LOMBA KARYA TULIS ILMIAH DINAS KEHUTANAN

1

LOMBA KARYA TULIS DINAS KEHUTANAN
PROVINSI JAWA TIMUR
“OWEP (Organic Waste for Empowering People) Guna
Menanggulangi Krisis Pupuk di Indonesia serta Menjadikan
Masyarakat yang Mandiri”
Disusun oleh :
1. Syifa Najla Agdhiani
2. M. Farrad Nourredine Zidane D
3. M. Aviv Firdaus

SEKOLAH MENENGAH ATAS BRAWIJAYA SMART SCHOOL
MALANG

September, 2014

2

LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis yang berjudul “OWEP (Organic Waste for Empowering People) Guna

Menanggulangi Krisis Pupuk di Indonesia serta Menjadikan Masyarakat yang
Mandiri ” yang disusun oleh :

1. Syifa Najla Agdhiani
2. M. Farrad Nourredine Zidane D
3. M. Aviv Firdaus

Telah di setujui pada tanggal : 15 September 2014

Disetujui oleh :

Kepala SMA BSS

Pembina KIR

Drs. H. Moh. Saleh

Abdul Nurul Hadi, S.Pd

3


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “OWEP
(Organic Waste for Empowering People) Guna Menanggulangi Krisis Pupuk di
Indonesia serta Menjadikan Masyarakat yang Mandiri ” untuk mengikuti lomba
karya tulis yang diadakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
Penulisan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Moh. Saleh selaku kepala SMA Brawijaya Smart School
(BSS).
2. Bapak Abdul Nurul Hadi, selaku guru pembimbing atas bimbingan dan
petunjuknya, sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak dan Ibu serta saudara penulis tercinta telah memberikan dorongan,
semangat, kasih sayang, dan pengorbanannya.
4. Teman – teman dan warga SMA BSS yang sudah memberi support dan
semangat kepada kita selama ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan
karya tulis ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Penulis mohon maaf, apabila ada penuturan kata yang kurang tepat. Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

4

DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang........................................................................................ 6

Rumusan Masalah................................................................................... 7
Tujuan Penelitian..................................................................................... 8
Manfaat Penelitian.................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Pengertian Biofertilizer...........................................................................9
Pemberdayaan Masyarakat.................................................................... 10
Pengelolaan Sampah.............................................................................. 11
Krisis Pupuk di Indonesia...................................................................... 12

BAB III METODE PENULISAN
A.
B.
C.
D.

E.

Pengumpulan Data..................................................................................14
Pengolahan Data......................................................................................14
Metode Analisis.......................................................................................15
Penarikan Kesimpulan.............................................................................15
Perumusan Saran.....................................................................................16

5

BAB IV PEMBAHASAN
A. Mekanisme Kerja OWEP …………………………………………........17
B. Potensi OWEP..........................................................................................20

6

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 22
B. Penutup.................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 24

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. 25

7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelangkaan pupuk dan mahalnya pupuk masih menjadi masalah umum
yang dihadapi oleh para petani di Indonesia. Ketua Asosiasi Niaga Pupuk
Indonesia (ANPI) Johan menyatakan, saat ini impor pupuk di Indonesia mencapai
4-5 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan pupuk nasional yaitu sebanyak 12
juta ton per tahun, dan produksi pupuk urea 6,5 juta ton per tahun.
Selain itu untuk harga pupuk TSP impor adalah USD460/ton, kemudian
pupuk KCL di atas USD600/ton, dan DAP sekira USD600/ton. Angka tersebut
bisa dibilang fantastis jika dilihat dari kondisi Negara Indonesia,Indonesia
memiliki sumber daya alam yang melimpah, perlu diketahui bahwa sebagian besar
Petani masih kekurangan masalah financial yang dapat mengganggu kinerja para
Petani.Sehingga sumber daya yang ada di Indonesia masih belum mampu di
manfaatkan secara maksimal.
Jika Indonesia dapat mengelola sumberdaya alamnya dengan baik maka

Negara Indonesia tidak perlu bergantung dengan Negara lain. Indonesia perlu
berbenah diri dari ketergantungan Negara lain khususnya dalam hal mengimpor
pupuk. Salah satu solusinya adalah memfaatkan sampah organik.Adapun potensi
sampah organik untuk di jadikan pupuk didukung oleh statistik Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) yang mengungkapkan bahwasaat ini, Indonesia
merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan total
penduduk sebanyak 237 juta. Diperkirakan jumlah penduduk ini akan bertambah

8

menjadi 270 juta pada tahun 2025. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu,
diperkirakan akan dihasilkan sampah sebanyak 130.000 ton/hari.
Melihat Indonesia yang masih terhimpit krisis pupuk, serta kecenderungan
masyarakat yang enggan mengolah sampah organik padahal produksi sampah
organik di Indonesia sangat berpotensi untuk diolah menjadi pupuk organik maka
penulis terinsipirasi mengusulkan dibentuknya OWEP guna memberdayakan
masyarakat dengan mengolah sampah organik di lingkungan sekitar mereka guna
dijadikan pupuk organik untuk menanggulangi krisis pupuk di Indonesia.
Untuk pengembangan ide inovasi OWEP penulis mendapatkan inspirasi
yang berasal dari Kampung Biogas yang berada di Boyolali Jawa Tengah. Tujuan

pembangunan dari OWEP adalah untuk menangani krisis pupuk di Indonesia serta
memberdayakan masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri, sehat dan bersih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana

mekanisme

kerja

OWEP

sebagai

penanggulangan

permasalahan pupuk di Indonesia?
2. Bagaimana potensi OWEP sebagai penanggulangan permasalahan

pupuk di Indonesia?

9

C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah, adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari OWEP sebagai penanggulangan
permasalahan pupuk di Indonesia.
2. Untuk mengetahui potensi OWEP untuk di terapkan di Indonesia sebagai
penanggulangan permasalahan pupuk di Indonesia.

D. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat lebih mengetahui tentang cara pembuatan, pengaplikasian
pemanfaatan serta optimalisasi alat OWEP.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami dan menerapkan OWEP untuk mengatasi
permasalahan pupuk yang dialami oleh Indonesia.

3. Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat mengaplikasikan OWEP menjadi salah satu teknologi
alternatif penanggulangan masalah pupuk dan dapatmenerapkannya pada
petani Indonesia.

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Biofertilizer
1.

Pengertian
Biofertilizer (pupuk hayati) adalah suatu bahan yang berasal dari jasad hidup,

khususnya mikrobia, yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi suatu tanaman. Dalam hal ini yang dimaksud dengan berasal dari jasad
hidup adalah mengacu pada hasil proses mikrobilogis. Oleh karena itu istilah
pupuk hayati lebih tepat disebut sebagai inokulan mikrobia, seperti yang
dikemukakan oleh Rao (1982).Meskipun demikian istilah pupuk hayati sudah

lebih dikenal dan sebagai alternatif bagi pupuk kimia buatan (artificial chemical
fertilizer).
Pupuk hayati berbeda dari pupuk kimia buatan, misalnya urea, TSP dan lainlain, karena dalam pupuk hayati komponen utamanya adalah jasad hidup yang
pada umumnya diperoleh dari alam tanpa ada penambahan bahan kimia, kecuali
bahan kimia yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan jasad hidupnya
selama dalam penyimpanan.Dalam formulasi pupuk hayati, seringkali bahkan
tidak diperlukan bahan- bahan kimia buatan karena bahan-bahan tersebut dapat
diganti dengan bahan alami, misalnya gambut, kapur alam.Pupuk hayati
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia buatan karena bahanbahannya berasal dari alam sehingga tidak menimbulkan persoalan pencemaran
lingkungan seperti halnya dengan pupuk kimia buatan (Yuwono, 2006).
Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati

11

adalah mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman.Kelompok
mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari
udara, mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang
merangsang pertumbuhan tanaman.
Kelompok mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak
lama.Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga
yang bebas (tidak bersimbiosis). Contoh mikroba yang bersimbiosis dengan
tanaman antara lain adalah Rhizobium sp Sedangkan contoh mikroba penambat N
yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillium sp dan Azotobacter sp.Mikrobamikroba bahan aktif pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa, bisa dalam
bentuk cair atau padat. Pupuk hayati juga ada yang hanya terdiri dari satu atau
beberapa mikroba saja, tetapi ada juga yang mengklaim terdiri dari bermacammacam mikroba.Pupuk hayati ini yang kemudian diaplikasikan ke tanaman.

B. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut

Sumodiningrat

(1999),

bahwa

pemberdayaan

masyarakat

merupakanupaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
diharapkan masyarakat memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mengelola
sampah.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan
mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas
manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Penanganan sampah

12

yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahap memikirkan proses daur
ulang atau menggunakan ulang sampah tetapi penanganan sampah dilakukan
hanya mengangkutnya dari tempat sampah di permukiman kota dan
membuangnya ke tempat pembuangan sampah akhir. Cara seperti ini kurang bisa
mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi
sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukung alam sebagai
tempat pembuangan sampah.
Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat,
sedangkan di lain pihak kemampuan pengolahan sampah masih belum memadai.
Menurut Bappeda Kota Semarang (2008), timbulan sampah di Kota Semarang
sekitar 84,64% didominasi sampah yang berasal dari permukiman/rumah tangga.

C. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.Sampah merupakan
masalah yang umum terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Kehadiran sampah sebagai buangan dari
aktifitas domestik, komersil maupun industri tidak bisa dihindari, bahkan semakin
kompleks dan meningkat kuantitasnya sejalan dengan perkembangan ekonomi
dari waktu ke waktu. Yang menyedihkan, pemerintah belum mempunyai strategi
jitu yang bersifat massal dalam menyelesaikan permasalah sampah ini.Sampah

13

diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif
terhadap kegiatan perkotaan.
Adapun jenis-jenis sampah, antara lain:
-

Sampah organik, yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah, dan
sayuran.

-

Sampah anorganik, yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas,
logam, kaca, dan keramik.

Banyak sudah literatur yang mengupas masalah konsep pengelolaan sampah,
tidak terhitung sudah banyak ahli lingkungan yang mengerti tentang sampah di
Indonesia. Tetapi masalah sampah tidak pernah teratasi dengan tuntas. Pemerintah
belum berhasil menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sesuai standar dan
establish dalam praktek, artinya diterima secara massal dan tidak akan dirusak
oleh suksesi kepemerintahan. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi sistem
pengelolan sampah, antara lain:
1)

Kepadatan dan penyebaran penduduk.

2)

Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.

3)

Karakteristik sampah.

D. Krisis Pupuk di Indonesia
Krisis permasalahan yang dihadapi perpupukan Nasional saat ini semakin
serius, antara lain disebabkan oleh:
1.Terbatasnya pasokan gas sebagai bahan baku bagi industri pupuk.
2.Ketidakseimbangan antara kebutuhan real pupuk yang semakin meningkat,
sementara produksinya terbatas.

14

3.Sistem distribusi yang berdistorsi sehingga menyebabkan kelangkaan pupuk di
pasaran.
4.Mahalnya harga pupuk di pasaran yang berakibat para petani kesulitan untuk
membeli pupuk.

15

BAB III
METODE PENULISAN

A. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan analisis
didapatkan dari:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan sebagai landasan teori dan pijakan penulis dalam
menganalisis masalah yang dikaji. Studi pustaka didapatkan dari teori dan
pendapat para ahli baik dari buku, jurnal, skripsi maupun hasil penelitian.
2. Pengamatan fenomena
Hasil pengamatan terhadap fenomena yang terjadi digunakan sebagai titik
tolak terhadap pembahasan suatu masalah, dan mencari masalah mana yang paling
urgen sehingga layak untuk diangkat. Pengamatan ditujukan pada fenomena krisis
pupuk di Indonesia.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan berinteraksi dengan petani yang
ada di desa Merjosari di Malang, Jawa Timur.
B. Pengolahan Data
Langkah selanjutnya dalam penulisan karya tulis ini adalah dengan
mengolah dan menulis semua data yang diperoleh secara runtut dan sistematis.
Agar menjadi sebuah karya tulis yang bermutu, maka dilakukan beberapa kegiatan
yang bisa membantu tulisan semakin berkualitas, antara lain: diskusi dengan

16

beberapa narasumber, konsultasi dengan guru pembimbing, dan merevisi karya
tulis berdasarkan saran dan kritik dari guru pembimbing.
C. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif
analitik, yaitu menganalisis permasalahan yang ada dari hasil pengamatan atau
identifikasi dan studi kepustakaan tentang permasalahan serta hubungan antara
masalah tersebut yang didasarkan pada suatu teori atau konsep keilmuan yang
relevan. Penulis mencoba menganalisis masalah yang terjadi yaitu kenaikan harga
barang pokok di Indonesia karena harga pupuk yang mahal. Di samping itu,
kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani Indonesia. Berdasarkan kedua
fenomena tersebut, diperlukan solusi untuk mengatasinya, yakni dengan
merealisasikan proyek OWEP : Menanggulangi Krisis Pupuk di Indonesia serta
Menjadikan Masyarakat yang Mandiri.
D. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Penulis menarik kesimpulan
yang konsisten dengan analisis permasalahan. Kesimpulan yang diperoleh
disesuaikan dengan pembahasan dalam karya tulis. Adapun kesimpulan yang
diperoleh adalah pembuatan OWEP merupakan salah satu upaya untuk membuat
pupuk yang murah dan ramah lingkungan serta memberdayakan masyarakat
menuju masyarakat yang bersih, sehat dan mandiri.

17

E. Perumusan Saran
Berdasarkan

kesimpulan

yang

telah

diperoleh,

maka

Penulis

menyampaikan saran berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan. Penulis
menyarankan dan menrekomendasikan kepada seluruh komponen masyarakat
agar segera memanfaatkan proyek OWEP untuk membuat pupuk yang murah dan
ramah lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan serta menjadikan
masyarakat yang mandiri.

18
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Bagaimana mekanisme kerja OWEP sebagai penanggulangan permasalahan pupuk
di Indonesia
OWEP merupakan suatu sistem penyaluran sampai dengan sistem pengolahan sampah
organik masa kini menjadi pupuk organik yang murah dan dapat menekan permasalahan
utama petani saat ini yaitu terkait dengan mahalnya harga pupuk. OWEP menggunakan
sampah organik sebagai sumber bahan pembuatan pupuk mengingat masih banyaknya
permasalahan sampah yang ada di Indonesia.
OWEP mempunyai urutan sistem dari teknik pengumpulan sampah, pengolahan sampah,
sampai dengan penyaluran sampah.Pertama-pertama, Sampah organik akan dikumpulkan
oleh warga disetiap rumah di tempat yang dinamakan split rounding flow. Split rounding flow
mempunyai bentuk silinder yang mempunyai sistem kerja seperti toilet, yang dimana sampah
organik tersebut akan ditampung, jika sampah organik tersebut sudah penuh akan di tekan
tombol sehingga air dapat mendorong sampah menuju kapasiter utama melalui pipa
penghubung.

Gambar 4.1 SRF

19
Setibanya sampah di kapasiter utama, sampah akan langsung di alirkan menuju tempat
yang dinamakan butcher. Butcher berada di bagian bawah dari kapasiter utama sehingga
sampah tersebut dapat dialirkan dari kapasiter utama ke butcher melalui bidang miring.
Bagian butcheriniberfungsi sebagai penghancur sampah organik denganmenggunakan konsep
alat seperti blender, yaitu terdapat mata pisau yang dapat berputar searah jarum jam
(perputaran ke kanan) dan berada di setiap dinding Butcher tersebut (tengah samping kanankiri dan tengah bawah). Berikut Kapasiter Utama dan Butcherdapat digambarkan seperti
berikut

Gambar 4.2 Kapasiter Utama

Gambar 4.3 Butcher

Setelah sampah tersebut diolah menjadi pupuk organik cair, pupuk tersebut akan
diserap menggunakan pompa air tanah yang berada di dalam butcher. Pompa air tanah
tersebut digunakan sebagai media pemindah pupuk organik cair dengan cara diserap untuk
dipindahkan ke kapasiter sekunder yang berada di atas permukaan tanah.

20

Gambar 4.4 Kapasiter Sekunder
Sampah organik yang berada pada kapasiter sekunder (yang telah diserap oleh pompa
air tanah) akan diolah menjadi pupuk organik cair, yaitu sampah organik tersebut akan di
campur dengan produk bioaktivator atau gen dekomposer melalui perbandingan 70% sampah
organik 30% air, larutan gula dan produk bioaktivator. Produk bioaktivator antara lain
beberapa spesiesmikroorganisme pengurai materi organik yang telahdiisolasi dan dioptimasi,
dikemas

