Laporan praktikum sosiologi pertanian (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
SOSIOLOGI PERTANIAN DI DESA PANDAK
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh :
Abi DaulahHaque
Amala Nafiadini
Alia Shifa Almarwa
Muhammad Fadhlurahman. H
Pradipta
Hilman March Rafidan
Sri Rahayuningsih
Nur Aini Latifah
Anisa Fitri
Monica Pricilia
Dini Rahmawati
Aprilia Rosita Fera
Fitriya Kulsum
Laily Tazkiyah H
Yunita Febrieni
Eva Istiana

Nuriman Ma’ruf
Triana Dewi Handayani
Stefanus Septian N
Meirina Hajar F.R

A1L014189
A1L014157
A1L014106
A1L014056
A1L014089
A1L014195
A1L014017
A1L014115
A1L014091
A1L014046
A1L014165
A1L014013
A1L014025
A1L014031
A1L014042

A1L014044
A1L014078
A1L014105
A1L014116
A1L014123

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

1

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh nilai kelulusan mata kuliah
Sosiologi Pertanian (PNU 124) pada Fakultas Pertanian UNSOED.

Diterima dan disahkan pada tanggal :

Dosen Pembimbing

Praktikum

(Ir. S.H. SUSENO, S.U.)

2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laoran
praktikum mata kuliah “Sosiologi Pertanian” yang dilaksanakan di Desa Pandak,
Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas
Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi kesempurnaan nilai mata
kuliah Sosiologi Pertanian . Praktikum Sosiologi Pertanian merupakan salah satu
syarat yang wajib dilaksanakan mahasiswa karena memilki bobot penilaian.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususnya kepada :
1. Pimpinan Fakultas Pertanian, yang telah memasilitasi proses praktikum.
2. Bapak Suseno selaku dosen pengampuh mata kuliah Sosiologi Pertanian

yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan laporan
ini.
3. Bapak kepala desa serta aparat Desa Pandak yang telah menerima baik
kedatangan kami.
4. Warga Desa Pandak yang telah bersedia diwawancarai.
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta
pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan laporan ini.

3

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran.

Purwokerto, 18 Juni 2015

Penyusun


4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan

3

6
6
7

BAB II KEADAAN UMUM DESA 8
1. Kondisi Geografis
8
2. Kondisi Demografis 9
3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM 13
1. Acara 1 : Hubungan Desa-Kota
13
2. Acara 2 : Bentuk-bentuk Kerjasama 17
3. Acara 3 : Mobilitas Sosial
20
4. Acara 4 : Masuknya Tekonologi Baru ke Desa
23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
28
A. Kesimpulan 28
B. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

5

A. Latar Belakang

Secara harfiah istilah-istilah sosiologi berasal dari dua kata yakni Socius
(latin) yang berarti teman atau kawan. Dapat juga diartikan sebagai pergaulan
hidup manusia atau masayarakat, dan logos (Yunani) yang berarti ilmu. Ilmu-ilmu
sosial dinamakan demikian oleh karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat
atau kehidupan bersama sebagai obyek yang dipelajarainya.
Sosiologi pertanian mempelajari manusia dari aspek sosial yang kita sebut
masyarakat pertanian. Makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain dalam
kelompok masyarakat. Dalam interaksi tersebut timbul produk-produk berupa
nilai-nilai dan norma-norma yang dianut (dipergunakan sebagai pedoman
perilaku) oleh anggota-anggotanya (masyarakat tani). Tetapi ilmu-ilmu sosiologi
belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang diterima oleh sebagian
terbesar masyarakat.
Latar belakang sosial lahirnya sosiologi pertanian adalah perubahan
masyarakat di Eropa Barat akibat revolusi industri (Inggris) dan revolusi Prancis.
Sosiologi pertanian merupakan mata kuliah yang membahas hubungan
antara manusia satu dengan manusia lainnya yang berhubungan dengan bidang
pertanian. Sosiologi Pertanian semula merupakan sosiologi pedesaan, tetapi oleh
karena kehidupan desa identik dengan mata pencaharian masyarakat yang ada di
dalamnya yaitu pertanian maka berubah menjadi Sosiologi Pertanian.
Mahasiswa sebagian besar bukan berasal dari lingkungan pertanian

menjadikan praktikum ini menjadi pengalaman baru dan menarik untuk dikaji
secara sosiologi. Mahasiswa dapat secara langsung berdialog dengan petani,
kelompok tani maupun masyarakat, mengungkap permasalahan konkrit yang

6

dihadapi oleh para petani serta mencari solusi terbaik sehingga mahasiswa dapat
memahami gambaran masyarakat pertanian secara baik dan benar.

