Gambaran Gejala Penyakit Kulit Pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

(1)

(2)

(3)

Lampiran 3

KUESIONER

GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH

DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN TAHUN 2015

Petunjuk:

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan dan pendapat anda

I. DATA UMUM

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan : 4. Lama Kerja : 5. Masa Kerja : II. DATA KHUSUS

RIWAYAT PENYAKIT DAN RIWAYAT PEKERJAAN

1. Sebelum saudara bekerja sebagai penjual ikan basah apakah saudara pernah bekerja di tempat lain:

a. Ya Pernah, sebutkan bidang apa b. Tidak pernah

jika jawaban tidak pernah, lanjut ke no.3

2. Jika pernah, apakah anda pernah menderita penyakit kulit di tempat tersebut

a. Ya b. Tidak

3. Sejak bekerja di pasar tempat anda menjual ikan basah, apakah saudara menderita penyakit kulit:


(4)

4. Pernahkah saudara mendapatkan pengobatan serius (di Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter) atas penyakit kulit tersebut:

a. Ya b. Tidak

5. Apakah ketika tidak bekerja ( libur beberapa hari ) terlihat tanda-tanda gejala penyakit tersebut berkurang :

a. Ya b. Tidak

HYGIENE PERSONAL

6. Apakah Anda mencuci tangan setelah bekerja:

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda membersihkan sela-sela jari tangan?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah Anda mencuci tangan dengan air mengalir?


(5)

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

No. Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Terasa Gatal

Perih Ruam

Kemerahan

Berair Bersisik Benjolan-benjolan kecil


(6)

(7)

Lampiran 5

Master Data Penelitian

No Riwayat Penyakit Sebelumnya HP1 HP2 HP3 HP4 Umur Tingkat Pendidikan

Lama Kerja

Masa Kerja

1 1 1 1 1 45 SMA 8 22

2 1 1 1 1 30 SD 4 7

3 Perkebunan 1 1 1 1 31 SMA 6 7

4 1 1 1 1 30 SD 6 19

5 1 1 0 1 27 SMA 5 5

6 1 1 1 0 47 SMP 8 8

7 Panglong 1 0 0 0 35 SMP 8 7

8 1 0 0 0 31 SMA 6 2

9 1 1 0 1 39 SMA 7 5

10 1 0 0 0 50 SMA 8 15

11 1 1 0 1 65 SMP 8 48

12 Supir 1 0 1 1 37 SMA 8 2

13 Kuli Bangunan 1 0 0 0 39 SMP 8 1

14 1 0 0 0 42 SMP 8 5

15 1 1 1 1 40 SMP 8 20

16 1 1 1 0 60 SMA 8 25


(8)

18 1 0 0 1 39 SMA 8 4

19 TKI 1 1 1 1 38 SMA 8 3

20 Pekerja Rumah Makan 1 1 1 0 20 SMP 8 1

21 1 1 1 1 33 SMA 8 5

22 Kuli Bangunan 1 0 0 0 40 SMA 7 10

23 1 1 0 0 31 SMA 8 2

24 1 1 0 0 26 SMA 8 8

25 1 1 1 1 47 SMA 8 25

26 1 1 0 0 27 SMA 7 1

27 Supir 1 1 1 0 27 SMA 7 1

28 1 1 0 1 36 SMA 6 8

29 1 1 0 0 35 SMA 7 8

30 1 0 0 0 24 SMP 8 2

31 1 0 0 1 25 SMA 8 5

32 1 1 0 0 37 SMA 7 15

33 Supir 1 1 0 1 40 SMA 6 15

34 1 0 0 0 22 SMA 8 1

35 Kuli Bangunan 1 1 0 1 32 SMP 7 8

36 1 0 0 0 27 SMA 6 5

37 1 1 1 1 40 SMA 8 22

38 1 1 1 1 30 SD 4 7

39 Perkebunan 1 1 1 1 31 SMA 6 7

40 1 1 1 1 30 SD 6 19

41 1 1 0 1 27 SMA 5 5


(9)

43 1 1 0 0 40 SMP 7 20

44 1 1 0 1 47 SMA 8 25

45 1 1 1 1 35 SMP 7 15

46 Supir 1 1 0 0 27 SMA 8 2

47 Kuli Bangunan 1 1 1 1 26 SMA 8 8


(10)

Lampiran 6 Hasil Observasi No Responden Terasa Gatal Perih

Ruam

Kemerahan Berair Bersisik

Benjolan-benjolan kecil

1 

2

3 

4

5 

6

7 

8 

9 

10  

11 

12 

13 14 15 16 17 18

19  

20

21  

22   

23  

24   

25  

26 

27  

28

29 

30

31  

32 


(11)

34  

35 

36 

37 

38

39

40

41 

42

43  

44 

45

46 

47

48  


(12)

Lampiran 7

Output Hasil Penelitian

Frequencies

Notes

Output Created 05-Aug-2016 09:23:26

Comments

Input Data C:\Users\hp\Desktop\spss ARUM.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

48

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Umur

Pendidikan Lama_k Masa_k AdaKeluhan HP_Tot_k

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.015


(13)

Statistics

Umur Pendidikan

Lama Kerja (Jam)

Masa Kerja (Tahun)

N Valid 48 48 48 48

Missing 0 0 0 0

Statistics

Ada Keluhan

Tingkat Higiene Personal

N Valid 48 48

Missing 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 1 2.1 2.1 2.1

22 1 2.1 2.1 4.2

24 2 4.2 4.2 8.3

25 1 2.1 2.1 10.4

26 2 4.2 4.2 14.6


(14)

30 4 8.3 8.3 35.4

31 4 8.3 8.3 43.8

32 1 2.1 2.1 45.8

33 1 2.1 2.1 47.9

35 4 8.3 8.3 56.3

36 1 2.1 2.1 58.3

37 2 4.2 4.2 62.5

38 1 2.1 2.1 64.6

39 3 6.3 6.3 70.8

40 5 10.4 10.4 81.3

42 1 2.1 2.1 83.3

45 1 2.1 2.1 85.4

47 3 6.3 6.3 91.7

50 2 4.2 4.2 95.8

60 1 2.1 2.1 97.9

65 1 2.1 2.1 100.0


(15)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 8.3 8.3 8.3

SMP 12 25.0 25.0 33.3

SMA 32 66.7 66.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

Lama Kerja (Jam)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4 2 4.2 4.2 4.2

5 2 4.2 4.2 8.3

6 9 18.8 18.8 27.1

7 10 20.8 20.8 47.9

8 25 52.1 52.1 100.0


(16)

Masa Kerja (Tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 12.5 12.5 12.5

2 6 12.5 12.5 25.0

3 1 2.1 2.1 27.1

4 1 2.1 2.1 29.2

5 7 14.6 14.6 43.8

7 5 10.4 10.4 54.2

8 6 12.5 12.5 66.7

10 1 2.1 2.1 68.8

15 4 8.3 8.3 77.1

19 2 4.2 4.2 81.3

20 2 4.2 4.2 85.4

22 2 4.2 4.2 89.6

25 4 8.3 8.3 97.9

48 1 2.1 2.1 100.0


(17)

Ada Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 19 39.6 39.6 39.6

ada 29 60.4 60.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tingkat Higiene Personal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 100% 33 68.8 68.8 68.8

100% 15 31.3 31.3 100.0


(18)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Pendidikan * Ada Keluhan 48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Lama Kerja (Jam) * Ada Keluhan

48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Masa Kerja (Tahun) * Ada Keluhan

48 100.0% 0 .0% 48 100.0%

Umur * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Umur <28 4 9 13

28-35 8 6 14

>35 7 14 21


(19)

Pendidikan * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Pendidikan SD 4 0 4

SMP 8 4 12

SMA 7 25 32

Total 19 29 48

Lama Kerja (Jam) * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Lama Kerja (Jam) 1 9 14 23

2 10 15 25


(20)

Masa Kerja (Tahun) * Ada Keluhan Crosstabulation

Count

Ada Keluhan

tidak ada ada Total

Masa Kerja (Tahun) <3 5 8 13

3-15 10 14 24

>15 4 7 11


(21)

Lampiran 8

Dokumentasi

Gambar 1 Tangan Penjual Ikan Basah denga Gejala Penyakit Kulit


(22)

Gambar 3 Tangan Penjual Ikan Basah dengan Gejala Penyakit Kulit


(23)

(24)

46

Daftar Pustaka

Artikelsiana. 2014. Bagian-Bagian Lapisan Kulit dan Fungsinya. http://www.artikelsiana.com/2015/03/kulit-bagian-bagian-lapisan-kulit-fungsi-kulit.html. diakses 15 november 2015

Aisyah, Faddilatul. 2013. Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Pengupas Udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas SumateraUtara Cahyawati, I. Nur. 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis

Pada Nelayan Yang Bekerja Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjungsari Kecamatan Rembang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Corry, Dewi. 2008. Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan Djuanda, A. dan Wasitaatmadja, M Sjarif. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Keenam. Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates

Harrianto, R. 2013. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja di Dunia

Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja.

http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html. Diakses 04 Januari 2016

Kenerva, L., Diepgen, T.L., 2003. Occupational Skin Disease. In: Fritsch, P., Burgdorf, W. Skin Diseases in Europe. http://www.abw-verlag.com/sample.pdf. Diakses 17 november 2015

Lestari, Fatma dan Utomo, H Suryo. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Mila. 2009. Pasar Tradisional.


(25)

47

Peate, W.F., 2002. Occupational Skin Disease. Am. Fam Physician66(6): 1005-1033. Available from: http://www.aafp.org/afp/2002/0915/p1025.html. Diakses 17 November 2015

Rakhmawati, Y. 2014. Pentingnya Personal Hygiene.

http://www.kompasiana.com/yulianarakhmawati/pentingnya-personal-hygiene_54f94e87a3331176178b4b14. diakses 4 Desember 2015

Rizki, F. R. 2010. Pengertian Pasar Tradisional dan Modern. https://niaas8.wordpress.com/2010/05/13/pengertian-pasar-tradisional-dan-modern/. Diakses 13 Desember 2015

Roebidin, R. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatosis pada Pekerja Sentra Industri Tahu di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candi Sari Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang

Satuti, Hardian Retno. 2003. Proporsi Dermatosis Serta Gambaran Faktor - Faktor yang Berkaitan pada Pekerja Industri Batik. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang

Setiawan, Y. 2011. Gambaran Umum Pasar Tradisional.

http://yogas09.student.ipb.ac.id/?s=gambaran+pasar+tradisional. Diakses 13 Desember 2015

Sirait, Jelita. 2004. Gambaran Kelainan Kulit Pada Pekerja Ikan Basah Di Pasar Tradisional Sukarame Medan Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Edisi

Kedua. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Wibowo, D. 2008. Anatomi Tubuh Manusia. Cetakan Ketiga. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta


(26)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, untuk melihat gambaran gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Tradisional Cemara Medan dari bulan Oktober 2015 sampai Maret 2016. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah

1. Adanya gejala-gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan

2. Pasar tradisional pada lokasi penjual ikan basah merupakan tempat kerja yang potensial untuk timbulnya penyakit kulit

3. Penelitian tentang penyakit kulit akibat kerja belum pernah di lakukan di tempat ini

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh penjual ikan basah yang ada di Pasar Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara Baru berjumlah 48 orang.


(27)

27

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah penjual ikan basah yang ada di Pasar Tradisional Cemara Medan yang tergabung ke dalam Koperasi Pasar Cemara Baru berjumlah 48 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer. Tahapan yang dilalui untuk memperoleh data primer ini adalah :

1. Seluruh responden yaitu penjual ikan basah yang berjumlah 48 orang pekerja diberikan kuesioner untuk dijawab berisi pertanyaan tentang karakteristik responden, umur, pendidikan, lama kerja, masa kerja, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit kulit, serta hygiene personal.

2. Melalui observasi peneliti saat kuesioner disebarkan, melihat responden yang dijumpai ada gejala penyakit kulit.

3.5 Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan responden.

3. Lama kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat mulai bekerja hingga waktu pulang bekerja.

4. Masa Kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi penjual ikan basah sampai diadakan penelitian yang dihitung dalam tahunan.


(28)

28

5. Riwayat penyakit adalah riwayat penyakit kulit yang pernah dialami oleh penjual ikan basah.

6. Riwayat pekerjaan adalah pekerjaan responden sebelum menjadi penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.

7. Hygiene Personal adalah kebersihan perorangan pada penjual ikan basah yang meliputi :

a. Mencuci tangan setelah bekerja b. Membersihkan sela-sela jari c. Mencuci tangan dengan sabun d. Mencuci tangan dengan air mengalir

8. Gambaran gejala penyakit kulit yaitu gejala subyektif yang di rasakan pada pekerja penjual ikan basah, seperti gatal, perih, ruam kemerahan, berair, bersisik, dan ada benjolan-benjolan kecil.

3.6 Aspek Pengukuran

1. Hygiene Personal

Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada penjual ikan basah mengenai perilaku mencuci tangan. Observasi hygiene diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 4 pertanyaan, sehingga total skor 4. Setiap pertanyaan mempunyai nilai :

1. Ya (a) = 1 2. Tidak (b) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut, hygiene diklasifikasikan dalam 2 kategori :


(29)

29

a. Baik, apabila responden menjawab dengan skor = 4

b. Buruk, apabila responden menjawab pertanyaan dengan skor < 4 2. Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Gambaran gejala penyakit kulit diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ada, apabila dijumpai di kulit responden minimal satu gejala. b. Tidak ada, apabila tidak terdapat gejala pada kulit responden.

3.7 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh baik melalui kuesioner dan hasil pengukuran diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dijelaskan secara deskriptif.


(30)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Pasar Tradisional Cemara Medan

Pasar Tradisional Cemara Medan berdiri pada tahun 1990 yang masih berupa pasar dalam bentuk informal. Luas tanah Pasar Cemara Medan 6.720 meter persegi dan terletak di Jalan Cemara Kecamatan Medan Timur Kota Medan Sumatera Utara. Pasar Cemara menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga untuk sehari-hari seperti beras, ikan basah, daging, sayur-sayuran, buah-buahan bumbu dapur seperti cabai, bawang, tomat dan lain sebagainya.

Pasar mulai buka dari pukul dua pagi hingga pukul 12 siang, kecuali penjual ikan basah yang sudah banyak pulang pada jam 10 pagi. Lingkungan kerja penjual ikan basah di pasar cemara yaitu lantai yang becek disebabkan karena air rendaman ikan basah yang tumpah dan dibuang di atas lantai. Selain itu para penjual ikan basah juga mencuci tempat jualan ikan, wadah penampungan ikan dan mencuci tangan mereka tetap di tempat mereka berjualan ikan.


(31)

31

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi : umur, pendidikan, lama kerja dan masa kerja.

4.2.1 Umur Responden

Umur penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden Pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Usia (Tahun) F %

20 1 2.1

22 1 2.1

24 2 4.2

25 1 2.1

26 2 4.2

27 6 12.5

30 4 8.3

31 4 2.1

32 1 2.1

33 1 8.3

35 4 8.3

36 1 2.1

37 2 4.2

38 1 2.1

39 3 6.3

40 5 10.4

42 1 2.1

45 1 2.1

47 3 6.3

50 2 4.2

60 1 2.1

65 1 2.1

Total 48 100.0

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur penjual ikan basah paling banyak pada umur 27 tahun yaitu 6 orang (12,5%) dan yang paling sedikit pada


(32)

32

umur 20, 22, 25, 32, 33, 36, 38, 42, 45, 60, dan 65 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2.1%).

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pendidikan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Pendidikan F %

SD 4 8.3

SMP 12 25.0

SMA 32 66.7

Total 48 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tingkat pendidikan penjual ikan basah paling banyak tingkat SMA yaitu 32 orang (66.6%) dan yang paling sedikit tingkat SD yaitu 4 orang (8.3%).

4.2.3 Lama Kerja

Lama kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Lama kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Lama Kerja (Jam) F %

4 2 4.2

5 2 4.2

6 9 18.8

7 10 20.8

8 25 52.1


(33)

33

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama kerja penjual ikan basah dengan lama kerja paling banyak yaitu 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%) dan lama kerja paling sedikit 4 dan 5 jam sebanyak 2 orang (4.2%).

4.2.4 Masa Kerja

Masa kerja penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Masa Kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Masa Kerja (Tahun) F %

1 6 12.5

2 6 12.5

3 1 2.1

4 1 2.1

5 7 14.6

7 5 10.4

8 6 12.5

10 1 2.1

15 4 8.3

19 2 4.2

20 2 4.2

22 2 4.2

25 4 8.3

48 1 2.1

Total 48 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja penjual ikan basah dengan masa kerja paling banyak yaitu 5 tahun sebanyak 7 orang (14.6%) dan masa kerja paling sedikit yaitu 3, 4, 10 dan 48 tahun sebanyak 1 orang (2.1%).

4.3 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Penjual Ikan Basah

Riwayat pekerjaan di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :


(34)

34

Tabel 4.5 Distribusi Riwayat Pekerjaan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Pekerjaan Sebelumnya F %

Tidak Ada 34 70.8

Kuli Bangunan 4 8.3

Panglong 1 2.1

Pekerja Rumah Makan 1 2.1

Perkebunan 2 4.2

Serabutan 1 2.1

Supir 4 8.3

TKI 1 2.1

Total 48 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 34 orang (70.8%) tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. Riwayat pekerjaan sebelumnya paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat pekerjaan sebelumnya paling sedikit yaitu panglong, pekerja rumah makan, serabutan, dan TKI sebanyak 1 orang (2.1%).

Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan sebelum menjadi penjual ikan basah yang pernah mengalami gejala penyakit kulit saat mereka bekerja adalah kuli bangunan sebanyak 2 orang.

4.4 Hygiene Personal

Keadaan hygiene personal penjual ikan basah di pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(35)

35

Tabel 4.6 Distribusi Hygiene Personal Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Keterangan : 1 = Mencuci tangan setelah bekerja

2 = Membersihkan sela-sela jari

3 = Mencuci tangan dengan sabun

4 = Mencuci tangan dengan air mengalir

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%).

4.5 Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Gambaran gejala penyakit kulit di pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Gejala

Ya Tidak Total

F % F % F %

Terasa Gatal 18 37.5 30 62.5 48 100

Perih 7 14.6 41 85.4 48 100

Ruam Kemerahan 6 12.5 42 87.5 48 100

Berair 4 8.3 44 91.7 48 100

Bersisik 6 12.5 42 87.5 48 100

Benjolan - Benjolan Kecil 3 6.3 45 93.8 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa gejala penyakit kulit yang paling banyak dialami oleh penjual ikan basah yaitu terasa gatal dialami oleh

1 2 3 4 Higiene Personal

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Baik Buruk

F % F % F % F % F % F % F % F % F % F %

4 8

10 0 0 0

3 5 72. 9 1 3 27. 1 2 1 43. 8 2 7 56. 3 2 8 58. 3 2 0 41. 7 15 5 31.3 3 33 3 68. 8


(36)

36

sebanyak 18 orang (37.5%) dan gejala penyakit kulit yang paling sedikit dialami adalah benjolan-benjolan kecil dialami oleh 3 orang (6.3%).

Tabel 4.8 Distribusi Ada Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Gejala Penyakit Kulit F %

Ada 29 60.4

Tidak Ada 19 39.6

Total 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 29 orang (60.4%) memiliki gejala penyakit kulit dan 19 orang (39.6%) tidak memiliki gejala penyakit kulit.

4.6 Tabulasi Silang

Tabel 4.9 Gambaran Umur dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Umur (Tahun)

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

F % F % F %

<28 9 18.75 4 8.3 13 27

28-35 6 12.5 8 16.6 14 24.24

>35 14 29.15 7 14.7 21 48.76

Total 29 60.4 19 39.6 48 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang umurnya >35 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29.15%).


(37)

37

Tabel 4.10 Gambaran Pendidikan dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Pendidikan Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

F % F % F %

SD 0 0 4 8.3 4 8.3

SMP 4 8.3 8 16.7 12 25

SMA 25 52.1 7 14.6 32 66.7

Total 29 60.4 19 39.6 48 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang (52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%).

Tabel 4.11 Gambaran Lama Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Lama Kerja (Jam)

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

F % F % F %

4 0 0 2 4.2 2 4.2

5 2 4.2 0 0 2 4.2

6 5 10.4 4 8.3 9 18.7

7 7 14.6 3 6.3 10 20.9

8 15 31.2 10 20.8 25 52

Total 29 60.4 19 39.6 48 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit dengan lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2 %), dengan lama kerja 7 jam kerja sebanyak 7 orang (14,6%), dengan lama kerja 6 jam kerja sebanyak 5 orang (10,4%), dan dengan lama kerja 5 jam sebanyak 2 orang (4,2%).


(38)

38

Tabel 4.12 Gambaran Masa Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016

Masa Kerja (Tahun)

Gejala Penyakit Kulit Total

Ada Tidak

F % F % F %

<3 8 16.6 5 10.4 13 27.1

3-15 14 29.2 10 20.8 24 50

>15 7 14.6 4 8.3 11 22.9

Total 29 60.4 19 39.6 48 100

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit yang terbanyak adalah penjual ikan basah yang masa kerjanya 3-15 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29.2%).


(39)

39

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa riwayat pekerjaan penjual ikan basah sebanyak 34 orang (70.8%) tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya. Riwayat pekerjaan paling banyak yaitu kuli bangunan dan supir yaitu masing-masing sebanyak 4 orang (8.3%) dan riwayat pekerjaan paling sedikit adalah panglong, pekerja rumah makan, serabutan, dan TKI yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (2.1%).

Riwayat pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan sebagai penyebab timbulnya penyakit kulit. Hal ini memungkinkan penyakit kulit diderita bukan akibat pekerjaan yang dijalaninya sekarang, tetapi akibat pekerjaan sebelumnya. Penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara yang mengalami gejala penyakit kulit memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya di bidang industri bangunan (Kabulrachman, 2003).

Dari hasil kuesioner diketahui bahwa penjual ikan basah yang sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan sebagai kuli bangunan terdapat riwayat penyakit kulit sebanyak 2 orang. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kabulrachman (2003) yang menyatakan bahwa pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit kulit.


(40)

40

Pekerjaan basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur, misalnya monoliasis. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui jenis-jenis ikan yang mendatangkan gatal (Cinta Lestari, 2009). Melalui riwayat pekerjaan yang dilakukannya seseorang dapat mengetahui kemungkinan penyebab penyakit yang sedang dideritanya.

5.2 Hygiene Personal

Hygiene personal yang tidak baik merupakan media penyebab infeksi yang ditimbulkan oleh air. Dalam hal ini hygiene personal seperti mencuci tangan. Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan kepada penjual ikan basah, bahwa seluruhnya telah mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 48 orang (100%), membersihkan sela-sela jari sebanyak 35 orang (72.9%), mencuci tangan dengan sabun sebanyak 21 orang (43.8%), dan mencuci tangan dengan air mengalir sebanyak 28 orang (58.3%).

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang (31.3%) dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang (68.8%). Penilaian kategori hygiene personal pada penelitian ini dilihat dari indikator hygiene personal yaitu mencuci tangan setelah bekerja, membersihkan sela-sela jari, mencuci tangan dengan sabun, dan mencuci tangan dengan air mengalir. Dari keempat indikator tersebut, jika salah satu saja tidak terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa hygiene personal penjual ikan basah tersebut buruk.

Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah


(41)

41

mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).

5.3 Gambaran Gejala Penyakit Kulit

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penjual ikan basah mengalami gejala penyakit kulit yaitu sebanyak 29 orang (60.4%). Dengan gejala yang bervariasi yaitu terasa gatal, perih, ruam kemerahan, berair, bersisik, dan ada benjolan-benjolan kecil. Gejala yang paling banyak dialami penjual ikan basah yaitu terasa gatal sebanyak 18 orang (37.5%), perih sebanyak 7 orang (14.6%), ruam kemerahan dan bersisik sebanyak 6 orang (12.5%). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada umumnya penjual ikan basah akan mengalami gejala penyakit kulit seperti gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh keadaan ikan basah yang dijual kurang baik atau busuk.

5.4 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Umur Responden

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara gejala penyakit kulit dengan umur

diperoleh hasil yaitu pada usia ≤ 35 tahun sebanyak 15 orang memiliki gejala

penyakit kulit, sedangkan pada usia >35 tahun sebanyak 14 orang memiliki gejala penyakit kulit. Menurut Juanda (2011), faktor yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktor individu (misalnya: ras, usia, lokasi atopi, penyakit kulit lainnya) dan faktor lingkungan (misalnya: suhu dan kelembaban).


(42)

42

5.5 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 25 orang (52.1%) dan penjual ikan basah dengan tingkat pendidikan SMP yang memiliki gejala penyakit kulit sebanyak 4 orang (8.3%), serta penjual ikan basah dengan pendidikan SD tidak ada yang memiliki gejala penyakit kulit.

5.6 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Lama Kerja Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 didapatkan penjual ikan basah yang bekerja selama 8 jam sebanyak 25 orang (52.1%). Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.11, diketahui bahwa responden yang mengalami gejala penyakit kulit pada lama kerja 8 jam sebanyak 15 orang (31,2%). Hal ini disebabkan karena waktu kerja penjual ikan basah yang terlalu panjang mengakibatkan iritasi pada kulit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satuti pada pekerja industri batik yang mengatakan bahwa pekerja yang lama kerjanya >4 jam sehari lebih banyak terkena penyakit kulit daripada pekerja yang bekerja hanya 1-4 jam sehari.

5.7 Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Masa Kerja Responden

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.12 penjual ikan yang mengalami gejala penyakit kulit terbanyak yaitu pada kelompok masa kerja < 3 dan 3-15 tahun yaitu 8 orang (16.6%) dan 14 orang (29.2%), sedangkan pada kelompok masa kerja >15 tahun sebanyak 7orang (14.6%). Hal ini dimungkinkan bahwa para pekerja yang bekerja >15 tahun telah memiliki resistensi terhadap


(43)

43

bahan iritan maupun alergen, sehingga penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit pada kelompok ini cenderung sedikit ditemukan.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Lestari dan Utomo (2007), bahwa pekerja yang bekerja lebih lama dapat dimungkinkan lebih resistens terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itu pekerja yang bekerja lebih lama bekerja lebih sedikit yang mengalami dermatitis kontak.


(44)

44 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar tradisional Cemara Medan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penjual ikan basah yang berumur 27 tahun sebanyak 6 orang (12.5%). Tingkat pendidikan penjual ikan basah terbanyak pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (66.7%). Penjual ikan basah yang memilki lama kerja selama 8 jam sehari sebanyak 25 orang (52.1%). Penjual ikan basah yang memiliki masa kerja selama 5 tahun sebanyak 7 orang (14.6%).

2. Penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit sebanyak 29 orang dari 48 orang dimana gejala penyakit kulit terbanyak yaitu terasa gatal dan dialami oleh 18 orang, dan perih sebanyak 7 orang.

3. Penjual ikan basah yang memiliki hygiene personal yang baik sebanyak 15 orang dan yang memiliki hygiene personal yang buruk sebanyak 33 orang.

6.2 Saran

1. Kepada penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit diharapkan untuk memeriksakan diri ke puskesmas agar dapat mendapatkan pengobatan.

2. Kepada para penjual ikan basah diharapkan memeriksakan kesehatan apabila terdapat gejala penyakit pada kulit.


(45)

45

3. Penjual ikan basah lebih memperhatikan hygiene personal yaitu mencuci tangan yang benar dan menggunakan sabun.

4. Kepada penjual ikan basah diharapkan mengeringkan tangan setelah kontak dengan ikan basah.


(46)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit

2.1.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 meter persegi dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 2011).

2.1.2 Anatomi Kulit

Struktur Kulit terdiri struktur bagian-bagian lapisan anatomi kulit dengan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian kulit terbagi atas tiga bagian yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangan (dermis), dan jaringan ikat bawah. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa. Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang berupa keringat. Keringat tersusun dari air dan garam-garam mineral khususnya garam dapur (NaCl) yang merupakan hasil metabolisme protein.

Kulit terdiri atas 3 bagian dimana setiap bagian-bagian tersebut masing-masing lapisan tersusun dari beberapa lapisan yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri, yaitu:


(47)

8

2.1.2.1 Kulit Ari (Epidermis)

Kulit ari adalah bagian terluar yang sangat tipis Fungsi kulit ari (epidermis) adalah melindungi tubuh dari berbagai zat kimia yang terdapat diluar tubuh, melindungi tubuh dari sinar UV, melindungi tubuh dari bakteri . Kulit ari terdiri atas dua lapis. Lapisan-lapisan kulit ari (epidermis) dan fungsinya adalah sebagai berikut.

A. Lapisan Tanduk/Stratum korneum

Lapisan tanduk adalah lapisan kulit ari yang paling luar dan merupakan lapisan mati sehingga mudah mengelupas, tidak memiliki inti, dan mengandung zat keratin. Lapisan ini akan selalu baru, jika mengelupas tidak akan terasa sakit atau mengeluarkan darah karena tidak terdapat pembuluh darah dan saraf.

Ciri-Ciri Lapisan Tanduk :

1. Lapisan paling luar dan tersusun dari sel yang telah mati

2. Mudah terkelupas

3. Tidak memiliki pembuluh darah dan saraf sehingga tidak terasa sakit dan tidak mengeluarkan darah bila lapisan terkelupas

B. Lapisan Malpighi

Lapisan malpighi adalah kulit ari yang berada dibawah lapisan kulit tanduk. Lapisan Malpighi tersusun atas sel-sel hidup yang selalu membelah diri. Terdapat pembuluh kapiler, fungsi lapisan pembuluh kapiler adalah untuk penyampaian nutrisi. Sel-sel yang hidup mengandung melanin. Melanin adalah pigmen yang mewarnai kulit dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan dari sinar matahari. Pada produksi melanin akan bertambah, jika kita terlalu


(48)

9

banyak mendapatkan sinar matahari sehingga kulit akan berwarna gelap. Selain dari melanin, terdapat juga pigmen keratin. Jika pigmen keratin dan melanin bergabung maka warna kulit akan tampak kekuningan. Jika seseorang tidak memiliki pigmen, maka orang ini disebut albino. Setiap orang mempunyai pigmen yang tidak sama sehingga terdapat macam-macam warna kulit seperti kuning langsat, hitam, warna putih, dan sawo matang.

Ciri-Ciri Lapisan Malpighi :

1. Tersusun atas sel-sel hidup

2. Terdapat ujung saraf

3. Terdapat pigmen yang berguna dalam memberikan warna pada kulit dan melindungi kulit oleh sinar matahari.

Di Permukaan kulit ari (epidermis) terdapat pori-pori yang merupakan tempat kelenjar minyak dan yang ditumbuhi rambut, kecuali pada kulit ari (epidermis) yang terdapat di telapak tangan dan kaki tidak tumbuhi rambut. Kulit ari (epidermis) pada telapak tangan dan kaki terdapat empat lapisan. Lapisan-lapisan pada telapak tangan dan kaki adalah sebagai berikut.

1. Stratum Korneum adalah lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum, lapisan yang paling tebal di telapak kaki dan paling tipis pada dahi, pipi dan pelupuk mata

2. Stratum Granulosum adalah lapisan yang mengandung dua atau empat lapisan sel yang disatukan oleh desmodom. Sel-sel ini mengandung granula keratohialin yang memiliki pengaruh dalam pembentukan keratin pada lapisan atas epidermis.


(49)

10

3. Stratum Lusidum adalah lapisan yang mengandung dua sampai tiga lapisan sel yang tidak memiliki inti yang biasanya terdapat pada kulit yang tebal yaitu telapak tangan dan tumit kaki.

4. Stratum Germinalis adalah lapisan sel yang mengandung satu lapisan sel piral yang secara aktif yang membelah diri secara mitosis untuk menghasilkan sel-sel yang berpindah ke dalam lapisan-lapisan atas epidermis dan akhirnya ke permukaan kulit.

2.1.2.2 Kulit Jangat (Dermis)

Kulit jangat atau dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi dari membran basalis. Dermis atau lapisan jangat lebih tebal dari pada epidermis. Dermis mempunyai serabut yang elastik dengan memungkinkan kulit dapat merenggang pada saat orang tersebut bertambah gemuk, dan kulit dapat bergelambir disaat orang menjadi kurus.

Lapisan-Lapisan Dermis (Kulit Jangat) - Pada lapisan dalam dermis terdapat berbagai macam lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan dermis adalah sebagai berikut :

1. Pembuluh Kapiler, berfungsi untuk menghantarkan nutrisi/zat-zat makanan pada akar rambut dan sel kulit

2. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), tersebar diseluruh kulit dan berfungsi untuk menghasilkan keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit

3. Kelenjar Minyak (grandula sebaceae), berfungsi untuk menghasilkan minyak supaya kulit dan rambut tidak kering dan mengkerut


(50)

11

4. Kelenjar Rambut, memiliki akar dan batang rambut serta kelenjar minyak rambut. Pada saat dingin dan rasa takut, rambut yang ada di tubuh kita terasa berdiri. Hal ini disebabkan karena didekat akar rambut terdapat otot polos yang memiliki fungsi dalam menekakkan rambut.

5. Kumpulan saraf rasa nyeri, saraf panas, saraf rasa dingin dan saraf sentuhan.

2.1.2.3 Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hypodermis)

Jaringan ikat bawah kulit berada dibawah dermis. Jaringan ini tidak memiliki pembatas yang jelas dengan dermis, sebagai patokan dalam batasannya adalah mulainya terdapat sel lemak. Pada lapisan kulit ini banyak terdapat lemak. Fungsi lapisan lemak adalah untuk melindungi tubuh dari benturan, sebagai sumber energi cadangan dan menahan panas tubuh.


(51)

12

2.1.3 Fungsi Kulit

Secara umum kulit mempunyai fungsi. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Proteksi. Kulit berfungsi dalam menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik yang berada diluar tubuh. Seperti gesekan, tekanan, tarikan, dan zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Gangguan yang bersifat panas seperti sengatan UV, radiasi, gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur.

b. Fungsi Absorbsi. Kulit lebih mudah menyerap yang menguap dari pada benda cair atau padat, begitu pun yang larut seperti lemak.

c. Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna sebagai hasil dari metabolisme dalam tubuh yang berupa asam urat, NaCl, ammonia dan urea.

d. Fungsi Persepsi. Kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh badan-badan ruffini didermis dan subkutis

e. Fungsi Pengaturan suhu tubuh

f. Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosoit yang terletak pada lapisan basal dan sel yang berasal dari rigi saraf.

g. Fungsi Keratinisasi. Pada lapisan epidermis dewasa terdapat tiga lapisan yaitu lapisan melanosoit, keratinosit, dan sel langerhans.

2.2 Gejala dan Jenis Penyakit Kulit

Menurut Wibowo (2008) penyakit pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain yaitu iklim, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan


(52)

13

hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain. Adapun gejala penyakit kulit antara lain :

1. Gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari)

2. Muncul bintik-bintik merah (kemerahan, kehitaman, bercak keputihan, bentol-bentol, berair dan bengkak.

3. Timbul ruam-ruam, bersisik. 4. Kadang disertai demam.

Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah.

Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya sebagai berikut :

1. Tinea Manus Et Pedis

Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Harahap, M, 2000).


(53)

14

2. Tinea Versicolor

Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 2000).

3. Miliaria Rubra

Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra.

Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. (Harahap, M, 2000).


(54)

15

4. Tinea Ungurium

Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan.

5. Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali bersama-sama dengan Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 2000).

2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis memberikan kekuatan pada kulit yang sebagian besar karena kandungan kolagennya. Kemampuan epidermis untuk menahan air, merupakan masalah potensial karena permukaan yang berlekuk memudahkan penyerapan bahan yang mudah larut, dan ini merupakan jalan masuk banyak bahan-bahan kimia organik. Penyakit kulit dapat ditandai oleh lesi yang timbul dan tersebar, bercak kemerahan yang membentuk gambaran geografik berbatas tegas di daerah yang terkena serangan dari luar, dan iritasi tegas terbatas yang merupakan sisa wilayah cedera.


(55)

16

Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asam/basa kuat, pelarut lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik, misalnya akibat gesekan atau tekananpada kulit; fisik misalnya akibat lingkungan kerja yang terlalu panas; dan infeksi (Harrianto, 2013).

Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan, banyak penyebabnya antara lain agen sebagai penyebab penyakit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis.

Dermatosis akibat kerja adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Istilah lain untuk dermatosis akibat kerja adalah dermatosiss atau penyakit kulit yang timbul karena hubungan kerja. Penyakit tersebut timbul pada waktu tenaga kerja bekerja melakukan pekerjaan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja. Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan (infeksi), melainkan juga tumor atau alergi atau rangsangan fisik dan lainnya dapat menjadi penyebab penyakit tersebut. Jadi penamaannya yang benar bukan dermatitis akibat kerja, karena dermatitis akibat kerja hanya merupakan salah satu aspek saja dari dermatosis akibat kerja. Selain itu dapat pula dipergunakan istilah kelainan kulit akibat kerja. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terdapat 2 (dua) jenis kelompok penyakit kulit akibat kerja, yaitu: 1. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisis, kimiawi atau biologis, dan 2. Penyakit kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak


(56)

17

mineral, antrasen atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut

(Suma’mur, 2014).

Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical Assosiation (1939) adalah penyakit kulit dimana papara bahan-bahan pada tempat kerja merupakan penyebab utama timbulnya penyakit kulit.

Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan yang bersifat iritan atau alergen seperti: bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan penyakit kulit diukur dari kualitas kulit dan bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang memililki pola polimorfik, seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama (Kenerva dan Diepgen,2003).

Penyakit kulit akibat kerja berdampak pada seluruh pekerja di segala usia dengan variasi tempat kerja. Industri-industri yang pekerjanya memiliki resiko paling tinggi adalah manufaktur, produksi makanan, konstruksi, pengoperasian mesin dan barang, percetakan, tukang bengkel, pekerja kehutanan (Peate, 2002).


(57)

18

2.4 Faktor Penyebab Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Faktor fisis, yaitu tekanan, tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar elektromagnetis lainnya;

2. Bahan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan, yaitu daun, ranting, kayu, akar, umbi, bunga, getah, debu dan lainnya;

3. Mahluk hidup, yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, serangga, dan kutu dan sejenisnya serta hewan lain dan bahan yang berasal dari padanya;

4. Zat atau bahan kimia, yaitu asam dan garam zat kimia anorganis, persenyawaan kimia organis hidrokarbon, oli, ter, zat pewarna dan lainnya. Dari semua penyebab itu faktor kimiawi adalah yang terpenting, oleh karena zat dan bahan kimia banyak digunakan pada proses produksi dalam berbagai industri. Ada dua mekanisme zat atau bahan kimia menimbulkan dermatosis, yaitu, pertama, dengan jalan perangsangan primer (primary irritant), penyebabnya disebut iritan primer, dan, kedua, melalui sensitisasi dan penyebabnya disebut pemeka (sensitizer). Iritan primer mengadakan rangsangan kepada kulit, dengan jalan melarutkan lemak kulit, mengambil air dari lapisan kulit, mengoksidasi dan atau mereduksi susunan kimia kulit, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan akibatnya timbul dermatosis. Sensitisasi oleh zat kimia pemeka biasanya disebabkan oleh zat kimia organis dengan struktur molekul sedemikian rupa sehingga dapat bergabung dengan zat putih telur untuk membentuk antigen.


(58)

19

Faktor kimiawi sebagai penyebab dermatosis akibat kerja dapat berupa zat atau bahan kimia perangsang primer (iritan) atau pemeka (sensitizer). Perangsang primer adalah zat atau bahan kimia yang menimbulkan dermatosis oleh efeknya yang langsung kepada kulit normal di tempat terjadinya kontak zat atau bahan tersebut dengan kulit untuk kuantitas dan kadar zat atau bahan dimaksud yang cukup serta untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah zat atau bahan kimia yang tidak usah menimbulkan perubahan pada kulit ketika berlangsungnya kontak pertama dengan kulit, tetapi menyebabkan efek khas di kulit tempat terjadinya kontak maupun pada tempat lain setelah selang waktu 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama.

Faktor penyebab fisis-mekanis tekanan, tegangan atau gesekan menimbulkan dermatosis akibat kerja dengan terjadinya kerusakan langsung kepada kulit. Kerusakan demikian adalah kelainan sel atau jaringan kulit. Dermatosis akibat kerja yang berupa kanker kulit timbul melalui patogenesis (proses terjadinya sakit) penyakit kanker yaitu rangsangan kronis dan sifat karsinogenisitas suatu zat atau bahan kimia. Bakteri, virus, jamur, dll menyebabkan dermatosis akibat kerja melalui mekanisme peradangan (infeksi) yang tanda-tandanya meliputi warna merah di kulit (rubor), panas (color), sakit (dolor), dan kelainan fungsi (functio laesa). Infestasi parasit adalah hidup atau menembusnya parasit di kulit yang menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit.

2.5 Jenis-jenis Penyakit Kulit Kerja


(59)

20

a. Dermatitis kontak primer, adalah dermatologis akibat kerja yang paling sering ditemukan. Bentuknya mirip dengan kebanyakan dermatosis yang lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali.

b. Dermatitis kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dengan ekzema bukan akibat kerja.

c. Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnnya, tetapi terutama menyerang bagian yang kontak dengan agen.

d. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit yang dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja, yang sangat dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dala pekerjaan tersebut.

2.6 Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja

Menegakkan suatu diagnosa penyakit akibat kerja tidaklah mudah, dimana keadaan dermatosis sangatlah banyak, untuk itu haruslah diikuti cara diagnosa penyakit-penyakit akibat kerja pada umumnya. Haruslah tenang kapan dermatosis itu mulai, selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar penyakit tersebut berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menibulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah perangsanagan primer, ataukah pemekaan, pertanyaan ini dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Sangat penting

diketahui ialah “patch test” yang dapat memastikan adanya bahan yang bekerja sebagai pemeka terhadap si pekerja. Satu cara uji sederhana, apakah dermatosis itu akibat kerja atau tidak, ialah memberi cuti beberapa hari kepada penderita,


(60)

21

apabila penyakit it bersumber kepada pekerjaan, biasanya dengan cuti demikian dermatosis menjadi berkurang, bahkan mungkin menjadi baik sama sekali.

2.7 Pencegahan dan Pengobatan

Sebagaimana berlaku bagi penyakit akibat kerja pada umumnya, maka bagi dermatosis akibat kerja pun pencegahan merupakan upaya yang paling penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Benar bahwa terapi simptomatis cukup membantu, namun faedahnya hanya bersifat sementara dan tidak mungkin meraih kesembuhan sepenuhnya, maka dari itu satu-satunya upaya yang akan berhasil adalah meniadakan faktor penyebab dermatosis akibat kerja dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan menghilangkan seluruh risiko tenaga kerja kontak kulit dengan faktor penyebab yang bersangkutan. Penggunaan pakaian kerja dan alat pelindung diri adalah salah satu bentuk upaya preventif. Demikian pula adanya kepatuhan menjalankan prosedur kerja melalui pendidikan dan pelatihan juga merupakan suatu pendekatan yang baik. Memindahkan penderita dari pekerjaan dan lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulit yang bersangkutan merupakan upaya terakhir dan hal itu biasanya tidak mudah dilaksanakan dan seringkali menimbulkan problema lain.

Dermatosis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan masalah kebersihan perseorangan (higiene pribadi) dan sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri yang bersih dan lain-lain.


(61)

22

Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri yang memenuhi syarat higiene, keselamatan dan kesehatan, pembersihan debu, penerapan proses produksi yang tidak menimbulkan pencemaran udara dan juga permukaan, cara sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya.

Diagnosis dini sangat perlu dalam upaya penanggulangan dermatosis akibat kerja, sebab dengan melakukan diagnosis dermatosis akibat kerja seawal mungkin dapat dilaksanakan upaya preventif yang cepat dan tepat serta perlindungan kesehatan pada penderita dapat sesegera mungkin diselenggarakan

(Suma’mur, 2014).

2.8 Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Rizki,2013).

Menurut definisi lama ahli ekonomi, pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan pembeli (baik barang maupun jasa). Di dalamnya (pasar)


(62)

23

terdapat penjual dan pembeli yang melakukan suatu transaksi, yaitu suatu kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Suatu transaksi memiliki syarat yang semuanya harus dipenuhi, yaitu: (a) ada barang yang diperjual belikan, (b) ada pedagang dan pembeli, (c) ada kesepakatan harga barang dan (d) tidak ada paksaan dari pihak mana pun. Menurut tata cara transaksinya, pasar dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar dimana barang yang diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang diperjualbelikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka macam/jenis seperti beras, sayur, ikan, daging, dll, dan tidak spesifik. Kebanyakan, atau sebagian besar pasar tradisional secara keleluasaan distribusi dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu yang luas cakupannya adalah sempit.

Pasar tradisional dapat dikatakan merupakan pasar yang paling sederhana. Dalam pasar tradisional tidak terdapat peraturan yang ketat, hanya ada aturan antar pedagang saja. Hal tersebut yang menjadikan mudahnya para penjual masuk dan keluar pasar. Di dalam aturan pasar tradisional sangat memungkinkan beberapa pedagang berbeda menjual komoditas yang sama, misal sayur, ikan ataupun bahan-bahan dapur, karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pasar persaingan sempurna (Setiawan,2011).


(63)

24

2.9 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah

2.9.1 Riwayat Pekerjaan

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit pada keluarganya (Djuanda, 2011). Kelompok tertentu mempunyai resiko yang tinggi. Pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri banguna atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kabulrachman, 2003). Dermatitis akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan, pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dam pabrik plastik (Mansjoer, 2003).

2.9.2 Riwayat Penyakit

Menurut Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein , 2001 (dalam Cahyawati) diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik.

Timbulnya dermatitis kontak alergi di pengaruhi oleh riwayat penyakit kronis dan pemakaian topikal lama (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit yang terkait dengan kejadian dermatitis diantaranya disebabkan oleh karena alergi, obat, suhu, dan cuaca (Mulyaningsih, 2005).

2.9.3 Hygiene Personal

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan


(64)

25

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Saat seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena bila menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Rakhmawati, 2014). Hygiene personal merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya penyakit kulit. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari, 2007).

2.10 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

1. Karakteristik a. Umur b. Pendidikan c. Lama Kerja d. Masa Kerja e. Riwayat Pekerjaan f. Riwayat Penyakit

2. Hygiene Personal


(65)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis; sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan

kerja (Suma’mur, 2014).

Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Propinsi


(66)

2

di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (KEMENKES, 2014).

Penyakit kulit akibat kerja (Occupational Dermatosis) merupakan salah satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di tangan (Depkes, 2008). Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini pada tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang tinggi, dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan, tangan dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga

sangat berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya (Suma’mur, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jelita Sirait (2004) yang berjudul Gambaran Kelainan Kulit pada Pekerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Sukarame Medan mengatakan bahwa kelainan kulit yang ditemui pada penjual ikan basah di pasar tradisional sukarame Medan yaitu gatal, perih, bersisik, berwarna putih, dan kebas. Jamur yang ada pada jaringan kulit penjual ikan basah adalah jamur kontaminan Kelas Deuteromycetes, yaitu Aspergillus sp dan Paecylomyces.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Corry (2008) yang berjudul Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008 menunjukkan bahwa gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan yaitu terdapat warna merah pada kulit,


(67)

3

dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan dan wajah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati (2010) mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan Rembang menunjukkan bahwa terjadinya penyakit dermatitis pada nelayan berhubungan secara signifikan dengan masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi.

Pemeliharaan hygiene personal sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Salah satu upaya hygiene personal adalah merawat kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat kulit penting sebagai pelindung organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit.

Penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional. Di pasar tradisional barang-barang yang dijual bervariasi, umumnya sebagian besar untuk kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan barang yang sama dijual dipasar modern. Pasar tradisional umumnya terkesan kumuh, tak teratur, dan tak terawat.

Masyarakat Indonesia sebagian besar memanfaatkan pasar tradisional, dimana penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional, artinya


(68)

4

Indonesia termasuk ke dalam pengguna pasar tradisional dan berinteraksi dengan masyarakat banyak dalam pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan oleh kondisi lingkungan dan kondisi kerjanya.

Pasar tradisional Cemara berlokasi di Jalan Cemara Medan. Pasar ini didirikan sejak tahun 1990 dengan luas 6.720 meter persegi. Terletak di sekitar sungai Kera dan berdampingan dengan lokasi pelelangan ikan. Lapak pedagang sebagian menempel di bibir sungai. Diruas jalan lintas terutama dibagian jembatan, kedua sisi trotoarnya sudah dipadati pedagang kaki lima juga pembeli dan pejalan kaki yang lalu lalang di sana (Mila, 2009).

Pasar tradisional ini memiliki penjual ikan basah sebanyak 48 orang yang tergabung kedalam Koperasi Pasar Cemara Baru. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara, terlihat bahwa sebagian besar pekerja pernah dan sedang mengalami gejala penyakit kulit yaitu, gatal, perih, bersisik, dan kemerahan. Dilihat dari kondisi kerjanya, penjual ikan basah merupakan pekerja yang potensial untuk terkena penyakit kulit, dimana penjual ikan basah memulai pekerjaannya pada subuh hari kira-kira jam 2 pagi hingga jam 10 siang. Dimulai dengan para penjual ikan basah menerima ikan yang di antarkan dari Aceh kemudian memindahkannya ke wadah penampungan ikan basah. Lalu penjual ikan menambahkan es ke dalam wadah penampungan ikan basah. Setelah itu, ikan basah siap untuk dijual kepada pembeli. Penjual ikan kontak dengan ikan basah dan rendaman ikan basah ketika ada pembeli yang membeli ikan basah tersebut. Diperkirakan para penjual ikan basah bekerja 8 jam


(69)

5

satu hari dengan kondisi tangan yang sering kontak dengan ikan basah dan air rendaman ikan basah yang bersuhu dingin yang menyebabkan tangan penjual ikan basah dalam keadaan basah dan lembab.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pada penjual ikan basah

2. Mengetahui keadaan hygiene personal pada penjual ikan basah.

3. Mengetahui gejala penyakit kulit yang mengenai penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan.

1.4 Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan bagi pekerja mengenai gambaran gejala penyakit kulit. 2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai


(70)

6

3. Dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diperoleh saat kuliah dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya.


(71)

iii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan untuk mengetahui gambaran gejala penyakit kulit pada penjual ikan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini sebanyak 48 orang dan sampel dilakukan secara total sampling sebanyak 48 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari seluruh responden yang diberikan kuesioner untuk dijawab berisi pertanyaan tentang karakteristik responden, umur, pendidikan, lama kerja, masa kerja, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit kulit, serta hygiene personal. Data kuesioner di observasi untuk mengetahui adanya gejala penyakit kulit pada responden.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa usia penjual ikan terbanyak 27 tahun sebanyak 6 orang (12,5%) dengan pendidikan terbanyak tingkat SMA sebanyak 32 orang (66,6%) lama kerja terbanyak yaitu 8 jam sebanyak 25 orang (52,1%) masa kerja terbanyak 5 tahun yaitu sebanyak 7 orang (14,6%)

Berdasarkan riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit penjual, riwayat pekerjaan sebelumnya terbanyak yaitu kuli bangunan dan supir sebanyak 4 orang (8,3%) hygiene personal terbanyak yaitu baik sebanyak 15 orang (31,3%) dan gejala penyakit kulit yang paling banyak yaitu terasa gatal sebanyak 18 orang (37,5%)

Penjual ikan basah dengan gejala penyakit kulit terbanyak adalah penjual ikan dengan umur terbanyak 36-65 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29,2%) diikuti dengan tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit terbanyak yaitu 25 orang (52,1%) lama kerja dengan 8 jam kerja terbanyak yang memliki gejala penyakit kulit yaitu sebanyak 15 orang (31,2%) dan masa kerja yang memiliki gejala penyakit kulit terbanyak yaitu 3-15 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29,2%)

Disarankan penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit untuk memeriksakan diri ke puskesma agar mendapatkan pengobatan dan memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan berbahan karet serta memperhatikan hygiene personal.


(72)

iv

ABSTRACT

This research has been done on the fishmonger in Pasar Tradisional Cemara Medan to know the description about the symptoms of skin diseases on fishmonger.

This research was descriptive research. The population in this research was 48 fishmonger and the samples were made in total sampling as many as 48 fishmonger.

The data collection was done by using the data obtained from all respondents were given a questionnaire to be answered, containing questions

about respondent’s characteristics, age, qualification, length of working, years of

working, employment history, skin disease history, and personal hygiene. The researcher make an observations on the questionnaire data to determined the presence the symptoms of skin disease on respondents.

Based on the frequency distribution shows that the age of the fishmonger at most 27 years old were 6 people (12,5%), with the most qualification at the high school level were 32 people (66,6%), with 8 hours on length of working were 25 people (52,1%), with 5 years of working were 7 people (14,6%).

Based on employment history and disease history, the most employment history before as construction worker and driver were 4 people (8,3%), the most personal hygiene were 15 people (31,3%), and the most symptoms of skin disease that was itchy as 18 people (37,5%).

The fishmonger with the symptoms of skin disease were most fishmonger with 36-65 years old were 14 people (29,2%) followed by the fishmonger qualification in high school level with the symptoms of skin disease were 25 people (52,1%), the most fishmonger works with 8 hours length of working with the symptoms of skin disease were 15 people (31,2%), and the fishmonger with 3-15 years of working with the symptoms of skin disease were 14 people (29,2%).

It’s recommended that the fishmonger with the symptoms of skin disease to

immediately went to the public health centre in order to receive treatment and suggested to wear personal protective equipment such as rubber gloves and pay attention on personal hygiene.


(73)

GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH :

FAHRUNNISA HARININGRUM HARAHAP NIM. 111000143

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(74)

GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

FAHRUNNISA HARININGRUM HARAHAP NIM. 111000143

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(75)

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN GEJALA PENYAKIT KULIT PADA TANGAN PENJUAL IKAN BASAH DI PASAR TRADISIONAL CEMARA MEDAN TAHUN 2016” ini beserta

seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(76)

(77)

iii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan untuk mengetahui gambaran gejala penyakit kulit pada penjual ikan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini sebanyak 48 orang dan sampel dilakukan secara total sampling sebanyak 48 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari seluruh responden yang diberikan kuesioner untuk dijawab berisi pertanyaan tentang karakteristik responden, umur, pendidikan, lama kerja, masa kerja, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit kulit, serta hygiene personal. Data kuesioner di observasi untuk mengetahui adanya gejala penyakit kulit pada responden.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa usia penjual ikan terbanyak 27 tahun sebanyak 6 orang (12,5%) dengan pendidikan terbanyak tingkat SMA sebanyak 32 orang (66,6%) lama kerja terbanyak yaitu 8 jam sebanyak 25 orang (52,1%) masa kerja terbanyak 5 tahun yaitu sebanyak 7 orang (14,6%)

Berdasarkan riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit penjual, riwayat pekerjaan sebelumnya terbanyak yaitu kuli bangunan dan supir sebanyak 4 orang (8,3%) hygiene personal terbanyak yaitu baik sebanyak 15 orang (31,3%) dan gejala penyakit kulit yang paling banyak yaitu terasa gatal sebanyak 18 orang (37,5%)

Penjual ikan basah dengan gejala penyakit kulit terbanyak adalah penjual ikan dengan umur terbanyak 36-65 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29,2%) diikuti dengan tingkat pendidikan SMA yang memiliki gejala penyakit kulit terbanyak yaitu 25 orang (52,1%) lama kerja dengan 8 jam kerja terbanyak yang memliki gejala penyakit kulit yaitu sebanyak 15 orang (31,2%) dan masa kerja yang memiliki gejala penyakit kulit terbanyak yaitu 3-15 tahun yaitu sebanyak 14 orang (29,2%)

Disarankan penjual ikan basah yang mengalami gejala penyakit kulit untuk memeriksakan diri ke puskesma agar mendapatkan pengobatan dan memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan berbahan karet serta memperhatikan hygiene personal.


(1)

2.9.1 Riwayat Pekerjaan ... 24

2.9.2 Riwayat Penyakit ... 24

2.9.3 Hygiene Personal ... 24

2.10 Kerangka Konsep ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi …… ... 26

3.3.2 Sampel ……. ... 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.5 Definisi Operasional... 27

3.6 Aspek Pengukuran………. 28

3.7 Teknik Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Pasar Tradisional Cemara Medan... 30

4.2 Karakteristik Responden……… 31

4.2.1 Umur Responden……….. ... 31

4.2.2 Pendidikan ……….. ... 32

4.2.3 Lama Kerja……… ... 32

4.2.4 Masa Kerja……….. ... 33

4.3 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Penjual Ikan Basah … 33

4.4 Hygiene Personal... 34

4.5 Gambaran Gejala Penyakit Kulit... 35

4.6 Tabulasi Silang……… ... 36

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Riwayat Pekerjaan dan Riwayat Penyakit Kulit ... 39

5.2 Hyigiene Personal………... 40

5.3 Gambaran Gejala Penyakit Kulit………... 41

5.4 Gambaran Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Umur Responden … ... 41

5.5 Gambaran Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Pendidikan Responden…… ... 42

5.6 Gambaran Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Lama Kerja Responden…… ... 42

5.7 Gambaran Gejala Penyakit Kulit Berdasarkan Masa Kerja Responden…… ... 42


(2)

BAB IV PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 44 6.2 Saran……… ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12

Distribusi Umur Responden Pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016………… Distribusi Pendidikan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……….. Distribusi Lama kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……….. Distribusi Masa Kerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……….. Distribusi Riwayat Pekerjaan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……….. Distribusi Hygiene Personal Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……….. Distribusi Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……… Distribusi Ada Gejala Penyakit Kulit pada Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016… Gambaran Umur dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……… Gambaran Pendidikan dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……… Gambaran Lama Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016……… Gambaran Masa Kerja dengan Gejala Penyakit Kulit pada Tangan Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Cemara Medan Tahun 2016………

31 32 32 33 34 35 35 36 36 37 37 38


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar 4.1

Kerangka Konsep ... Lokasi Pasar Tradisional Cemara Medan ...

25 30


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8.

Surat Izin Melakukan Penelitian Surat Keterangan Selesai Penelitian Kuesioner

Lembar Observasi Master Data Penelitian Hasil Observasi

Output Hasil Penelitian Dokumentasi


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fahrunnisa Hariningrum Harahap TempatLahir : Padang Sidempuan

TanggalLahir : 12 Agustus 1993 SukuBangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Mahal Harahap SukuBangsa Ayah : Batak

NamaIbu : Nursaniah SukuBangsaIbu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamattahun : SDN 064015 Medan/2005

2. SLTP/Tamattahun : SMP Swasta Pertiwi Medan/2008 3. SLTA/Tamattahun : SMA N 18 Medan/2011