Apakah Mahasiswa perlu tahu tentang ISO

Apakah Mahasiswa perlu tahu tentang ISO dan SOP
Proses Pembelajaran?
Kunci sukses bisnis itu sederhana, yaitu memuaskan semua
stakeholders kita. Siapakah mereka?. Mereka adalah semua
pihak yang terlibat dalam bisnis, dimana peran mereka sangat
besar dalam mensukseskan bisnis. Kalau mereka tidak puas,
pasti akan berdampak terhadap bisnis selanjutnya.
Di dunia global banyak sekali terdapat berbagai macam
standar untuk menetapkan bahwa suatu produk itu dinyatakan
“layak”, baik itu produk barang maupun produk jasa. Salah
satu standar yang saat ini menjadi tolok ukur “layak-tidaknya”
nya suatu produk adalah apa yang dinamakan dengan standar
internasional ISO 9001.
Sistem manajemen mutu ISO 9001 setidaknya
menyediakan 5 parameter yang bisa digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan. Dua dari lima parameter tersebut
yang menjadi salah satu pembahasan dalam penelitian ini
adalah Fokus pelanggan. ISO 9001 mewajibkan perusahaan
untuk mencatat,menindaklanjuti, dan memonitor keluhan
pelanggan. Dengan begitu, perusahaan dapat dengan mudah
mengevaluasi kinerja perusahaannya dan memberikan

perbaikan yang memuaskan bagi pelanggan. Stake holders
pendidikan, yaitu mahasiswa perlu mengetahui tentang ISO
yang diterapkan di dalam kampusnya dan mengerti tentang
SOP dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu penjaminan
mutu Sekolah Tinggi
Pariwisata Trisakti setiap tahunnya mengadakan sosialisasi ISO dan SOP kepada Mahasiswa
yang diwakili oleh Organisasi Mahasiswa, apakah dalam sosialisasi yang kurun waktunya 1 jam,
mahasiswa mengerti dan memahami?, berikut secara singkat hasil angketnya dengan
menggunakan model evaluasi Kirkpatrick (2008). Dari total peserta 106 di bulan Januari 2017.
Model 4 Level Evaluasi Pelatihan yang dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick 2008)
yang sering dikenal dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s
evaluation model. Dalam model ini, evaluasi terhadap program training dibedakan dalam empat
Level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior, dan result. Setiap Level evaluasi memiliki
alatnya masing-masing, dan juga memiliki Level kesulitan yang berbeda dalam pelaksanakan.
Model evaluasi Kirkpatrick ini digunakan sebagai alat instrumen penelitian dalam acara
sosialisasi ISO 9001:2008 dan SOP di Keempat Level tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Level 1: Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
Evaluasi Level 1 relatif lebih mudah dilaksanakan. Salah satu alat yang umum digunakan
untuk mengevaluasi Level ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pendapat
peserta tentang aspek pelatihan tersebut di atas.

Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan ditujukan untuk mengukur kepuasan peserta
terhadap penyelenggaraan Pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan dapat
memuaskan dan memenuhi harapan peserta peserta sehingga mereka mempunyai motivasi dan
merasa nyaman untuk belajar.
Instrumen yang digunakan sebagai berikut :
a. Penjelasan tentang ISO berguna memahami Proses Belajar Mengajar

b. Isi SOP yang dijelaskan berhubungan dgn Proses Belajar Mengajar
c. SOP bermanfaat bagi Mahasiswa
d. Penjelasan tentang ISO dan SOP dapat dipahami dalam waktu singkat
Level 2: Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Konsep belajar menurut Kirkpatrick dapat didefinisikan sebagai peningkatan pengetahuan,
kenaikan ketrampilan dan perubahan sikap peserta setelah selesai mengikuti program pelatihan.
Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap,
perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan.
Mengevaluasi hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan
mengevaluasi reaksi. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan membandingkan hasil
pre test dengan post test, yang dapat berupa tes tertulis maupun tes praktikum (performance
test), sehingga jelas hasilnya. (Cox J:2012, dalam Bagyono: 2012)
Jika kemampuan peserta setelah mengikuti pelatihan meningkat secara signifikan, artinya

program secara aktual menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan dan dikatakan proses
pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran
Oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar perlu dibuat instrument untuk menjawah
pertanyaan satu atau lebih hal berikut: (Kirkpatrick, D.L: 2008). Instrumen yang digunakan
sebagai berikut :
a. Penjelasan tentang ISO menambah pengetahuan
b. Penjelasan tentang SOP merubah sikap saya menjadi lebih peduli dgn hak sebagai mahasiswa
c. Penjelasan tentang ISO dan SOP menyadarkan bahwa perlu adanya pengawasan dari
mahasiswa
Level 3: Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Subjek dan sasaran evaluasi perilaku ini berbeda dengan evaluasi pada Level 2. Penilaian
sikap difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi setelah peserta kembali ke tempat kerja.
Pada Level ini dapat juga dinilai bagaimana peserta dapat mentrasfer pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang diperoleh selama training untuk diimplementasikan di tempat kerjanya. Karena
yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi Level 3
ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan training.
Mengevaluasi outcomes lebih kompleks dan lebih sulit dari pada evaluasi pada Level 1 dan
2. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan
perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti
training, maupun dengan mengadakan survey dan atau wawancara dengan atasan maupun

bawahan peserta training setelah kembali ke tempat kerja. Apabila perilaku di tempat kerja tidak
menunjukkan perbaikan, kesalahan barangkali terletak pada penilaian kebutuhan pelatihan,
program pelatihan itu sendiri, atau lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kemungkinan lain
adalah isi pelatihan mungkin sudah tepat, tetapi kurang adanya penekanan pada transfer
pelatihan pada pekerjaan mereka (Jonatan. S:2012 dalam Bagyono:2012).
Instrumen yang digunakan sebagai berikut :
e. Penjelasan tentang SOP akan saya implementasikan
Level 4: Evaluasi Hasil (Result Evaluation)
Evaluasi hasil dalam Level 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi
karena peserta telah mengikuti suatu program. Evaluasi dilakukan terhadap perubahan kinerja

institusi, misalnya membandingkan kualitas dan kuantitas hasil kerja serta waktu proses kerja,
sebelum dan sesudah ada pelatihan.
Model ke empat ini tidak digunakan dalam penelitian ini, karena sosialisasi tidak
memungkinkan pemantauan terhadap perubahan kinerja pada unit kerja mengingat kemungkinan
ada beberapa para peserta yang belum mengetahui dan memahami penerapan ISO dan SOP di
kampus.
Pada level 1, evaluasi reaksi para peserta sosialisasi, dengan nilai mean 4.2 mereka dinyatakan
puas dengan penjelasan tentang ISO dan SOP. Untuk level 2, evaluasi belajar, dengan nilai mean
4.1 mereka dinyatakan telah memiliki sikap belajar terhadap apa yang mereka terima dari

penjelasan tentang ISO dan SOP, sedangkan pada level3, evaluasi perilaku dengan nilai mean 4.1
dinyatakan para peserta telah memiliki perilaku belajar. Antara level 1,2 dan 3 telah terlihat
konsistensi dari para peserta baik dalam menjawab maupun dalam sikap dan perilaku selama
menerima penjelasan dalam sosialisasi tersebut.
Sumber referensi :
Kirkpatrick. D.L. dan James.D.Krikpatrick 2008.Transfering Learning to Behaviour. San
Fransisco-California Barret-Koehler Publishers.Inc

Dokumen yang terkait

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1