Kajian Pariwisata Berbasis Masyarakat di Pasar Buah Berastagi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 63 tahun 2014 tentang
pengawasan dan pengendalian kepariwisataan menyebutkan: “Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah”. Pariwisata merupakan kegiatan yang memberikan
keuntungan bagi masyarakat dan memberikan pengalaman baru bagi
wisatawan (Smitha, 2014). Pariwisata memiliki berbagai manfaat yang tidak
hanya berfokus pada wisatawan, namun juga bermanfaat bagi masyarakat
lokal. Pariwisata adalah suatu aspek yang memiliki pengaruh besar terhadap
ekonomi yang dapat berdampak pada perkembangan daerah bahkan nasional
(Goh, 2015; Diniz, Falleiro, dan Barros, 2014).
Pariwisata tidak hanya memberikan pengalaman baru bagi wisatawan,
namun juga dapat berpengaruh dalam aspek ekonomi, sosial dan
pengembangan yang berkelanjutan (Muhammad dkk, 2012). Pariwisata yang
menarik dan mendidik serta meyuguhkan suasana yang nyaman merupakan
pertimbangan utama wisatawan dalam memutuskan untuk berkunjung dan
kembali lagi ke tempat tersebut (Oktaviani dan Suryana, 2006). Industri
pariwisata akan membuka peluang-peluang bisnis yang dapat dikelola oleh

masyarakat. Hal tersebut mengapa pariwisata mampu meningkatkan
pemasukan dan kualitas hidup masyarakat (Ginting & Wahid, 2015).

8

Universitas Sumatera Utara

9

2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan menyebutkan: “daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan
kunjungan wisatawan”. Menurut Rusnanda, Ginting, dan Wahid (2014) ada
tiga komponen yang membentuk daya tarik wisata yaitu (1) atraksi yang
meliputi tempat bersejarah, pemandangan, dan kebudayaan; (2) aksesibilitas
termasuk didalamnya transportasi lokal, kondisi jalan, dan Infrastuktur; serta
(3) amenitas ataupun fasilitas berupa penginapan, tempat makan, dan fasilitas
dasar seperti toilet, tempat ibadah, dan tempat penjualan souvenir.

Atraksi budaya dan pemandangan yang menarik merupakan daya tarik
bagi wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat. Aksesibilitas yang optimal
seperti tersedianya transportasi, mudah dijangkau, dan kondisi jalan yang
baik, serta fasilitas pendukung yang memadai juga merupakan pertimbangan
utama bagi wisatawan (Jaafar, Bakri, dan Rassolimanesh, 2015). Menurut
Gautama dan Sunarta (2012) terdapat empat komponen yang mendukung
suatu pariwisata menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan. Keempat
komponen tersebut adalah (1) Attractiveness yaitu daerah tujuan wisata
memiliki daya tarik baik berupa kebudayaan masyarakat ataupun keindahan
alam; (2) Accessibility yaitu tempat wisata tersebut mudah untuk dijangkau
baik bagi masyarakat domestik maupun mancanegara; (3) Amenities
merupakan fasilitas-fasilitas pendukung seperti akomodasi, tempat makan,

Universitas Sumatera Utara

10

dan fasilitas lainnya; serta (4) Ancillary yaitu adanya lembaga pariwisata
yang mampu memberikan rasa nyaman dan aman bagi wisatawan.
Yoeti (2002) mengemukaan konsep 3A sebagai komponen dalam

keberhasilan daerah tujuan wisata yaitu, (1) adanya atraksi wisata (attraction);
(2) lokasi yang mudah dicapai (accessibility); dan (3) terdapat fasilitas yang
memadai (amenities). Getz dan Page (2016) mengatakan bahwa keberhasilan
suatu daerah tujuan wisata dipengeruhi oleh adanya (1) atraksi yang menarik
seperti

atraksi

budaya,

pemandangan

alam

maupun

event

yang


diselenggarakan; (2) fasilitas pendukung seperti penginapan, tempat makan,
dan tempat ibadah sehingga wisatawan nyaman untuk tinggal lama di tempat
tersebut; (3) aksesibilitas yang baik; serta (4) terdapat lembaga pariwisata
yang berperan aktif. Secara keseluruhan teori dari para hali wisata tentang
komponen objek dan daya tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komponen Objek dan Daya Tarik Wisata
Referensi
Komponen
Indikator
Rusnanda, Ginting, Atraksi
 Tempat Bersejarah
dan Wahid (2014)
 Pemandangan
 Kebudayaan
Aksesibilitas
 Transportasi Lokal
 Kondisi jalan
 Infrastruktur
Amenitas
 Penginapan

