. Adanya petugas yang memberi pelayanan yang efisien, ramah dan
sopan.
Dan apabila telah diberlakukan hal-hal yang telah dijabarkan diatas maka
akan terjalin hubungan yang baik antara pengguna dan pengunjung. Karena
pengunjung tentu akan merasa nyaman apabila mendapati ruangan yang tenang,
sikap yang ramah melalui pegawai perpustakaan. Karena itu hal ini membantu
suatu perpustakaan dalam mendapatkan pencitraan yang baik dari penggunanya
itu sendiri.

30
Universitas Sumatera Utara

2.9.1 Sistem Pelayanan Pengguna
Dalam proses kegiatan di perpustakaan dikenal dengan dua system
pelayanan yang umum digunakan. Kedua sistem pelayanan ini adalah system
pelayanan terbuka (open access) dan sistem pelayanan tertutup (closed access).
Yuven (2010 : 7) menyatakan bahwa, “Ditinjau dari sistemnya ada 3 sistem
layanan perpustakaan yaitu (1) open access; (2) close access; (3) mixed services”.
1. Pelayanan Terbuka (Open Acces)
Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 72) bahwa;
“Pelayanan terbuka adalah pelayanan dimana pengguna dapat langsung mengambil
bahan perpustakaan yang diperlukannya dari rak”. Sedangkan menurut SyahrialPamuntjak (2000: 17), “Sistem pelayanan terbuka (open access) berarti sipeminjam
dapat melihat dan memeriksa sendiri apakah diantara buku di perpustakaan ada yang
berkenan dengan yang dicarinya”.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem layanan terbuka
adalah:
a) Kartu katalog tidak segera rusak, karena sedikit yang menggunakanya.
b) Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu
mengembalikan pustakawan hanya mencatat kemudian mengembalikan
buku-buku yang telah dibaca ditempat maupun yang dikembalikan hari itu
juga.
c) Judul-judul buku yang diketahui lebih banyak.
d) Akan segera diketahui judul buku yang dipinjam, nama dan alamat
peminjam.
e) Apabila calon peminjam tidak menemukan buku tertentu yang dicari maka
saat itu pula dapat memilih judul buku yang relevan.
f) Kecil sekali kemungkinan terjadi salah paham.
Kerugian atau kelemahan dari sistem layanan terbuka adalah:
a) Frekwensi kerusakan lebih besar.
b) Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang
lain memerlukan jarak yang longgar.
c) Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus
sering menyusun buku.
d) Pengguna yang pertama kali datang keperpustakaan itu sering bingung.
(Perpustakaan Nasional RI; 1999:33)

31
Universitas Sumatera Utara

2. Pelayanan Tertutup (Close Acces)
Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 72) bahwa;
“Pelayanan tertutup adalah pelayanan dimana koleksi tersimpan dalam ruang tertutup
sehingga diperlukan bantuan petugas jika pengguna hendak memanfaatkan bahan
perpustakaan yang diminatinya”. Sedangkan menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 18),
“sistem pelayanan tertutup (closed acces) artinya petugas membantu mencari judul
pada katalog dan selanjutnya buku diambil dari ruang buku”.
Selanjutnya Syahrial-Pamuntjak (2000: 18), menyatakan bahwa keuntungan
dan kelemahan menggunakan sistem pelayanan tertutup adalah :
“Keuntungan sistem pelayanan tertutup adalah kemungkinan salah letak buku
dalam rak berkurang karena pegawai sendiri yang melakukan shelving.
Sedangkan Kelemahan sistem pelayanan tertutup adalah pengguna tidak bisa
memilih sendiri bahan pustaka yang dibutuhkannya”.

2.9.2 Jenis Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna adalah kegiatan memberikan pelayanan dan bantuan
informasi kepada pengguna agar dapat memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan.
Kegiatan pelayanan perpustakaan sekolah pada dasarnya mengandung pengertian
penyampaian dan penyebarluasan informasi dan bahan pustaka kepada siswa atau
pengguna perpustakaan. Perpustakaan dalam memberikan pelayanan kepada
pengguna dapat menyajikan bermacam-macam bentuk pelayanan perpustakaan.
Secara umum pelayanan yang diberikan oleh suatu perpustakaan terdiri dari layanan
sirkulasi, referensi dan pendidikan pengguna.

Jenis pelayanan pengguna yang diberikan perpustakaan akan menentukan
mutu dari pelayanan perpustakaan tersebut. Yuven (2010 : 7) menyatakan bahwa:
“Dalam kegiatan pelayanan perpustakan terdapat berbagai jenis layanan
yang diberikan kepada pemustaka tergantung dari kebutuhan pemustaka
dan disesuaikan dengan program studi yang ada, layanan tersbut antara
lain : Layanan Sirkulasi; Layanan Rujukan; Layanan Serial/Periodical;
Layanan Audio dan Audio Visual; Jasa Kesiagaan Informasi; Penelusuran
Pustaka; Layanan Foto Copy; Layanan Pinjam antar Perpustakaan;
Pembuatan Abstrak, Indeks dan Bibliografi; Layanan Terjemahan;
Layanan Buku Tandon; Penyediaan Fasilitas; dll”.

32
Universitas Sumatera Utara

2.9.2.1 Layanan Sirkulasi
Sutarno NS (2006: 93) mendefenisikan bahwa; “sirkulasi adalah kegiatan
melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan
pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya.
Sedangkan Menurut Bafadal-Ibrahim (2000:24), “Pelayanan sirkulasi
adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai
perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembaliaan bahan pustaka.”
Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000: 96) menyatakan bahwa; “Sirkulasi
adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam
perpustakaan maupun untuk dibawa ke luar perpustakaan”.
Kumar (2003 : 140) menyatakan bahwa;
“Circulation section especially circulation desk is regarded as the centre of
activities in the library. Majority of the users have to deal with staff of the
circulation section. Therefore, the treatment of the staff towards users
would greatly contribute towards the public image of the library. Defenisi
ini menyatakan bahwa bagian sirkulasi khususnya meja sirkulasi adalah
pusat dari semua kegiatan di perpustakaan. Mayoritas pengguna harus
berhadapan dengan staf bagian sirkulasi”.
Oleh karena itu, pelayanan staf terhadap pengguna akan sangat
berpengaruh terhadap image perpustakaan. Selanjutnya dinyatakan bahwa bagian
sirkulasi memiliki fungsi sebagai berikut: A circulation section may carry out the
following functions :
1. Vigilance at entrance and exit
2. Registration of members, renewal and withdrawal of membership
3. Issue, return and renewal of book
4. Charging of overdues
5. Issue of reminders for overdue books
6. Reservation of book
7. Work relating to books lost or damaged by users
8. Maintenance of records
9. Maintenance of statistics
10. Interlibrary loan
11. Property counter
12. Miscellaneous jobs

33
Universitas Sumatera Utara

Defenisi di atas dapat diartikan bahwa sirkulasi memiliki fungsi seperti:
1. Keluar dan masuknya pengguna
2. Registrasi para anggota, pembaharuan keanggotaan dan pelayanan
bebas pustaka kepada anggota
3. Pengembalian dan perpanjangan buku
4. Pemberian sanksi terhadap buku yang terlambat
5. Memberi peringatan untuk buku-buku yang terlambat dikembalikan
oleh pengguna
6. Tempat pemesanan buku
7. Memberi sanksi kepada pengguna terhadap buku yang hilang dan rusak
8. Pemeliharaan record
9. Pemeliharaan statistik
10. Kerjasama peminjaman antar perpustakaan
11. Menjaga hak milik perpustakaan
12. Pekerjaan tambahan sebagai selving dan sebagai referensi
2.9.2.2 Layanan Referensi
Menurut Darmono (2001: 141) menyatakan bahwa, ”Layanan referensi
adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus
seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi
informasi teknis dan singkat”. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh
pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat.
Layanan referensi adalah layanan yang hanya dapat diberikan terbatas di
perpustakaan. Hal itu dilakukan karena beberapa pertimbangan. Sutarno NS (2006
: 94) menyatakan bahwa layanan referensi diberikan terbatas karena berbagai
pertimbangan antara lain:
a) Keterbatasan koleksi
b) Karena hanya dibaca pada bagian tertentu saja
c) Pertimbangan keselamatan dan keutuhan koleksi
d) Untuk kepentingan orang banyak dan penelitian
Hajatullah (2000 : 4) menyatakan; “Ciri utama kegiatan referensi yaitu
layanan yang dilakukan dengan memanfaatkan seperangkat sumber referensi
seperti : kamus, ensiklopedi, direktori, statistik, bibliografi, dan sebagainya”. Jenis
sumber-sumber yang dapat dijadikan referensi menurut Syahrial-Pamuntjak (2000
: 109) adalah seperti “Ensiklopedi, kamus, sumber biografi, direktori, buku
tahunan dan almanak, sumber ilmu bumi, buku pedoman, bibliografi, indeks dan
abstrak, dan penerbitan resmi/pemerintah”.

34
Universitas Sumatera Utara

2.9.3 Pelayanan Pendidikan Pengguna
Pelayanan pendidikan pengguna adalah kegiatan membimbing atau
memberikan petunjuk kepada pengguna dan calon pengguna agar mampu
memanfaatkan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan
efisien. Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 392), ”Tujuan pendidikan pengguna
adalah mengembangkan ketrampilan pemakai yang diperlukannya untuk
menggunakan

perpustakaan

atau

pusat

dokumentasi,

mengembangkan

ketrampilan tersebut mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai,
merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengidentifikasi kisaran
kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya,
menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan
yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang
disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan,
menyajikan, menggunakan, dan menerapkan informasi”.
Sedangkan menurut Lasa (2007: 234) suatu perpustakaan perlu
menyelenggarakan pendidikan pengguna dengan tujuan sebagai berikut:






Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia
Selama ini sebagian besar masyarakat hanya mengenal dan
memanfaatkan jasa sirkulasi dari suatu perpustakaan. Padahal
semestinya setiap perpustakaan tidak hanya menyediakan jasa
informasi yang lain, seperti bimbingan pemakai, penelusuran
literatur, pelayanan referensi, dan lainnya.
Mengoptimalkan sarana dan fasilitas
Perpustakaan telah menyediakan sarana temu kembali akan
informasi, seperti indeks, bibliografi, katalog, abstrak, dan lainnya.
Demikian pula untuk beberapa perpustakaan telah menyediakan
koleksi CD/ROM, audio-visual, dan jasa internet. Dengan
sarana/prasarana itu, pemakai diharapkan memanfaatkannya secara
optimal untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Untuk itu, perlu
ditanamkan kesadaran bibliografis, yakni suatu usaha untuk
menemukan data bibliografi yang berisi subjek atau informasi
tertentu dengan menggunakan fasilitas yang tersedia.
Mencapai terwujudnya masyarakat informasi
Sebagian masyarakat belum mampu memanfaatkan informasi untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Malah sebagian masyarakat
hanya menggunakan informasi untuk hiburan. Oleh karena itu,

35
Universitas Sumatera Utara

penyebaran dan dan penyerapan informasi oleh masyarakat tidak
dapat merata. Hal ini akan menimbulkan bermacam-macam
tingkatan informasi dalam masyarakat. Akibat lebih jauh adalah
terjadinya kesenjangan sosial. Kiranya masih perlu disampaikan
kepada masyarakat bahwa semua informasi yang disediakan
perpustakaan pada hakikatnya untuk masyarakat umum. Disini perlu
penyaji
2.10 Pemeliharaan dan Perawatan
Menurut Daryono (2009 : 1) dinyatakan bahwa, “Pemeliharaan merupakan
kegiatan mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat
mengalami kerusakan, awet, dan bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau
lebih banyak pembaca perpustakaan”.
Pemeliharaan bahan pustaka tidak hanya secara fisik saja, namun juga
meliputi isinya yang berbentuk informasi yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pada dasarnya ada 2 cara pemeliharaan bahan
pusta