B. Maksud dan Tujuan Praktikum

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum yang dilaksanakan adalah :
1. Menjadikan sebagai satu pengalaman untuk mendukung kompetensi sebagai
mahasiswa pertanian yang sangat berharga.
2. Menjadikan suatu pengalaman baru dan menarik untuk dikaji secara sosiologi.
3. Mengungkap permasalahan konkrit yang dihadapi para petani serta mencari
solusi terbaik.

7


BAB II KEADAAN UMUM DESA
A

Kondisi Geografis Desa Pandak

Secara administratif Desa Pandak berbatasan dengan wilayah-wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara

: Desa Rempoah

2. Sebelah Timur

: Desa Karanggintung

3. Sebelah Selatan

: Kelurahan Pabuwaran

4. Sebelah Barat


: Desa Pamijen

Luas wilayah Desa Pandak adalah 87,360 Ha yang terbagi dalam 2 dusun 5
RW dan 18 RT. Luas lahan sesuai pemanfaatannya adalah sebagai berikut :
1.Sawah Pertanian
25,81 Ha
2. Ladang/Kebun
4,95 Ha
3.Kolam Perikanan
2,2 Ha
4.Pemukiman Penduduk 39,88 Ha
5.Makam Desa
1,5 Ha
6.Sarana Olahraga
0,82 Ha
7.Sarana Pemerintahan
1,2 Ha
8.Lain-lain
11 Ha

Jumlah :

87,36 Ha

Sedangkan jarak Desa Pandak dengan masing–masing wilayah administratif
diatasnya adalah sebagai berikut :
1. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan : 2 Km
2. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten :7 Km

B

Kondisi Demografis Desa Pandak

8

1. Kependudukan
Jumlah penduduk menurut data desa dan sensus tahun 2014 sebanyak
2708jiwayang terdiri dari 780 Kepala Keluarga (KK).
Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok sebagai berikut :
a. Komposisi menurut kelamin
Laki–laki

: 1359 jiwa

Perempuan

: 1349 jiwa

b. Kondisi penduduk menurut umur
Umur
0–5 tahun (balita)

Jumlah
269

Satuan
Orang

5–16 tahun (wajib

536

Orang

belajar)
17–55 tahun

1542

Orang

(produktif)
>56 tahun (lansia)
Jumlah total

361
2708

Orang
Orang

c. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Jenis pekerjaan
Petani
Buruh tani
Montir
Pedagang
Wiraswasta/karyawan
PNS/TNI/POLRI

d.

Jumlah
42
43
3
56
239
73

Satuan
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

Komposisi penduduk menurut agama/aliran kepercayaan

9

Agama
Budha
Islam
Katholik
Kristen

C

Jumlah
6
2665
18
19

Satuan
Orang
Orang
Orang
Orang

Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Pandak

1. Keadaan Sosial
Kondisi sosial masyarakat Desa Pandak lebih diwarnai dengan nuansa
religius yang masih cukup kental meski dalam komunikasi sosial antar warga
masyarakat sedikit bergeser dari norma sosial yang dulunya sangat akrab
dengan sistem kekeluargaan di Desa, hal ini dikarenakan perkembangan dan
interaksi sosial yang telah dibangun mulai luntur dari nilai–nilai sosial dan
tercampur dengan tumbuhnya budaya individualisme dan materialisme.
Konflik kepentingam juga mewarnai kehidupan masyarakat Desa Pandak
meski gejala ini tidak muncul begitu kuat dimasyarakat, namun budaya
keakraban yang sedikit mulai luntur tadi kadang muncul dalam kelompok
kecil anggota masyarakat yang masih memegang teguh norma sosial dan
kegotong royongan.

10

Dalam masyarakat tertentu masih ditemui kondisi prihatin karena
kurangnya dukungan ekonomi akibat faktor lansia, korban pemutusan
hubungan kerja (PHK) secara sepihak sehingga mengakibatkan meningkatnya
pengangguran yang menyebabkan masalah sosial tersendiri yang sangat
dilematis dipecahkan oleh masyarakat Desa Pandak.
2. Keadaan Ekonomi
Secara umum keadaan ekonomi masyarakat Desa Pandak berciri
masyarakat agraris yang mulai bergeser kepada masyarakat yang semi
agraris. Masyarakat Desa Pandak telahbanyak melakukan berbagai aktifitas
usaha dan ekonomi yang beragam. Kegiatan ekonomi yang menonjol di Desa
Pandak adalah dibidang industri yang masih skala kecil (perumahan), hal ini
terbukti dengan munculnya pusat oleh-oleh seperti sale pisang yang dijual di
lokasi wisata Baturraden.
Disamping kegiatan tersebut diatas masyarakat Desa Pandak juga
melakukan kegiatan ekonomi sebagai wiraswasta dan bekerja sebagai
karyawan swasta selain dari pertanian, hal tersebut merupakan pilihan lain
dari permasalahan semakin terbatasnya lahan pertanian. Selain usaha yang
dilakukan diwilayah Desa Pandak terdapat juga sebagian kecil warga yang
menjadi migran ke kota besar lainnya untuk menjadi karyawan atau usaha
lainnya. Masalah pengangguran tidak menjadi permasalahan utama yang
dihadapi warga masyarakat Desa Pandak karena sebagian besar masyaratnya
mempekerjakan masyarakat lainnya terutama dibidang pertanian. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar masyarakat disana tidak menggunakan
teknologi baru pertanian. Mereka memanfaatkan sumber daya manusia untuk
mengolah pertanian. Mereka beranggapan bahwa dengan cara menggunakan