 Tempat Makan
 Fasilitas dasar (toilet, tempat ibadah,
dan tempat penjualan cendramata)
Jaafar, Bakri, dan Atraksi
 Kebudayaan
Rassolimanesh
 Pemandangan alam
(2015)
Aksesibilitas
 Transportasi
 Kondisi jalan
 Mudah dijangkau
Fasilitas
 Penginapan
 Tempat Makan
 Fasilitas dasar

Universitas Sumatera Utara

11


Tabel 2.1 (Lanjutan)
Referensi
Komponen
Indikator
Guatama dan Sunarta Attractivenes
 kebudayaan masyarakat
(2012)
 keindahan alam
Accessibility
 mudah untuk dijangkau
Amenities
 akomodasi
 tempat makan,
 fasilitas dasar
Ancillary
 lembaga pariwisata yang mampu
memberikan rasa nyaman dan aman
bagi wisatawan
Yoeti (2002)

Attractivenes
 kebudayaan masyarakat
 keindahan alam
Accessibility
 mudah untuk dijangkau
Amenities
 akomodasi
 tempat makan,
 fasilitas dasar
 atraksi budaya
Getz dan Page Attractivenes
 pemandangan alam
(2016)
 event yang diselenggarakan
Accessibility
 Kondisi jalan yang baik
 Lokasi yang mudah dijangkau
Amenities
 Penginapan
 tempat makan

 tempat ibadah
Ancillary
 lembaga pariwisata yang berperan
aktif

Dalam penelitian ini komponen daya tarik wisata yang digunakan
adalah berdasarkan teori Rusnanda, Ginting, dan Wahid (2014), Jaafar, Bakri,
dan Rassolimanesh (2015), dan Yoeti (2002) yang mengemukakan bahwa
komponen daya tarik wisata berdasarkan atas tiga komponen utama yaitu
daya tarik (atraksi), fasilitas wisata (amenitas), dan akses (aksesibilitas).

Universitas Sumatera Utara

12

2.3 Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata merupakan suatu industri yang tidak dapat diprediksi akan
memiliki trend apa di masa yang akan datang. Pergerakan yang ada di dalam
industri pariwisata terus mengalir dan dapat berubah-ubah. Perkembangan
pariwisata juga harus dilakukan secara dinamis (Yeoman, 2010). Dalam

mencapai perkembangan pariwisata yang berkelanjutan melibatkan peran
pihak luar, seperti pemerintah dan atau perencana. Pihak luar harus
melibatkan

dan

memperhitungkan

masyarakat

dalam

setiap

proses

pengembangan yang akan dilakukan. Keterlibatan masyarakat akan
memudahkan pihak luar dalam menggali informasi, karena masyarakat
merupakan sumber pengetahuan lokal (Daim, Bakri, Kamarudin & Zakaria,
2012).

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan jenis pariwisata yang
melibatkan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pengelolaan potensi
wisata di lingkungannya (Yusof, Ibrahim, Muda, dan Amin, 2012).
Pengembangan

pariwisata

yang

berbasis

masyarakat

menekankan

pemberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola pariwisatanya (Rusnanda,
Ginting, dan Wahid, 2014). Jenis pariwisata ini juga efektif di terapkan dalam
upaya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat (Goh, 2015). Pariwisata
berbasis masyarakat merupakan pengembangan pariwisata yang mampu
mempertahankan keuntungan yang diperoleh dari aspek ekonomi, lingkungan

dan sosial budaya secara berkelanjutan (López-Guzmán, Sánchez-Cañizares,
& Pavón, 2011).

Universitas Sumatera Utara

13

Karakteristik dari pariwisata berbasis masyarakat adalah adanya
keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola pariwisata dan dalam
pengambilan keputusan (Ismail dan Said, 2015). Menurut Goodwin dan
Santilli (2009) karakteristik dari pariwisata berbasis masyarakat adalah
masyarakat mengelola langsung potensi wisata yang ada di lingkungannya,
sehingga keuntungan terbesar dari pariwisata tersebut akan dirasakan
langsung oleh masyarakat. Selain pengoptimalan keuntungan masyarakat,
pengelolaan langsung oleh masyarakat juga dapat mengurangi dampak buruk
dari pariwisata (Diniz, Falleiro, dan Barros, 2014). Pariwisata berbasis
masyarakat membuka peluang-peluang bisnis baru yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti tempat makan,
penginapan, penyewaan transportasi dan lain sebagainya dapat menjadi
peluang usaha baru bagi masyarakat dalam meningkatkan pemasukan
keluarga. Pengelolaah pariwisata yang dilakukan langsung oleh masyarakat
akan memberikan kepercayaan diri bagi mereka yang didapatkan dari rasa
bangga terhadap kegiatan pariwisata yang ada di lingkungannya. Rasa
percaya diri tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerjanya
dalam mencapai kehidupan yang berkualitas. Peningkatan rasa percaya diri
masyarakat yang tumbuh dalam sektor pariwisata akan berdampak positif
pada kualitas hidup mereka (Yusof, Ibrahim, Muda, dan Amin, 2012).
Keterlibatan

masyarakat

mampu

mempengaruhi

perkembangan

pariwisata yang ada disekitarnya. Salah satu wujud keterlibatan masyarakat
dalam perkembangan pariwisata adalah upaya masyarakat dalam menciptakan

Universitas Sumatera Utara

14

kondisi sosial yang kondusif. Kondisi sosial yang nyaman akan memberikan
kepuasan pada wisatawan, hal tersebut akan berdampak pada kesuksesan
pariwisata (Dmitrovic´ dkk., 2009). Ginting dan Wahid (2015) menjelaskan
di dalam penelitiannya bahwa kepuasan merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam pariwisata. Pengunjung yang merasa puas akan kembali lagi ke
tempat tersebut, kedatangan pengunjung akan mengakibatkan perkembangan
pariwisata yang berkelanjutan.
Pariwisata yang berbasis masyarakat juga lebih murah apabila
dibandingkan dengan pariwisata yang dikelola oleh pihak swasta. Masyarakat
lokal yang mengelola sendiri potensi wisatanya tidak akan mengambil
keuntungan yang terlalu besar. Pengelolaan dengan konsep berbasis
masyarakat

tidak

wisatawannya.

hanya

Pariwisata

bermanfaat
berbasis

bagi

masyarakat

masyarakat

juga

namun

juga

memungkinkan

masyarakat untuk memulai bisnisnya dengan modal yang kecil (Smitha,
2014). Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat akan menyebabkan
dampak positif dari pariwisata dapat dirasakan secara langsung (Yusof,
Ibrahim, Muda, dan Amin, 2012).
Dalam pengaplikasian pariwisata yang berbasis masyarakat terdapat
tiga kriteria yang harus terpenuhi, yaitu (1) menghasilkan perkembangan
yang berkelanjutan; (2) mampu memberdayakan masyarakat setempat; serta
(3) menggunakan sumber daya alam lokal (Cawley dan Gilmor, 2008).
Pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata yang tepat akan

Universitas Sumatera Utara

15

mampu mencerminkan kesusksesan pada kehidupan masyarakat lokal
(Prabhakaran, Nair, dan Ramachandran, 2014).

2.4 Faktor Pendukung Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat di dukung oleh
aspek sosial, aspek budaya, aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek
politik. Pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat akan membuka
peluang usaha baru, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meperkenalkan
masyarakat dengan budaya baru, meningkatkan kelestarian lingkungan serta
meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat (Rusnanda, Ginting, dan Wahid,
2014). Masyarakat tidak dapat mengelola potensi wisatanya sendiri, mereka
membutuhkan adanya dorongan dari luar. Dalam pelaksanaan pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat, pemerintah dan masyarakat memiliki
perannya

masing-masing.

Pemerintah

berperan

dalam

menghasilkan

kebijakan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Sedangkan
masyarakat terlibat dalam pengelolaan potensi pariwisata yang ada di
sekitarnya (Sobandi, dan Sudarmadji, 2015; Cengiz, Ozkok, dan Ayhan,
2011). Program-program pengembangan dan kebijekan-kebijakan yang
ditujukan untuk kepentingan masyarakat akan membantu masyarakat dalam
mengelola

potensi

wisata

yang

terdapat

di

daerahnya.

Dalam

mengembangkan suatu kawasan wisata harus melibatkan pemerintah dan
masyarakat. Pengelolaan pariwisata yang paling tepat adalah yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

16

langsung oleh masyarakat, karena mereka yang berada di kawasan tersebut
dan paling memahami kondisinya (Sesotyaningtyas dan Manaf, 2015).
Pemerintah

merupakan

pihak

yang

berperan

dalam

membuat

mekanisme efektif untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan suatu
kawasan (Ismail dan Said, 2015). Pemerintah perlu melibatkan masyarakat
dalam mengambil keputusan yang berpihak pada kepentingan mereka.
Keterlibatan masyarakat dalam industri pariwisata dapat dilihat dari proses
pengambilan keputusan dalam proses pengembangannya (Prabhakaran, Nair,
dan Ramachandran, 2014). Pemerintah harus memahami persepsi masyarakat
dalam pengambilan keputusan dalam upaya pengembangan. Persepsi
masyarakat merupakan hal yang penting dalam pengembangan pariwisata
yang berbasis masyarakat (Said,2011). Identifikasi persepsi masyarakat dalam
pengembangan pariwisata di lingkungannya perlu dilakukan, karena aspek
lingkungan dan sosial tidak dapat dilihat secara terpisah (Ghosh dan Datta,
2012). Pengembangan pariwisata yang dilakukan terhadap lingkungan secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi sosial yang ada. Dalam hal
ini pemerintah harus melibatkan dan mempertimbangkan masyarakat dalam
setiap pengambilan keputusan agar kebijakan yang dihasilkan sesuai untuk
semua pihak.
Perkembangan

pariwisata

berbasis

masyarakat,

menyebabkan

masyarakat lokal akan lebih terlibat aktif di lingkungannya. Masyarakat lokal
yang pasif tidak akan dapat merasakan dampak positif dari pariwisata. Para
pendatang yang mampu mengolah potensi yang ada akan lebih sejahtera

Universitas Sumatera Utara

17

apabila dibandingkan dengan penduduk lokal (Estacio dan Marks, 2010).
Pengelolaan potensi wisata yang dilakukan oleh pendatang aka menimbulkan
kesenjangan antara mereka dengan masyarakat lokalnya. Pemerintah
memiliki peran dalam meningkatkan partisipasi dari masyarakat karena
partisipasi publik merupakan kolaborasi dari masyarakat dan pemerintah.
Pada zaman yang semakin berkembang partisipasi publik tidak hanya dapat
dilakukan secara langsung, namun juga dapat melalui mobile networking
(Typhina, 2015).
Pariwisata yang berbasis masyarakat harus disertai dengan pemahaman
masyarakat tentang dampak positifnya, seperti terbukanya peluang bisnis
baru yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga (Jaafar, Bakri, dan
Rassolimanesh, 2015). Kedatangan wisatawan yang berkunjung akan
memberikan peningkatan pada pendapatan daerah dan negara yang dapat
dimanfaatkan dalam pembangunan. Ditinjau dari manfaat pariwisata kepada
masyarakat, dengan adanya pariwisata maka akan terbuka peluang bisnis baru
bagi masyarakat setempat. Manfaat yang dirasakan dari kegiatan pariwisata
dapat dirasakan oleh berbagai pihak. Hal tersebut mengapa pengembangan
dalan sektor pariwisata penting untuk terus dilakukan. Dalam perkembangan
pariwisata terdapat faktor-faktor makro yang mempengaruhi, antara lain (1)
ekonomi, (2) sosial-kultural, (3) natural-ekologi, (4) teknologi dan (5) politik
(Barkauskasa, Barkauskiene, dan Jasinskas, 2015). Pemahaman masyarakat
akan dampak positif bagi masyarakat lokal akan menjadi motivasi bagi
mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolan potensi yang ada

Universitas Sumatera Utara

18

dilingkungannya. Partisipasi masyarakat merupakan kunci dalam menggali
kearifan lokal yang menjadi dasar dari pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan pada suatu kawasan (Vitasurya, 2016).
Dalam penelitian terhadap kesuksesan pariwisata yang terjadi di Mah
Meri Tribe, Malaysia ditemukan bahwa kesuksesan pengembangan pariwisata
suatu kawasan dipengaruhi oleh adanya faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang berasal dari kehidupan masyarakat lokal memiliki pengaruh
yang signifikan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat.
(1) Pengalaman, (2) sikap, (3) keahlian, (4) pengendalian, (5) motivasi, (6)
pengetahuan dan (7) keterbukaan masyarakat memiliki pengaruh dalam upaya
pengelolaan lingkungannya. Faktor eksternal yang mendukung masyarakat
adalah (1) adanya ikatan persatuan antar masyarakat; (2) koneksi (3) ideologi
yang berkembang; (4) infrastruktur yang optimal; (5) kewirausahaan; (6)
peran serta pemerintah; (7) sistem yang mendukung; (8) kondisi sosial yang
aman; (9) ekonomi; serta (10) adanya penelitian yang berkaitan (Roddin,
Yusof dan Sidi, 2015).
Berdasarkan kajian literatur terkait pariwisata berbasis masyarakat dan
faktor pendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat maka
penulis

dapat

menyimpulkan

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat (Tabel 2.2).

