Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tempat-Tempat Umum
Menurut Kepmenkes Nomor 288 tahun 2003, Sarana dan bangunan umum

merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk
melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan
kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan
produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan
memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan
masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan.
Menurut Departemen kesehatan RI tempat-tempat umum adalah tempat
kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta,
perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat dan
kegiatan tetap serta memiliki fasilitas.

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna

Universitas Sumatera Utara

melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2007).
Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat
ibadah, tempat rekreasi, kolam renang (termasuk pemandian umum), terminal,
pelabuhan, bandar udara, salon, pusat perbelanjaan dan sejenisnya (Abdullah,
2012).
Menurut Budiman (2006), Tempat-tempat umum meliputi hotel, terminal
angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon
kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung
pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain.
2.2

Pasar

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari

satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Perpres RI 112, 2007)
Menurut Adhyzal (dalam Zafirah 2011) pasar dalam arti yang sempit
adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli dan jasa. Dalam pengertian secara luas pasar diartikan sebagai tempat
bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan
pembeli yang menggunakan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu.
Menurut Arifin (2009) “pengertian pasar adalah suatu tempat tertentu,
bertemunya antara penjual dengan pembeli termasuk fasilitasnya dimana penjual
dapat memperagakan barang dagangannya dengan membayar retribusi”.

Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Klasifikasi Pasar
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga
pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual
dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk
melakukan


transaksi

jual

beli

(tawarmenawar).

Barang-barang

yang

diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di
tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan
swalayan, selain itu ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang.
Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani
jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003).
Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai
bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen

pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan
ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).
2.2.1.1 Berdasarkan Manajemen Pengelolaan
a.

Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah,

swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk
toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari
masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta,


dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual
barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal
usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi
pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap
barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping
centre.
2.2.1.2 Berdasarkan Manajemen Pelayanan.
a.

Pasar Swalayan (Supermarket)
Pasar swalayan (supermarket) adalah pasar yang menyediakan barang-

barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan
melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual
barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging,
perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.
b.

Pertokoan (Shopping Centre)
Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-


deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah
khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan
pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.
c.

Mall/Plaza/Supermall
Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih

besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi,
ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
2.2.1.3 Berdasarkan Jumlah Barang yang Dijual
a.

Pasar Eceran
Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual


barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima,
pedagang asongan, dan sebagainya.
b.

Pasar Grosir
Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual

barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan
lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang
eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).
2.3

Sanitasi
Sanitasi menurut WHO, ialah suatu usaha untuk mengawasi beberapa

faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap halhal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup.
Menurut Budiman (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan
lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk

mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi
kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif
di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup
masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya
jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit (Depkes, 2014).
2.3.1 Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi
kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga
kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan
problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum merupakan
tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang
dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat

menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan,
minuman, udara dan air, dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus
memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tempat-tempat umum harus
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1.

Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum boleh
keluar masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa
membayar.

2.

Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu
dimana masyarakat melakukan aktivitas tertentu.

Universitas Sumatera Utara

3.


Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung
tempat-tempat umum tersebut.

4.

Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai
dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak
diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat
layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat
umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional
atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut,
panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah,
objek wisata, dan lain-lain (Febriyanti, 2011).
2.4

Sanitasi Pasar

Syarat-syarat sanitasi pasar yakni sebagai berikut:

1.

Air bersih
a. Air bersih selalu tersedia dalam jumlah yang cukup (minimal 40 liter per
pedagang),
b. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan, sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Pasal 1 bahwa air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak,
c. Jarak sumber air bersih dengan septick tank minimal 10 meter,

Universitas Sumatera Utara

d. Pengujian kualitas air bersih dilakukan 6 bulan sekali.
2. Kamar mandi dan toilet
a. Harus tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan, yang
dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
No Jumlah Pedagang

Jumlah Kamar Mandi

Jumlah Toilet

1

1-25

1

1

2

26-50

2

2

3

51-100

3

3

Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi atau
satu toilet
Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008
b. Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik,
c. Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,
d. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun,
e. Tersedia tempat sampah yang tertutup,
f. Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan,
g. Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan
pangan,
h. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai,

Universitas Sumatera Utara

i. Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan
cukup
3. Pengolahan sampah
a. Setiap kios/lorong/los tersedia tempat sampah basah dan kering,
b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat,
kuat tertutup dan mudah dibersihkan,
c. Tersedia alat pengangkut sampah yang kuat dan mudah dibersihkan,
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang kuat, kedap
air, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau,
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang penular penyakit,
f. TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari
bangunan pasar
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam
h. Ketetapan besaran timbulan sampah untuk pasar yakni 2,5 – 3.0 L per
pedagang atau petugas / hari ditiap los dan kiosnya
4. Drainase
a. Tertutup dengan kisi-kisi, terbuat dari logam dan mudah dibersihkan,
b. Limbah cair mengalir lancar dan harus memenuhi baku mutu,
c. Tidak ada bangunan di atas saluran,
d. Pengujian kualitas limbah cair berkala setiap 6 bulan sekali.
5. Tempat cuci tangan
a. Lokasi mudah dijangkau,
b. Dilengkapi sabun dan tersedia air mengalir,

Universitas Sumatera Utara

c. Limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup
6. Vektor penyakit
a. Los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa,
dan tikus,
b. Angka kepadatan tikus nol,
c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran,
d. Angka kepadatan lalat maksimal 30 per gril net di tempat sampah dan
drainase,
e. Container Indeks (CI) jentik nyamuk Aedes aegypti tidak melebihi 5%.
Container Indeks adalah salah satu indeks kepadatan jentik DBD sebagai
tolak ukur atau parameter untuk mengetahui populasi jentik nyamuk
Aedes aegypti dengan rumus jumlah kontainer yang positif jentik dibagi
jumlah kontainer yang diperiksa dikalikan seratus persen.
7. Kualitas makanan dan bahan pangan
a. Tidak basi, Tidak mengandung bahan berbahaya,Tidak mengandung
residu pestisida di atas ambang batas,
b. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan peraturan,
c. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu 4-10 ºC,
d. Ikan, daging, dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4 ºC,
e. Sayur dan buah disimpan dalam suhu 10 ºC,
f. telor, susu dan olahannya disimpan dalam suhu 5-7ºC,
g. Penyimpanan bahan makanan dengan jarak 15 cm dari lantai, 5 cm dari
dinding, dan 60 cm dari langit-langit,

Universitas Sumatera Utara

h. Kebersihan peralatan makanan maksimal 100 kuman per cm2 permukaan
dan E-coli nol.
8. Desinfeksi Pasar
a. Dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan,
b. Bahan desinfeksi tidak mencemari lingkungan.
2.5

Toilet
Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil,

tempat cuci tangan dan muka (Kemenbudpar, 2004).
2.5.1 Peruntukan dan Kegunaan Toilet.
Peruntukan dan kegunaan toilet berdasarkan yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata:
1. Peruntukan
Tempat untuk membuang hajat dan membersihkan badan.
2. Kegunaan
a. Utama : Ruang untuk buang ait besar dan air kecil.
b. Pendukung : Ruang penjaga toilet dan penyimpanan alat-alat untuk
membersihkan toilet.
c. Lain-lain : Ruang untuk cuci tangan dan muka, mengganti pembalut
wanita, mengganti popok bayi dan merapikan diri (rias, pakaian).
2.5.1.1 Kelengkapan Ruang
1.

Ruang untuk buang air besar (WC) :
a. Kloset duduk atau jongkok.
b. Air dan perlengkapannya.

Universitas Sumatera Utara

c. Tempat sampah dan tempat sampah kuhus pembalut.
2.

Ruang untuk buang air kecil :
a. Urinal.
b. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll).

3.

Ruang cuci tangan dan cuci muka (wasatafel).
a. Wasatafel dan cermin
b. Air dan Perlengkapannya (Tempat air, kran, dll)
c. Ruang penjaga dan pelayanan kebersihan (janitor).
d. Penggantung alat pembersih
e. Lemari/ rak simpan.
f. Bak Pencuci
g. Air dan perlengkapannya (tempat air/ gayung, keran, dll).

2.5.2 Standar Minimal Hygiene Sanitasi
Apa saja yang harus ada di toilet umum dan bagaimana memeliharanya,
berikut ini standar minimal yang ditetapkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia
bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu:
2.5.2.1 Ventilasi dan Sirkulasi
Toilet umum harus memiliki sistem ventilasi yang baik agar tempat
tersebut tidak menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembanganya bakteri dan
jamur. Apabila posisi ruangan tidak memungkinkan untuk dibuat bukaan ventilasi
maka harus ada alternatif membuang udara dari dalam dengan exhaust fan.
Sebagai tambahan, sebaiknya disediakan alat pengering lantai di bawah wastafel
untuk memaksimalkan usaha menjaga lantai tetap kering setiap saat.

Universitas Sumatera Utara

2.5.2.2 Tempat Sampah
Tempat sampah diletakkan di dekat tempat cuci tangan. Bahannya terbuat
dari bahan kedap air dan mudah dibersihkan. Tempat sampah itu bertutup yang
mudah dibuka dan tidak mengotori tangan. Tempat sampah sering dibersihkan
agar tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga atau binatang
penular penyakit (vector). Sebaiknya ada tempat sampah khusus untuk pembalut.
2.5.2.3 Penyediaan Air
Air bersih harus tersedia dengan cukup baik untuk menyiram kotoran
maupun mencuci/membersihkan bagian tubuh.
2.5.2.4 Pencahayaan
Sistem pencahayaan bisa menggunakan pencahayaan alami atau buatan.
Pencahayaan yang baik akan menghemat energi dan meningkatkan penampilan
positif toilet. Pencahayaan alami harus dimaksimalkan karena dapat membantu
menciptakan suasana yng lebih lembut dan ramah.
2.5.2.5 Pembuangan Limbah Cair dan Tinja
Limbah cair dan tinja toilet harus dibuang di septic tank secara komunal
yang dilengkapi dengan bk resapan. Limbah dan tinja tidak boleh dibuang atau
dialirkan ke sungai, danau, atau tempat terbuka lainnya.
2.5.3

Pengelolaan Toilet

Pengelolaan toilet berdasarkan standar toilet umum Indonesia yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut:
2.5.3.1 Kebersihan Toilet
1.

Standar Minimal

Universitas Sumatera Utara

a. Toilet harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.
b. Tersedia bahan pembersih seperti : air dan atau kertas toilet.
c. Tersedia tempat sampah tertutup.
d. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
e. Lantai mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air.
f. Tidak menjadi perindukan serangga.
g. Dinding bersih berwarna terang.
h. Permukaan dinding yang terkena air terbuat dari bahan kedap air yang
terbuat dari keramik dengan ketinggian minimal 160 cm.
i. Langit-langit bersih dan terang dengan tinggi minimal 220 cm.
j. Dapat dilengkapi dengan tanaman hias/ gerbera yang dapat menghisap
racun atau bau dalam ruangan, seperti daun sri rezeki dan jenis bunga
potong, misal : daun jagung, pedang-pedangan, daun mertua dan lain-lain.
k. Tersedia petugas khusus untuk menjaga kebersihan toilet.
l. Tersedia peralatan dan bahan pembersih yang memadai.
m. Penampungan sampah dilakukan minimal setipa hari.
2.

Tersedia petunjuk/ himbauan operasional peralatan/ fasilitas toilet umum,
seperti :
a. Buang sampah pada tempatnya.
b. Matikan Kran setelah digunakan.
c. Bersihkan toilet kembali,karena akan dipakai orang lain.
d. Gunakan kloset sesuai dengan fungsinya.
e. Dilarang merokok.

Universitas Sumatera Utara

3.

Rekomendasi :
a. Tersedia sabun cair pembersih dan tersedia pengering tangan.
b. Suhu ruangan normal (20-27)oC.
c. Kelembaban (40-50)%.

2.5.3.2 Sistem Pemakaian Air
a.

Air bersih untuk cuci tangan dan pembersih perturasan dengan sistem tap
(tekan).

b.

Air pengelontor diguanakan agar jumlah air pengelontor yang keluar
setengah atau penuh sesuai kebutuhan.

c.

Kloset jongkok menggunakan air sebagai pembersih dan air sebagai
pengelontor, kloset duduk menggunakan kertas tissue sebagai pembersih
dan air sebagai pengelontor.

d.

Perturasan menggunakan air sebagai pembersih, di setiap perturasan
sisediakan kran air.

2.5.3.3 Sistem Limbah
Standar minimal :
1.

Limbah cair dan tinja dari toilet tidak mencemari air tanah, tanah dan air
permukaan.

2.

Limbah cair dan tinja yang telah diolah melalui tangki septic dan saluran/
sumur resapan dapat dibuang langsung ke saluran umum atau
dimanfaatkan kembali untuk air penggelontoran kloset.

3.

Lumpur tinja dari tangki septic harus diolah pada sarana Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Lumpur tinja yang belum diolah pada

Universitas Sumatera Utara

sarana IPLT tidak dibuang langsung ke tanah atau pad air permukaan, tapi
lokalisasikan dalam kolam lagoon.

2.5.3.4 Pemeliharaan Toilet
Cara merawat toilet umum adalah dengan melakukan pembersihan secara
rutin dan berkala sesuai dengan jumlah pengunjung, perawatan kloset di toilet
dilakukan dengan menggunakan larutan pembersih ke dalam lubang kloset dengan
menggunakan sikat tangkai. Sebelum mem-flush kloset tersebut, gunakan penutup
kloset dan flush klose tersebut. Dengan cara ini maka titik-titik air kotor tidak
terlontar ke atas sampai dengan 20 cm yang akan terjadi jika mem-flush sebelum
menutup kloset (Kemenbudpar, 2004).
2.5.4 Syarat Toilet Pasar
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
519/MENKES/SK/VI/2008 toilet harus terpisah antara laki-laki dan perempuan,
yang dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Proporsi Jumlah Toilet yang Harus Tersedia di Pasar
No Jumlah Pedagang

Jumlah Kamar Mandi

Jumlah Toilet

1

1-25

1

1

2

26-50

2

2

3

51-100

3

3

Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi atau
satu toilet

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Kepmenkes No. 519 Tahun 2008
a. Tersedia bak dan air bersih dengan jumlah cukup dan bebas jentik,
b. Toilet dengan leher angsa, dan peturasan,
c. Tersedia tempat cuci tangan dan sabun,
d. Tersedia tempat sampah yang tertutup,
e. Tersedia septic tank dengan lubang peresapan yang memenuhi syarat
kesehatan,
f. Letak toilet minimal 10 meter dari tempat penjualan makanan dan bahan
pangan,
g. Ventilasi minimal 20% dari luas lantai,
h. Lantai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dengan kemiringan cukup
2.6

Pengertian Nyamuk
Nyamuk

termasuk

dalam

subfamili

Culcinae,

famili

Culcidae

(Nematocera: Diptera) merupakan vektor atau penular utama dari penyakitpenyakit arbovirus (demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis,
dan lain-lain), serta penyakit-penyakit nematoda (filariasis), riketsia, dan protozoa
(malaria). Diseluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun
sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit
virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi
vektor utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan
Mansonia spp (Sembel, 2009).
2.6.1 Nyamuk Aedes Aegypti

Universitas Sumatera Utara

Nyamuk Aedes Aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau
tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang
menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).
Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi,
bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Aedes aegypti dan virus
Dengue, transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006).
2.6.1.1 Taksonomi dan Morfologi
Menurut Cahaya dkk Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi
hewan adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthopoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Familia

: Culicidae

Genus

: Aedes spp.

Spesies

: Aedes aegypti

Menurut Gillot (2005), nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) disebut
black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih
keperakan di atas dasar hitam. Panjang badan nyamuk ini sekitar 3-4 mm dengan

Universitas Sumatera Utara

bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan juga terdapat ring putih
pada bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat bentuk bercak yang
khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis lengkung di tepinya.
Bentuk abdomen nyamuk betinanya lancip pada ujungnya dan memiliki cerci
yang lebih panjang dari cerci pada nyamuk-nyamuk lainnya. Ukuran tubuh
nyamuk betinanya lebih besar dibandingkan nyamuk jantan (Gillot, 2005).

2.6.1.2 Ekologi dan Bionomic
Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang berbeda-beda
menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang seperti Aedes aegypti
dan ada yang aktif pada waktu malam seperti Anopheles. Demikian pula ada
nyamuk yang aktif mengisap darah pada waktu pagi atau sore dan ada nyamuk
yang aktif pada waktu malam sebelum tengah malam dan ada yang aktif pada
waktu shubuh.
a. Tempat Berkembang Biak (Breeding Place)
Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada siang hari seperti Aedes aegypti dan
Aedes albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat
penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan
air, vas bunga (dirumah, sekolah, kantor, atau di perkuburan), kaleng-kaleng atau
kantung-kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah,
bambu pagar, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan, tempurung kelapa,
ban-ban bekas, dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih.

Universitas Sumatera Utara

Jentik-jentik nyamuk dapat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan
air. kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vektor utama penyakit demam
berdarah(Sembel, 2009).
b. Aktifitas Menghisap Darah
Nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telurnya. Oleh
karena itu, setelah kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan
kebutuhan proteinnya. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari
sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya
pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan darah yang
cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi menghisap
darah nyamuk Aedes aegypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak
terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100 meter (Depkes RI, 2004).
c. Kesukaan Beristirahat
Berdasarkan data dari Depkes RI (2004), setelah selesai menghisap darah,
nyamuk betina akan beristirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya.
Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam
rumah daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang disenangi nyamuk ini
adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar mandi,
dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang
digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat
pada tanaman-tanaman yang ada di luar rumah (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

2.6.1.3 Siklus Hidup
Nyamuk Aedes Aegypti termasuk dalam kelompok serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva
(beberapa instar), pupa, dan dewasa (Sembel, 2009).
a.

Telur
Nyamuk sekali bertelur 100-300 butir, nyamuk Aedes bertelur pada air

yang tidak beralaskan tanah. Telur nyamuk Aedes meletakkan telur di atas
permukaan air satu per satu. Telur nyamuk Aedes berbentuk oval, memanjang
dan tanpa pelampung. Pada dinding tampak garis-garis seperti bentuk anyaman
kain kasa. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam
bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya
menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Cahaya, 2007).
b.

Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Berbeda

dengan larva dari anggota-anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya
tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan
abddomen yang cukup jelas. Bentuk larva nyamuk Aedes mempunyai siphon
dengan bulu satu kelompok dengan badan membentuk sudut dengan permukaan
air. Untuk mendapatkan oksigen dari udara, jentik-jentik nyamuk Aedes biasanya
menggantungkan tubuhnya tegak lurus pada permukaan air aktif keatas kebawah.
Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel
lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan

Universitas Sumatera Utara

berpupasi sesudah sekitar 7 hari (Sembel, 2009). Umur rata – rata pertumbuhan
mulai jentik sampai kepompong berkisar 8 – 14 hari.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna
tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada
tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8
ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan.
Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam, dan ada seberkas bulu-bulu
(tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di
bagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun
dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Larva
ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan
waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan
air (Soegijanto, 2006).
Selama jentik-jentik yang ada di tempat-tempat perindukan tidak
diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas dan
penularan akan terulang kembali. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu
lokasi atau wilayah dapat dilakukan dengan cara :
1. Cara Single Larva
Survey ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik disetiap tempat genangan
air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.
2. Cara Visual
Survey ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap
tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.

Universitas Sumatera Utara

Ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik Aedes sp.
Menggunakan rumus sebagai berikut :
a) House index
House index merupakan persentase antara rumah dimana ditemukan jentik
terhadap seluruh rumah yang diperiksa. Paling banyak dipakai untuk memantau
infestasi jentik, memantau penyebaran vector, tidak dapat menggambarkan
container yg positif jentik.
HI =

Σ Jumlah rumah yang ditemukan jentik
× 100%
Σ rumah yang diperiksa

b) Container Index
Container index adalah persentase antara container yang ditemukan jentik
terhadap seluruh container yang diperiksa. Menggambarkan kontainer yang berisi
air yang ada jentik.
CI =

Σ Kontainer yang positif jentik
× 100%
Σ kontainer yang diperiksa

c) Bretau Index
Breatau Index merupakan Jumlah kontainer positif perseratus rumah yang
diperiksa
BI =
c.

Σ Kontainer yang positif jentik
× 100%
rumah yang diperiksa

Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa

berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif dan bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasasr ke
permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau

Universitas Sumatera Utara

tiga hari maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang. Pupa
dari nyamuk Aedes mempunyai trompet yang panjang dan ramping (Sembel,
2009).
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian
kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian
perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung
(dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8
terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh
tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas ke-8 tidak bercabang.
Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila diingkan
dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air
(Soegijanto, 2006).
d. Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas
permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan
sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari
makan. Bentuk palpi pada betina nyamuk Aedes lebih pendek dari proboscis dan
palpi pada jantan lebih panjang dari proboscis. Sayap berwarna hitam dengan
badan dan kaki berbercak putih. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa dari
Aedes hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan (Sembel, 2009).
2.7

Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur yang biasanya tumbuh pada kulit dan

selaput lendir. Candida albicans menjadi agen infeksius ketika ada beberapa

Universitas Sumatera Utara

perubahan dalam lingkungan tubuh pH yang memungkinkan untuk tumbuh lebih
dari kontrol (Suprihatin, 1982).
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses,
kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk
blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di
dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai
saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang
menyebabkan kelainan dalam jaringan. Dalam kondisi normal, kehadiran Candida
albicans dalam tubuh manusia tidak menimbulkan gangguan apapun. Gangguan
hanya akan muncul apabila keseimbangan populasi flora normal ini mengalami
perubahan (Tjampakasari, 2006).
Meskipun telah ditemukan lebih dari 100 spesies Candida tetapi hanya
beberapa spesies Candida yang menyebabkan infeksi pada manusia. Candida
albicans merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari berbagai spesimen
klinik. Isolat yang terbanyak berasal dari mukosa (90-100%), dari darah sekitar
50-75% dan yang terbanyak adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida
parapsilosis dan Candida tropicalis (Kumala, 2006).
Penyebab utama kandidiasis adalah Candida albicans. Menurut Lodder
1970, Taksonomi Candida adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Fungi Imperfecti atau Deutromycota

Filum

: Ascomycota

Kelas

: Saccharomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Universitas Sumatera Utara

Familia

: Saccharomycetaceae

Genus

: Candida

Spesies

: Candida albicans

2.7.1 Karakteristik dan Morfologi
Semua jenis candida merupakan sel ragi yang berbentuk oval (3-5µm)
dengan blastokonidia dan pseudohifa (pseudohyphae). Candida albicans dapat
membentuk germ tubes dan klamidokonidia teminal. Pada pemerikasaan
histopatologi, semua spesies Candida tidak memberikan hasil yang baik dengan
perwarnaan GMS dan Gridley. Pada kultur, umumnya semua Candida spp
membentuk koloni halus yang berwarna putih susu dan terbentuk seperti kubah
(Kumala, 2006).
Candida albicans dapat ditemukan baik dalam bentuk ragi maupun dalam
bentuk hifa semu, tergantung kondisi lingkungannya. Bila dibiak pada suhu 37ºC,
Candida albicansI akan membentuk sel ragi, sedangkan bila dibiak pada suhu
30ºC, Candida albicans akan memebntuk hifa semu.
Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6μ sampai 2-5,5μ x 5-28,5μ. Berkembang biak
dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut
blastospora. Candida albicans dapat mudah tumbuh di dalam media Sabauroud
dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari
permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuningkuningan, dan berbau ragi (Siregar, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Candida albicans dibiakan pada media Sabaroud Glukosa Agar selama 2-4
hari pada suhu 37° C atau suhu ruang akan tampak koloni berbentuk bulat, warna
krem, diameter 1-2 mm, konsistensi “smooth”, mengkilat, bau seperti ragi. Besar
koloni tergantung pada umur biakan, tepi koloni terlihat hifa semu sebagai
benang-benang halus yang masuk ke dalam media, pada media cair biasanya
tumbuh pada dasar tabung (Dumilah., 1992).
2.7.2 Epidemiologi
Berbagai Candida spp. terdapat sebagai kolonisasi terutama disaluran
cerna tubuh manusia dan hewan berdarah panas. Candida spp. juga sebagai
komensal di vagina, uretra, kulit, dan kuku. Di samping itu jamur kandida terdapat
di alam di seluruh dunia. Candida albicans merupakan jamur yang dominan
menyebabkan infeksi pada saluran kemih, genital, kulit, dan mulut. Selain itu
Candida albicans dan Candida parapsilosis sering menyebabkan infeksi didarah
pada anak-anak (Kumala, 2006).
Umumnya Candida albicans hidup secara komensal antara lain dalam
rongga mulut, saluran pencernaa, dan alat genital. Infeksi terjadi bila terdapat
ketidakseimbangan antara mikroorganisme penyebab Candida albicans dan daya
tahan tubuh seseorang, baik karena virulensi dan jumlah jamur yang meningkat
ataupun karena daya tahan tubuh seseorang yang menurun.
2.7.3 Penyakit yang Disebabkan Candida albicans
Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu kandidiasis.
Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam
lagi (Entjang, 2003). Candida albicans dapat menyebabkan kandidiasis mukosa

Universitas Sumatera Utara

superfisial dan kandidiasis kulit yang menyebar secara hematogen ke berbagai
organ seperti hepar, lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50%.
Candida albicans akan menyerang organ tubuh (Kumala, 2006) seperti :
a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan dengan faktor
predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah atau lembab. Gejala yang timbul
terutama rasa gatal dan kulit maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu basah
karena kurang perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan pada
bokong. Pada orang dewasa, infeksi kandida sering pada daerah inguinal dan
lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa gatal, biasanya sering
pada penderita diabetes melitus dan orang gemuk.
b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar
orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuh/dikerok mudah
berdarah. Pada wanita sering menimbulkan kandidiasis vaginitis yang disertai
fluor albus (keputihan).
c. Kandidiasis pada kuku, sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya
berhubungan dengan air, dalam bentuk lesi berupa kemerahan, pembengkakan
yang tidak bernanah, kuku menjdai tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadangkadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa
jaringan dibawah kuku seperti pada tinea unguium. Rasa nyeri, bengkak
kemerahan pada lipat kuku, yang menyerupai paronikia piogenik dapat
mengakibatkan penebalan dan alur transversal pada kuku dana akhirnya kuku
tanggal.

Universitas Sumatera Utara

d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran secara
hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan abses ginjal, nekrosis
pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada ureter atau di pelvis ginjal.
Pemeriksaan urin untuk membantu diagnosisnya.
e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis kronis dan pada
penderita setelah operasi saluran cerna.
f. Hematogen kandidiasis (fungemia), gejalanya bisa akut atau kronis, disertai
demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi lesi yang multipel
pada hepar dan lien.
g. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara hematogen,
atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti meningitis bakterial.
h. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan kelainan pada
katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard, ruang perikardial. Gejala klinis
mirip dengan gejala endokarditis bakterialis, terdapat demam, murmur dan
sering terjadi emboli.
i. Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul gejala
korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada penderita kandidemia harus
memeriksakan matanya secara teratur.
j. Kandidiasis tulang dan sendi, merupakan sequelae dari kandidemia. Seringkali
timbul beberapa bulan setelah berhasilnya pengobatan kandidemia. Keadaan
tersebut dapat terjadi karena seolah-olah kandidemia yang bersifat sementara,
tetapi jamur kandida tersebut sudah masuk ke dalam skeletal dan merupakan
fokus yang akan menimbulkan penyakit di kemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

Meskipun kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen dari saluran
cerna, tetapi dapat juga disebabkan kontaminasi dari kateter. Jamur masuk ke
dalam kuman kateter dan membentuk biofilm yang dapat menyebar ke dalam
sirkulasi darah sebagai sumber endogen.
2.8

Tes Sabouraud Dekstrose
Medium yang biasa dipakai untuk pembiakan jamur ialah agar dekstrosa

sabouraud dengan atau tanpa antibiotik. Antibiotik ditambahkan untuk menekan
bakteri yang terdapat bersama jamur di dalam bahan klinis. Medium dapat juga
ditambah antidion untuk menekan jamur pencemar yang mungkin ada di dalam
bahan, yang dapat menggangu pertumbuhan Candida. Biakan diperam pada suhu
kamar (25oC-30oC). biasanya sesudah 3 hari telah tampak koloni Candida sebesar
kepala jarum pentul, 1-2 hari berikutnya koloni itu telah dapat dilihat dengan
jelas. Koloni Candida yang berwarna putih kekekuningan, muncul diatas
permukaan medium, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin
serta agak keriput. Bau ragi adalah khas (Suprihatin, 1982).
Koloni yang tumbuh pada pembiakan adalah koloni ragi. Untuk penentuan
species Candida albicans, koloni yang tumbuh dibiakan kembali dalam biakan
murni agar terapung murni dengan tween 80 sebanyak 1%. Di dalam media murni
ini bila tumbuh dapat dilihat adalanya klamidospora (Siregar, 2004).
Cara untuk mengidentifikasi Candida albicans (Suprihatin, 1982)
1.

Untuk menumbuhkan klamidospora:
a. Agar tepung jagung dengan tween 80 (1%). Biakan murni ditanamkan pada
medium tipis dan diletakkan dalam cawan petri yang diberi alas kertas saring,

Universitas Sumatera Utara

dibubuhi aquadest untuk mempertahankan kelembaban. Pemeriksaan
dilakukan sesudah 24-28 jam untuk melihat klamidospora. Sediaan ini dapat
diawetkan dengan diberi laptophenol cotton blue.
b. Agar tajin dan tween 80 (1%) dengan cara sama dengan a.
c. Agar dengan 0,1% glukosa dengan cara sama dengan a.
d. Agar dengan empedu sapi.
2.

Pembentukan kecambah dengan bahan mengandung faktor protein, misalnya
putih telur, serum atau plasma.
Caranya:
a. 0,5 ml serum atau bahan lainnya dimasukkan ke dalam tabung dan dibubuhi
seujung jarum biakan murni, dalam penangas goyang (37oC, 1,5-2 jam),
diperiksa akan adanya kecambah di bawah mikroskop. Cara ini mungkin
cepat kering bila ruangan tidak cukup lembab.
b. Setetes serum atau bahan lainnya pada sebuah gelas sediaan dibubuhi sedikit
biakan murni, dicampur, diberi gelas tutup dan dimasukan ruang lembab
(37oC, 1,5-2 jam), diperiksa akan adanya kecambah di bawah mikroskop.

3.

Determinasi cara Weld (1952)
Biakan murni ditanam tipis pasa permukaan medium agar eosin metilen
biru (EMB), yang dimasukan ke dalam tabung dengan CO2 tinggi (tabung lilin),
suhu 37oC untuk 24-48 jam, diperiksakan pertumbuhan jamur membentuk koloni
seperti kaki laba-laba atau pohon cemara.
Karena selalu terdapat kemungkinan bahwa tiap cara menghasilkan hasil
positif atau negatif palsu, maka diagnosis C. albicans sebaiknya dibuat

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan hasil dengan 2 cara atau lebih. Bila pada biakan hanya tumbuh berapa
koloni maka mungkin jamur bukan penyebab kelainan yang ada. Jumlah yang
dianggap dapat dihubungkan dengan kemungkinan jamur penyebab kelainan
adalah ± 103 ml. jumlah jamur yang ditemukan tidak dapat dihubungkan dengan
berat ringannya kelainan yang ada.

2.9

Kerangka Konsep

Sanitasi Toilet Pasar
Tradisional
-

Pemisahan toilet
Bak dan air bersih
Jamban
Tempat cuci tangan
Air limbah
Lantai
Letak toilet
Ventilasi
Tempat sampah

Memenuhi
Syarat
Kepmenkes Nomor
519 Tahun 2008

Tidak
Memenuhi
Syarat

Manajemen Sanitasi
Toilet Pasar
Tradisional
Jentik Nyamuk
-

Ada jentik
Tidak ada jentik

Air Bak Toilet
Koloni Candida
albicans
-

Ada (koloni/g)
Tidak ada

Gambar 1 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara

Sanitasi toilet umum pasar tradisional yang memenuhi syarat jika
memenuhi semua persyaratan Kepmenkes No.519 Tahun 2008. Toilet dikatakan
bersih dan terawat dipengaruhi ada tidaknya jentik nyamuk pada bak toilet dan
keberadaan Candida albicans pada air bak toilet yang terdapat dibeberapa pasar
tradisional Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

1 56 118

Hubungan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Dan Pelaksanaan 3m Plus Dengan Kejadian Penyakit Dbd Di Lingkungan XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2012

4 98 88

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

1 16 140

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 17

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

1 2 2

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 7

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 4

Pengelolaan Sanitasi Toilet, Pemantauan Jentik Nyamuk Aedes spp dan Analisa Kandungan Jamur Candida albicans pada Air Bak Toilet Umum di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 29

IDENTIFIKASI CEMARAN JAMUR Candida albicans PADA AIR BAK TOILET DI RUANG BERSALIN (Studi di RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 64

ANALISIS KANDUNGAN JAMUR CANDIDA ALBICANS TERHADAP SANITASI TOILET UMUM DI PASAR KOTA BOJONEGORO Juwita Esthi Utami (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Rusmiati (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Fitri Rokh

1 2 7