11

teknologi baru pertanian mengakibatkan hasil produksi pertanian menurun
serta kurangnya kesejahteraan sosial.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM
A. ACARA I HUBUNGAN DESA DENGAN KOTA
Pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki empat syarat
(Soerjono, 2000) :
1. Manusia yang hidup bersama
2. Bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama
3. Menyadari adanya kesatuan
4. Membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan
Pengertian pedesaan menurut Paul H. Landis :
1. Tempat atau daerah dengan penduduk kurang dari 2500 orang
2. Pergaulan ditandai oleh sifat-sifat keakraban dan keramah-tamahan yang
meluas
3. Pusat kegiatan pertanian dalam arti luas

12

Perbedaan-perbedaan antara kota dengan desa, dapat dilihat melalui
berbagai aspek :
1. Lingkungan
2. Mata pencaharian
3. Jumlah dan kepadatan penduduk
4. Deferensiasi sosial
5. Strategi sosial
6. Mobilitas sosial
7. Interaksi sosial
8. Solidaritas sosial
9. Homogenitas
10. Gaya hidup
11. Prasarana dan teknologi
12. Kelembagaan (Soekanto,1982).
Desa berhubungan dengan kota melalui berbagai jaringan, baik yang
bersifat material maupun non material. Adapun gejala-gejala yang dapat
mempererat hubungan desa-kota dapat diamati melalui berbagai aspek, yaitu :
a.

Masuknya ekonomi uang desa
Mata pencaharian penduduk Desa Pandak sebagian besar adalah
sebagai

buruh

tani,

wiraswasta/karyawan,montir

petani,pedagang,
dan

buruh.

PNS/TNI/POLRI,

Perekonomian

penduduk

tergolong sebagai perekonomian mulai dari bawah sampai menengah ke
atas. Secara umum keadaan ekonomi masyarakat Desa Pandak berciri
masyarakat agraris yang mulai bergeser kepada masyarakat yang semi
agraris. Masyarakat Desa Pandak telahbanyak melakukan berbagai

13

aktifitas usaha dan ekonomi yang beragam. Kegiatan ekonomi yang
menonjol di Desa Pandak adalah dibidang perdagangan umum yang
masih skala kecil (perumahan), hal ini terbukti dengan munculnya
warung–warung skala kecil dan pedagang keliling dari rumah ke rumah
berupa makanan kecil, sayur–sayuran dan kebutuhan sehari–hari lainnya.
Disamping kegiatan tersebut di atas masyarakat Desa Pandak juga
melakukan kegiatan ekonomi sebagai wiraswastawan dan bekerja sebagai
karyawan swasta selain dari pertanian, hal tersebut merupakan pilihan
lain dari permasalahan semakin terbatasnya lahan pertanian. Selain usaha
yang dilakukan diwilayah Desa Pandak terdapat juga sebagian kecil
warga yang menjadi imigran ke kota besar lainnya untuk menjadi
karyawan atau usaha lainnya. Masalah pengangguran masih menjadi
permasalahan utama yang dihadapi warga masyarakat Desa Pandak
karena sempitnya lapangan pekerjaan.
b.

Pemasaran hasil-hasil pertanian ke kota
Dengan luasnya daerah persawahan di Desa Pandak ini
yangmencapai 25,81 Ha, maka hasil pertanian yang didapatkan dari
tanaman paditidak terlalu banyak. Hasil pertanian tersebut sebagian
dikonsumsi sendiri dan sebagian lainnya dijual. Oleh karena itu,
penjualan hasil pertanian masih terbilang minim. Mungkin karena desa
ini letaknya cukup jauh dari tempat pemasaran hasil pertanian. Didesa ini
pun belum terdapat pasar yang dapat menampung hasil pertanian mereka
walaupun tidak dipasarkan ke kota. Intinya, masyarakat pertanian disini
masih enggan untuk memasarkan hasil pertaniannya ke kota ataupun di
desa mereka sendiri karena beberapa faktor yang mungkin belum dapat

14

mereka kondisikan seperti memilih untuk mengkonsumsi hasil pertanian
mereka sendiri daripada memasarkannya ke kota dengan alasan tidak
mau susah payah ataupun karena letak desa mereka yang jauh dari tempat
pemasaran.
c.

Masuknya barang konsumi ke desa
Barang-barang konsumsi lain seperti sembako mereka peroleh di
warung–warung, para penjual mendapatkan barang–barang konsumsi
tersebut dari kota atau pasar dengan skala agak besar di kota Purwokerto.
Para penduduk sangat senang dengan masuknya barang–barang konsumsi
ke desa ini. Mereka tidak perlu susah payah berbelanja ke kota. Begitu
erat hubungan desa dengan kota tidak dapat dibayangkan bila produk
industri tidak dapat masuk ke desa–desa. Barang-barang konsumsi yang
berasal dari luar desa masuk secara perorangan karena belum ada
koperasi.

d.

Tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota
Sebagian besar warga Desa Pandak adalah berprofesi sebagai
buruh tani ataupun petani. Jadi, hanya sebagian kecil dari warga desa
yang tertarik untuk mencari nafkah ke kota. Hal ini disebabkan karena
mereka sudah nyaman untuk bekerja didesa mereka sendiri. Walaupun
demikian, tidak sedikit pula yang bekerja ke kota karena merasa
penghasilan dikota lebih besar daripada didesa sendiri.

e.

Menyekolahkan anak-anak ke kota
Berhubung di desa ini hanya terdapat 3 TK, 3 SD, maka warga
desa ini mulai menyekolahkan anak-anak mereka ke desa tetangga

15

ataupun ke kota mulai dari jenjang SMP ke atas. Hal ini dikarenakan
masih minimnya lembaga pendidikan yang ada di Desa Pandak ini.

f.

Pembentukan organisasi modern di desa
Organisasi di Desa Pandak tidak terlalu banyak, kalaupun ada
juga tidak terlalu aktif mengadakan kegiatan. Organisasi-organisasi yang
ada adalah organisasi kepemudaan yaitu Karang Taruna. Selain Karang
Taruna, didesa ini juga terdapat organisasi pencak silat. Organisasi ini
terbilang cukup aktif. Dan untuk organisasi modern didesa ini belum ada.

g.

Bertambahnya jaringan komunikasi massa
Alat komunikasi di desa ini sudah cukup maju tapi belum merata.
Telepon rumah masih jarang keluarga yang memiliki, sedangkan telepon
genggam sebagian sudah banyak yang memiliki. Untuk internet sendiri
didesa ini sudah ada, tapi masih minim.

h.

Masuknya teknologi pertanian ke desa
Sistem pertanian didesa ini dapat dibilang masih tradisional,
karena belum memiliki alat-alat modern dengan jumlah yang banyak.
Didesa ini yang punya traktor hanya satu orang saja dan para petani pun
harus menyewanya dengan berbagai pertimbangan. Hal ini berdampak
pada proses penanaman karena tersendat kurangnya traktor didesa ini.
Kurangnya alat pertanian didesa ini sebenarnya sudah lama dilaporkan
kepada pemerintah daerah lewat kelompok tani desa ini. Namun, sampai
sekarang belum ada tanggapan yang jelas.

B.ACARA II BENTUK- BENTUK KERJASAMA

16

Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang umumnya dijumpai dalam
kehidupan manusia karena pola maupun bentuk kerjasama dapat dijumpai pada
semua kelompok manusia.
Menurut Charles. H. Coley ( 1930) “ kerjasama terjadi apabila orang
menyadari bahwa mereka masing-masing mempunyai kepentingan yang sama dan
pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap
diri sendiri untuk memenuhi kepentingan- kepentingan tersebut dalam kerjasama”.
Contohnya adalah organisasi, merupakan fakta-fakta yang penting dalam
kerjasama yang berguna. Kerjasama yang ada di Desa Pandakyaitu :
1.

Kerjasama dengan distributor untuk menjual hasil panen yang kebanyakan
berupa gabah kering yang sudah siap untuk di proses kembali. Kerjasama ini
dilakukan dengan para tengkulak yang ada di desa tersebut dan hal ini
sifatnya secara terus menerus pada pembeli (tengkulak) yang sama atau
langganan mereka. Petani desa pandak memilih menjual hasil panen mereka
ke tengkulak yang ada didesa tersebut karena pemilik lahan juga berpikiran
supaya masyarakat desa Pandak semuanya mendapatkan untung.

2.

Kerjasama pendidikan yang telah dilakukan dengan beberapa lembaga
pendidikan seperti Unsoed, Unwiku, dan Stain, STIMIK AMIKOM. Desa
Pandak memiliki komitmen yaitu melahirkan lulusan sajana minimal 20
orang. Kerjasama yang dilakukan dengan Unsoed yaitu desa menyediakan
tempat untuk pengabdian kepada masyarakat seperti penyuluhan tentang
kesehatan. Begit juga dengan STAIN mengadakan penyuluhan tentang
peceraian yang sedang melanda Desa Pandak yang disebabkan oleh
pernikahan terlalu dini. Untuk univesitas swasta lain kerjasama yang

17

dilakukan yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang kurang
mampu untuk melanjutkan kuliah.
3.

Kerjasama dalam bidang perikanan. Terdapatnya lokasi perikanan kabupaten
yang kebetulan berada di desa Pandak hal ini membuat suatu arus
perekonomian serta kerjasama yang jangkauannya sudah relative luas, karena
penjualan ikan banyak para pembeli yang berasal dari luar daerah tersebut.
Penjualan hasil perikanan ini dijual mulai dari ukuran yang masih benih
sampai yang sudah besar.

4.

Letak desa Pandak yang cukup dekat dengan lokasi wisata Baturaden, hal ini
membuat sebagian warga membuat beraneka makanan khas yang kemudian
dijual di daerah lokasi wisata tersebut. Kebanyakan mereka membuat getuk
goring dan sale pisang yang kemudian mereka titipkan ke pedagang yang ada
di sana ada juga yang berjualan langsung disana.hal ini diungkapkan oleh ibu
Murni.
Bentuk – bentuk kerjasama dalam masyarakat pertanian merupakan salah satu

manifestasi dari proses sosial yang terjadi. Proses sosial dapat dikelompokkan
menjadi 2 Yaitu :
a. Proses sosial yang sifatnya assosiatif yaitu proses sosisal yang kehendaki oleh
masyarakat, sebab proses ini memberi implikasi yang sifatnya positif bagi
kemajuan masyarakat. Di desa Pandak kegotong-royongan masih sangat erat.
Contohnya:
- Saat ada orang yang membangun rumah maka secara gotong royong warga
membantu tanpa pamrih.

18

- Saat ada orang yang mengadakan hajatan maka warga secara gotong royong
membantu, khususnya untuk para ibu- ibu membantu memasak tanpa dibayar.
- setiap hari minggu masyarakat Desa Pandak RT 04 RW 03 mengadakan kerja
bakti membersihkan jalan serta setiap bulan ada kerja bakti membersihkan
pemakaman hal ini diungkapkan oleh bapak Sumitro.
- setiap malem jumat juga diadakan yasinan bersama-sama di masjid terdekat
hal ini diungkapkan oleh bapak kades.

b.

Proses sosial yang bersifat dissosiatif, dimana proses sosial ini biasanya

dihindari oleh masyarakat karena mengarah kepada perpecahan bahkan dapat
membawa kehancuran atau kemunduran masyarakat. Proses dissosiatif ini tidak
ada di desa Pandak, hanya saja dalam hal ini masyarakat sudah tidak lagi mau
menerima bantuan benih dari pemerintah yang diberikan lewat kelompok tani
yang ada di daerah tersebut. Hal ini terjadi karena bibit yang diberikan dar
pemerintaah sudah kadaluarsa tidak tumbuh bila ditanam. Para petanipun sudah
melaporkannya ke bagian pertanian namun tidak ada tindak lanjutnya, sehingga
masyarakat lebih memilih untuk membelinya ke toko-toko saprodi yang ada di
desa tersebut bahkan ada yang membelinya ke luar desa.

C. ACARA III MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari
lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas berasal dari bahasa
Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke tempat
lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak” atau “perpindahan”.

19

Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika sosial yang secara harfiah
seringkali diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat berpindah atau
berubah posisi sosial seseorang atau sekelompok orang pada saat yang berbeda.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack (1959), mobilitas sosial
adalah suatu gerak dalam, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Sedangkan, menurut Robert M. Z. Lawang, mobilitas sosial
adalah perpindahan posisi dari lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi
yang lainnya Paul B. Horton (1999),mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari
strata yang satu ke strata yang lainnya.
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditarik
kesimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau
kelompok

dari

lapisan(strata

sosial)

yang

satu

kelapisan

yang

lain

(Murdiyatmoko,2008)
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok
orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang guru yang
tidak puas dengan pendapatannya beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha
properti dan berhasil dengan gemilang.
Mobilitas sosial yang terdapat pada desa Pandak yang memiliki sistem kelas
sosial terbuka cenderung memiliki mobilitas sosial yang menurun (vertikal ke
bawah) pada sektor pertanian dan kepemilikan lahan. Hal tersebut dapat dilihat
dari kepemilikan lahan sawah. Pada jaman dahulu banyak warga yang memiliki
lahan sawah atas hak milik mereka sendiri dan saat ini mereka hanya menjadi

20

seorang petani penggarap lahan milik orang lain. Desa Pandak yang sejatinya
adalah desa produksi padi semakin lama lahan sawah semakin berkurang. Yang
awal mulanya terdapat ± 43 ha, kini hanya tersisa ± 25 ha lahan sawah milik
warga. Pengurangan lahan kepemilikan pribadi pada Desa Pandak yang terjadi
dalam kurun waktu yang relative singkat ini dikarenakan adanya lokasi
pengembangan perumahan (Raffles) yang terletak di Desa Pandak. Menurut
narasumber, pada awalnya perumahan tersebut hanya meminta ijin membeli 10 ha
lahan sawah milik warga untuk dijadikan perumahan. Tetapi, seiring berjalannya
waktu semakin banyak petani pemilik lahan yang akhirnya menjual tanah mereka
karena posisi lahan mereka sudah diapit oleh lahan perumahan. Selain sudah
diapit oleh lahan perumahan, banyak petani yang apabila dalam keadaan susah
memilih jalan singkat menjual lahan kepada pengembang perumahan. Hingga saat
ini banyaknya petani pemilik berkurang hingga 50% dari sebelumnya.
Kebanyakan mantan petani pemilik lahan tersebut beralih profesi menjadi petani
penggarap ataupun bekerja serabutan dan menjadi buruh bangunan.
Mobilitas sosial pada Desa Pandak yang dilihat dari tingkat pendidikan
termasuk pada mobilitas sosial vertikal keatas. Karena Desa Pandak sendiri
memiliki beberapa kerjasama dengan beberapa universitas swasta sekitar
Purwokerto yang memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dan kurang mampu
yang ingin melanjutkan ke bangku kuliah.Selain itu, dari salah satu petani
penggarap yang bercerita bahwa mereka merupakan lulusan SMP (saat ini sudah
menikah) dan petani tersebut menginginkan anak tesebut mendapatkan pendidikan
lanjut ke SMA/K sekitar agar tingkat kesejahteran hidup anak mereka dapat lebih
baik dibandingkan petani tersebut. Selain itu dari data yang didapat di Desa

21

Pandak sendiri tingkat pendidikan cukup tinggi, yaitu terdapat 3 orang yang telah
mendapat gelar Doktor, dan minimal setiap tahun terdapat 20 remaja yang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal itu menandakan sebagian besar
warga Desa Pandak sudah mengenyam wajib belajar 9 tahun dan bebas B3B (buta
aksara dan angka, buta bahasa, dan buta ilmu pengetahuan dasar).
Dari segi kebudayaan,tradisi di Desa Pandak sudah tidak begitu
terlihat.Berdasarkan sumber yang kami wawancarai,dahulu di Desa Pandak
terdapat suatu perayaan yang diadakan setelah panen.Perayaan tersebut diadakan
sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panennya.Namun sekarang tradisi tersebut
sudah tidak ada lagi karena pengaruh perkembangan kebudayaan yang semakin
maju sehingga pola pikir mereka juga berubah lebih maju.
Tingkat urbanisasi Desa Pandak cukup rendah, hal ini terbukti dari
banyaknya warga setempat yang menetap di desa tersebut. Kebanyakan yang
terjadi adalah warga dari luar Desa Pandak yang masuk dan menetap di desa
tersebut.

D. ACARA IV MASUKNYA TEKONOLOGI BARU KE DESA
Teknologi adalah benda atau alat yang berdasarkan dari pemikiran dan
perbuatan untuk tercipta suatu nilai. Hidup kita sehari-sehari pun selalu tidak bisa
lepas dari peran teknologi. Apalagi teknologi untuk pertanian yang semakin
beragam dan semakin canggih. Teknologi baru pertama-tama masuk pada
masyarakat kota, kemudian secara perlahan-lahan masuk ke masyarakat desa.

22

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang hidup bersama,bercampur
dalam karena waktu yang lama dan sifatnya dinamis. Kedinamisan suatu
masyarakat dapat dilihat dari tingkat fleksibilitas dalam penyerapan unsur-unsur
yang positif dari luar. Unsur-unsur positif ini dapat berasal dari kota maupun dari
masyarakat lain yang lebih maju. Namun, pada umumnya unsur-unsur yang
mendominasi adalah unsur-unsur dari masyarakat kota. Ada proses masuk dan
keluarnya suatu unsur budaya antara masyarakat desa dengan kota, akan
memunculkan suatu pola hubungan desa-kota.
Cara-cara melaksanakan sesuatu hal untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan disebut teknologi. Untuk mengubah arah pandang dari tradisional ke
modern, telah terikat dalam kegiatan pertanian ke cara baru dengan tujuan yang
lebih baik. Hal ini memerlukan proses waktu yang relatif lama.
Desa Pandak terletak di perbatasan antara desa dan kota. Luas tanah yang
digunakan untuk pertanian kurang lebih sekitar 23 ha. Hal ini adalah akibat dari
alih fungsi lahan menjadi perumahan Raffless. Masyarakat pandak sebagin besar
bermata pencaharian sebagai petani.
Berbagai macam teknologi sudah masuk di desa Pandak dari komunikasi,
transportasi, jaringan internet dan pertanian.
a. Teknologi komunikasi masyarakat yang berkembang secara pesat adalah
telepon genggam atau sering disebut dengan handphone. Selain adanya
handphone di Kantor Desa juga terdapat telepon umum yang dapat digunakan
oleh warga yang membutuhkan atau lebih tepatnya kurang mampu.
b. Teknologi transportasi yang juga ikut berpartisipasi pada kemajuan desa
Pandak adalah seperti motor dan mobil angkutan umum. Hampir keseluruhan
tiap rumah yang ada di desa Pandak sudah memiliki motor sendiri, karena

23

bagi mereka dengan adanya motor mereka mudah untuk bepergian baik
dalam jarak yang dekat maupun jauh. Sedangkan untuk mobil angkutan
sendiri itu masih sangat jarang ditemui.
c. Teknologi jaringan internet (Informasi) ini adalah teknologi yang belum lama
ada di desa Pandak, kurang lebihnya baru berjalan satu tahun. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya warung internet di salah satu ruko milik warga.
Dengan adanya internet ini masyarakat akan lebih terbantu dalam
mendapatkan informasi-informasi baru baik dalam dunia pertanian maupun
hal-hal yang lain.
d. Sedangkan teknologi baru yang terpenting adalah teknologi pertanian seperti
faktor (fisik) dan penggunaan pupuk kimia dan teknis.Teknologi yang masuk
ke desa Pandak khususnya teknologi pertanian adalah traktor. Hal ini
dijelaskan oleh kepala desa Pandak. Pada tahun 2011 desa Pandak pernah
mendapatkan bantuan dari pemerintah alat traktor.
Proses transformasi teknologi pertanian yang terjadi di dalam masyarakat
desa di Indonesia secara umum dimulai sejak adanya “revolusi hijau” yang
diprogramkan pemerintah. Revolusi hijau adalah istilah yang biasa dipakai oleh
para ahli pertanian yang mengungkapkan adanya proses budidaya pertanian secara
intensif dengan tujuan untuk meningkatkan produk persatuan luas dan waktu
tertentu. Untuk mencapai tujuan tesebut maka para pelaku proses produksi
pertanian (petani) harus melakukan serangkaian tindakan-tindakan secara
sistematis dan terencana. Ada beberapa tahap proses transformasi teknologi
pertanian yang harus dilakukan petani menurut Prabowo (1988):
1. Tahap pengenalan, pada tahap ini petani baru mengetahui teknologi pertanian
yang belum pernah dicoba.

24

2. Tahap coba-coba, dengan melihat hasil yang diperoleh petani lainnya atau
hasil demonstrasipot (demplot) akan tergerak niat untuk mencoba
melakukannya.
3. Tahap pelaksanaan, proses diterimanya teknologi pertanian tersebut ke dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Teknologi pertanian seperti traktor merupakan adopsi dari masyarakat kota
(industri). Awalnya mesin traktor hanya dipakai oleh orang-orang yang
mempunyai sawah luas dan orang-orang yang memang mampu membelinya.
Namun, sekarang mesin traktor itu lebih efisien dibandingkan jika menggunakan
tenaga sapi atau manusia. Selain efisiensi waktu, penggarapan sawah dengan
mesin traktor juga lebih irit biaya dan serempak dalam penanamannya. Hal ini
menyebabkan mengapa para petani disana beralih ke penggunaan mesin traktor.
Pengenalan teknologi baru pada petani mengalami hambatan. Sebagian
petani di desa Pandak ada yang tidak memberikan respon positif terhadap
masuknya teknologi tersebut. Awalnya petani Pandak menerima teknologi baru
dalam kegiatan pertanian mereka. Beberapa petani tidak tertarik sama sekali
adanya mesin-mesin atau alat-alat pertanian baru yang dapat meningkatkan secara
dinamis dan terus menerus tanpa mengurangi efisiensi lingkungan alam. Namun
sampai sekarang teknologi baru pertanian yang digunakan hanya traktor.
Pemberian pupuk saja terhadap tanaman masih menggunakan cara tradisional,
yaitu dengan cara menabur terhadap padi. Pengambilan hasil panen pun masih
menggunakan cara tradisional yaitu gebyokan. Hal ini dikarenakan kekecewaan
mereka saat menggunakan teknologi baru pertanian, malah mengalami kerugian.
Produksi hasil panen semakin menurun karena banyak bulir padi yang pecah.
Sehingga mereka lebih memilih menggunakan alat tradisional, meskipun lama

25

prosesnya asalkan tidak mengalami kerugian. Selain itu alasan dari petani desa
Pandak tidak suka menggunakan teknologi baru karena salah satu bantuan dari
pemerintah yaitu mendapat bibit yang kadaluarsa. Hal ini bisa terjadi memang
karena dari pemerintah memberikan bantuan bibit lebih dari waktu pemakaiannya,
atau mungkin karena dari aparat desa yang mengundurkan pembagian ke petani.
Maka dari itu diperlukan pengawasan yang lebih dari Gapoktan terhadap aparat
desa.
Umur pindah bibit tanaman padi harus tepat untuk mengantisipasi
perkembangan akar yang secara umum berhenti pada umur 42 hari sesudah semai,
sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50
hari sesudah semai (Astri, 2007). Penanaman bibit muda memiliki beberapa
keunggulan, antara lain tanaman dapat tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan
cenderung lebih banyak dan perakaran bibit berumur kurang dari 15 hari lebih
cepat beradaptasi dan cepat pulih dari cekaman akibat dipindahkan dari
persemaian ke lahan pertanaman (BPTP Jambi, 2009). Secara umum sistem tanam
dan umur bibit pada tanaman padi sawah diketahui berpengaruh terhadap
pertumbuhan maupun hasil padi sawah ( Fita, 2013).

26

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

1.

Desa berhubungan dengan kota melalui berbagai jaringan, baik yang bersifat
material maupun non material yaitu masuknya ekonomi uang desa,
pemasaran hasil-hasil pertanian ke kota, masuknya barang konsumsi ke desa,
tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota, menyekolahkan anak-anaknya ke
kota, pembentukan organisasi modern ke desa, bertambahnya jaringan
komunikasi massa danmasuknya teknologi petanian ke desa.

27

2.

Kerja sama yang dilakukan oleh penduduk Desa Pandak dalam bidang
pertanian yaitu dengan cara membentuk kelompok tani yang beranggotakan
penduduk desa setempat.

3.

Masuknya teknologi baru di desa Pandak tidak serta merta diterima
melainkan masih dilakukan pengenalan terlebih dahulu kepada penduduk
desa tersebut. Teknologi yang masuk yaitu teknologi informasi dan teknologi,
transportasi dan pertanian.

B. SARAN

1. Mahasiswa harus lebih memahami maksud dan tujuan praktikum lapang
Sosiologi Pertanian agar dalam menyerap informasi yang ada baik secara
wawancara, quisioner, maupun pengamatan agar mendapat hasil yang
optimal serta pengalaman terjun di dalam masyarakat berguna untuk
menambah pengetahuan.
2. Perlu adanya kordinasi yang jelas dalam menentukan waktu praktikum
Sosiologi Pertanian dilaksanakan.

28

3. Perlunya pengenalan asisten kepada mahasiswa serta penjelasan mengenai
mekanisme penyusunan laporan praktikum Sosiologi Pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
Astri, D., Sugiyanti. 2007. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Pada
PadiSawah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Pengelolaan TanamanTerpadu
(PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jambi.
Cohen, B. C. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara.
Colhoum, D.1978. Social Science Man Age of Change. N. Y. Herper And Row
Publication.
Fita Anggraini, dkk.2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman Vol.
1 No.2.
Horton, Paul dkk. 1999. Sosiologi. Jakarta : PT Erlangga.
Murdiyatmoko, Janu. 2008. Sosiologi: Memahami
Masyarakat.Bandung: PT Grafindo Media Pratama.

dan

Mengkaji

Poplin, D. E. (1972). Communities A Survey of Theories and methods of
Research. New York: The Macmillan Company.

29

Prabowo.1988. Teknologi Pertanian.Sumatera
Universitas Sumatera Utara.

Utara:

Fakultas

Pertanian

Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Redfield.R., 1985.Masyarakat Petani dan Kebudayaan. CV Rajawali. Jakarta.
Scoot. J.C., 1983.Moral Ekonomi Petani. LP3ES. Jakarta.
Simanjutak. Payaman J., 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Soekanto, S. 1986. Sosiologi Suatu PengantarCV. Rajawali. Jakarta.
Soerjono, Soekanto. 2000. Sosiologi : Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Susanto, Astrid S. 1993. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta:
Binacipta.
Young, Kimball dan Raymond, W. Mack.1959. Sociology and Social Life. New
York: American Company.

30

LAMPIRAN
Gambar 1.0

31

Keterangan gambar 1.0 : Sedang wawancara dengan seorang petani
Gambar 2.0

Keterangan gambar 2.0 : Bersama kepala Desa Pandak

32