dalam

berbagai

bentukdan

terdapat

pada

keadaan

inaktif,

seperti

EffectiveMicroorganism (EM4) dan Biosca (Elmi et. al, 2012). Produk tersebut memiliki
fungsi untuk meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkanpenguraian materi organik,
dan dapat meningkatkankualitas produk akhir (Nuryani et.al, 2002).
Setelah melalui proses pengolahan, akan ada proses perfermentasian sampah organik
yang telah diolah menjadi pupuk organik cair. Pada saat proses perfermentasian tersebut,
kapasiter sekunder nantinya akandi isolasikan dan di hindarkan dari sinar matahari secara
langsung selama ± 20 hari dengan cara ditutup rapat (Faisal 2014). Penulis nantinya akan
mempunyaibeberapa buah wadah kapasiter sekunder sehingga dapat digunakan secara
bergantian selama proses perfermentasian pupuk berlangsung.
Setelah proses pembuatan pupuk organik cair yang berasal dari limbah

sampah

organik tersebut selesai, pupuk cair tersebut akan kita salurkan kepada para petani dengan

21
cara langsung menghubungkannya ke saluran air di setiap rumah warga. Selain itu, pupuk
yang berasal dari limbah sampahorganik ini juga dapat membuat lingkungan terlihat bersih
dan asri.
B. Bagaimana potensi OWEP sebagai penanggulangan permasalahan pupuk di
Indonesia
Peningkatan harga pupuk yang tinggi dan kurangnya perhatian dari pemerintah
merupakan acuan masalah pada petani Indonesia. Adapun impor pupuk di Indonesia
mencapai 4-5 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan pupuk nasional yaitu sebanyak 12 juta
ton per tahun, dan produksi pupuk urea 6,5 juta ton per tahun.
Selain itu untuk harga pupuk TSP impor adalah USD460/ton, kemudian pupuk KCL
di atas USD600/ton, dan DAP sekira USD600/ton. Padahal sampah organik di Indonesia
berpotensi untuk di jadikan pupuk. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Kementerian
Lingkungan Hidup ( KLH) yang menyatakan bahwa bahwa saat ini, Indonesia merupakan
negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan total penduduk sebanyak 237
juta. Diperkirakan jumlah penduduk ini akan bertambah menjadi 270 juta pada tahun 2025.
Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, diperkirakan akan dihasilkan sampah sebanyak
130.000 ton/hari.
Apabila sampah organik yang ada di rumah rumah warga ini di tingkatkan nilai guna
nya menjadi pupuk organik yang nanti nya akan di gunakan oleh petani, Indonesia tidak perlu
mengimpor pupuk organik dari luar negri, Sehingga sektor pertanian di Indonesia akan lebih
maju.
Jadi merupakan wujud nyata dari penanggulangan pupuk di Indonesia. Berbagai
solusi cerdas seperti subsidi harga pupuk, KUR (Kredit Usaha Rakyat), secara nyatabelum
mampu menyelesaikan masalah yang ada di dalam sektor pertanian. Dengan berbagai
pertimbangan yang telah diuraikan, maka Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan

22
kampung organik sebagai alat penghasil pupuk alternatif selain sebagai pupuk alternatif,
masyarakat mampu menjadi masyarakat yang mandiri.

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Mekanisme kerja kampung organik di bagi menjadi 2 bagian yaitu sampah organik dari
rumah rumah warga akan di kumpulkan selanjutnya sampah organik tersebut memiliki 2
rangkian proses untuk menjadi pupuk padat. adapun kotoran kotoran ternak di kampung
tersebut memiliki 2 rangkaian proses untuk di jadikan pupuk cair yang nanti nya akan di
salurkan ke petani sekitar.
2. Adapun kesimpulan dari pembangunan OWEP adalah untuk memberdayakan masyarakat
menjadi masyarakat yang mandiri, sehat dan bersih.
3. Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan kampung organik

sebagai alat

penghasil pupuk alternatif.

B. Saran
Upaya penerapan pembangunan OWEP ini perlu mendapatkan dukungan dari semua
pihak. Oleh karena itu, Penulis menyarankan:
1. Bagi Pembaca
Pembaca diharapkan dapat mempublikasikan kepada masyarakat tentang OWEP ini
sebagai alternatif dalam penggunaan pupuk di Indonesia.
2. Bagi Masyarakat

24
Masyarakat sebaiknya segera mengaplikasikan kampung organik ini mengingat jumlah
limbah organik yang terdapat di Indonesia berpotensi untuk di tingkatkan nilai guna nya
menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan dan murah bagi petani Indonesia.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan perhatian khusus terhadap petani di Indonesia dengan
membangun OWEP untuk mengoptimalkan pengembangan pupuk alternatif di Indonesia.

25
DAFTAR PUSTAKA
Sundari. Elmi, Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4.
http://fti.bunghatta.ac.id/files/downloads/Publikasi%20Dosen/Ellyta
%20Sari/sntk_topi_ellyta_sari_2.pdf (Diakses tanggal 07 Agustus 2014)
Prayoga. Elmi, Pengertian Sawah. http://imelprayoga.blogspot.com/2012/05/normal-0-falsefalse-false-in-x-none-ar.html (Diakses tanggal 07 Agustus 2014)
Nanang. Husni, Nasib Petani Tergantung Pupuk.
http://m.inilah.com/read/detail/14676/nasib-petani-tergantung-pupuk (Diakses
tanggal 07 Agustus 2014)
Kementrian Lingkungan Hidup, Hari Peduli Sampah 2014: Deklarasi Indonesia Bersih
Sampah 2020. http://www.menlh.go.id/hari-peduli-sampah-2014-indonesia-bersih2020/ (Diakses pada tanggal 07 Agustus 2014)
Ramadhany Marsetyo dkk, Pengaruh Penambahan Effective Microorganism Pada Limbah
Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair. Malang: Universitas
Brawijaya, 2013
Siti Umniyati dkk, 1999. Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif – 4
(Effective Microorganism -4). Laporan PPM UNY : Karya Alternatif Mahasiswa

26

I. IDENTITAS DIRI
1.

Nama Lengkap Siswa

: Syifa Najla Agdhiani

2.

Tempat/Tanggal Lahir
Siswa

: Bontang, 15 Juni 1998

3.

Jenis Kelamin Siswa

: Wanita

4.

Alamat Siswa

: Jl. Raya Candi VI Perumahan Sigura Hill D3
Malang, Jawa Timur

5.

Agama Siswa

: Islam

6.

NISN Siswa

: 9985513618

7.

Nama Orang Tua Siswa

: Ayah : Budi Suwarsono
Ibu : Agus Indrawati

7.

NIS Siswa

: 130070

8.

Sekolah

: SMA Brawijaya Smart School

9.

Alamat Sekolah

: Jl. Cipayung 10, Malang, Jawa Timur

10
.

Status Sekolah

: Swasta

11
.

Nomor Telepon Sekolah

: 0341- 584654

12
.

Nomor Telepon Siswa

: 082233683225

27

I. IDENTITAS DIRI
1.

Nama Lengkap Siswa

: Muhammad Farrad Nourredine Zidane
Djojodikusumo

2.

Tempat/Tanggal Lahir
Siswa

: Jakarta, 30 Agustus 1998

3.

Jenis Kelamin Siswa

: Pria

4.

Alamat Siswa

: Jl.Taman Siswa No.19 Malang, Jawa Timur

5.

Agama Siswa

: Islam

6.

NISN Siswa

: 9985410303

7.

Nama Orang Tua Siswa

: Ayah : Prima Herianto
Ibu : Eko Novieta Sari

7.

NIS Siswa

: 130093

8.

Sekolah

: SMA Brawijaya Smart School

9.

Alamat Sekolah

: Jl. Cipayung 10, Malang, Jawa Timur

10
.

Status Sekolah

: Swasta

11
.

Nomor Telepon Sekolah

: 0341- 584654

12
.

Nomor Telepon Siswa

: 087859935778

28

I. IDENTITAS DIRI
1.

Nama Lengkap Siswa

: Muhammad Aviv Firdaus

2.

Tempat/Tanggal Lahir
Siswa

: Malang, 15 April 1998

3.

Jenis Kelamin Siswa

: Pria

4.

Alamat Siswa

: Jl. Kenanga . No. 17 Malang, Jawa Timur

5.

Agama Siswa

: Islam

6.

NISN Siswa

: 9981407368

7.

Nama Orang Tua Siswa

: Ayah : Anas Basori
Ibu : Viva Finhar Insani Nirmala

7.

NIS Siswa

: 130061

8.

Sekolah

: SMA Brawijaya Smart School

9.

Alamat Sekolah

: Jl. Cipayung 10, Malang, Jawa Timur

10
.

Status Sekolah

: Swasta

11
.

Nomor Telepon Sekolah

: 0341- 584654

12
.

Nomor Telepon Siswa

: 082234030145