Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

(1)

GAMBARAN PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI DESA LOLOWUA KECAMATAN

HILISERANGKAI KABUPATEN NIAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

NETTY PASKA RIANG LAOLI 121021072

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

SUMATERA UTARA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NETTY PASKA RIANG LAOLI 121021072

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target program yang ada dalam STBM sendiri terdiri dari 5 pilar yaitu Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias. Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias tahun 2014 dan gambaran pengetahuan serta karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan perbulan),dengan desain penelitian cross sectional melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi STBM dan wawancara dengan menggunakan lembar kuesioner STBM terhadap 91 responden.

GambaranPengetahuan responden tentang STBM di Desa Lolowua di ketahui cukup baik sebanyak 56% dan gambaran karakteristik responden antara lain yaitu responden yang di wawancarai mayoritas dewasa yaitu 52,7 %, berjenis kelamin perempuan 50,5 %, berpendidikan rendah 73,6 %, bekerja sebagai petani 90,1 % dan berpenghasilan di bawah Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) 96,7%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program STBM yang telah dilaksanakan yaitu program pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) belum mencapai indikator keberhasilan seperti yang di harapkan dalam Pedoman Pelaksanaan STBM tahun 2011, dan di ketahui bahwa Empat pilar lainnya belum dilaksanakan di desa Lolowua.

Di harapkan kepada masyarakat desa Lolowua Hiliserangkai agar ikut serta dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, sehingga dapat terjadi perubahan dan kesinambungan perilaku yang bersih dan sehat di lingkungan masyarakat desa Lolowua.


(5)

ABSTRACT

Community Lead Total Sanitation (CLTS) is a government’s program in order to strengthen the efforts of acculturation to clean and healthy living, to prevent the spread of environmentally-based disease, to increase the capability of the community, as well as to implement the government's commitment to increase access to drinking water and continuous basic sanitation in the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs) by 2015. The target of existing programs within CLTS itself consists of five pillars, namely,Open Defecation Free, Handwashing With Soap, Household Food and Beverage Management, Household Waste Management, and the Household Liquid Waste Management.

This study aims to know the description of CLTS program implementation in Lolowua village, subdistrict of Hiliserangkai, Nias Regency. This research is a descriptive survey which aims to know the description of CLTS program implementation in Lolowua village, subdistrict of Hiliserangkai, Nias Regency in 2014, andthe description of knowledge as well as characteristics (age, sex, education, occupation and monthly income), with the cross-sectional research design through observations using CLTS observation sheets and interviews using CLTS questionnaire sheets to 91 respondents.

The description of respondents' knowledge about CLTS in Lolowua Village is pretty well as much as 56%, and the description of respondents’ characteristic, inter alia, the respondents who were interviewed was the majority of adults as much as 52,7%, 50,5% female, 73,6% of the low-educated, working as farmers 90,1% and having income below the Minimum Wages City / County 96,7%.

The results showed that the CLTS program that had been implemented was the first pillar program Stop Open Defecation had not reached indicators of success as expected in the Guidelines of CLTS implementation in 2011, while the other four pillars had not been implemented in Lolowua village.

Expected to villagers of Lolowua village subdistrict of Hiliserangkai in order to participate in the Community Lead Total Sanitation program, so that the change and continuity of clean and healthy behavior in Lolowua village community can occur.


(6)

Nama : Netty Paska Riang Laoli

Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli / 02 April 1983

Agama : Kristen Protestan

Nama Orang Tua

Ayah : Yason Laoli

Ibu : Katarina Dakhi

Anak ke : 5 dari 7 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Karet No. 43 Gunungsitoli Nias Provinsi Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan

Tahun 1989 - 1995 : SDS RK Mutiara Bersubsidi Gunungsitoli

Tahun 1995 - 1998 : SMP Negeri 1 Gunungsitoli

Tahun 1998 - 2001 : Sekolah Perawat Kesehatan Gunungsitoli

Tahun 2008 -2011 : D-III Keperawatan Poltekes Depkes Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias

Sumatera UtaraTahun 2014”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Yason Laoli dan Ibunda Katarina Dakhi yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.


(8)

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir.Indra Chahaya S, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Evi Naria, M.kes yang telah bersedia menjadi dosen penguji I pada sidang skripsi dan memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Taufik Ashar, MKM yang telah bersedia menjadi dosen penguji II pada sidang skripsi dan memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 8. Untuk seluruh keluargaku, Dr. (cd) Imanuel Daeli, A.P, M.Si , Yanti Laoli ,

Rosmeini Laoli, SIP , Parlinus Gulo, M.Pd , Gloriantina Laoli, M.Pd , Ryanto Eka Putra Laoli, Clara C. Fau, Marthin Aries F. Laoli, SE , Syukur Kurniawan Laoli, ST dan Julian Selamat Gea, SE terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

9. Untuk putraku yang terkasih Alehandro Mozesta Lase terimakasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

10. Untuk yang tercinta Saifoeddin, SKM terimakasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.


(9)

11. Teman-teman FKM USU, Juliana Elisabeth Nainggolan, Epi Rela Sinaga, Ika Juni A.Ginting, Daswati S, Reni Aristy, Annisa Rambe, Dewi Sartika, Pebruanti, Marta, Eka Novi, Devi, Yuni Messi, Faisal, Artian Harefa, Chatarina S, Juspen Simarmata, SKM , Megawati Lase, SKM, Febewati, SKM , Yulisa, SKM dll yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

12. Untuk Bapak dan Ibu di Dinas Kesehatan Kabupaten Nias dan Puskesmas Botombawo Hiliserangkai yang selalu memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Januari 2015 Penulis


(10)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1. Bagi Peneliti ... 8

1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nias ... 8

1.4.3. Bagi Warga Desa Kecamatan Hiliserangkai dan Botomuzoi 8 BAB II. TINJAUAU PUSTAKA... 9

2.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan ... 9

2.2. Sanitasi Dasar ... 9

2.2.1. Penyediaan Air Bersih ... 10

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia ... 13

2.2.3. Pembuangan Air Limbah ... 16

2.2.4. Pengelolaan Sampah ... 17

2.3. Karakteristik Responden ... 20

2.4. Pengetahuan ... 23

2.5. Ruang Lingkup STBM ... 24

2.6. Lima Pilar STBM ... 25

2.6.1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) ... 25

2.6.2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) ... 28

2.6.3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga ... 30

2.6.4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga ... 36

2.6.5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga ... 38


(11)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Metode Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... ... 41

3.3. Populasi dan Sampel... ... 41

3.3.1.Populasi... ... 41

3.3.2.Sampel... ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data... ... 42

3.4.1.Data Primer... ... 42

3.4.2.Data Sekunder... ... 42

3.5. Defenisi Operasional ... 43

3.6. Aspek Pengukuran ... 44

3.7. Teknik Analisa Data ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 47

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lolowua ... 47

4.2. Data Demografis... ... 47

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden ... 47

4.4. Deskripsi Pengetahuan Responden Tentang STBM ... 49

4.5. Deskripsi Pilar STBM ... 51

4.5.1. Stop Buang Air Besar Sembarangan ... 51

4.5.2. Cuci Tangan Pakai Sabun ... 55

4.5.3. Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga ... 58

4.5.4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga ... 60

4.5.5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga ... 62

BAB V. PEMBAHASAN ... 65

5.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 65

5.2. Deskripsi Pengetahuan Responden Tentang STBM ... 67

5.3. Pilar STBM ... 68

5.3.1. Stop Buang Air Besar Sembarangan ... 68

5.3.2. Cuci Tangan Pakai Sabun ... 72

5.3.3. Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga ... 74

5.3.4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga ... 76

5.3.5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga ... 78

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1. Kesimpulan ... 80

6.2. Saran ... 81


(12)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2014 ... 47 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,

Jenis

Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan ... 48 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Program STBM di Desa Lolowua ... 49 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

Tentang Program STBM ... 50 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Stop

Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Desa Lolowua ... 51 Tabel 4.6. Gambaran Tempat Buang Air Besar (BAB) Responden di

Desa Lolowua ... 54 Tabel 4.7. Distribusi Responden Tentang Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS) ... 54 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Desa Lolowua ... 55 Tabel 4.9. Distribusi Responden BerdasarkanCuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS) ... 57 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang

Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

(PAMMRT) di Desa Lolowua ... 58 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengelolaan Air Minum

dan

Makanan Rumah Tangga (PAMMRT) ... 60 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang

Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT) di Desa

Lolowua ... 61 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamanan Sampah

Rumah

Tangga (PSRT) ... 62 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang

Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT) di Desa

Lolowua... 63 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengamanan Limbah Cair


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Contoh Perubahan Perilaku SBS ... 26

2.2. Bangunan Atas Jamban (Dinding dan /atau Atap) ... 26

2.3. Contoh Bangunan Tengah Jamban ... 27

2.4. Contoh Bangunan Bawah Jamban ... 28

2.5. Cara Cuci Tangan Pakai Sabun ... 29

2.6. Pengelolaan Air Baku ... 30

2.7. Pengelolaan Air Untuk Minum ... 31

2.8. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ... 32

2.9. Konsepsi Integrasi 3R ... 38


(14)

Lampiran 1 : Observasi Penelitian Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Lampiran 3 : Out Put Penelitian Lampiran 4 : Foto Penelitian

Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 6 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Kepala Dinas


(15)

ABSTRAK

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target program yang ada dalam STBM sendiri terdiri dari 5 pilar yaitu Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias. Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias tahun 2014 dan gambaran pengetahuan serta karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan perbulan),dengan desain penelitian cross sectional melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi STBM dan wawancara dengan menggunakan lembar kuesioner STBM terhadap 91 responden.

GambaranPengetahuan responden tentang STBM di Desa Lolowua di ketahui cukup baik sebanyak 56% dan gambaran karakteristik responden antara lain yaitu responden yang di wawancarai mayoritas dewasa yaitu 52,7 %, berjenis kelamin perempuan 50,5 %, berpendidikan rendah 73,6 %, bekerja sebagai petani 90,1 % dan berpenghasilan di bawah Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) 96,7%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program STBM yang telah dilaksanakan yaitu program pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) belum mencapai indikator keberhasilan seperti yang di harapkan dalam Pedoman Pelaksanaan STBM tahun 2011, dan di ketahui bahwa Empat pilar lainnya belum dilaksanakan di desa Lolowua.

Di harapkan kepada masyarakat desa Lolowua Hiliserangkai agar ikut serta dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, sehingga dapat terjadi perubahan dan kesinambungan perilaku yang bersih dan sehat di lingkungan masyarakat desa Lolowua.


(16)

order to strengthen the efforts of acculturation to clean and healthy living, to prevent the spread of environmentally-based disease, to increase the capability of the community, as well as to implement the government's commitment to increase access to drinking water and continuous basic sanitation in the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs) by 2015. The target of existing programs within CLTS itself consists of five pillars, namely,Open Defecation Free, Handwashing With Soap, Household Food and Beverage Management, Household Waste Management, and the Household Liquid Waste Management.

This study aims to know the description of CLTS program implementation in Lolowua village, subdistrict of Hiliserangkai, Nias Regency. This research is a descriptive survey which aims to know the description of CLTS program implementation in Lolowua village, subdistrict of Hiliserangkai, Nias Regency in 2014, andthe description of knowledge as well as characteristics (age, sex, education, occupation and monthly income), with the cross-sectional research design through observations using CLTS observation sheets and interviews using CLTS questionnaire sheets to 91 respondents.

The description of respondents' knowledge about CLTS in Lolowua Village is pretty well as much as 56%, and the description of respondents’ characteristic, inter alia, the respondents who were interviewed was the majority of adults as much as 52,7%, 50,5% female, 73,6% of the low-educated, working as farmers 90,1% and having income below the Minimum Wages City / County 96,7%.

The results showed that the CLTS program that had been implemented was the first pillar program Stop Open Defecation had not reached indicators of success as expected in the Guidelines of CLTS implementation in 2011, while the other four pillars had not been implemented in Lolowua village.

Expected to villagers of Lolowua village subdistrict of Hiliserangkai in order to participate in the Community Lead Total Sanitation program, so that the change and continuity of clean and healthy behavior in Lolowua village community can occur.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009). Pelaksanaan pembangunan kesehatan harus dilakukan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada awalnya hanya di titik beratkan pada upaya kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat terpadu dan berkesinambungan.

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di aspek-aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun citra kota hingga menurunnya perekonomian ditingkat daerah.


(18)

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,2% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,5% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%. (Depkes RI, 2008).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air


(19)

3

minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (Kemenkes RI, 2014).

STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sederhana yang dapat merubah sikap lama, dimana kewajiban sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat, dengan satu kepercayaan bahwa kondisi bersih, nyaman dan sehat adalah kebutuhan alami manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM diharapkan menimbulkan kesadaran bahwa sanitasi merupakan masalah bersama karna dapat berdampak kepada semua masyarakat, sehingga pemecahan masalah harus dilakukan secara bersama.. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi yang terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat.

Sanitasi kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan edukatif yaitu berusaha menimbulkan kesadaran pada masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.


(20)

Menurut penelitian Arianti, (2013) pengetahuan yang baik mengenai program STBM akan meningkatkan perilaku sanitasi masyarakat yang akan berdampak pada menurunnya kejadian diare. Sejalan dengan penelitian Gunawan (2006) yang menyatakan pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat memiliki hubungan terhadap kejadian diare.

Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) di 6 Kabupaten pada tahun 2005, dilanjutkan dengan pencanangan gerakan sanitasi total oleh Mentri Kesehatan pada tahun 2006 di Sumatera Barat serta pencanangan kampanye cuci tangan secara nasional oleh Menko Kesra bersama Mendiknas dan Meneg Pemberdayaan Perempuan tahun 2007.

Sebagai tindak lanjut dilakukan replikasi CLTS di berbagai lokasi oleh berbagai lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menghasilkan perubahan perilaku buang air besar disembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak 160 desa telah ODF dan tahun 2007 mencapai 500 desa (Depkes RI, 2007). Data terbaru SHAW menunjukkan bahwa hingga akhir 2013 sebanyak


(21)

5

446 desa binaan program SHAW telah melakukan deklarasi STBM 5 pilar. Seperti diketahui dalam menjalankan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) SHAW bekerja sama dengan lima mitra yaitu CD Bethesda, Plan Indonesia, Yayasan Rumsram, Yayasan Dian Desa, dan Yayasan Masyarakat Peduli. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mencapai target ialah dengan melakukan pendampingan intensif kepada desa-desa yang sudah mendapat pemicuan diawal (Artikel STBM, 2014). Salah satu desa yang telah mendeklarasikan diri sebagai desa yang telah berhasil melaksanakan lima pilar STBM adalah desa Renduwawo Kabupaten Nagekeo Propinsi Nusa Tenggara Timur (Pos Kupang, 2014).

Pendekatan STBM telah di laksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Nias yaitu di Kecamatan Hiliserangkai di desa Lolowua sebagai desa contoh STBM sejak tahun 2013. Mayoritas masyarakat di kecamatan tersebut bekerja sebagai petani dan masih berpenghasilan dibawah rata-rata, tingkat kesejahteraan masyarakat disana masih belum masuk kategori sejahtera. Indikasi tersebut disebabkan karena total pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi dan biaya produksi yang dikeluarkan oleh setiap rumah tangga lebih besar dari pendapatan. Hal ini juga dapat memicu lemahnya kesanggupan masyarakat untuk memenuhi kondisi sanitasi.

Kondisi sanitasi dasar masyarakat di Kecamatan Hiliserangkai masih memprihatinkan. Masih ada masyarakat yang buang air besar secara terbuka seperti di kebun, selokan, sungai, dan disembarang tempat lainnya. Hal ini tentu merupakan sumber penularan penyakit bagi masyarakat dan sangat mengganggu dari segi estetika akibat bau yang ditimbulkan, selain itu masih ditemukan rumah


(22)

dan lingkungan sekitarnya yang tidak memenuhi syarat kesehatan, tidak ada saluran pembuangan air limbah dan perilaku kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Pemicuan STBM yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan di desa Lolowua masih diutamakan pada pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), tetapi pada penelitian skripsi ini peneliti juga membahas empat pilar lainnya yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga serta Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga. Pemantauan lima pilar ini diharapkan dapat mengetahui pencapaian keberhasilan Program STBM di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana hasil Pencapaian Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nias tahun 2014.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.


(23)

7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui karakteristik responden (pendidikan, pekejaan, dan penghasilan) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.

2. Diketahui pengetahuan responden tentang pelaksanaan STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias

3. Diketahui penerapan pelaksanaan STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.

4. Diketahuinya penerapan pelaksanaan STBM pilar kedua yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.

5. Diketahuinya penerapan pelaksanaan STBM pilar ketiga yaitu Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM RT) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.

6. Diketahuinya penerapan pelaksanaan STBM pilar keempat yaitu Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS RT) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.

7. Diketahuinya penerapan pelaksanaan STBM pilar kelima yaitu Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC RT) di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.


(24)

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih mengenai Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan mendapatkan pengalaman pribadi dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat semasa perkuliahan khususnya dalam hal metodologi penelitian.

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nias

Dapat dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan cakupan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) serta meningkatkan kualitas petugas pelaksana di lapangan.

1.4.3 Bagi Warga Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai

Menambah wawasan dan pengetahuan warga desa Lolowua kecamatan Hiliserangkai tentang program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sehingga diharapkan warga dapat meningkatkan derajat kesehatannya dalam kehidupan sehari-hari.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat.

Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia

Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia

2.2. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan


(26)

manusia (Azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah.

2.2.1. Penyediaan Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standart kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).


(27)

11

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain:

- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. - Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. - Tidak berasa dan tidak berbau.

- Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. - Memenuhi standart minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI (Mubarak dan Chayatin, 2009)

Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 . Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas ( Depkes RI, 2005).

a. Syarat Kuantitas

Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter (Slamet, 2002).

b. Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktivitas yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air. (Slamet, 2002)


(28)

1. Parameter Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416/Menkes/per/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik yaitu, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh (jernih) dan tidak bewarna.

2. Parameter Kimia

Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Derajat keasaman (pH) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI No. 416 Tahun 1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik lagi bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya pH air sebaiknya netral. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9 (Soemirat, 2000).

3. Parameter Mikrobiologis

Parameter Mikrobiologis menurut Entjang (2000) yaitu, air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Sebagai indikator bateriologik adalah basil koli (escherichia coli). Apabila dijumpai basil koli dalam jumlah tertentu menunjukkan air telah tercemar kotoran manusia maupun binatang.


(29)

13

4. Parameter Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti disekitar reaktor nuklir.

2.2.2. Pembuangan Kotoran Manusia

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman dan Suparmin, 2002).

Ditinjau dari sudut kesehatan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting, karena jika pembuangannya tidak baik maka dapat mencemari lingkungan dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan manusi. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia (feces) dapat melalui berbagai macam cara.

Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), dan bagian-nagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang


(30)

ditularkan lewat tinja. Penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Kusnoputranto, 2000).

Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2.1. Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI, 1995).

Menurut Depkes RI, 2004 ada beberapa ketentuan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu :

- Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah, dan air permukaan, - Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter, - Konstruksi kuat,

- Pencahayaan minimal 100 lux (Kepmenkes No.519 tahun 2008), - Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa),

- Dibersihkan minimal 2x dalam sebulan, - Ventilasi 20% dari luas lantai,


(31)

15

- Murah

- Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain tertutup juga harus disemen agar tidak mencemari lingkungannya.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman, 3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, 2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air, 3. Tidak ada sampah berserakan,

4. Rumah jamban dalam keadaan baik,

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat, 6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,

7. Tersedia alat pembersih,

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan : 1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,

2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat,


(32)

3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai,

4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban, 5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.

2.2.3. Pembuangan Air Limbah

Menurut Azwar (1995), yang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk

Industrialisasi.

Beberapa sumber air buangan :

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik.

b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain (Entjang, 2000).


(33)

17

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yyang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya.

2.2.4. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi , atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.4.1 Jenis-jenis sampah

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya (Notoatmodjo, 2003):

- Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

- Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. b. Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

- Sampah yang mudah terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan sebagainya. - Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas, besi/logam bekas,


(34)

c. Sampah berdasarkan karakteristiknya

- Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan yang umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran, hotel, dan sebagainya.

- Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah terbakar maupun yang tidak mudah terbakar.

- Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

- Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan.

- Sampah industri.

- Bangkai binatang (dead animal).

- Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) - Sampah pembangunan (construction waste)

2.2.4.2 Cara Pengelolaan Sampah

Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

a. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya suatu tempat penampungan sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak ke truk pemadat.


(35)

19

Adapun Syarat tempat sampah yg di anjurkan :

- Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat, dan tidak mudah bocor.

- Mempunyai tutup yg mudah di buka, dikosongkan isinya, mudah dibersihkan. - Ukurannya di atur agar dapat di angkut oleh 1 orang.

Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara (Mubarak dan Chayatin, 2009) :

- Terdapat dua pintu : untuk masuk dan untuk keluar - Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari

- Tidak terletak pada daerah rawan banjir

- Volume tempat penampungan sampah sementara mampu menampung sampah untuk tiga hari.

- Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat. - Harus ada kran air untuk membersihkan.

- Tidak menjadi perindukan vektor.

- Mudah di jangkau oleh masyarakat/ dan kendaraan pengangkut. b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

- Ditaman (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

- Dibakar (Inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

- Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk (Mubarak dan Chayatin, 2009)


(36)

2.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan responden. Umur responden adalah usia responden yang menjadi indikator dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggungjawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2003). Karakteristik umur responden berkaitan dengan perubahan perilaku, dimana semakin tua umur responden di harapkan semakin memiliki pengalaman dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Belajar membedakan benar-salah dan mengembangkan hati nurani merupakan perkembangan manusia sejak masa bayi dan anak-anak. Sehingga dengan bertambahnya umur maka akan mencapai tingkat kematangan yang tinggi sesuai dengan perkembangannya.

Jenis Kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Istilah gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Dalam Women’s Studies Encylopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, metalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Gender adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan


(37)

21

perempuan, misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, dan gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminim seperti halus, lemah, peras, sopan, dan penakut. Perbedaan dengan pengertian seks yang lebih menekankan kepada aspek anatomi biologi dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki (maleness) dan perempuan (femaleness). Istilah seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada persoalan reproduksi dan aktivitas seksual (love making activities) (Mubarak, 2009).

Pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang direncanakan untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam menyingkapi suatu masalah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku hidup sehat (Atmarita, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Dalam kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri yaitu : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri yang kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, dan bukan karena kebetulan. Menurut undang-undang sistem pendidikan


(38)

nasional tahun 2003 jenjang pendidikan 2003, terdiri atas jenjang pendidikan formal dan non formal.

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan. Penghasilan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis (http://www.seputarpendidikan.com/2014/08).

Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi (http://id.wikipedia.org).

Penghasilan adalah pendapatan; perolehan (uang yang diterima). Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik. Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik (Berg, 1986). Tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka, khususnya didalam rumahnya akan terjamin misalnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri, atau jika mempunyai ternak akan dibuatkan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya.


(39)

23

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau koqnitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO (World Health Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A dan Dewi M, 2010).


(40)

2.5 Ruang Lingkup STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan program Nasional dalam rangka percepatan peningkatan akses terhadap sanitasi Dasar di Indonesia. Selain itu program ini juga erat kaitannya dengan target Millenium Developent Goals (MDGs) dan RPJMN. Untuk mendukung program ini, ditingkat pusat telah dibentuk Sekretarat STBM (cq. Kementerian Kesehatan). Sekretariat STBM juga beranggotakan mitra-mitra yang sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan STBM dibeberapa wilayah di Indonesia sehingga keberadaan sekretariat STBM sangat strategis dalam implementasi STBM di Indonesia serta diperkayai dari berbagai pembelajaran dan pengalaman.

Target program yang ada dalam STBM sendiri terdiri dari 5 pilar yaitu Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga, yang mana cakupan area pendekataan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara kolektif, untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yakni Menciptakan Kebutuhan (Demand creation), Ketersediaan pasokan (supply improvement), dan Lingkungan yang mendukung (Enabling Environment). Informasi detail tentang pendekatan STBM tersebut dapat dilihat pada buku petunjuk Pelaksanaan dan Teknis STBM (Manlaknis STBM) (Sekretariat Nasional STBM, 2014)


(41)

25

2.6 Lima Pilar STBM

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Pilar STBM terdiri atas perilaku:

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); b. Cuci TanganPakai Sabun (CTPS);

c. PengelolaanAir Minum dan MakananRumah Tangga (PAMMRT); d. PengamananSampahRumah Tangga (PSRT); dan

e. PengamananLimbah Cair Rumah Tangga (PLCRT) ( Kemenkes RI, 2014)

2.6.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.


(42)

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.1 Contoh Perubahan Perilaku SBS

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari : a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

Sumber : Kemenkes RI, 2014


(43)

27

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine)yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.3 Contoh Bangunan Tengah Jamban c) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan.Jika tidak


(44)

memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.4 Contoh Bangunan Bawah Jamban

2.6.2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a. Langkah-langkah CTPS yang benar :

- Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

- Gosokkan sabun pada kedua telapak tangansampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.


(45)

29

- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

- Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.

- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.5 Cara cuci tangan pakai sabun yang benar b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

- sebelum makan

- sebelum mengolah dan menghidangkan makanan - sebelum menyusui

- sebelum memberi makan bayi/balita - sesudah buang air besar/kecil - sesudah memegang hewan/unggas c. Kriteria Utama Sarana CTPS

- Air bersih yang dapat dialirkan - Sabun


(46)

- Penampungan atau saluran air limbah yang aman.

2.6.3 Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan,dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga. Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:

a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga 1) Pengolahan air baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal: - Pengendapan dengan gravitasi alami

- Penyaringan dengan kain

- Pengendapan dengan bahan kimia/tawas

Sumber : Kemenkes RI, 2014 Gambar 2.6Pengelolaan Air Baku

2) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu: Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui:


(47)

31

a) Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter, dan sebagainya.

b) Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya. c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan d) Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.7 Pengelolaan Air Untuk Minum 3) Wadah Penyimpanan Air Minum

Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:

- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran. - Air minum sebaiknya disimpan diwadah pengolahannya.

- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup.

- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.

- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.


(48)

- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

Sumber : Kemenkes RI, 2014

Gambar 2.8 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga 4) Hal penting dalam PAMM-RT

- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.

- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. - Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap

serta untuk mengolah makan siap santap.

- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.

- Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.


(49)

33

b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan.

Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan: 1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.

Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikusdan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun.

Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.


(50)

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu : - Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan

teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektordan hewan lainnya.

- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaanperalatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.

- Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

- Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.


(51)

35

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6) Penyajian makanan

Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan:

- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.

- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.


(52)

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.

2.6.4 Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

- Mengurangi pemakaian kantong plastik.

- Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.

- Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang. - Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki). - Membeli produk atau barang yang tahan lama.


(53)

37

b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh:

- Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.

- Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

- Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya. c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:

- Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.

- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.


(54)

Sumber : Kemenkes RI, 2014 Gambar 2.9 Konsepsi Integrasi 3R

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan : - Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

- Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

- Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampahyang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.

- Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

- Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir (Kemenkes RI, 2014).

2.6.5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan


(55)

39

penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur,kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban

b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor c) Tidak boleh menimbulkan bau

d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan

e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan

(Kemenkes RI, 2014)

Sumber : Kemenkes RI, 2014


(56)

2.7 Kerangka Konsep

Karateristik : 1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

5. Penghasilan perbulan

Evaluasi Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat Pengetahuan

Pilar STBM :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) 2. Cuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS)

3. PengelolaanAir Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM M-RT)

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program STBM di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias pada tahun 2014.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2014. Penelitian ini dilakukan di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini seluruh warga desa Lolowua kecamatan Hiliserangkai yang berjumlah 954 jiwa.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari warga Desa Lolowua kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias yang berusia remaja dan dewasa. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :


(58)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi yang dapat ditolerir (0,1)

Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung besar sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai

Dari perhitungan sampel diatas maka dapat diketahui besar sampel di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai sebanyak 91 responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner STBM.

3.4.2 Data Sekunder

Penelitian ini memperoleh data sekunder yang berasal dari data demografi kecamatan Hiliserangkai mengenai pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan warga kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias.


(59)

43

3.5 Definisi Operasional

1. Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). 2. Jenis Kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara

biologis sejak seseorang lahir.

3. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

4. Pekerjaan adalah sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. 5. Penghasilan adalah pendapatan; perolehan (uang yang diterima)

6. Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai.

7. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

8. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidaklagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.

9. CuciTanganPakaiSabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.

10. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaanmakanan di rumah tangga.


(60)

11. Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang

12. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.

3.6Aspek Pengukuran

1. Karakteristik Responden berdasarkan :

a. Umur, di bagi dalam 3 kelompok : Remaja kategori umur 15-25 tahun Dewasa kategori 26-45 tahun Lanjut Usia kategori > 46 tahun

b. Jenis kelamin, di bagi dalam kategori laki-laki dan perempuan c. Tingkat Pendidikan, di bagi dalam 2 kelompok:

Rendah : kategori tingkat pendidikan SD, SMP

Tinggi : kategori tingkat pendidikan Tamat SMA, Akademi/

Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan, terdapat 4 kelompok yaitu : Petani, PNS, Pegawai Swasta, dan Wiraswasta


(61)

45

Tingkat pendapatan keluarga berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) di Sumatera Utara tahun 2014 yang merupakan UMK terendah yaitu UMK Pematang Siantar :

- Pendapatan rendah apabila < UMK (< Rp. 1.506.000,-) - Pendapatan tinggi apabila > UMK (> Rp. 1.506.000,-) 2. Pengetahuan

Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan

c. Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan (Arikunto, 2006).

3. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).

b. Tidak berhasil jika < 100% responden melaksanakan program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS). 4. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM pilar kedua Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

b. Tidak berhasil jika < 100% responden melaksanakan program STBM pilar kedua Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).


(62)

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM pilar ketiga Pengelolaan Air Minum dan Makanan (PAMM RT). b. Tidak berhasil jika < 100% responden melaksanakan program

STBM pilar ketiga Pengelolaan Air Minum dan Makanan (PAMM RT).

6. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS RT)

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM pilar keempat Pengamanan Sampah Rumah Tangga.

b. Tidak berhasil jika < 100% responden melaksanakan program STBM pilar keempat Pengamanan Sampah Rumah Tangga.

7. Pengamanan Limbah Cair (PLC RT)

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM pilar kelima Pengamanan Limbah Cair.

b. Tidak berhasil jika < 100% responden melaksanakan program STBM pilar kelima Pengamana Limbah Cair (PLC RT).

3.7 Teknik Analisa Data

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner akan diolah dan disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran mengenai pelaksanaan program STBM di kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias pada tahun 2014.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lolowua

Desa Lolowua merupakan salah satu desa yang ada di wilayah adminstrasi Kecamatan Hiliserangkai dengan luas wilayah 1387 Ha, luas pemukiman 547 Ha dan luas lahan pertanian 840 Ha. Desa Lolowua termasuk wilayah Kecamatan Hiliserangkai dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Tetehosi (Kota Gunungsitoli)

Sebelah Selatan : Desa Lolowua Hiliwarasi (Kabupaten Nias) Sebelah Timur : Desa Fadoro Lalai (Kabupaten Nias)

Sebelah Barat : Desa Ononamolo Lot II (Kota Gunungsitoli)

4.2. Data Demografis

Jumlah penduduk Desa Lolowua sebanyak 954 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 154 KK. Jumlah laki-laki yaitu 402 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 552 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 402 42,14 2 Perempuan 552 57,86 Total 954 100,0

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner kepada responden dapat diketahui bagaimana karakteristik responden di


(64)

desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai tahun 2014. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan

Identitas Responden Jumlah Persentase

Umur

15 - 25 26 - 45 >45 24 48 19 26,4 52,7 20,9

Jumlah 91 100

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 45 46 49,5 50,5

Jumlah 91 100

Pendidikan Rendah Tinggi 67 24 73,6 26,4

Jumlah 91 100

Pekerjaan Petani PNS Peg. Swasta Wiraswasta 82 1 3 5 90,1 1,1 3,3 5,5

Jumlah 91 100

Penghasilan Rendah Tinggi 88 3 96,7 3.3

Jumlah 91 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 91 responden, yang berusia 15-25 tahun sebanyak 24 orang (26,4%) ,berusia 26-45 tahun sebanyak 48 orang (52,7 %), berusia >45 tahun sebanyak 19 orang (20,9 %),. Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang (49,5 %), dan perempuan 46 orang (50,5 %). Tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden yang tingkat pendidikannya rendah 67 orang (73,6%), sedangkan yang tingkat pendidikan tinggi hanya 24 orang (26,4 %). Pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 82 orang (90,1 %), sebagai PNS hanya sebanyak 1 orang


(65)

49

(1,1 %), sebagai pegawai swasta sebanyak 3 orang (3,3 %), dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang (5,5%). Mayoritas responden berpenghasilan rendah sebanyak 88 orang (96,7 %) sedangkan yang berpenghasilan tinggi hanya 3 orang (3,3%).

4.4 Deskripsi Pengetahuan Responden Tentang STBM

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan lembar kuesioner kepada responden dapat diketahui bagaimana pengetahuan responden tentang STBM di desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai tahun 2014. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Program STBM di Desa Lolowua

Indikator Pengetahuan Jumlah Responden

Ya Tidak

n % n %

1. Tahu tentang Program STBM

91 91 100 0 0

2. Tahu bahwa di desa Lolowua telah dilaksanakan STBM

91 91 100 0 0

3 Mengetahui Program STBM yang telah dilaksanakan di desa Lolowua

91 91 100 0 0

4. Selain pilar yang

dlaksanakan, mengetahui pilar STBM lainnya

91 58 63,7 33 36,

3 5. Mengikuti program

STBM

91 29 31,9 62 68,

1 6. Pilar Program STBM

yang telah diikuti

91 29 31,9 62 68,

1

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa semua responden mengetahui tentang program STBM dan tahu bahwa program STBM dilaksanakan di desa Lolowua serta menjawab bahwa mengetahui program STBM yang telah dilaksanakan sebanyak 91 orang (100%). Sebanyak 58 orang (63,7%)


(66)

menjawab bahwa selain pilar yang dilaksanakan juga mengetahui pilar STBM lainnya, dan sebanyak 29 orang (31,9%) menjawab mengikuti program STBM dan bisa menyebutkan pilar program STBM yang telah diikuti.

Berdasarkan uraian distribusi pengetahuan responden tentang program di desa Lolowua, maka secara keseluruhan dikategorikan menjadi tiga kategori seperti yang terdapat ditabel 4.4berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Program STBM

Pengetahuan STBM Jumlah Persentase

Baik

Cukup Baik Kurang Baik

11 51 29

12,1 56,0 31,9

Jumlah 91 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 91 responden, yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang STBM sebanyak 11 orang (12,1 %), cukup baik sebanyak 51 orang (56,0 %), dan kurang baik sebanyak 29 orang (31,9%).


(1)

Gambar 13. Sumber air bersih dan air baku untuk minum, berdampingan dengan tempat buang air besar sembarangan (sekat berwarna biru).

Gambar 14. Tempat buang air besar berupa parit dengan pijakan kayu lapuk


(2)

Gambar 15. Jalan ke kamar mandi / toilet warga, berbatu-batu dan licin, berada di lokasi kebun warga


(3)

Gambar 17. Tempat penampungan air hujan di gunakan sebagai sumber air bersih rumah tangga


(4)

Gambar 19. Tempat penampungan air baku (air minum sebelum di olah)


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI DESA JELBUK KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER TAHUN 2014

4 28 150

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 17

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 14

PMK No. 3 ttg Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

0 0 40

113880861 Majalah Percik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM 2012

0 2 64

PERBEDAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI DESA CIKUPA DAN DESA TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2017

0 1 38

Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014

0 1 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan - Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

0 1 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

0 0 8

GAMBARAN PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI DESA LOLOWUA KECAMATAN HILISERANGKAI KABUPATEN NIAS SUMATERA UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 14