Gambaran Gejala Penyakit Kulit Pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis; sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang
bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja
serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja (Suma’mur, 2014).
Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan
kerja yang tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya
gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.
Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
juta kasus setiap tahun. Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Propinsi

1
Universitas Sumatera Utara

2

di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (KEMENKES, 2014).
Penyakit kulit akibat kerja (Occupational Dermatosis) merupakan salah
satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja
terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari
seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di
tangan (Depkes, 2008). Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit
akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini
pada tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang
tinggi, dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan,
tangan dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga
sangat berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya (Suma’mur, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jelita Sirait (2004) yang berjudul
Gambaran Kelainan Kulit pada Pekerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional
Sukarame Medan mengatakan bahwa kelainan kulit yang ditemui pada penjual
ikan basah di pasar tradisional sukarame Medan yaitu gatal, perih, bersisik,
berwarna putih, dan kebas. Jamur yang ada pada jaringan kulit penjual ikan basah
adalah jamur kontaminan Kelas Deuteromycetes, yaitu Aspergillus sp dan
Paecylomyces.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Corry (2008) yang berjudul
Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008 menunjukkan bahwa gambaran
kelainan kulit yang terjadi pada nelayan yaitu terdapat warna merah pada kulit,

Universitas Sumatera Utara

3

dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit
binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan
dan wajah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati

(2010) mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada
nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan
Rembang menunjukkan bahwa terjadinya penyakit dermatitis pada nelayan
berhubungan secara signifikan dengan masa kerja, alat pelindung diri, riwayat
pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi.
Pemeliharaan hygiene personal sangat menentukan status kesehatan,
dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Salah satu upaya hygiene personal adalah merawat
kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh,
memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu.

Mengingat

kulit penting sebagai pelindung organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit.
Penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional. Di pasar
tradisional barang-barang yang dijual bervariasi, umumnya sebagian besar untuk
kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan barang
yang sama dijual dipasar modern. Pasar tradisional umumnya terkesan kumuh,
tak teratur, dan tak terawat.

Masyarakat Indonesia sebagian besar memanfaatkan pasar tradisional,
dimana penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional, artinya

Universitas Sumatera Utara

4

Indonesia termasuk ke dalam pengguna pasar tradisional dan berinteraksi dengan
masyarakat banyak dalam pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan
oleh kondisi lingkungan dan kondisi kerjanya.
Pasar tradisional Cemara berlokasi di Jalan Cemara Medan. Pasar ini
didirikan sejak tahun 1990 dengan luas 6.720 meter persegi. Terletak di sekitar
sungai Kera dan berdampingan dengan lokasi pelelangan ikan. Lapak pedagang
sebagian menempel di bibir sungai. Diruas jalan lintas terutama dibagian
jembatan, kedua sisi trotoarnya sudah dipadati pedagang kaki lima juga pembeli
dan pejalan kaki yang lalu lalang di sana (Mila, 2009).
Pasar tradisional ini memiliki penjual ikan basah sebanyak 48 orang yang
tergabung kedalam Koperasi Pasar Cemara Baru. Dari hasil survey awal yang
dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara, terlihat bahwa

sebagian besar pekerja pernah dan sedang mengalami gejala penyakit kulit yaitu,
gatal, perih, bersisik, dan kemerahan. Dilihat dari kondisi kerjanya, penjual ikan
basah merupakan pekerja yang potensial untuk terkena penyakit kulit, dimana
penjual ikan basah memulai pekerjaannya pada subuh hari kira-kira jam 2 pagi
hingga jam 10 siang. Dimulai dengan para penjual ikan basah menerima ikan yang
di antarkan dari Aceh kemudian memindahkannya ke wadah penampungan ikan
basah. Lalu penjual ikan menambahkan es ke dalam wadah penampungan ikan
basah. Setelah itu, ikan basah siap untuk dijual kepada pembeli. Penjual ikan
kontak dengan ikan basah dan rendaman ikan basah ketika ada pembeli yang
membeli ikan basah tersebut. Diperkirakan para penjual ikan basah bekerja 8 jam

Universitas Sumatera Utara

5

satu hari dengan kondisi tangan yang sering kontak dengan ikan basah dan air
rendaman ikan basah yang bersuhu dingin yang menyebabkan tangan penjual ikan
basah dalam keadaan basah dan lembab.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
gambaran penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional

Cemara Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimana gambaran gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan
basah di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah
di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik pada penjual ikan basah
2. Mengetahui keadaan hygiene personal pada penjual ikan basah.
3. Mengetahui gejala penyakit kulit yang mengenai penjual ikan basah di
Pasar Tradisional Cemara Medan.
1.4 Manfaat penelitian
1. Sebagai masukan bagi pekerja mengenai gambaran gejala penyakit kulit.
2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai
gejala penyakit kulit.

Universitas Sumatera Utara


6

3. Dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diperoleh saat kuliah dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya.
4. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara