Evaluasi Terhadap Adopsi Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo (Kasus: Desa Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat)

22

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan
dan sikap mental petani itu sendiri, pada umumnya tingkat kesejahteraan hidup
dan

keadaan

lingkungan

sangat

menyedihkan.

Sehingga

menyebabkan


pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan
seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal-hal diatas

merupakan penghalang,

sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama dan tidak
mengalami perubahan.
Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan
perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta
peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena :
memiliki

keuntungan relatif tinggi bagi petani, sesuai dengan nilai-nilai,

pengalaman dan kebutuhannya, tidak rumit, dapat dicoba dalam skala kecil dan
mudah untuk diamati.
Hasil penelitian adopsi dapat digunakan oleh organisasi-organisasi penyuluhan
untuk mempercepat tingkat adopsi inovasi atau mengubah proses adopsi inovasi

sedemikian rupa sehingga kategori petani tertentu dapat mengadopsinya lebih
cepat. Menurut Kartasapoetra (1994) mengingat sikap pandangan, keadaan dan
kemampuan daya pikir dan daya tangkap petani maka dengan sendirinya
keberhasilan penyuluhan untuk sampai ke tahapan yang meyakinkan para petani

Universitas Sumatera Utara

23

sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa pentahapan,
tahapan tersebut adalah sebagai berikut :











Awareness (mengetahui dan menyadari)
Interest (penaruhan minat)
Evaluation (penilaian)
Trial (melakukan percobaan)
Adoption (penerapan atau adopsi)

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tingkat Adopsi Petani
Proses adopsi merupakan proses kejiwaan ataupun mental yang terjadi pada diri
petani pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi penerapan suatu ide
baru sejak diketahui dan didengar sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada
proses adopsi, akan terjadi perubahan- perubahan yang dialami oleh petani, mulai
dari pengetahuan, sikap dan perilaku. Cepat lambatnya suatu proses adopsi
tergantung dengan dinamika sasaran. Adopsi merupakan suatu proses dimana
petani berubah dari pengetahuan awalnya tentang inovasi kearah pembentukan
sikap terhadap inovasi ataupun kearah pengambilan keputusan untuk menerima
inovasi tersebut ataupun menolaknya (Sastraadmadja,1993).
Berdasarkan cepat lambatnya petani menerapkan inovasi teknologi pertanian,
dapat


dikemukakan

menjadi

beberapa

golongan.

Kartasapoetra

(1994)

mengklasifikasikan anggota masyarakat sebagai yang mengadopsi inovasi
teknologi kedalam 5 kategori, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

24


1.Golongan Inovator
Golongan ini biasanya dicirikan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin
mencoba, ingin mengadakan kontak langsung dengan para ahli ataupun penyuluh.
Biasanya golongan ini termasuk petani berada, yang memiliki lahan pertanian
yang lebih luas dibandingkan dengan petani lain. Oleh karena itu berani
menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan dari setiap percobaannya,
mereka mampu membiayai sendiri dalam mencari informasi-informasi guna
melakukan inovasi tersebut.
2.Golongan Penerap Inovasi Teknologi Lebih Dini (Early Adopter)
Golongan ini biasanya memiliki sifat yang lebih terbuka dan lebih luwes.
Keberadaan dan pendidikannya pun cukup tinggi, suka mengungkap buku-buku
pertanian dan rubrik-rubrik pertanian, akan tetapi biasanya bersifat lokalit. Mereka
lebih suka membantu petani, turut menjelaskan perubahan-perubahan cara
berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang perlu sesuai dengan kemutakhiran.
3.Golongan Penerap Inovasi Teknologi Awal (Early Mayority)
Golongan ini biasanya memiliki sifat seperti pada kebanyakan sifat petani lainnya.
Penerapan teknologi baru dapat dikatakan lebih lambat dari golongan diatas, akan
tetapi lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi yang baru.Mereka memiliki
sifat hati-hati dalam mengadopsi inovasi baru, karena takut gagal


dan lain

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

25

4.Golongan Penerap Inovasi Yang Lebih Akhir (Late Mayority)
Golongan ini adalah petani yang umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang
mereka miliki sangat sempit, rata-rata 0,5 hektar, oleh karena itu mereka selalu
berbuat dengan waspada dan lebih berhati-hati karena takut mengalami kegagalan.
Mereka akan menerapkan pembaharuan teknologi apabila kebanyakan petani di
sekitar lingkungannya telah menerapkan dan benar-benar dapat meningkatkan
kehidupannya. Jadi, penerapan teknologi terhadap golongan ini sangat lambat.
5.Golongan Penolak Inovasi Teknologi (Laggard)
Golongan ini biasanyapetani yang telah berusia lanjut, berumur sekitar 50 tahun
keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit diberikan pengertian-pengertian
yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini
bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

2.2.2 Definisi Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan merupakan salah satu pendidikan non formal yang ditujukan kepada
petani dan keluarganya yang hidup di pedesaan, dengan membawa dua tujuan
utama yang diharapakan. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan
perilaku termasuk didalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan. Untuk jangka
panjang

adalah

menciptakan

kesejahteraan

masyarakat

dengan

jalan

meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja,1993).

Penyuluh pertanian adalah sebagai kegiatan non formal yang mencakup masalahmasalah pertanian, mulai dari teknis agronomis sampai pada aspek sosial
ekonominya. Dalam bidang agronomis tenaga penyuluh diharapkan mempunyai

Universitas Sumatera Utara

26

dan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya, seperti tentang cara usaha
tani pasca panen, danlain sebagainya, sedangkan aspek sosial ekonominya para
penyuluh pertanian sangat diharapakan mampu memberikan bimbingan tentang
suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknologi dan
informasi serta hal lainnya yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang
agronomis, sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan
yang lebih baik lagi (Kartasapoetra,1994).
2.2.3Fungsi Penyuluah Pertanian
Penyuluhan pertanian berfungsi memberikan jalan

kepada para petani untuk

mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya. Sehingga menimbulkan dan merangsang

kesadaran para petani agar dengan kemauannya sendiri
kebutuhannya itu. Penyuluhan pertanian

menjembatani

dapat memenuhi
antara praktek yang

harus atau biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi
yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Fungsi
penyuluhan yang lainnya adalah sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai
program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para
petani (Kartasapoetra,1994).
2.2.4 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Pemberdayaan petani melalui kegiatan penyuluhan dapat dilakukan oleh
organisasi penyuluhan yang salah satunya adalah Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP). BPP mempunyai kedudukan strategiskarena mempunyai unit kerja
penyuluhan terdepan yang langsung berhubungan dengan petani. Oleh karena itu
dimasa mendatang petani diarahkan untuk mampu mengambil manfaat yang


Universitas Sumatera Utara

27

sebesar-besarnya dari keberadaan BPP melalui kunjungan pada petani secara
berkala untuk berkonsultasi dan memecahkan masalah yang dihadapi mereka.
Dengan demikian BPP

akan terasa manfaatnya bagi petani dan petani pun

menjadi pengguna aktif berbagai informasi dan kesempatan berusaha. BPP
diharapkan dapat menjadi pusat pengelola penyuluhan pertanian dan proses
belajar mengajar bagi petani beserta keluarganya.
Menurut Kartasapoetra(1994)fungsi yang dimiliki Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) adalah sebagai berikut : pertama sebagai tempat penyusunan Program
Penyuluha Pertanian, kedua sebagai tempat menyebarluaskan informasi pertanian,
ketiga sebagai tempat latihan para pendamping penyuluh lapangan sehingga
kemampuannya

akan


selalu

meningkat

baik

pengetahuan

maupun

keterampilannya, keempat sebagi tempat pemberian rekomendasi pertanian yang
lebih menguntungkan, kelima sebagai tempat mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih baik kepada para petani.
2.2.5 Sejarah Tanaman Padi dan Budidaya Padi Sistem Legowo
Menurut sejarahnya, padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25
spesies, yang tersebar di daerah tropis dan daereh subtropis seperti di Asia,
Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier menyatakan
bahwa padi berasal dari dua benua, Oryza Patua Koenigdan Oryza Sativa L
berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainnya yaitu Oryza Staffi Roscheff
dan Oryza Galberrima Steund berasal dari Afrika Barat (Benua Afrika).

Universitas Sumatera Utara

28

2.2.5.1 Budidaya Padi Sistem Legowo
Padi dibudidayakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang setinggitingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan harapan maka tanaman yang akan ditanam harus tumbuh sehat dan subur.
Tanaman yang sehat adalah tanaman yang tidak terserang hama dan penyakit,
tidak mengalami kekurangan unsur hara, baik unsur mikro maupun unsur makro.
Sedangkan

tanaman

subur

adalah

tanaman

yang

pertumbuhan

dan

perkembangannya tidak mengalami gangguan dan hambatandikarenakan kondisi
lingkungan maupun kondisi fisik bawaan dari tanaman itu sendiri. Menanam
tanaman padi dapat dilakukan di lahan yang diairi dengan pengairan sepanjang
musim(irigasi) dan ada juga yang ditanam di tanah tegalan (lahan kering).
Terdapat beberapa teknik dalam melalukan budidaya padi, salah satunya dengan
sistem jajar legowo. Beradasarkan Balai Pengkaji Teknologi Pertanian, bahwa
cara tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang-seling dua baris dan satu
baris dikosongkan.
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX

XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX

XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX
XXXX

Ilustrasi sistem tanam jajar legowo 4:1

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX

Ilustrasi sistem tanam jajar legowo 2:1

Universitas Sumatera Utara

29

Cara ini telah banyak dilakukan petani karena memberikan beberapa keuntungan
yang dirasakan petani manfaatnya, antara lain:


Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya
memberikan hasil yang lebih tinggi.











Jumlah rumpun dan anakan padi meningkat seca signifikan.
Produktivitas dan hasil panen meningkat.
Pengendalian hama, penyakit dan gulma tanaman lebih mudah.
Penggunaan pupuk lebih efektif dan efisisen.
Dapat meningkatkan pendapatan hasil usahatani.
Adapun kekurangan dari sistem tanam jajar legowo sebagai berikut:







Membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Biaya/ upah tanam yang mahal.
Pada barisan yang kosong dalam sistem tanam jajr legowo biasanya akan
ditumbuhi rumput / gulma.

Untuk itu, Balai Pengkaji dan Pengembangan Teknologi Pertanian menciptakan
komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang terdiri dari varietas
unggul, persemaian, pengolahan tanah, sistem tanam legowo 4:1, pengaturan air,
pemupukan, penyiangan, penggunaan bahan organik, pengendalian hama
penyakit, dan panen, yang di uraikan seperti dibawah ini:
1.Benih Padi
Benih yang digunakan adalah varietas unggul berlabel sesuai dengan anjuran
setempat dengan kebutuhan benih 25 kg/ha.

Universitas Sumatera Utara

30

2. Persemaian
Persemaian seluas 5% dari luas lahan yang akan ditanami. Pemeliharaan
persemaian dilakukan seperti pada umumnya, disiram jika kemarau dan diberi
pupuk agar pertumbuhan bibit baik dan subur.
3. Pengolahan Tanah
Tanah diolah sempurna (2 kali bajak, 2 kali garu), dengan kedalam olah 15-20 cm.
Bersamaan dengan pengolahan tanah, dilakukan perbaikan pematang sawah,
jangan sampai ada yang bocor.
4. Penanaman Padi
Cara tanam adalah jajar legowo 2:1 atau 4:1. Pada jajar legowo 2:1 setiap dua
barisan tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, tetapi
jarak dalam barisan pinggir lebih rapat, yaitu 10 cm. Untuk mengatur jarak tanam
digunakan caplak/penggaris ukuran mata 20 cm. Pada jajar legowo 2:1 dicaplak
satu arah saja. Sedangkan jajar legowo 4:1 dicaplak kearah memanjang dan
memotong.
5. Pengaturan Air
Pengaturan air di lahan hanya macak-macak saja setelah umur padi 3-4 hari.
Setelah 10-15 HST atau sesudah penyiangan dan pemupukan susulan pertama, air
dimasukkan mengikuti tinggi tanaman.

Universitas Sumatera Utara

31

6. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan dengan cara disebar,dengan dosis 1/3 bagian Urea dan
seluruh dosis SP-36. Pupuk pertama diberikan setelah tanaman berumur 15 HST
atau sesudah penyiangan, dan pupuk susulan kedua diberikan pada 45 HST, dosis
pupuk diberikan sesuai dengan anjuran setempat.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada umur 15 HST atau sebelum pemberian pupuk susulan
pertama. Selanjutnya penyiangan dilakukan sesuai dengan keadan gulma.
8. Pengendalian Hama Penyakit
Dengan konsep (Pengendalian Hama Terpadu) PHT, hama penggerek batang
dikendalikan dengan Furadan 3G atau Dharmafur 34 dengan takaran 18-20 kg/ha.
Hama lain seperti wereng, walang sangit dan hama putih, dikendalikan dengan
penyemprotan Darmabas dengan dosis 1-2 liter/ha. Penyakit lain seperti tungro,
kerdil kresek, dikendalikan dengan sanitasi lingkungan bila masih dibawah
ambang batas. Tetapi lebih baik pengendalian hama penyakit dilakukan dengan
sistem pemantauan, dan jika memungkinkan hindari penggunaan pestisida.
9. Panen
Panen dilakukan setelah tanaman padi lebih kurang berumur 110-120 hari. Bulir
padi telah berisi sempurna, tangkainya merunduk seluruhnya, itu tandanya padi
telah berisi dan secara umum padi yang telah tua bulirnya berwarna coklat
keemasan ataupun berwarna kuning.

Universitas Sumatera Utara

32

2.2.6 Evaluasi Program Penyuluhan
Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses.
Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek
serta konsekuensinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin. Data ini
digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti
perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk
mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif. Data tersebut mencakup
penentuan penilaian keefektifan kegiatan dibanding dengan sumberdaya yang
digunakan (Van Den Ban dan Hawkins, 2003).
Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna mengetahui
keigintahuan kita dan keinginan kita untuk mencari kebenaran suatu program
penyuluhan pertanian. Dengan demikian evaluasi program penyuluhan pertanian
dilakukan guna mengetahui pelaksanaan dan hasil dari program tersebut apakah
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan tujuannya.Hasil evaluasi dapat
diguakan untuk menentukan sejauh mana perubahan perilaku petani dalam
kagiatan usahataninya. Kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya
yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik.
2.2.7 Karakteristik Petani
Menurut Sastradamadja (1993) Secara umum kemampuan untuk menyerap
informasi tergantung pada pengalaman masa lalu dan biasanya terbentuk dalam
waktu yang lama. Oleh karena itu, seseorang berkomunikasi dengan orang-orang
yang memiliki pengalaman dan harapan yang sama, maka apa yang ia katakan
secara otomatis cocok dengan kerangka berpikir mereka.

Universitas Sumatera Utara

33

2.2.8 Pengetahuan Petani
Pengetahuan merupakan suatu tahapan pada saat seseorang atau sejumlah orang
mengetahui adanya teknologi dan memperoleh pemahaman tentang cara
berfungsinya. Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan,
kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Menurut Taher (2000) pengetahuan
berasal dari kata “tahu” yang diartikan sebagai pemahaman seseorang tentang
sesuatu yang nilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Pengertian tahu
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi setiap ragam stimulus
yang berbeda. Memahami beragam konsep, pemikiran, bahkan pemecahan
terhadap masalah tertentu, sehingga pengertian tahu tidak hanya sekedar
mengemukakan atau mengucapkan apa yang diketahui,tetapi sebaliknya dapat
menggunakan dalam praktek dan tindakannya.
2.2.9 Hubungan Pengetahuan Petani Dengan Adopsi Inovasi
Ilmu pengetahuan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan manusia
untuk mengusahakan pengetahuan secara ilmiah, rasional, obyektif dan universal,
sehingga kecenderungan yang ada, setiap orang tidak puas hanya sekedar
memiliki pengetahuan yang ada dalam benak pikirannya, tetapi juga berusaha
menerapkan ilmu pengetahuan tersebut kedalam realitas kehidupan, maka
nampaklah arti praktis ilmu pengetahuan. Intervensi yang dilakukan dalam kaitan
dengan pembangunan sosial, antara lain merupakan intervensi yang diarahkan
pada munculnya perubahan pada aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat
individu.

Universitas Sumatera Utara

34

Menurut Pawit (2009) bahwa melalui pemahaman teori, seseorang bisa
mengetahuai akan hal-hal yang dapat mempengaruhi, memperlancar, atau
menghambat komunikasi dan informasi suatu peristiwa. Dengan teori kita bisa
berargumentasi lebih jauh mengenai suatu objek, gagasan atau ide, bahkan apa
saja yang mungkin bisa kita jelaskan secara ilmiah. Terdapat juga dalam beberapa
penelitian yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
inovasi yang dipengaruhi oleh: (a) tidak bertentangan dengan pola kebudayaan
yang telah ada, (b) struktursosial masyarakat dan pranata sosial, (c) persepsi
masyarakat terhadap inovasi.
2.2.10 Peneliti Terdahulu
Dwi Arianda (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Kegiatan
Penyuluhan Budidaya Padi Sistem Legowo di Kabupaten Tanggerang (Studi
Kasus: BPP Cisauk Kecamatan Cisauk) menyimpulkan bahwa mayoritas
pengetahuan petani berada pada kriteria yang cukup dalam memahami sistem
legowo. Terdapat beberapa kendala petani dalam megadopsi sistem legowo,
diantaranya: memakan biaya awal yang relatif lebih mahal dibadingkan dengan
sisitem budidaya yang telah diterapkan selama ini, meluangkan waktu yang
banyak dalam pengawasan pengaturan jarak tanam dan pemindahan bibit padi ke
lahan, serta memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.
Malfrianti Romauli (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Tingkat Adopsi
Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik (Studi
Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)
menyimpulkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu

Universitas Sumatera Utara

35

usahatani padi organik di daerah penelitian tinggi dengan jumlah persentase 70%.
Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap
teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik, tetapi tidak terdapat hubungan
antara karakteristik sosial ekonomi petani yang lain yaitu umur, tingkat
pendidikan, luas lahan serta total pendapatan keluarga dengan tingkat adopsi
petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.
2.2.11 Kerangka Pemikiran
Petani adalah individu-individu yang mata pencariannya berasal dari sektor
pertanian. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya.
Perbedaan karakteristik ini menimbulkan perbedaan dalam berusaha tani baik dari
segi produksi, pendapatan yang diperoleh petani, serta pendapatan keluarga
petani. Dalam kehidupan bertani dan menjalankan usahataninya petani senantiasa
didampingi oleh penyuluh yang selalu memberi informasi dan menyarankan
beberapa teknologi dalam usahataninya diantaranya teknologi sistem tanam jajar
legowo. Dalam teknologi sistem tanam jajar legowo penyuluh mengajarkan
berbagai cara becocok tanam padi yang baik, mulai dari pembibitan/penyemaian,
pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengaturan air, penyiangan,
pengendalian hama penyakit dan yang terakhir adalah panen. Teknologi ini
diharapkan oleh penyuluh diterapkan petani dalam usahataninya, setelah
diterapkan didalam usahataninya, maka peneliti ingin melihat sejauh mana tingkat
pengetahuan petani mengenai teknologi yang telah mereka terapkan, apakah
sudah mengerti betul, apakah masih sedang dan mungkin masih rendah, peneliti
juga ingin mengetahuai tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang mereka
terapkan dalam usaha taninya, apakah masih rendah, sedang, atau bahkan sudah

Universitas Sumatera Utara

36

tinggi. Setelah mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi petani, peneliti
ingin melihat apakah ada perbedaan hasil yang diterima oleh petani sebelum dan
sesudah diterapkannya teknologi sistem tanam jajar legowo.

Universitas Sumatera Utara

37

Berikut adalah Skema Kerangka Pemikiran:

USAHATANI
PADI SAWAH
TEKNOLOGI SISTEM
TANAM PADI JAJAR
LEGOWO:
-PEMBIBITAN/
PENYEMAIAN
-PENGOLAHAN TANAH
-PENANAMAN
- PENGATURAN AIR
-PEMUPUKAN
- PENYIANGAN
- PENGENDALIAN HAMA
PENYAKIT
-PANEN

PENYULUHAN
PERTANIAN
TEKNOLOGI
JAJAR LEGOWO

PETANI PADI
SAWAH

PENGETAHUAN
PETANI

RENDAH

SEDANG

TINGKAT ADOPSI

TINGGI

RENDAH

SEDANG

HASIL PANEN

TINGGI

ADA
PERBEDAAN

TIDAK ADA
PERBEDAAN

Keterangan:
: Ada hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

38

Hipotesis Penelitian:
1. Tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi sistem tanam padi jajar
legowo di daerah penelitian tinggi, dibandingkan dengan desa lain yang
memperoleh penyuluhan di Kecamatan Kuala.
2. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi sistem tanam padi jajar legowo
di daerah penelitan tinggi,dibandingkan dengan desa lain yang
memperoleh penyuluhan di Kecamatan Kuala.
3. Ada perbedaan hasil yang diperoleh petani setelah mengadopsi teknologi
sistem tanam padi jajar legowo dibandingkan sebelum mengadopsi
teknologi sistem tanam padi jajar legowo.

Universitas Sumatera Utara