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat
Referensi
Faktor
Indikator
(Goh,
2015);
(Diniz, Ekonomi
 Memberikan keuntungan secara
Falleiro, dan Barros, 2014);
ekonomi bagi masyarakat.
(Smitha,
2014);
 Terbukanya peluang usaha baru
(Dmitrovic´ dkk., 2009)
Lingkungan  Mendorong perkembangan daerah
(Barkauskasa,
Ekonomi
 Peningkatan pemasukan keluarga
Barkauskiene,
dan Sosial
 Kondisi sosial yang kondusif
Jasinskas, 2015)
Lingkungan  Meningkatkan
kelestarian
lingkungan
Teknologi  Penerapan teknologi yang sepadan
Politik
 Kebijakan-kebijakan
yang
mendukung
(Muhammad dkk, 2012)
Sosial
 Peningkatan kualitas masyarakat
 Keterbukaan masyarakat dalam
menerima budaya baru
Lingkungan  Perkembangan yang berkelanjutan
(Yusof, Ibrahim, Muda, dan
Amin, 2012)

Ekonomi

 Masyarakat
mendapatkan
keuntungan yang optimal

 Menumbuhkan rasa percaya diri
dan bangga dalam diri masayrakat
 Meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat
(López-Guzmán, Sánchez- Ekonomi
 Peningkatan kualitas ekonomi
Cañizares, & Pavón, 2011).
daerah
 Sumber
pemasukan
yang
menjanjikan
Lingkungan  Meningkatkan
kelestarian
lingkungan
 Pengembangan yang berkelanjutan
Sosial

Sosial
(Ismail dan Said, 2015); Ekonomi
(Goodwin dan Santilli,
2009)
Sosial
Politik

 Peningkatan
Kualitas
Hidup
Masyarakat
 Keuntungan
yang
dirasakan
langsung oleh masyarakat
 Penerapan pengembangan yang
selaras dengan nilai kearifan lokal
 Keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan
 Keterlibatan masyarakat dalam
mengelola pariwisata

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 2.2 (Lanjutan)
Faktor
Indikator
Sosial
 Mampu
memberdayakan
masyarakat lokal
Lingkungan  Perkembangan
daerah
yang
berkelanjutan
 Menggunakan sumberdaya alam
lokal
(Rusnanda, Ginting, dan Ekonomi
 Membuka peluang usaha baru bagi
Wahid,2015)
masyarakat
Sosial
 Meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat
Lingkungan  Meningkatkan
kelestarian
lingkungan
Budaya
 Memperkenalkan budaya baru bagi
masyarakat
Politik
 Melibatkan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata
Referensi
(Cawley dan Gilmor, 2008)

(Sobandi, dan Sudarmadji, Sosial
2015); (Cengiz, Ozkok, dan
Ayhan,
2011); Politik
(Sesotyaningtyas
dan
Manaf, 2015); (Said, 2011);
(Prabhakaran, Nair, dan
Ramachandran,
2014);
(Typhina, 2015)
(Jaafar,
Bakri,
dan Ekonomi
Rassolimanesh, 2015)

(Vitasurya, 2016)

 Mempertimbangkan
persepsi
masyarakat
 Keterlibatan pemerintah dalam
mendukung masyarakat
 Melibatkan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata

 Terbukanya peluang bisnis baru
 Peningkatan
pemasukan
masyarakat
Sosial
 Memberikan
motivasi
bagi
masyarakat
 Pemahaman masyarakat tentang
dampak positif pariwisata
Sosial
 Terjaganya kearifan lokal
Lingkungan  Perkembangan lingkungan yang
berkelanjutan

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 2.2 (Lanjutan)
Referensi
Faktor
Indikator
(Roddin, Yusof dan Sidi, Lingkungan  Peran serta masyarakat dalam
2015)
melestarikan lingkungan
 Sarana dan prasarana yang optimal
Sosial
 Kondisi sosial yang kondusif
 Meningkatkan softskill masyarakat
 Masyarakat
tergabung
dalam
komunitas
politik
 Peran serta pemerintah dalam
mendukung
pengembangan
pariwisata
 Kebijakan-kebijakan
berorientasi pada
masyarakat

yang
kepentingan

 Program
pemerintah
mendukung

yang

Berdasarkan rangkuman dari faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, peneliti menyimpulkan
beberapa faktor yang dominan. Fakto-faktor yang dominan tersebut adalah
(1) faktor ekonomi; (2) faktor sosial; (3) faktor lingkungan; dan (4) faktor
politik.

2.5 Rangkuman
Melalui kajian literatur tentang Pariwisata, Objek dan Daya Tarik
Wisata,

Pariwisata

Berbasis

Masyarakat,

dan

Faktor

Pendukung

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat, maka hubungan antara
masing-masing variabel maka dapat digambarkan pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

22

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara