PENINGKATAN DAYA INGAT MELALUI PEMBELAJA

ienPngkatan daga Pngat aaaakulPatP

PENINGKATAN DAYA INGAT MELALUI PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN MENULIS EFEKTIF TERPADU
Yuliyati
Abstract: This Study was aimed to improve the mind of SDN Gadang I Malang
through the subject that they read by integrating reading and writing effectively.
The basis of the study is the integration of process reading and writing strategy
with special reading and writing. (reading mind mapping and note taking). The
research used the collaboration of teacher and researcher and carried out three
cycles by the following stage: planning, action observation, reflection, and plan
revision. In the initial stage the researcher observed the teaching learning
activity to find out the first fact. The result used as a basis to plan action cycles
1,2 and so on, for orientation to improve the process and result study. The data
were collected through observation (process activity checklist and selfevaluating), interview, documentation, tape recorder and photo record. The
data analyzed by a circular descriptive qualitative by multifunction principle.
The result indicated that teaching by integrating reading and writing effectively,
have positive effect to improve reading and writing ability, understanding of
strategy, and mind. The next stage should be supported by increased
understanding of teacher for reading and writing study theories, completed with
the media.


Kata kunci : daya ingat, membaca dan menulis efektif terpadu .
Daya ingat merupakan salah satu kemampuan jiwa manusia yang sangat
berperan dalam keberhasilan belajar. Dengan daya ingat
manusia mampu
mengungkapkan atau mengaktualisasikan kembali pengetahuan, konsep-konsep yang
dipelajarinya, dan informasi yang diterima jiwanya. Agar daya ingat berfungsi dengan
baik dalam arti informasi yang diterima tersimpan dalam memori jangka panjang dan
dapat dipanggil kembali bila diperlukan, siswa harus menguasai berbagai strategi
belajar atau kiat-kiat khusus yang dapat meningkatkan daya ingatnya.
Permasalahannya banyak siswa SD yang belum menguasai strategi atau kiatkiat belajar yang dapat meningkatkan daya ingatnya. Hal itu nampak dari catatan
pengamatan awal kondisi siswa kelas IV SDN Gadang I Malang bahwa nilai rerata
hariannya < 6, 4 dengan ketuntasan belajar tidak lebih dari 40 %. Rendahnya daya
ingat ini juga tercermin dari keluhan guru, bahwa umumnya setelah diterangkan siswa
nampak paham, namun bila diberi pertanyaan sebagian besar materi telah dilupakan.
Lebih-lebih selang beberapa hari, minggu, atau bulan.
Refleksi kondisi itu menunjukkan bahwa penyebabnya meliputi berbagai faktor.
Di antaranya adalah (1) siswa kurang menguasai strategi membaca menulis efektif,
belajar dengan pengalaman praktis kurang, akibatnya konsentrasi kurang dan daya
ingatnya rendah; (2) pembelajaran kurang menarik, kurang melibatkan siswa dalam

proses membaca dan menulis, pemodelan strategi tidak dilatihkan; (3) materi terlalu
luas, kurang mempertimbangkan individu anak., (4) pemahaman materi bacaan ratarata 60-65 %, (5) kemampuan menulis rata-rata 50-60 %, siswa sulit menemukan ideide menulis, sulit mengembangkan kerangka karangan, satuan paragraf atau wacana.


email:yuliati@yahoo.com dosen PLB FIP Universitas Negeri Surabaya

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

Untuk mengatasi hal itu, strategi/kiat-kiat khusus dikembangkan dalam pembelajaran
membaca dan menulis efektif terpadu (PMMET). Membaca dan menulis efektif
terpadu didasari pendapat DePorter & Hernacki (1992) bahwa kiat- kiat membaca
meliputi persiapan diri, meminimalkan gangguan, duduk tegak, penenangan diri,
menggunakan jari atau benda lain untuk penunjuk, dan melihat sekilas. Kiat-kiat
meningkatkan pemahaman membaca, meliputi menjadi pembaca aktif, membaca
gagasan bukan kata-kata, melibatkan seluruh panca indra, menciptakan minat dan
membuat peta pikiran. Kiat-kiat menulis, meliputi: melihat dan membuat kaitan antara
gagasan, mengembangkan gagasan, menelusuri jalan pikiran agar mencapai suatu
konsep, mengembangkan gagasan tanpa penyuntingan, memvisualkan hal-hal khusus
dan mengingatnya kembali dengan mudah, mengalami desakan kuat untuk menulis.
Pembelajaran membaca dan menulis terpadu didasari wawasan pendekatan

proses yang menyatakan bahwa dalam membaca dan menulis terdapat hubungan
dinamis, suatu proses interaktif, konstruktif, sosial yang berorientasi pada makna
(Piaget, Vygotsky, Cox & Zarrillo, 1993). Peranan pembaca dan penulis adalah aktif,
rekursif. Membaca memberikan ide-ide dalam menulis dan menulis memperjelas apa
yang telah dibaca. Manfaat kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca,
menulis, bernalar, pemahaman teknologi visual) meningkatkan pemahaman antara
yang satu dengan yang lain.
Sesuai hal itu, pembelajaran membaca dan menulis terpadu dirancang berdasar
aktivitas pembelajaran membaca dan menulis proses yang terdiri atas beberapa tahap,
yakni prabaca, saat baca, pascabaca; pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis.
Operasionalisasinya mengacu pada pola-pola interaksi guru-siswa yang diwujudkan
dalam peristiwa pembelajaran. Strategi yang dimanfaatkan disesuaikan dengan
aktivitas tahapan membaca dan menulis proses efektif terpadu.
Pengembangan kemampuan membaca difokuskan pada kegiatan membaca
untuk menemukan gagasan utama bacaan, pemikiran, dan analisis pribadi tentang
materi. Guru melaksanakan aktivitas proses membaca, yaitu prabaca, saat baca,
pascabaca. Teknik yang digunakan adalah curah gagasan atau „brainstorming’ tentang
materi bacaan, pertanyaan bacaan, peta pikiran bacaan, dan catatan: TS (tulis susun).
Curah gagasan adalah cara membangkitkan skemata siswa yang dilaksanakan
dalam tiga tahap, yaitu: pemilihan topik, mendaftar dengan cepat respon yang muncul,

dan menemukan hubungan ide-ide tanpa menyalahkan. Curah gagasan untuk studi
sosial adalah KWL (akronim dari K= Know apa yang telah kita ketahui; W= Want
apa yang ingin kita ketahui untuk ditemukan; L= Learn apa yang telah kita pelajari).
Pertanyaan bacaan mempunyai peran penting dalam menumbuhkan pemahaman
siswa. Penelitian Tierney & Cunningham (dalam Burn, 1996) menunjukkan bahwa
pertanyaan bacaan yang ajukan guru ketika siswa membaca memudahkan pemahaman
Di samping itu, strategi bertanya guru melatih siswa aktif secara mental, dan pada
gilirannya siswa dapat aktif menyusun pertanyaannya sendiri.
Peta Pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Untuk membuat
peta pikiran perlu pelatihan dan pembiasaan. Dalam hal ini DePorter dan Hernacki
merekomendasikan kiat-kiat membuat peta pikiran yaitu: (1) menuliskan gagasan
utama dalam lingkaran atau bentuk lain di tengah kertas, (2) menambahkan cabangcabang untuk poin kunci dengan tinta warna-warni, (3) menuliskan kata kunci/frase
pada tiap-tiap cabang dan kembangkan detilnya, (4) tambahkan simbol dan ilustrasi.
Supaya lebih diingat perlu kiat tambahan yaitu: (a) menggunakan huruf kapital, (b)
menuliskan gagasan penting dengan huruf yang lebih besar, (c) menggambarkan peta
pikiran dengan hal-hal pribadi, (d) garis bawahi kata-kata penting, dan gunakan huruf

110


tebal, (e) bersikap kreatif dan berani, (f) membuat bentuk-bentuk acak untuk
menunjukkan poin-poin atau gagasan, (f) membuat peta pikiran horisontal.
Catatan: TS (Tulis-Susun) adalah menuliskan poin-poin penting dengan
memasukkan pemikiran dan analisis pribadi. Sedangkan penulisan catatan hanya
menuliskan poin-poin penting saja. Kiat-kiat membuat catatan: TS yang disarankan
DePorter & Hernacki adalah (1) membaca dengan cermat, (2) mendengarkan
penjelasan guru secara aktif, (3) berpartisipasi, (4) tinjauan awal, (5) memasukkan
asosiasi visual dalam catatan, (6) tak kenal lelah dalam mencoba.
Pengembangan kemampuan menulis dilaksanakan dalam tiga tahapan
(pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis). Fokus pramenulis untuk penemuan
topik baru terkait dengan bacaan untuk dipilih dan dikembangkan menjadi kerangka
karangan. Fokus saat menulis untuk pengembangan kerangka karangan menjadi
satuan paragraf dan wacana yang utuh dan padu dengan strategi pemodelan dan
konferensi. Fokus pascamenulis untuk perbaikan dan publikasi, perbaikan dengan
strategi balikan pemberian kemudahan dan balikan antar siswa melalui konferensi
kelas dan berpasangan. Publikasi dilaksanakan melalui kegiatan sharing bacaan dan
pemajangan di papan pemajangan kelas/sekolah.
Pemodelan adalah pemberian contoh penulisan berupa model proses atau model
teks. Pemodelan penting bagi siswa untuk memeriksa bahasa tulis memberikan
struktur menulis agar siswa menulis lebih terarah. Model proses dilaksanakan sesuai

tahapan menulis, dimulai dari tahap pramenulis. Guru mendemonstrasikan pemodelan
menulis dengan menunjukkan ide-ide, kerangka karangan, pola-pola catatan dalam
kalimat yang tepat dengan menyatakan pikirannya. Selanjutnya guru harus
mengevaluasi modelnya dan merevisi strateginya. Model teks dilaksanakan dengan
memberikan teks atau tulisan buatan guru, dari buku, atau tulisan siswa.
Konferensi adalah percakapan atau diskusi antara guru-siswa, siswa-siswa
untuk membahas pemahaman siswa tentang materi bacaan atau membahas tulisan
siswa, memecahkan problem-problem menulis yang dialaminya. Menurut Parry &
Hornsby (1985) konferensi memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
sikap positif, kritis dan saling percaya diri di samping memberi kesempatan praktik
keterampilan berbahasa terpadu. Jenis konferensi meliputi: konferensi guru-siswa,
konferensi siswa-siswa berpasangan, konferensi kelompok, dan konferensi kelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi pembelajaran membaca
dan menulis efektif terpadu yang meliputi (1) peningkatan kemampuan membaca, (2)
peningkatan kemampuan menulis, (3) kemampuan siswa dalam menerapkan strategi
belajar dalam PMMET, (4) peningkatan daya ingat.
Hasil temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan pendidikan
dasar, khususnya untuk memberikan: (1) wawasan konseptual bagi guru SD tentang
strategi-strategi pembelajaran membaca menulis (baca-tulis terpadu dan pencatatan
efektif) sebagai landasan pembelajaran bahasa Indonesia, dan untuk mempelajari mata

pelajaran lain; (2) alternatif penguasaan strategi belajar membaca dan menulis efektif
terpadu untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, juga membaca dan
menulis untuk belajar pelajaran/pengetahuan lain; dan (3) sumbangan pemikiran bagi
pengelola pendidikan untuk meningkatkan profesionalitas guru SD.
Metode
Pendekatan penelitian ini adalah tindakan kolaboratif jenis tindakan kelas, dengan
menerapkan sistem tahapan: rancangan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang
diikuti dengan siklus spiral berikutnya (Kemmis& McTagart (1988). Dasar pertama
penelitian tindakan meliputi : identifikasi ide awal, pencarian fakta dan analisis untuk

111

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, refleksi dan revisi. Berdasarkan refleksi dan revisi siklus dasar, peneliti
merencanakan tindakan yang lebih terfokus, dilanjutkan dengan tindakan kedua,
observasi dan refleksi. Selanjutnya mengembangkan tindakan ketiga, dilanjutkan
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Hasil refleksi diorientasikan
kemungkinan dampak praktis pembelajaran di kelas (Elliot, 1990).

Subjek penelitian adalah seorang guru bahasa Indonesia dan 35 di siswa kelas V.
Siswa dikelompokkan dalam tiga kelompok (kelompok atas 11 siswa, rata-rata 13
siswa dan bawah 11 siswa. Gambaran kemampuan seluruh siswa diperhitungkan
sebagai penunjang kesimpulan penelitian.
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
(1)Perencanaan, kegiatannya adalah (a) identifikasi ide awal untuk mengidentifikasi
permasalahan membaca dan menulis melalui observasi dan wawancara strategi
pembelajaran guru dan siswa, (b) merumuskan permasalahan secara operasional, (c)
menetapkan rancangan tindakan, meliputi: penetapan indikator PMMET,
menyusun RPP, petunjuk guru, buku kerja siswa, menentukan metode/alat perekam
data (catatan lapangan/ceklist aktivitas pembelajaran, pedoman wawancara,
pedoman analisis tulisan siswa dan catatan harian (catatan anekdot), dan menyusun
rencana pengolahan data baik kualitatif maupun kuantitatif.
(2) Pelaksanaan tindakan. Kegiatannya adalah penyamaan persepsi dan latihan praktik
pembelajaran. Guru melaksanakan tindakan sesuai rancangan yang dibuat, peneliti
memotivasi dan memberi masukan.
(3) Pengamatan dan interpretasi. Peneliti dan guru secara bergantian melaksanakan
pemantauan dengan menggunakan alat perekam data yang telah ditentukan.
Interpretasi dilakukan segera pada saat data diperoleh.
(4) Analisis dan refleksi.Data yang terkumpul didiskusikan dan direfleksi oleh peneliti

dan praktisi. Proses kegiatan meliputi analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan
penyimpulan data dan informasi. Hasil refleksi merupakan temuan tingkat
efektivitas strategi yang diterapkan, dan permasalahan yang muncul untuk
merancang tindakan perbaikan siklus berikutnya.
(5) Data dan pengumpulan data. Data penelitian ini berupa data proses dan data hasil.
Data proses berupa aktivitas siswa dalam PMMET (prabaca, saat baca, pascabaca;
pramenulis, saatmenulis, dan pascamenulis). Data hasil membaca berupa, tampilan
peta pikiran dan catatan: TS, ungkapan pemikiran dan analisis pribadi tentang
bacaan, hasil tes membaca. Data menulis berupa kerangka karangan/peta pikiran,
tampilan draf awal, draf perbaikan dan draf akhir. Data proses dikumpulkan melalui
ceklist daftar aktivitas, catatan lapangan dan rekaman tape recorder. Data hasil
direkam melalui dokumentasi produk membaca dan menulis.
(6) Analisis data. Data yang terkumpul dianalisis dengan prinsip multi guna, yakni
yang terpenting adalah teknik analisis yang digunakan mendukung pemecahan
masalah yang telah dirumuskan. Hal itu sesuai pendapat McNiff (1992) bahwa
analisis dalam penelitian tindakan adalah upaya pemahaman lebih baik masalah
yang terjadi dalam situasi nyata. Dalam hal ini data proses berupa aktivitas interaksi
guru-siswa, siswa-siswa dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif
alir/sirkuler (Miles dan Huberman, 1992). Analisis dimulai dengan kegiatan reduksi
data, penyajian data, dan penyimpulan. Data produk membaca dinilai sesuai kriteria

yang ditentukan. Produk menulis dianalisis dengan prosedur penilaian analitik
(Coop 1983). Nilai tes membaca dan menulis identifikasi awal dan tes tindakan tiap
akhir siklus seluruh siswa dianalisis dengan menggunakan analisis Persentase.

112

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan secara
bertahap dengan perubahan-perubahan seperlunya (lihat tabel 1). Perubahan yang
terjadi khususnya pada teknik guru dalam menerapkan strategi yang diterapkan pada
setiap tahapan untuk penyempurnaan dan memaksimalkan penguasaan strategi belajar
oleh siswa dalam upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa.
perubahan teknik pada siklus 2 nampak hampir pada semua strategi pada setiap
tahapan PMMET. Perubahan pada siklus 3 sekitar 40 % strategi.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini pada dasarnya untuk mendeskripsikan kesesuaian tindakan
dengan perencanaan. Perubahan yang diakibatkan dari penerapan PMMET diharapkan
dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran pratindakan. Berdasarkan
pengamatan, catatan lapangan, hasil diskusi, dan refleksi pada siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 dapat dikemukakan deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran PMMET
sebagai berikut.

Deskripsi Pembelajaran Pratindakan
Sebagai dasar penelitian, selama dua minggu dilaksanakan pengamatan
pembelajaran membaca dan menulis siswa kelas V SDN Gadang I Malang untuk
pencarian fakta awal. Pelajaran diawali guru dengan menanyakan pelajaran yang lalu.
Selanjutnya guru menunjuk jam dinding dan menugasi siswa mendeskripsikannya
menjadi karangan. Waktu dibatasi 10 menit. Setelah selesai guru menanyai siswa
tentang jumlah kalimat yang ditulisnya. Siswa mengangkat tangan sesuai angka yang
disebutkan guru. Tiga siswa menulis 7 kalimat, tiga siswa 6 kalimat, dua belas siswa
5 kalimat, sembilan siswa 4 kalimat, empat siswa 3 kalimat, dan tiga siswa 2 kalimat
(pendahuluan).
Aktivitas selanjutnya guru menulis paragraf pertama bacaan “Ronda Malam”,
tanya jawab kata kunci dan jumlah kalimat . Dilanjutkan dengan tugas kelompok (4-5
siswa) untuk membaca bacaan dan mencari kata kunci bacaan. Waktu dibatasi 20
menit. Siswa mengerjakan tugas dan guru mendatangi tiap kelompok, bertanya
permasalahannya. Guru keluar kelas 5 menit, masuk kelas dan mengingatkan siswa
waktu kurang 2 menit. Kegiatan dilanjutkan dengan membahas hasil dengan
menanyai setiap kelompok, menuliskan kata kunci tiap paragraf di papan tulis, dan
membetulkan jawaban siswa yang salah. ( Inti). Pelajaran diakhiri guru dengan
menyimpulkan bahwa kata kunci paragraf umumnya terletak pada awal paragraf
kalimat pertama. Kelompok yang banyak salahnya tidak perlu kecewa, tapi dijadikan
pelajaran. (Penutup).
Dari deskripsi tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam pembelajaran yang
dilaksanakan guru terdapat data proses dan data hasil. Ditinjau dari segi proses guru
telah memadukan membaca dan menulis dalam pembelajarannya, namun
pemaduannya tidak saling terkait. Tema menulis tidak terkait dengan tema bacaan.
Guru belum memahami tahapan proses dalam kegiatan membaca dan menulis. Baik
tahapan proses membaca maupun menulis. Fokus pengajaran guru pada latihan
kelancaran menulis dan mencari kata kunci, sebagai inti bacaan. Partisipasi cukup
aktif semua siswa menulis sesuai topik yang ditentukan guru. Dalam mencari kata
kunci bacaan siswa kelompok atas cukup menonjol, siswa kelompok bawah kurang
aktif terkesan tergantung, siswa kelompok sedang ada yang aktif. Dalam menjawab
pertanyaan partisipasi siswa cukup tersebar, guru menunjuk wakil kelompok untuk
menjelaskan hasil kerja kelompoknya.

113

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

Ditinjau dari segi hasil pembelajaran ditemukan hal-hal berikut. Pertama
produk menulis meliputi tema penulisan ditentukan langsung oleh guru, penjabaran
tema tidak diajarkan, siswa langsung menuliskan karangan. Umumnya siswa
mendeskripsikan (bentuk, warna, guna) benda. Produk membaca berupa tugas
kelompok yakni kata kunci pada tiap paragraf dan rinciannya. Hasil kerja semua
kelompok belum semuanya tepat sebagaimana yang dikehendaki guru.
Hasil kerja siswa baik kelompok atas, rata-rata, dan bawah menunjukkan tidak
ada yang 100 % benar. Ini menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam
menemukan kata kunci. Dari wawancara dengan guru diperoleh penjelasan bahwa
fokus pembelajaran bahasa Indonesia kelas V pada awal semester I ini adalah
mengembangkan kemampuan menulis deskripsi dengan menerapkan strategi menulis
bebas. Guru telah berkali-kali menjelaskan dan memberikan contoh menemukan kata
kunci namun belum benar-benar dikuasai siswa. Di samping itu siswa nampak mudah
lupa terhadap materi yang diajarkan meskipun penjelasan telah dilakukan berulangulang. Hal tersebut juga terjadi pada pelajaran lain seperti PPKn, IPA, dan IPS.
Berdasarkan gambaran proses dan hasil pratindakan tersebut dan penjelasan
guru, disepakati untuk menerapkan pembelajaran membaca dan menulis efektif
terpadu untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis yang dapat
meningkatkan daya ingat siswa. Pola umum metode dan teknik pembelajaran
membaca dan menulis efektif terpadu adalah (1) tahap prabaca, guru membangkitkan
skemata siswa dengan metode curah gagasan untuk mengaitkan tema bacaan dengan
pengalaman siswa; (2) tahap saat baca, guru menugasi siswa membaca dengan cermat
bacaan untuk menemukan gagasan utama bacaan dan dituangkan dalam bentuk peta
pikiran, serta membuat catatan tulis susun TS; (3) tahap pascabaca, guru menugasi
siswa menjawab pertanyaan, dan menceritakan isi bacaan berdasarkan peta pikiran;
(4) tahap prapenulisan, curah gagasan topik-topik terkait dengan tema bacaan. Siswa
menuliskan topik pribadinya dalam daftar topik dan memilih satu topik dikembangkan
menjadi kerangka karangan/peta pikiran tulisan; (5) tahap pengembangan draf awal.
Siswa menuliskan karangannya berdasarkan peta pikiran yang dibuatnya; (6) siswa
memperbaiki draf berdasarkan masukan guru, teman, dan temuan sendiri dan
dituangkan dalam draf akhir, selanjutnya dipublikasikan dengan membacakan di
depan kelas dan memajangnya di papan publikasi kelas.
Deskripsi Pelaksanaan PMMET Siklus 1,2, 3
PMMET siklus 1 dilaksanakan dalam 5x pertemuan yang terbagi dalam enam
tahap (membaca 2X pertemuan: prabaca saat baca, pascabaca; menulis 3X pertemuan:
pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis).
Pembelajaran Membaca dimulai dengan menjelaskan tujuan, aktivitas, dan
LKS, kiat-kiat pembuatan peta pikiran bacaan (PPB) dan catatan tulis susun (TS).
Dilanjutkan dengan pemodelan proses PPB catatan TS, tanya jawab, pelatihan PPB
dan memberikan komentar berupa pemikiran, kesan, reaksi, pertanyaan, perasaan, dan
kepedulian untuk catatan TS..
Kegiatan prabaca diawali guru dengan curah gagasan bacaan perekonomian
(tahap prabaca), sebagian besar siswa nampak aktif. Setelah itu siswa dibagi dalam
sembilan kelompok, ditugasi membaca cermat (tahap saat baca), membuat PPB
(kelompok) dan catatan TS (individu) di LKS. Guru mendatangi meja tiap kelompok
dibantu peneliti melaksanakan konferensi. Dalam membuat peta pikiran siswa sudah
nampak lancar, namun hanya terbatas pada pikiran utamanya saja. Gambar dan
pewarnaan yang disarankan belum nampak menonjol hanya beberapa siswa yang
kreatif mewarnai PPB-nya. Pemodelan guru memudahkan siswa membuat PPB,

114

meskipun hasilnya belum maksimal. Dalam membuat catatan TS umumnya siswa
merasa kesulitan karena belum terbiasa mengomentari bacaan. Umumnya komentar
berupa catatan penting bacaan, bukan pendapat asli siswa. Guru dan peneliti menanyai
dan memberi masukan permasalahan setiap kelompok.
Pada pertemuan kedua siswa melanjutkan aktivitas mengembangkan PPB dan
catatan TS. Setiap individu diharuskan mengisi LKS, dilanjutkan dengan pembahasan
PPB dan catatan TS melalui tanya jawab. Dari proses ini ditemukan bahwa pemetaan
gagasan bacaan belum maksimal, detil tiap pikiran utama belum dituliskan.
Kemungkinan ini karena contoh pemodelan tidak disertai detil. Catatan TS umumnya
berupa catatan penting. Hanya sebagian siswa yang memberikan komentar sesuai
analisis pribadi. Dari wawancara dengan guru, guru mengakui masih belum
menguasai betul kedua strategi ini. Penjelasan kepada siswa perlu disederhanakan
dengan contoh proses dan pelatihan.
Kegiatan dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan bacaan di LKS masingmasing (tahap pascabaca ), jawaban pertanyaan umumnya cukup tepat. Pemahaman
siswa dicek guru dengan menyuruh seorang siswa menceritakan kembali isi bacaan
berdasarkan peta pikiran bacaan yang telah dibuatnya, proses penceritaan cukup
lancar. Pembelajaran diakhiri guru dengan menyarankan siswa membaca sumber lain
(misalnya dari buku IPS, majalah, dan koran).
Pertemuan ketiga (tahap pramenulis) pembelajaran diawali dengan curah
gagasan tema-tema atau topik-topik yang terkait dengan tema bacaan (perekonomian),
satu persatu siswa menuliskan topiknya di papan tulis. 25 topik ditulis oleh siswa,
guru membahasnya dan mencoret topik yang tidak terkait. Curah gagasan model ini
tidak efektif, dan menghabiskan waktu. Pada saat diskusi guru mengemukakan bahwa
curah gagasan sebagaimana yang disarankan dalam petunjuk belum terbiasa.
Aktivitas dilanjutkan dengan mengisi daftar topik sesuai dan memilih salah satu
topik dengan melingkarinya untuk dikembangkan menjadi peta pikiran tulisan
(PPT) . Topik yang dipilih siswa banyak yang sama, mereka memilih topik yang
dapat diamati (kantin sekolah) Untuk membantu dan memudahkan siswa, guru
memajang model tipe-tipe peta pikiran atau kluster (kluster enam kata tanya, kluster
cerita, kluster reportase, dan kluster panca indera). Guru dan peneliti melaksanakan
konferensisi dengan mendatangi setiap siswa, menanyakan permasalahan dan
memberikan jalan keluarnya. Pada proses ini beberapa siswa menanyakan cara
mengembangkan PPT. Aktivitas berdasarkan model yang dipajang guru. Hasil PPT
siswa umumnya masih berupa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan sampai
detil. Pembelajaran dilanjutkan dengan mengembangkan draf awal (tahap saat
menulis). Guru memberikan arahan kepada siswa dengan menekankan perlunya
melihat PPT dalam mengembangkan draf awal. 20 % siswa telah menuliskan drafnya
dengan lancar dan mengarang cukup panjang dan terorganisir dengan baik. 30 %
siswa rata-rata umumnya cukup lancar dalam menulis, namun kurang terorganisisr
dengan baik. 30 % siswa kurang lancar dalam menulis, dan 20 % siswa kelompok
bawah menunjukkan ketidakmampuan mengorganisir karangannya.
Pada pertemuan keempat (Tahap pascamenulis: perbaikan) guru menjelaskan
kegiatan konferensi berpasangan didukung pedomannya, siswa membaca draf teman,
mengomentari, pertanyaan, dan menandai ejaan, tanda baca yang salah. Beberapa
siswa berkonsultasi kepada guru dan peneliti, menanyakan kesalahan draf temannya.
Guru berkeliling memberikan arahan, setelah selesai siswa mengembalikan draf ke
pemiliknya. Proses kegiatan perbaikan berpasangan itu lancar, namun, komentar dan
pertanyaan siswa umumnya belum bermakna, penandaan aspek mekanik sebagian
siswa menunjukkan kecermatan dalam penulisan huruf besar dan tanda baca.

115

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

.
Aktivitas selanjutnya adalah perbaikan draf individu. Guru dibantu peneliti
melaksanakan konferensi perbaikan isi, menandai ejaan dan tanda baca yang salah.
guru memeriksa hasil konferensi dari teman yang perlu diperhatikan. Pembelajaran
diakhiri guru dengan memberikan arahan agar siswa memperbaki tulisannya di rumah
dan dituliskan di lembar draf akhir. Hasil draf akhir sebagian besar menunjukkan
peningkatan perbaikan, meskipun belum maksimal.
Pada pertemuan kelima (tahap pascamenulis: publikasi) guru menjelaskan
aktivitas publikasi yang difokuskan pada membacakan draf akhir. Guru menunjuk tiga
siswa wakil dari kelompok atas, rata-rata, dan bawah. Seorang siswa ditugasi
membacakan draf akhirnya di depan kelas. Setelah selesai, guru memberi kesempatan
siswa lain menanggapi, mengomentari dan bertanya yang harus ditanggapi siswa
pembaca di depan kelas. Proses yang sama terjadi pada dua siswa yang lain. Ditinjau
dari segi hasil, tiga siswa dalam membacakan draf nampak datar, intonasi, nada dan
suara kurang dikuasai siswa. Siswa yang aktif bertanya sekitar sepuluh siswa.
Selanjutnya aktivitas pemajangan hasil kerja siswa dilaksanakan, karena jumlah siswa
banyak guru mendiskusikan kepada siswa untuk memilih hasil kerja yang dipajang.
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 1
Pembelajaran siklus 1 telah dilaksanakan oleh guru dengan upaya maksimal,
namun karena strategi peningkatan daya ingat melalui PMMET merupakan sesuatu
yang baru guru belum terbiasa dan mengakui masih harus belajar banyak. Guru belum
menemukan teknik yang sederhana yang dapat dicerna siswa dengan mudah. Untuk
itu, agar pembelajaran pada siklus 2 lebih baik guru dan peneliti sepakat untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang difokuskan pada hal-hal berikut: (1) strategi
curah gagasan tahap prabaca dan pramenulis harus diterapkan sesuai ciri khasnya,
yakni: menentukan topik, mendaftar kata/frase yang muncul dalam merespon topik;
dan menemukan hubungan antar ide dalam daftar tanpa menyalahkan; (2) pemodelan
PPB perlu diulang dengan memberikan rincian pikiran penjelas pada cabang-cabang
pikiran utama; (3) pemodelan catatan TS perlu diulang dengan mengomentari
langsung bacaan desertai alat peraga model teks yang dibahas dengan teknik tanyajawab; (4) penceritaan kembali bagi semua siswa, untuk memberi kesempatan kepada
semua siswa agar dapat meningkatkan pemahamannya; (5) mendorong siswa yang
pendiam untuk mengajukan pertanyaan; (6) bimbingan konferensi berpasangan
ditingkatkan (difokuskan pada 9 pasangan setiap pertemuan) dengan memberi
kesempatan siswa yang bertanya. (7) pada tahap perbaikan, kesalahan umum perlu
dibahas secara klasikal dengan tanya jawab.
Deskripsi Pembelajaran Siklus 2
Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan sebagaimana siklus 1 dengan fokus
perbaikan pembelajaran yang direkomendasikan pada refleksi siklus 1. Materi dari
buku “ Aku Bangga Berbahasa Indonesia
Tahap prabaca . Curah gagasan dilaksanaan sesuai karakteristik curah gagasan,
dilanjutkan dengan pemodelan proses dan teks PPB dengan pikiran penjelas yang
lebih rinci dan catatan TS untuk memberikan pemahaman siswa lebih baik.
Selanjutnya pada tahap saat baca guru menugasi siswa membaca cermat, membuat
PPB (kelompok), dan membuat cacatan TS (individu). Guru berkeliling dibantu
peneliti melaksanakan konferensisi. PPB yang dibuat siswa sudah menunjukkan
perkembangan yang baik, pikiran utama telah ditambahkan dengan pikiran penjelas,
namun hasil PPB siswa belum maksimal. Dalam membuat catatan TS, sebagian siswa
telah dapat memberikan komentarnya sendiri, dan sebagian yang lain komentarnya

116

masih berupa catatan penting. Bagi sebagian siswa membuat komentar menurut
pendapat sendiri adalah sesuatu yang sulit, perlu pelatihan bertahap dan pembiasaan.
Tahap pascabaca, siswa ditugasi menjawab pertanyaan dan menceritakan
kembali secara tertulis. Jawaban pertanyaan siswa sebagian besar tepat. Penceritaan
kembali didasarkan pada peta pikiran yang dibuat siswa. Umumnya penceritaan
kembali sesuai dengan isi dari bacaan. Bahasa siswa lebih sederhana.
Tahap pramenulis diawali guru dengan curah gagasan topik-topik berdasarkan
bacaan, pemilihan topik untuk dikembangkan menjadi kerangka karangan atau PPT.
Empat model peta pikiran karangan atau kluster dipajang untuk dimanfaatkan sebagai
pemandu pengembangan PPT. Umumnya siswa memilih cluster enam pertanyaan dan
pelaporan. Hasilnya PPT siswa telah menunjukkan peningkatan pengembangan
rincian pikiran utama dengan frase/kalimat tidak hanya satu kata.
Tahap saat menulis, siswa mengembangkan PPT menjadi draf awal. Guru
melaksanakan konferensi bagi siswa yang memerlukan, khususnya 8 siswa yang telah
ditentukan. Hasilnya draf awal siswa sebagian besar menunjukkan perkembangan
penggunaan kata yang cukup banyak.
Tahap pascamenulis. Siswa melaksanakan konferensi berpasangan dipandu
lembar petunjuk konferensi. Hasilnya sebagian besar siswa menandai kesalahan
penulisan huruf besar, huruf kecil, dan tanda baca, dan komentarnya bermakna. Siswa
yang kurang faham bertanya pada guru atau peneliti. Selanjutnya siswa memperbaiki
tulisannya, guru dan peneliti melaksanakan konferensi, khususnya untuk sembilan
siswa yang ditentukan, serta siswa yang mempunyai inisiatif konferensi. Hasil tulisan
siswa menunjukkan perbaikan yang bermakna (kelompok atas, rata-rata dan sebagian
kelompok bawah. Siswa yang tergolong berkesulitan belajar, khususnya karena malas
dan lamban belajar, nampak menunjukkan perkembangan yang lambat (4 siswa). Pada
pertemuan berikutnya dilaksanakan kegiatan publikasi membaca dan pemajangan.
Untuk membaca dipilih tiga siswa yang mewakili kelompok atas, tengah, dan bawah.
Pemajangan dilaksanakan bergiliran 3 kelompok (1,2,3) dari sembilan kelompok.
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 2
Berdasarkan pembahasan dan analisis pembelajaran siklus 2, guru dan peneliti
sepakat untuk melaksanakan pembelajaran siklus 3 pembelajaran membaca dan
menulis efektif terpadu untuk mata pelajaran lain. Dalam hal ini dipilih materi IPA
dan PPKn. Untuk IPA peneliti ikut merencanakan, membantu pelaksanaan dan
mengamati pembelajaran. Untuk PPKN guru melaksanakannya sendiri. Aspek
pembelajaran yang perlu diperbaiki (1) pemodelan proses disertai contoh teks PPB
diulang lagi dengan menekankan pada pengembangan rincian, siswa/ kelompok yang
kurang faham diberikan bimbingan seperlunya; (2) pemodelan catatan TS diulang
lagi, khususnya cara memberikan komentar berupa kesan, pemikiran, pertanyaan,
kepedulian, reaksi dan perasaan; (3) materi IPA sangat banyak, materi dibagi menjadi
empat kelompok. Hasil kerja kelompok pembuatan PPB dan catatan TS
dipresentasikan; (4) keseluruhan materi dibahas guru dan dijelaskan dengan tanyajawab. Siswa yang kurang terlibat diberi dorongan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan; (5) konferensi draf awal difokuskan pada organisasi isi; (6) pada saat
publikasi membaca guru perlu memodelkan cara membaca bersuara yang benar.
Deskripsi PMMET Siklus 3
Salah satu tujuan pembelajaran membaca dan menulis adalah membaca dan
menulis untuk belajar pelajaran lain. Untuk mencapai tujuan tersebut guru dan peneliti
sepakat menerapkan pembelajaran membaca dan menulis efektif untuk pelajaran IPA

117

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi yang akan
dipelajari dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Guru membagikan materi bacaan,
LKS, petunjuk aktivitas, dan karton untuk hasil kelompok sebagai persiapan
presentasi. Sebelum siswa mengerjakan tugas guru melaksanakan curah gagasan
terkait dengan materi, tanya jawab tentang pengetahuan siswa terhadap materi ( tahap
prabaca ). Selanjutnya siswa membaca materi khususnya untuk kelompok, membuat
PPT dan catatan TS tentang Sumber Daya Alam yang dituangkan dalam karton, guru
dan peneliti memberikan arahan melalui aktivitas konferensisi (tahap saat baca ).
Saat jam berakhir siswa belum selesai mengerjakan tugasnya, guru mengakhiri
pelajaran dengan memberi arahan agar tugas diselesaikan di rumah untuk
dipresentasikan pada pertemuan kedua.
Pada pertemuan kedua siswa telah siap dengan hasil kerjanya. Guru menunjuk
kelompok pembahas materi 1 (empat siswa) untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Siswa nampak belum terbiasa dengan kegiatan ini, hanya lima siswa dari 16 siswa
yang tampil berani dan dapat menjelaskan materi. Pada sesi tanya jawab materi 1.
Pertanyaan didominasi 7 siswa. Guru berupaya mendorong siswa lain yang kurang
aktif dengan memanggil nama dan menyuruh siswa mengajukan pertanyaan. Setelah
(materi 1, 2,3,4) selesai dipresentasikan siswa, guru membahas seluruh materi,
mengklarifikasi kesalahan konsep. Guru mengakhiri jam pelajaran dengan memberi
arahan tugas membuat PPB, catatan TS, tugas dan pertanyaan individu di rumah
dengan mengisi LKS yang telah dibagikan, dan hasil kerja kelompok PPB dan catatan
TS dipajang di papan pemajangan. Dari proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan
materi bacaan IPA yang cukup banyak (10 halaman) dan dibagi menjadi empat
kelompok menjadikan proses pemahaman bacaan tidak efektif. Siswa hanya
mempelajari materi bagiannya saja. Rangkuman materi dari guru dan pembahasannya
memberi gambaran utuh seluruh materi bacaan.
Pada pertemuan ketiga, guru memeriksa hasil kerja individu. Siswa kelompok
atas dan rata-rata hasil kerjanya rapi. Sebagian siswa kelompok bawah hasil kerjanya
acak-acakan. Guru membahas PPB dan catatan TS secara klasikal, dan memberi
kesempatan kepada beberapa siswa maju ke papan tulis dipandu pertanyaan guru
untuk melengkapi PPB. Hasil PPB dan catatan TS telah menunjukkan kemajuan yang
cukup bermakna. Sebagian besar siswa telah menggambari PPB dengan warna yang
lebih kreatif. Catatan TS sebagian besar siswa telah mengarah pada komentar
berdasarkan analisis pribadi. Meskipun begitu dapat dikatakan hasil PPB siswa belum
maksimal hal ini mungkin karena bahan bacaan dalam buku pelajaran bahasa
Indonesia lebih sedikit (2 lembar) materi IPA (10 lembar) sehingga membutuhkan
pelatihan khusus untuk pemahamannya. Di samping itu karakteristik bacaan berbeda,
materi bahasa Indonesia termasuk jenis wacana cerita. Materi bacaan IPA bacaan
ilmiah yang padat informasi. Untuk meningkatkan pemahaman siswa guru perlu
mempelajari pemetaan bacaan dengan bantuan pertanyaan (Apa?, Kapan?, dimana?,
Siapa?, Bagaimana?, Mengapa). Di samping itu strategi-strategi yang terkait dengan
pengembangan kemampuan membaca dan menulis perlu dipelajari.
Pada pertemuan keempat aktivitas dimulai dengan curah gagasan topik-topik
materi sumber daya alam untuk penemuan topik-topik baru sebagai topik menulis
(tahap pramenulis). 32 daftar topik ditulis guru berdasarkan usulan siswa. Siswa
menulis 18 topik untuk ditulis di daftar topiknya dan memilih salah satu topik untuk
dikembangkan menjadi kerangka karangan (PPT). PPT siswa sebagian besar telah
diberi rincian dengan kata/frase yang tepat. Selanjutnya siswa mengembangkan PPT
menjadi draf awal (tahap saat menulis).

118

Pada pertemuan kelima pelajaran difokuskan pada konferensi bepasangan.
Setelah draf awal dikembalikan kepada masing-masing siswa dengan hasil
konferensinya, guru membahas kesalahan umum, seperti: ejaan, penggunaan huruf
besar, huruf kecil, tanda baca titik, dan tanda koma. Siswa selanjutnya memperbaiki
draf awalnya dengan menulisnya kembali pada lembar draf akhir (tahap
pascamenulis: perbaikan ). Guru dan peneliti melaksanakan konferensi, memberikan
komentar, saran-saran perbaikan isi dan perbaikan ejaan dan tanda baca. Pelajaran
diakhiri guru dengan menyuruh siswa yang belum selesai memperbaiki drafnya di
rumah dengan memperhatikan saran teman, dan guru.
Pada pertemuan keenam aktifitas fokus pada publikasi (membaca dan
pemajangan). Guru memodelkan cara membaca dengan intonasi. Setelah itu
memanggil salah seorang siswa untuk membaca di depan kelas. Siswa lain menyimak,
memberikan tanggapan dan komentarnya. Pelajaran diakhiri dengan memajang hasil
kerja masing-masing kelompok (4,5,6)
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 3
Pada prinsipnya pembelajaran membaca menulis efektif terpadu dapat
diterapkan untuk pelajaran IPA. Untuk peningkatan pembelajaran selanjutnya, dalam
mengembangkan kemampuan membaca
dan menulis hal-hal berikut perlu
diperhatikan, yakni: (1) curah gagasan bertujuan untuk membangkitkan skemata siswa
terkait dengan materi bacaan dan topik penulisan, agar efektif dan tidak
menghabiskan waktu harus diterapkan sesuai karakteristik curah gagasan; (2) peta
pikiran bacaan bertujuan meningkatkan pemahaman bacaan dan mengingatnya
kembali bila diperlukan. penonjolan unsur penting dan ilustrasi visual harus dilatihkan
dan dibiasakan; (3) untuk meningkatkan pemahaman bacaan dan meningkatkan
kemampuan pemetaan penulisan, tipe-tipe kluster perlu dimodelkan dengan contohcontoh proses pengembangan peta pikiran bacaan dan peta pikiran tulisan/kerangka
karangan, contoh produk PPB dan PPT dipajang di kelas dan dimanfaatkan bila
diperlukan; (4) catatan TS perlu dilatihkan terus-menerus dan dibiasakan kepada
siswa karena catatan TS merupakan strategi belajar tingkat tinggi, diperlukan upaya
keras untuk menguasainya; (5) pembahasan hasil PPB dan catatan TS perlu dilakukan
untuk mengetahui pemahaman siswa dan untuk memberi kesempatan kepada siswa
membetulkan PPB dan catatan TS yang salah; (6) penceritaan kembali perlu
dilatihkan, baik lisan atau tulis untuk meningkatkan kelancaran menulis. Pertanyaan
bacaan di buku juga perlu dibahas kembali agar siswa mengetahui ketepatan
jawabannya. Pertanyaan bacaan umumnya mengukur kemampuan membaca literal,
untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, pertanyaan interpretasi dan evaluasi
perlu ditambah (dapat dipadukan dengan aktivitas membuat catatan TS); (7)
konferensisi pengembangan draf sangat melelahkan bagi guru, perlu difokuskan pada
siswa tertentu (maksimal 8 siswa); (8) sebelum konferensisi berpasangan, guru perlu
memodelkan perbaikan aspek isi dan aspek konvensional. Sebaiknya difokuskan pada
hal tertentu; (9) siswa yang lamban belajar perlu perhatian khusus. Tugas dan latihan
perlu disederhanakan, sesuai kemampuan siswa.
Dari deskripsi pelaksanaan PMMET dari siklus 1, 2,3 dapat disimpulkan bahwa
strategi utama pada setiap tahapan tetap. Untuk membantu penguasaan strategi oleh
siswa teknik ditambahkan atau diubah. Perbaikan dan perubahan penerapan strategi
pada siklus 1 ke siklus 2 sekitar 60 %; siklus 3 sekitar 30 % (lihat tabel 1).

119

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

Hasil/Temuan Penelitian
Hasil/temuan penelitian didasarkan deskripsi pembelajaran pratindakan siklus
1,2,3, juga pembahasan dan analisis hasil belajar (lihat tabel 2) ), dipaparkan secara
ringkas sebagai berikut.
Aktivitas pembelajaran membaca dan menulis dari segi proses meningkat
tajam, nampak pada pembelajaran pratindakan yang tidak mengorganisasikan proses.
Pada pembelajaran siklus 1 aktivitas proses diorganisasikan pada semua tahapan
(prabaca, saat baca, pascabaca, pramenulis, saat menulis, pasca-menulis). Beberapa
strategi kurang sesuai dengan rencana pembelajaran sehingga pembelajaran kurang
efektif. Di antaranya pemodelan PPB, catatan TS, dan penceritaan kembali. Pada
siklus 2 strategi dilaksanakan guru sesuai rancangan, aktivitas proses belajar
membaca siswa semakin tinggi, meskipun belum maksimal, tetapi sudah cukup
memadai. Siswa telah memahami cara menerapkan strategi dalam PMMET. Pada
siklus 3 PMMET diterapkan untuk materi IPA. Meskipun strategi berdampak positif,
Tabel 1 Penerapan Strategi dan Teknik Pembelajaran
Tahap
Prabaca
Saat
baca

Pratindak

Tugas
kelom-pok
mencari
kata kunci

Pasca
baca

Pembahasan
hasil klasikal

Pramenulis

Pengamatan
peraga untuk
dideskripsik
an

Saat
menulis

Menulis
bebas

Pasca
menulis

Pembahasan
jumlah
kalimat

Siklus 1
Curah gagasan
Peta pikiran
bacaan (PPB) +
Pemodelan teks
dan proses
Catatan Tulis
Susun (TS) +
peraga makanan
Jawaban pertanyaan; penceritaan
isi bacaan lisan
dua siswa
CG topik (siswa
maju menulis di
papan tulis)
Pemetaan topik
tulisan (PTT)+
model teks
Konferensi gurusiswa (kelas)
Perbaikan dg
Konferensi siswasiswa + guru –
siswa; Publikasi
membaca 3 siswa;
Publikasi/pemajangan dipilih
siswa

Siklus 2
Curah gagasan

Siklus 3
Curah gagasan

KET.
Revisi

PPB + pemodelan
teks & proses
fokus rincian ide
Pokok
Catatan TS +
pemodelan teks
dan proses
Jawaban pertanyaan + dibahas
Penceritaan isi
bacaan tertulis
CG sesuai
karakteristiknya

PPB + pemodelan
teks dan proses +
konferensi siswa
Presentasi Catatan
TS + pemodelan teks
& proses + konferens
+ presentasi
Jawaban pertanyaan
+ dibahas
Penceritaan isi bacaan
tertulis dibahas
CG sesuai
karakteristiknya

Revisi
siklus 2
dan 3

PTT + model teks
+ model proses +
Konferensi
Konferensi gurusiswa fokus 9
siswa/ kelompok
Perbaikan dengan
konferensi siswasiswa guru-siswa+
pemodelan
Publikasi membaca 3 siswa
Publikasi/pemajangan giliran
kelompok 1,2 3

PTT + model teks +
model proses +
konferensi
Konferensi gurusiswa giliran 9 siswa

Revisi
siklus 2

Perbaikan dengan
konferensi siswasiswa; konferensi
guru –siswa
Publikasi mem-baca
tiga siswa
Publikasi/pemajangan giliran
kelompok 4,5,6

Revisi
siklus 2

Revisi
siklus
2,3
Revisi
siklus 2
Revisi
siklus 2,3
Revisi
siklus 2

Revisi
siklus 2

-------revisi
siklus 2

bagi siswa karena strategi ini efektif dalam mengembangkan kemampuan membaca
dan menulis untuk belajar, namun aktivitas yang tinggi menyebabkan beberapa siswa
yang lamban belajar dan malas kurang siap karena belum terbiasa. Siswa tersebut
perlu perhatian khusus. Di samping itu strategi PPB dan catatan TS merupakan strategi
belajar tingkat tinggi, pelatihan dan pembiasaan perlu dilakukan berkelanjutan.

120

Peningkatan aktivitas proses PMMET nampak pada Tabel 2. Aktivitas proses
belajar membaca siklus 1 (61 %), siklus 2 (73 %), dan siklus 3 (87 %). Aktivitas
proses belajar menulis siklus 1 (61 %), pada siklus 2 (73 %), dan siklus 3 (81 %).
Artinya pada siklus 3 (87 %) siswa telah menguasai 75 % strategi belajar membaca
dan 81 % siswa menguasai aktivitas proses menulis yang berarti tindakan
pembelajaran berhasil. Pelatihan selanjutnya diperlukan agar siswa terbiasa dan dapat
menguasai strategi membaca dan menulis efektif sepenuhnya.
Tabel 2. Persentase Aktivitas Proses dalam PMMET
Aktivitas Proses

Persentase (% )
PT

S1

S2

Aktivitas Proses
S3

Membaca
50
50

70
68

82
74

75
60
-

88
50
70
50

84
72
70
68

92
75
92
84

-

70
60

72
85

92
90

* Pascabaca

Menjawab pertanyaan
Menceritakan kembali

S3

76
96
100
74
78

77
95
95
70
75

74
68
65

76
74
69

56
56

76
74

65
62
65
85
82
88
88

77
77
74
75
85
90
91

73

81

* Pramenulis

-

* Saat Baca

Aktif membaca
Terlibat diskusi
Membuat PPB
Membuat catatan TS

S2

Menulis

* Pramembaca

Terlibat curah gagasan
Berpendapat sesuai
pengalaman

Persentase (% )
PT S1

Rerata

Catatan : PT= Pratindakan

61

73

87

Aktif dalam curah gagasan
Mengisi daftar topik
Memilih topik
Menyusun PPT
Menulis judul
* Saat Menulis

Menulis draf fokus isi
Menulis draf sesuai PPT
Inisiatif konferensi siswa-guru
* Pascamenulis

Mendiskusikan draf teman,
Memberi saran, komentar
draf teman bermakna
Memperbaiki isi dibimbing
Memperbaiki isi mandiri
Memperbaiki struktur
Memperbaiki pilihan kata
Memperbaiki kapitalisasi
Memperbaiki ejaan
Memperbaiki tanda baca

Rerata

40
95
10
0
70
60
56
54
52
35
45
50
55
35
75
82
86
84
61

S= Siklus

Ditinjau dari hasil kinerja siswa ditemukan bahwa pada siklus 1 kemampuan
membaca dan menulis siswa meningkat pada semua aspek. Hasil PPB siswa terbatas
pada pikiran pokok sebagaimana model guru, nilai tambahnya pada ilustrasi dan
penonjolan walaupum belum maksimal. Catatan TS siswa sebagian berupa catatan
penting, namun mereka telah menunjukkan kreativitas berpendapat dan berpikir, dan
belajar mengemukakan analisis pribadinya sendiri. Jawaban pertanyaan umumnya
tepat dan lengkap, hanya sebagian kecil yang tidak tepat dan lengkap. Penceritaan
kembali kurang efektif karena diterapkan lisan untuk dua siswa. Penemuan topik-topik
baru terkait dengan tema bacaan memberikan wawasan yang luas bagi siswa untuk
memilih topik tulisannya. PPT siswa cukup memadai sehingga memudahkan siswa
dalam mengembangkan draf awalnya. Meskipun hasil belum maksimal dan banyak
kesalahan konvensional dan organisasi isi, namun umumnya siswa lancar dalam
menulis. hasil perbaikan draf akhir siswa telah menunjukkan perbaikan yang memadai,
namun belum maksimal. Hasil belajar pada siklus 2 dan siklus 3 umumnya meningkat
setahap demi setahap selaras dengan perbaikan strategi yang diterapkan guru.
Peningkatan kinerja siswa ini nampak pada Tabel 3 kinerja membaca siswa siklus 1
(57 %), siklus 2 (76 %) dan siklus 3 (81 %). Kemampuan menulis siklus 1 (68 %),

121

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOLUME 9 NOMOR 2 SEPTEBER 2008

siklus 2 (72 %) dan siklus 3 (82 %). Dari hasil belajar tersebut menunjukkan hampir
85 % siswa mencapai kinerja membaca dan menulis 75 %.
Tabel 3. Persentase (%) Nilai Hasil Belajar PMMET
Kemampuan Membaca PT
Peta pikiran bacaan
Pemetaan pikiran utama
Pemetaan pikirn penjelas
Ilustrasi/pewarnaan
Penonjolan unsur penting

S1

S2

S3

70
60
---

75
25
58
45

85
75
70
60

92
75
75
70

----

70
60
50

86
70
67

88
75
75

Catatan TS

Catatan penting
Komentar pribadi
Pilihan kata

Jawaban pertanyaan

Ketepatan
Kelengkapan

---

70
70

75
82

80
85

-----

-----

92
70
80
72

94
82
85
75

57

76

81

Kemampuan Menulis PT

S1

S2

S3

88
60
50
55
45

92
85
56
75
55

94
85
75
75
72

62
45
55
70
65
55
55
45

55
45
60
75
50
50
55
45

70
50
65
90
80
65
65
50

82
65
78
92
80
70
65
70

45
50
45

74
70
75

80
72
80

90
80
86

Draf Akhir
Kebermaknaan perbaikan
Kosa kata
Struktur
Perbaikan isi
Kapitalisasi
Ejaan
Tanda baca

--------

90
85
75
90
90
90
90

92
90
80
90
94
92
92

94
90
84
94
96
94
94

Rerata (%)

68

76

82

68

Peta Pikiran Tulisan
Pikiran utama
Pikiran penjelas
Kebermaknaan
Ilustrasi/pewarnaan
Penonjolan unsur penting
Draf Awal
Kelancaran
Kematangan sintaksis
Kosa kata
Isi: - Ide utama
- Ide penjelas
- Unity
- Koherensi
- Struktur
Konvensional
Kapitalisasi
Ejaan
- tanda baca

Penceritaan Kembali

Kesesuaian isi dg bacaan
Organisasi isi
Pilihan kata
Struktur kalimat

Rerata (%)
PT= Pratindakan

S =Siklus

Kemampuan siswa dalam menerapkan strategi belajar pada semua tahapan siklus 1
menunjukkan bahwa pada awalnya siswa merasa kesulitan, demikian pula guru,
karena merubah sesuatu yang sudah mapan dengan strategi yang baru. Setelah
dilaksanakan konferensisi guru-siswa dibantu oleh peneliti siswa memahami dan dapat menerapkan

strategi dengan hasil yang memadai. Strategi curah gagasan memberikan keberanian
dan aktifitas yang tinggi bagi siswa dalam mengemukan pendapat. Strategi PPB
diterapkan secara terbatas karena pemodelan yang kurang tepat. Strategi catatan TS
menyulitkan siswa karena pemodelan tidak langsung memberikan anlisis pribadi pada
bacaan. Penceritaan kembali diterapkan dengan sangat baik dengan bantuan PPB.
Strategi pengembangan peta pikiran tulisan memudahkan siswa mengembangkan
ngembangkan draf karena adanya model teks, meskipun belum maksimal Konferensisi
berpasangan pada siklus 1 belum dikuasai sepenuhnya oleh siswa. tidak mudah
memberikan masukan yang bermakna, hanya sebagian siswa yang berhasil
memberikan komentar bermakna. umumnya koreksi siswa terbatas pada unsur
konvensional. Pemajangan hasil belum terbiasa bagi siswa, di samping itu kelas yang
sempit menyebabkan siswa kesulitan memajang hasil kerjanya. Pada siklus 2 dan

122

siklus 3 strategi semakin dikuasai siswa. Untuk peningkatan dan penguasaan
selanjutnya diperlukan pelatihan dan pembiasaan. Guru berkomitmen untuk
melaksanakan strategi untuk matapelajaran yang diampunya.
Tabel 4. Nilai Prestasi BI, Hasil Belajar Pratindakan, Tindakan, Hasil Tes
Pratindakan dan Pasca Tindakan
N0.

Nama

NPBI

Pratindakan

Rerata Nilai Hasil Belajar
S1
S2
S3

B
T B T
1.
Hari Budi Santosa
88
70 75 65 81
2.
Juwati
87
70 70 73 79
3.
Bintang Rose Amanda
84
75 70 62 67
4.
Rizhal Adi Rahmawan
83
70 65 62 65
5.
Litsa Rahmanita
82
65 70 58 65
6.
Dita Oktafia Efendi
82
60 60 60 73
7.
Hani Novia Shanti
79
60 65 52 71
8.
Voni Rhamadani S
78
60 65 58 67
9.
Kurnia Eka Wijayanti
77
70 70 73 60
10. Helen Novitri
77
75 60 77 79
1.
Nadya Tegar Larasati
77
75 70 73 77
12. Gayuh Himawan H
74
60 65 70 65
13. Irma Wahyu Putri Y
73
60 65 65 68
14. Rochma Citra Nila
72
60 65 70 73
15. Retno Nur Iftita
71
60 65 65 68
16. Desi Agil
70
60 65 73 66
17. Bela Ansori Putri
69
65 65 60 44
18. Titah Albila
69
60 60 75 53
19. Dinda Rahmawati
67
60 65 70 53
20. Ifany eka Luriyan
66
60 60 55 70
21. Atikah Nisrina
63
60 55 53 75
22.