FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CIDERA JARUM SUNTIK DAN BENDA TAJAM PADA PERAWAT DI RSUD LEWOLEBA Armanto Abas

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CIDERA JARUM SUNTIK

DAN BENDA TAJAM PADA PERAWAT DI RSUD LEWOLEBA

  SKRIPSI Diajukan sabagai salah satu syarat

  Meencapai gelar Sarjana kesehatan Masyarakat Oleh

  Armanto Abas A2A013024

  

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018

  

HALAMAN PENGESAHAN

  Artikel Ilmiah

  

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Cidera Jarum Suntik Dan Benda Tajam

Pada Perawat Di RSUD Lewoleba

  Disusun Oleh : Armanto Abas A2A013024

  Telah disetujui

  

penguji

  Wulandari Meikawati, SKM. MSi NIK.28.6.1026.079 Tanggal .........................................

  Pembimbing I Pembimbing II

  Trixie Salawati, S.Sos. M.Kes Diki Bima Prasetio, SKM. MPH NIK. 28.6.1026.096 NIK.28.6.1026.316 Tanggal ................................. Tanggal .....................................

  Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

  Mifbakhuddin, SKM, M.Kes NIK. 28.6.1026.025 Tanggal .............................

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CIDERA JARUM SUNTIK

DAN BENDA TAJAM PADA PERAWAT DI RSUD LEWOLEBA

  1

  1

  1 Armanto Abas , Trixie Salawati , Diki Bima Prasetio

1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK

  

Latar Belakang : Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan masyarakat. Saat ini banyak terjadi

cidera jarum suntik dan benda tajam pada petugas kesehatan yang sangat memiliki risiko terpajan penyakit

seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B dan Hepatitis C yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan pada petugas kesehatan. Tujuan : Mengetahui hubungan antara usia,jenis kelamin, masa kerja, unit

kerja, tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD

Lewoleba. Metode: Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi

pada penelitian ini adalah perawat yang ada di RSUD Lewoleba sebanyak 64 responden. Hasil : Dari hasil

penelitian menunjukan cidera jarum suntik dan benda tajam yang pernah mengalami cidera 31 (41,4%) dan

tidak pernah 33 (51,6%). Dari hasil perhitungan menggunakan uji chi-Square menyatakan bahwa dari ke enam

variabel yang diduga memiliki hubungan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD

Lewoleba, hanya ada empat variabel yang terbukti memiliki hubungan yaitu usia dengan p-value 0,041 < 0,05,

jenis kelamin dengan p-value 0,006 <0,05, masa kerja dengan p-value 0,000 < 0,05 dan pengetahuan dengan p-

value 0,031. Simpulan : Ada hubungan usia, jenis kelamin, masa kerja, dan pengetahuan dengan cidera jarum

suntik dan benda tajam. Tidak ada hubungan unit kerja dan tingkat pendidikan.

  

Kata Kunci : Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam, Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Unit Kerja, Tingkat

Pendidikan, dan pengetahuan.

  ABSTRACT

Background of Study: Hospital is a public health institution. Currently, there are many injection of needles and

sharp objects to health workers who have a big risk of exposure to diseases such as Human Immunodeficiency

Virus (HIV), Hepatitis B and Hepatitis C which causing health problems to the health workers. Objective: To

examine the relationship between age, sex, work period, work unit, education level and knowledge about

injection of needles and sharps on nurses at Lewoleba District Hospital. Method: This research is analytic

observational with the cross sectional approach. The population in this research were nurses in RSUD Lewoleba

consist of 64 respondents. Results: The results showed injection of needles and sharps were 31 (41.4%) and

never 33 (51.6%). From the calculation result using chi-square test stated from six variables suspected to have

relationship with injection of needles and sharp objects at nurses in RSUD Lewoleba, there are only four

variables that proved to have relation that is age with p-value 0,041 <0,05 , gender with p-value 0,006 <0,05,

working period with p-value 0,000 <0,05 and knowledge with p-value 0,031. Conclusion: There is a relationship

of age, gender, length of service, and knowledge. There is no work unit relationship and education level.

Keywords: Injection Needles and Sharp Syringes, Age, Sex, Working Period, Work Unit, Education Level, and

Knowledge.

  PENDAHULUAN

  Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masyarakat harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar derajat kesehatan masyarakat meningkat. Selain pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program Keselamatan dan

1 Kesehatan Kerja di rumah sakit .

  Di sektor kesehatan diupayakan menekan serendah mungkin angka risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan atau pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat

  2 tergantung jenis pekerjaannya .

  Standar Akreditasi Rumah Sakit tahun 2011 menegaskan pada Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK) bahwa Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis dan peralatan lainnya dan orang-orang harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha keras untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah kecelakaan dan cidera, dan

  3 memelihara kondisi aman .

  World Health Report menyebutkan petugas kesehatan terpajan penyakit akibat

  cidera jarum suntik dan benda tajam bervariasi yaitu 2,5% terpajan HIV, 40 % terpajan

4 Hepatitis B dan Hepatitis C , Sedangkan penularan virus melalui blood borne pada

  kecelakaan kerja tertusuk jarum sebesar 30% virus Hepatitis B, 3% Hepatitis C, dan 0,3

  5 % untuk virus HIV .

  Di seluruh dunia jumlah cidera akibat tertusuk jarum dan benda tajam yang terkontaminasi Hepatitis B 2,1 juta, Hepatitis C 926.000, dan HIV sebanyak 327.000. Di negara berkembang salah satu penyebab luka tertusuk jarum adalah pelayanan kesehatan

  6 berupa injeksi sebesar 80-90 % .

  Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 165 : "Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja". Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja dan keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai

  8

  potensi bahaya di Rumah Sakit . Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya cidera jarum suntik dan benda tajam dapat dihindari atau terciptanya zero accident di lingkungan rumah sakit dengan

  6 baik .

  Penelitian di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan perawat 57,1% memiliki tindakan yang kurang baik dalam penerapan prinsip-prinsip kewaspadaan universal dan gambaran faktor organisasi berupa fasilitas 51,4% tersedia, 42,9% perawat belum pernah mengikuti pelatihan keterampilan yang memuat kewaspadaan universal dalam 5 tahun terakhir, dengan demografi dan individu: 80% responden berjenis kelamin perempuan, 74,3% responden berusia antara 20-30 tahun, 37,1% responden sudah

  10 bekerja sebagai perawat di IGD RSUP Dr. M. Djamil selama lebih dari 5 tahun .

  Di Indonesia dalam kurun waktu 2005-2007 mencapai 38-73% kejadian luka

  9 tertusuk jarum suntik dari total jumlah petugas kesehatan .

  Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba adalah rumah sakit negeri kelas C dengan Akreditasi C. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas dan juga menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas. Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba juga termasuk rumah sakit yang berskala besar dengan jumlah tempat tidur sebanyak 164 tempat tidur inap, dibandingkan dengan setiap rumah sakit di provinsi NTT yang rata-rata hanya mempunyai 56 tempat tidur inap, 27 dari 164 tempat di Rumah

11 Sakit Umum daerah Lewoleba berkelas .

  Ruangan yang menggunakan jarum suntik dan benda tajam di Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba adalah ruang rawat inap, ruang operasi, UGD, ruang bersalin, ruang interna, ruang laboratorium, ruang ICU dan ruang IKL. Pada bulan Desember 2016 terdapat cidera benda tajam pada perawat dengan karakteristik tingkat pendidikan D3 perawat, masa kerja 14 tahun, jenis pekerjaan perawat anestesi dan benda tajam melukai adalah jarum suntik pada saat melakukan injeksi terhadap pasien di ruang rawat inap.

  Berdasarkan wawancara pada studi pendahuluan di RSUD Lewoleba, diperoleh beberapa info penting terkait cidera jarum suntik dan benda tajam. Cedera jarum suntik dan benda tajam di RS tersebut pernah terjadi namun, tidak ada dokumentasi yang mencatat kejadian tersebut. Di RS tersebut membuang sampah jarum suntik dan benda tajam tanpa memusnahkan karena tidak adanya alat pemusnahan sampah jarum suntik dan benda tajam. Berdasarkan data pendidikan petugas kesehatan di rumah sakit ini bervariasi dari sekolah menengah kejuruan atau SMK hingga perguruan tinggi. Disamping ada kebiasaan membuang jarum bekas tanpa pemusnahan dikarenakan tidak adanya alat. Sementara pada bagian pengolahan sampah masih ada pekerja yang sudah berusia tidak produktif. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan diteliti faktor - faktor yang berhubungan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yakni penelitian yang dilakukan dengan cara observasi untuk mengetahui hubungan sebab akibat atau kausalitas antara dua variabel yang akan diteliti dengan menggunakan pendekatan

  

cross sectional yakni dimana variabel bebas dan variabel terikat diamati dalam waktu yang

sama. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21-30 Augustus 2017 di RSUD Lewoleba.

  Populasi dari penelitian ini adalah perawat yang ada di RSUD Lewoleba sebanyak 64 orang. Dengan teknik total sampling dalam pengambilan sampel. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Data yang diperoleh berupa data jumlah perawat di RSUD Lewoleba. Dan juga data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung pada responden. Data berupa karakteristik (umur, jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, tingkat pendidikan dan pengetahuan) terhadap cidera jaru suntik dan benda tajam.

  Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan tujuan memperoleh distribusi frekuensi, proporsi serta memperoleh gambaran gambaran umum dari variabel independet dan variabel dependent. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat RSUD Lewoleba.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.

  Analisis Univariat a.

  Umur, jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, pendidikan dan pengetahuan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

  Variabel F %

  Usia Dewasa awal 54 84,4 Dewasa muda 10 15,6 Jenis kelamin Perempuan 30 46,9 Laki-laki 34 53,1 Masa kerja Baru 20 31,3

  Sedang 23 35,9 Lama 21 32,8 Unit kerja Laboratorium 13 20,3 Rawat inap 19 29,7 Gawat darurat 32 50,0 Tingkat pendidikan SMK 7 10,9 Perguruan Tinggi 57 89,1 Cidera jarum suntik dan benda tajam Tidak pernah 33 51,6 Pernah 31 48,4 Pengetahuan Kurang 10 15,6 Cukup 27 42,2 Baik 27 42,2

  Berdasarkan tabel I dapat diketahui bahwa sebagian besar umur responden (perawat) tertinggi yaitu pada kategori dewasa awal dengan jumlah 54 responden (perawat) 84.4 %. Jenis kelamin responden (perawat) di RSUD Lewoleba yang paling terbanyak adalah laki-laki 34 responden (perawat) 53.1 %. Masa kerja sebagian besar responden di RSUD Lewoleba sebanyak 23 responden (perawat) 35.9 % (perawat) dengan kategori sedang. Unit kerja yang paling banyak ditempati responden adalah gawat darurat sebanyak 32 responden (perawat) 50 %.

  Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah lulusan perguruan tinggi sebanyak 57 responden (perawat) 89.1 %. Pengetahuan responden di RSUD Lewoleba seimbang antara responden yang berpengetahuan baik dan cukup sebanyak 27 responden (perawat) 42.2 %. Responden (perawat) yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam sebanyak 31 responden 48.4 %.

2. Analisis Bivariat a.

   Hubungan Usia dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa dari 54 responden yang berusia dewasa awal 18-40 tahun ada 23 responden (42.6%) yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam. Dari 10 responden yang berusia 41-60 tahun ada 8 responden (80.0 %) pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 4.727 dengan p-value 0.041 ada hubungan antara usia dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

b. Hubungan jenis Kelamin dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam.

  Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang berjenis kelamin perempuan ada 20 responden (66.7%) yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam dan dari 34 responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 11 responden (32.4%) yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 7.513 dengan p-value sebesar 0.006 < 0.05 ada hubungan antara jenis kelamin dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  c.

  

Hubungan Masa Kerja dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil dari 20 responden dengan masa kerja baru ada 3 responden (15,0%) pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam, dari 23 responden dengan masa kerja sedang ada 11 responden (47.8%) pernah cidera jarum suntik dan benda tajam, dan dari 21 responden dengan masa kerja lama ada 17 responden (81.0%) pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 17.846 dengan p-value 0.000 < 0.05 ada hubungan antara masa kerja dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  d.

  

Hubungan antara Unit kerja dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda

Tajam

  Berdasarkan tabel 2 dapat diperoleh hasil dari 13 responden yang bekerja laboratorium terdapat 5 responden (38.5%) pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam, dari 19 responden yang bekerja di ruang rawat inap terdapat 8 responden (42.1%) pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam, dari 32 responden yang berada di ruang kegawat daruratan terdapat 18 responden (56.3%) pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 3.141 dengan p-value 0.353 > 0.05 tidak ada hubungan antara unit kerja dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  e.

  

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda

Tajam.

  Berdasarkan tabel 2 dapat diperoleh bahwa dari hasil 7 responden yang tamat SMK ada 6 responden (85.7%) pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam, dan 57 responden yang menempuh pendidikan perguruan tinggi ada 25 responden (43.9 %) pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam.

  ‡

  ‡

  81 Unit kerja Laboratorium 8 61,5 5 38,5 0,448

  17

  19

  4

  Sedang 12 52,2 11 47,8 Lama

  ‡

  3 15 0,000*

  85

  17

  Laki-laki 23 67,6 11 32,4 Masa kerja Baru

  80 Jenis kelamin Perempuan 10 33,3 20 66,7 0,006*

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 4.373 dengan p-value 0.0502 > 0.05 tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  8

  20

  2

  Dewasa muda

  §

  Usia Dewasa awal 31 57,4 23 42,6 0,041*

  Hubungan usia, jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, tingkat pendidikan, dan pengetahuan dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam Variabel Cidera jarum suntik dan benda tajam Tidak pernah p Pernah n % n %

  Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square, didapatkan nilai Chi Square sebesar 6.952 dengan p-value 0.031 < 0.05 ada hubungan antara pengetahuan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Berdasarkan tabel 7 dapat diperoleh bahwa dari hasil 27 responden yang berpengetahuan baik ada 8 responden (29.6 %) pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam, dan dari 27 responden yang berpengetahuan cukup ada 16 responden (59.3%) yang berpengetahuan cukup pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam, sedangkan dari 10 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 7 responden (70.0%) yang berpengetahuan kurang pernah terjadi cidera jarum suntik dan benda tajam.

  

Hubungan Pengetahuan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  f.

  Rawat inap 11 57,9 8 42,1 Gawat darurat 14 43,8 18 56,3 Tingkat pendidikan

  Cidera jarum suntik dan benda tajam Variabel Tidak pernah Pernah p n % n % §

  SMK 1 14,3 6 85,7 0,0502 Perguruan Tinggi 32 56,1 25 43,9 Pengetahuan

  ‡

  Kurang

  3

  30

  7 70 0,031* Cukup 11 40,7 16 59,3 Baik 19 70,4 8 29,6

  PEMBAHASAN 1. Hubungan Usia dengan Cidera Jarum suntik dan Benda Tajam

  Hasil penelitian di RSUD Lewoleba membuktikan faktor usia berhubungan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat dengan nilai signifikan p=0.041. Berdasarkan Tabel 2 di peroleh hasil dari 54 responden yang berusia dewasa awal (18-40 tahun) ada 23 responden (42.6%) yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan cidera jarum suntik pada pekerja Perawat di Rumah Sakit Malaysia yang menunjukan hubungan faktor usia dengan cidera jarum suntik pada

  12 perawat dengan nilai signifakan p =0.01 .

2. Hubungan jenis kelamin dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 48.4 % responden yang pernah cidera jarum suntik dan benda tajam, perempuan lebih sering yang mengalami cidera (66.7 %) dibandingkan laki-laki (32.4%). Daya tahan dan stamina laki-laki yang lebih kuat dari perempuan menjadi alasan laki-laki memiliki konsentrasi

  13 yang baik dalam bekerja sehingga terhindar dari cidera .

  Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan jenis kelamin responden dengan cidera jarum suntik dan benda tajam dengan nilai signifikasi p=0.006. Pekerja perempuan mempunyai tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat menyebabkan mereka kurang fokus dalam bekerja yang mungkin

  14 dapat mempengaruhi kecelakaan lebih sering terjadi .

  Penelitian ini sejalan dengan Kecelakaan Kerja dan Cedera yang dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta, pekerja industri yang mempunyai faktor risiko yang bermakna (p<0.05) adalah jenis kelamin dan

  14 aktifitas fisik pada saat bekerja .

  3. Hubungan Masa Kerja dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Hasil analisis menunjukan masa kerja responden berhubungan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam dengan nilai signifikasi p=0.000. ini sesuai dengan hasil penelitian di PT. Terminal Petikemas Surabaya mengatakan bahwa orang-orang yang masih menetap di perusahaan memiliki pengalaman kerja yang lebih lama. Hal tersebut terjadi karena mereka memang tidak memiliki alasan untuk keluar dari perusahaan kecuali karena usia atau mengalami kecelakaan

  15

  kerja . Sehingga masa kerja atau pengalaman kerja yang lama bukan merupakan faktor penentu bahwa pekerja dapat berperilaku aman selama bekerja.

  Perawat di RSUD Lewoleba sebagian besar memiliki masa kerja 6-10 tahun sehingga membuat pekerja lebih merasa betah dalam suatu pekerjaan. Hasil penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan perilaku yang menyebabkan cidera karyawan Perusahaan Konstruksi Baja tahun 2014 dengan derajat kekuatan

  17 hubungan (p=0.026) .

  4. Hubungan Unit Kerja dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Unit kerja adalah ruangan yang tersedia untuk melakukan sesuatu atau

  51

  pekerjaan . Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui 32 perawat yang bekerja di ruang gawat darurat 43.8 % tidak pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam, di ruang rawat inap 19 perawat 57.9 % tidak pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Hasil analisis ini tidak ada hubungan antara unit kerja dengan cidera jarum suntik dan benda tajam dengan nilai signifikasi p=0.353. Sejalan dengan penelitian tentang Determinan Risiko Cedera Benda Tajam Perawat Anestesi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menyebutkan tidak ada hubungan antara cidera jarum suntik dengan unit

  18 kerja p=0.78 .

  5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Tingkat pendidikan perawat di RSUD lewoleba sudah memenuhi standar profesi minimal, yaitu D3. Bahkan sebagian sudah ada yang berpendidikan S1. Hanya ada 7 responden berpendidikan SMK. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat hubungan pendidikan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba dengan nilai signifikasi p=0.0502. Cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat tidak berkaitan dengan tingkat pendidikannya. Hal tersebut dapat dilihat dari 57 responden perawat yang berpendidikan perguruan tinggi ada 43.9 % responden perawat yang pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan perawat tentang pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan perawat tentang pencegahan VAP dibuktikan dengan nilai r hitung

  19 sebesar -0.036 lebih kecil dari r tabel 0.4005 .

  6. Hubungan pengetahuan dengan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam

  Hasil analisis terdapat hubungan antara pengetahuan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba dengan nilai signifikasi p=0.031. 27 perawat ada 29.6 % berpengetahuan baik pernah cidera jarum suntik dan benda tajam, dan 27 perawat ada 58.3 % berpengetahuan cukup perna cidera jarum suntik dan benda tajam.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang Mahasiswa Profesi Ners STIKES

  ‘Aisyiyah Yogyakarta diketahui adanya hubungan signifikan antara pengetahuan tentang pencegahan luka tusuk jarum dengan insidensi luka tusuk jarum pada mahasiswa profesi ners STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan nilai

  20 p=0.000 .

  Simpulan dan Saran A.

   Kesimpulan 1.

  Sebanyak 31 orang responden (48.4%) pernah mengalami cidera jarum suntik dan benda tajam

  2. Sebanyak 34 orang (53.1%) responden berjenis kelamin laki-laki 3.

  Sebanyak 54 orang (84.4%) responden berusia 18-40 tahun.

  4. Responden memiliki tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 57 orang (89.1%).

  5. Responden bekerja di unit gawat darurat sebanyak 32 orang responden (50%).

  6. Sebanyak 23 orang responden (35.9%) memiliki masa kerja sedang (6-10 tahun).

  7. Pengetahuan responden yang berada pada kategori baik dan cukup masing- masing sebanyak 27 orang responden (42.2%) memiliki pengetahuan dalam kategori baik.

  8. Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.006.

  9. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.041.

  10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.0502.

  11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara unit kerja denga cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.448.

  12. Ada hubunngan yang signifakan antara masa kerja dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.000.

  13. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat di RSUD Lewoleba, dengan nilai p=0.031.

B. Saran 1.

  Untuk Rumah Sakit Umumu Daerah Lewoleba Sebainya pihak rumah sakit lebih memperhatikan perawat dalam pencegahan cidera jarum suntik dan benda tajam melalui peningkatan mutu keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Lewoleba melalui pelatihan

  • – pelatihan K3RS dan kesadaran perawat kesehatan RSUD Lewoleba dalam mentaati kebijakan (standard operational prosedur) yang telah dikeluarkan oleh pihak Rumah Sakit.

2. Bagi penelitian selanjutnya

  Peneliti menyadari bahwa peneliti ini masih jauh dari kata ideal untuk itu penulis berharap penelitian ini dapat dikembangkan lagii oleh peneliti lain seperti menambahkan variabel sikap serta praktik perawat karena peneliti ini hanya sebatas pada faktor penyebab cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat.