FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. H. ABDUL MOELEOK BANDAR LAMPUNG

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. H.

ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

ADELINA VILIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

FACTORS THAT CORRELATED WORK FATIGUE ON NURSES IN INPATIENT INSTALLATION OF RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

By

ADELINA VILIA

Work fatigue is a symptom related with the decrease of work efficiency, skills, boredom and increase of anxiety. If the nurses had fatigue their performance will not be maximum to cure the patient, so it will lower the productivity of nurses in providing services. This research aims to knowing the factors that correlated to work fatigue on the nurses at Inpatient Installation of RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

This study was quantitative study, observational with crosssectional approach. This study was done in November-Desember 2013 at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. The samples were 153 people with purposive sampling method. Inclusion criterias nurses who worked in Inpatient Installation and no pregnant or breast-feeding for woman. Independent variables in this study were sex, age, marital status, nutritional status, history of disease, work period, and shift work. The dependent variable was work fatigue. The test used Chi-Square test or the alternative, Kolmogorov-Smirnov test (α=0,05) and the multivariate used logistic regression test.

The results showed that the most work fatigue was tired category of 75,8%. There were significant correlation between work fatigue with gender (p=0,034), shift work (p=0,001), work period (p=0,041). The most influential factors on the work fatigue was work shift (OR=3,479; p=0,007; CI 95% 1,398-8,659)


(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. H.

ABDUL MOELEOK BANDAR LAMPUNG

Oleh

ADELINA VILIA

Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Perawat yang mengalami kelelahan kerja dapat dipastikan kinerjanya tidak akan maksimal terhadap kesembuhan pasien dan juga menurunkan produktivitas perawat dalam memberikan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Sampel berjumlah 153 orang dengan metode purposive sampling. Kriteria inklusi adalah perawat Instalasi Rawat Inap dan tidak hamil atau menyusui bagi perempuan. Variabel independen dalam penelitian adalah jenis kelamin, usia, status perkawinan, status gizi, riwayat penyakit, masa kerja dan shift kerja dan variabel dependen adalah kelelahan kerja. Uji yang digunakan yaitu uji Chi-Square, uji alternatif Kolmogorov-Smirnov (α=0,05) dan uji regresi logistik untuk analisis multivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelelahan kerja terbanyak adalah kategori lelah sebesar 75,8%. Terdapat hubungan yang bermakna antara kelelahan kerja dengan jenis kelamin (p=0,034), masa kerja (p=0,041) dan shift kerja (p=0,001). Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja adalah shift kerja (OR=3,479; p=0,007; CI 95% 1,398-8,659)


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata “lelah” memiliki arti tersendiri bagi setiap individu dan bersifat subjektif (Putri, 2008). Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas.

Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja (Eraliesa, 2008). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Data dari International Labour Organization (ILO) (2003) menunjukkan bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu sekitar 32,8% dari keseluruhan sampel (Baiduri, 2008).


(11)

Perasaan kelelahan kerja adalah satu dari beberapa gejala yang sering ditemukan di balai pengobatan maupun rumah sakit yaitu sekitar 20-40% populasi mengeluhkan kelelahan kerja yang berat (Setyawati, 2010). Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI didapat 30-40% masyarakat pekerja pemberi jasa layanan kesehatan yang bersifat teknis dan beroperasi selama 8-24 jam sehari mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan adanya pola kerja bergilir (Depkes RI, 2003).

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor individu seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status gizi mempunyai hubungan dengan terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004). Faktor individu seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan, dimana umur berkaitan dengan proses degenerasi organ yang menyebabkan penurunan kemampuan organ sehingga tenaga kerja semakin mudah mengalami kelelahan (Widyo, 2008).

Bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda (Hidayat, 2003). Hasil riset menunjukkan secara klinis terdapat hubungan antara status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik maka akan lebih mudah mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan (Oentoro, 2004).

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang beroperasi 24 jam. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan rumah sakit dalam perawatan pasien


(12)

adalah perawat yang dalam segi jumlah menempati urutan teratas, khususnya bangsal rawat inap. Pekerjaan seorang perawat tidak terlepas dari sistem shift kerja (Dian & Solikhah, 2012). Shift kerja merupakan pilihan dalam pengorganisasian kerja untuk memaksimalkan produktivitas kerja sebagai pemenuhan tuntutan pasien (Joko dkk, 2012). Meskipun memberikan keuntungan terhadap pasien, shift kerja dapat memberikan dampak negatif yang salah satunya adalah kelelahan. Jika perawat mengalami kelelahan kerja dapat dipastikan kinerjanya tidak akan maksimal terhadap kesembuhan pasien sehingga hal ini akan mempengaruhi kesehatan pasien dan juga akan menurunkan produktivitas perawat dalam memberikan pelayanan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan menyebarkan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) kepada 30 orang perawat menunjukkan bahwa perawat mengalami kelelahan, 11 orang merasa sangat lelah (36,6%), 17 orang (56,7%) merasa lelah, dan 2 orang (6,7%) merasa kurang lelah.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(13)

B. Perumusan masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas maka penulis menetapkan rumusan masalah yaitu: apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

b) Mengetahui hubungan usia dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. c) Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kelelahan kerja pada

perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

d) Mengetahui hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(14)

e) Mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

f) Mengetahui hubungan riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

g) Mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

h) Mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

i) Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Dapat mengetahui gambaran kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Bagi Universitas

Untuk menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(15)

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian lain yang sejenis.

5. Bagi Tenaga Kerja

Untuk menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja.


(16)

E. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori

Sumber :Suma’mur (2009) ; Budiono dkk (2003), Setyawati (2010) Kelelahan Kerja Faktor internal:

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Status perkawinan 4. Status gizi

5. Psikis

6. Riwayat Penyakit 7. Sikap kerja

Faktor eksternal: 1. Masa kerja 2. Sikap kerja

3. Shift kerja

4. Kebisingan 5. Iklim kerja 6. Penerangan


(17)

F. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

G. Hipotesis

a) Ada hubungan usia dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

b) Ada hubungan jenis kelamin dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. c) Ada hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja pada perawat

di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. d) Ada hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat di

Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Kelelahan Kerja Usia

Jenis kelamin Status perkawinan

Masa kerja Riwayat penyakit

Status gizi


(18)

e) Ada hubungan riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. f) Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di

Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. g) Ada hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelelahan kerja

1. Definisi

Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh :

a) Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode penyembuhan

b) Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan c) Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan

d) Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur (sebagai akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang)

e) Tidur dan istirahat yang kurang cukup (WSHCouncil,2010)

Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang disebabkan oleh :


(20)

b) Kelelahan fisik umum c) Kelelahan saraf

d) Kelelahan oleh lingkungan yang monoton

e) Kelelahan oleh lingkungan yang kronis terus-menerus sebagai faktor secara menetap (Suma’mur, 2009)

2. Jenis-jenis kelelahan

Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono dkk, 2003) :

a) Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis, yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan.

b) Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan menimbulkan rasa kantuk.

Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010) tipe kelelahan dibagi menjadi :

a) Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja manual). b) Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan).


(21)

3. Penyebab Kelelahan

Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain: a) Pekerjaan yang berlebihan

Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak.

b) Kekurangan waktu

Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terkadang tidak masuk akal. Pada saat karyawan hendak mendiskusikan masalah tersebut dengan atasannya, atasan bukannya memberikan solusi pemecahan namun seringkali memberikan tugas-tugas baru yang harus dikerjakan.

c) Konflik peranan

Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang posisi yang berbeda, yang seringkali disebabkan oleh otoritas yang dimiliki oleh peranan atau jabatan tersebut.

d) Ambigu peranan

Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik dari sisi keahlian maupun posisi pekerjaannya (Eraliesa, 2008).


(22)

Faktor penyebab kelelahan kerja menurut Kroemer & Grandjean (2005) digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan penyembuhan yang diperlukan untuk menimbanginya (Kroemer & Grandjean 2005)

4. Gejala-gejala kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan pusing, berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono dkk, 2003).

Menurut Kroemer & Grandjean (2005), gejala kelelahan subjektif dan objektif, yang paling penting dibagi menjadi :


(23)

a) Perasaan subjektif seperti keletihan, somnolen, pusing, rasa tidak suka untuk bekerja

b) Berpikir lamban

c) Kewaspadaan berkurang d) Persepsi lambat dan buruk e) Enggan untuk bekerja

f) Penurunan kinerja fisik dan mental

5. Faktor-faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu : a) Faktor Internal

1) Usia

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati, 2010). Tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih muda (Oentoro, 2004).

2) Jenis kelamin

Ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan menopause, dan secara sosial wanita berkedudukan sebagai ibu rumah tangga (Suma’mur, 2009).


(24)

3) Psikis

Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat mudah mengalami suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Budiono dkk, 2003).

4) Kesehatan

Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, yaitu:

a) Penyakit Jantung

b) Penyakit Gangguan Ginjal c) Penyakit Asma

d) Tekanan darah rendah

e) Hipertensi (Suma’mur, 2009) 5) Status perkawinan

Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hal urusan rumah tangga sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga akan bertambah (Inta, 2012).


(25)

6) Sikap kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Budiono dkk, 2003).

7) Status Gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjan (Suma’mur, 2009).

Menurut hasil riset Oentoro (2004) menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang maupun berlebih dari normal maka akan lebih mudah mengalami kelelahan kerja.


(26)

Status gizi bisa dihitung salah ssatunya dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

IMT = � ��� ����� (��) ������ ����� ²( )²

Tabel 1. Kategori IMT

IMT KATEGORI

<18,5 Berat badan kurang 18,5-22,9 Berat badan normal 23,0 Kelebihan berat badan 23,0-24,9 Beresiko menjadi obesitas 25,0-29,9 Obesitas I

>30 Obesitas II

(Sumber: Centre for Obesity Research and Education, 2007)

b) Faktor Eksternal 1) Masa kerja

Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang bekerja lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya (Setyawati, 2010).

2) Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental


(27)

ataupun sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono dkk, 2003).

3) Shift kerja

Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu tidur dan terjadi gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag atau shift work. Cyrcardian rhythms berfungsi dalam mengatur tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah. Fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur (Setyawati, 2010).

Cyrcardian rhythms dalam fungsi normal mengatur siklus biologi irama tidur-bangun dimana 1/3 waktu untuk tidur dan 2/3 waktu untuk bangun atau aktivitas. Cyrcardia rhythms dapat terganggu apabila mengalami pergeseran.

a) Sementara (acute shift work, jet lag) b) Menetap (shift worker)

Jika irama tidur cyrcardian terganggu akan terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan fase REM (Rosati, 2011). Tubuh manusia yang seharusnya istirahat, tetapi karena diharuskan bekerja maka keadaan ini akan memberikan beban tersendiri dalam mempengaruhi kesiagaan seorang pekerja yang dapat berkembang


(28)

menjadi kelelahan karena pada malam hari semua fungsi tubuh akan menurun dan timbul rasa kantuk sehingga kelelahan relatif besar pada pekerja malam (Wijaya, 2005).

4) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan maya dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala, kerusakan indera mata, kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003).

5) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002).


(29)

6) Iklim kerja

Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat (Inta, 2012).

6. Mekanisme terjadinya kelelahan

Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat, seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak


(30)

jelas. Misalnya peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi sistem penghambat. Demikian pula peristiwa monotoni, kelelahan terjadi oleh karena hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu berat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satunya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi bersifat parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 2009).

7. Akibat kelelahan kerja

Efek dari kelelahan pada kesehatan dan prestasi kerja dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

Efek jangka pendek pada individu mencakup pekerjaan terganggu kinerja, seperti mengurangi kemampuan untuk:

1) Berkonsentrasi dan menghindari gangguan 2) Berpikir lateral dan analitis


(31)

4) Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan mereka 5) Memelihara kewaspadaan

6) Kontrol emosi

7) Menghargai situasi yang kompleks 8) Mengenali risiko

9) Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan 10)Berkomunikasi secara efektif.

Kelelahan juga dapat meningkatkan kesalahan, membuat waktu reaksi menjadi lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan dan cedera, serta dapat menyebabkan mikro-tidur.

Efek jangka panjang pada kesehatan yang berkaitan dengan shift dan kurang tidur kronik mungkin termasuk:

a) Penyakit jantung b) Diabetes

c) Tekanan darah tinggi d) Gangguan pencernaan e) Depresi, dan

f) Kecemasan (Work Safe Victoria, 2008).

8. Pencegahan kelelahan kerja

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (Budiono dkk, 2003):


(32)

a) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk b) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

c) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar ergonomi

d) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja e) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman

bagi tenaga kerja

f) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik g) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

Menurut Tarwaka dkk (2004) upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja.

Cara mengatasi kelelahan kerja : a) Sesuai kapasitas kerja fisik b) Sesuai kapasitas kerja mental c) Redesain stasiun kerja ergonomis d) Sikap kerja alamiah

e) Kerja lebih dinamis f) Kerja lebih bervariasi g) Redesain lingkungan kerja h) Reorganisasi kerja


(33)

i) Kebutuhan kalori seimbang j) Istirahat setiap 2 jam

9. Pengukuran kelelahan

Hingga saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan kerja yang baku karena kelelahan merupakan suatu perasaan yang sangat subjektif, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam mendefinisikan kelelahan sehingga sulit untuk diukur. Untuk mengetahui kelelahan dapat diukur dengan menggunakan waktu reaksi seluruh tubuh atau Whole Body Reaction Tester (WBRT), uji ketuk jari (Finger Taping Test), uji Flicker Fusion, uji Critical Fusion, uji Bourdon Wiersma, skala kelelahan IFRC (Industrial Fatigue Rating Comite), Skala Fatigue Rating (FR Skala), Ekskresi Katikolamin, Stroop Test, dan Electroensefalografi (EEG) (Wijaya, 2005).

Setyawati (2004), menambahkan parameter untuk pengukuran kelelahan kerja diantaranya skala perasaan lelah dan untuk pengukuran perasaan kelelahan dapat dipakai Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) untuk pekerja Indonesia. KAUPK2 ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang keluhan kerja. Terdiri dari 17 pertanyaan-pertanyaan yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, menggambarkan pelemahan aktivitas sebanyak 7 butir, aspek pelemahan motivasi 3 butir, dan aspek gejala fisik 7 butir (Wijaya, 2005).


(34)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut (Sugiono, 2002):

Kurang lelah, bila responden memperoleh skor jawaban < 20 (< 40% dari total skor)

Lelah, bila responden memperoleh skor jawaban antara 20-35 (40-75% dari total skor)

Sangat lelah, bila responden memperoleh skor jawaban > 35 (75% dari total skor)


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus pada suatu waktu dan pengambilan data hanya satu kali.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh perawat yang ada di bagian Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek yaitu sebanyak 247 orang.


(36)

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling . Responden ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :

Kriteria inklusi :

a. Perawat yang bersedia mengikuti penelitian dan dibuktikan dengan informed consent.

b. Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Kriteria eksklusi :

a. Perawat yang sedang hamil atau menyusui.

3. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian menurut Notoadmojo (2010) diambil berdasarkan rumus Slovin:

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan (0,05)

�= �


(37)

�= 247

1 + 247 (0,05)(0,05)

�= 247

1,6175

� = 153 sampel

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, status perkawinan, status gizi, riwayat penyakit, masa kerja, shift kerja 2. Variabel dependen


(38)

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan membatasi penelitian, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

pengukuran

Hasil Skala

Jenis kelamin Tanda biologis yang membedakan manusia berdasarkan kelompok

Kuesioner 1. 1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Usia Jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran responden sampai saat dilakukan penelitian (berdasarkan kartu identitas)

Kuesioner 1. ≤ 40 th 2. > 40 th

Ordinal Status perkawinan Keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan yang terdapat pada kartu identitas

Kuesioner 1. Belum kawin 2. Sudah kawin Nominal Riwayat Penyakit Keterangan yang menunjukkan ada tidaknya penyakit kronik berat yang diderita sampai saat ini

Kuesioner 1. Tidak ada riwayat penyakit 2. Ada riwayat penyakit Nominal


(39)

Status gizi Gambaran keseimbangan antara antara kebutuhan zat gizi dan masukan gizi yang diukur dengan melihat Indeks Masa Tubuh (IMT) Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) 1. Malnutrisi (<18,5) & (≥23,0) 2. Gizi baik

(18,5-22,9)

Ordinal

Masa kerja Lama waktu responden bekerja dihitung dari tanggal, bulan dan tahun mulai bekerja di RSUD Abdul Moeloek sampai dengan

penelitian dilakukan

Kuesioner 1. ≤ 10 tahun

2. >10 tahun Ordinal

Shift kerja Pengaturan jam kerja

Kuesioner 1. Shift 2. Nonshift Nominal Kelelahan kerja Suatu keadaan dimana seseorang merasa lelah secara fisik dan/atau mental Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

1. Skor < 20= kurang lelah 2. Skor

20-35= lelah 3. Skor >

35= sangat lelah


(40)

F. Pengumpulan Data

1. Bahan

Penelitian dilakukan dengan observasi analitik dengan sampel penelitian manusia (perawat di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung)

2. Alat

a) Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer. b) Kuesioner

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari: Karakteristik Responden dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2).

3. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1) Data primer

Data primer merupakan data dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden yang terdiri dari: Karakteristik Responden dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2).

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung berupa data perawat RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(41)

4. Cara kerja

Pengambilan data dan penelitian dilakukan selama 1 bulan dan dilanjutkan dengan analisis data. Kemudian kuesioner dibagikan, dan dikumpulkan segera setelah diisikan. Melalui data perawat telah dicatat data dasar dari masing-masing subjek yang diperlukan dalam penelitian, dengan sebelumnya melakukan prosedur izin dari RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(42)

G. Alur Penelitian

Alur

Gambar 4. Bagan alur penelitian

Pembuatan proposal, pengambilan data perawat di RSUD Abdul Moeloek, studi pendahuluan,

perizinan 1. Tahap Persiapan

Pengambilan sampel berdasarkan kriteria

inklusi dan ekslusi 2. Tahap Pelaksanaan

Pengisian informed consent, pengisian

kuisioner

Pencatatan

3. Tahap Pengolahan Data

Analisis dengan software pengolah


(43)

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan program software statistik komputer. Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer,

c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer,

d. Computer output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program software statistik komputer.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini ada 3 macam yaitu : a) Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel independen dan variabel dependen.


(44)

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik.

Analisis bivariat untuk skala kategorik-kategorik digunakan uji komparatif, yaitu Chi-Square dan dianggap bermakna bila p<0,05. Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka digunakan uji alternatifnya, yaitu Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2011).

c) Analisis Multivariat

Pada analisis multivariat, uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel terikatnya memiliki skala kategorik. Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis. Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah analisis bivariat yang mempunyai nilai p<0,25 (Dahlan, 2011).


(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Gambaran kelelahan kerja yang dialami perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar lampung adalah kelelahan kerja kategori lelah yaitu 75,8%.

2. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 4. Tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan kelelahan kerja

pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.


(46)

5. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

6. Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

7. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

8. Terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

9. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung adalah shift kerja (OR=3,479; p=0,007; CI 95% 1,398-8,659).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang dimilki dalam penelitian ini maka dapat direkomendasikan hal-hal berikut :

1. Bagi RSUD Dr. H. Abdul Moeleok, dapat memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan tentang kelelahan kerja kepada perawat. 2. Bagi Perawat

a) Untuk pekerja shift disarankan agar lebih menjaga waktu istirahat dengan baik agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.


(47)

b) Usahakan untuk tetap menjaga pola makan dengan baik untuk tetap dapat menjada produktivitas kerja.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a) Perlu dilakukan penelitian dengan penggunaan waktu reaksi untuk mendapatkan gambaran kelelahan kerja secara objektif.

b) Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang pengaruh modifikasi shift kerja terhadap kelelahan kerja.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Akerstedts T, Fredlund P, Gillberg M, Jansson B. 2002. Work load and work in relation to disturbed sleep and fatigue in a large representative sample. Psychosom. Res. 53: 585-8.

American Nurses’ Association and the Congress on Nursing Practice & Economics. 2006. Assuring patient safety: Registered nurses’ responsibility in all roles and settings to guard against working when fatigues. (http://ana.nursingworld.org/MainMenuCategories/HealthcareandPolicyIss ues/ANAPositionStatements/All-Position-Statements.aspx). [19 Januari 2014].

Baiduri W. 2008. Fatigue Assessment. Jakarta: PT. Pamapersada Nusantara.

Barker, ML. 2009. Measuring and modeling the effects of fatigue on performance: Specific application to the nursing profession. Dissertation submitted to the faculty of Virginia Polytechnic Institute and State University to partially fulfill the requirements of a Doctor of Philosophy In Industrial and Systems Engineering: Blacksburg, Virginia.

Budiono, AMS, Jusuf, RMF, Pusparini, A. 2003. Hiperkes dan keselamatan kerja. Semarang: Bunga Rampai

Centre for Obesity Research and Education. 2007. Body Mass Index: BMI Calculator. Cut, R. 2005. Hubungan antara faktor individu dengan kelelahan kerja shift pagi di Ruang Kontrol PT. Pupuk Iskandar Muda Lhoksumawe Aceh Utara tahun 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 5. Jakarta:

Salemba Medika, hlm: 19-20,197-208.

Depkes RI. 2003. Modul pelatihan bagi fasilitator kesehatan kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


(49)

Dian, K dan Solikhah. 2012. Hubungan kelelahan kerja dengan kinerja perawat di bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (2): 162-232.

Dorrian J, Lamond N, Van den Heuvel C, Pincombe J, Rodgers AE, Dawson D. 2006. A pilot study of safety implications of Australian nurses’ sleep and work hours. Chronobiology International. 23(6): 49-63.

Ellis, JR. 2008. Quality of care, nurses’ work schedules, and fatigue: A white paper. Seattle: Washington State Nurses Association.

Eraliesa, F. 2008. Hubungan faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan kecamatan tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Gatot, DB, Adisasmito, W. 2005. Hubungan karakteristik perawat, isi pekerja dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Jurnal Makara, Kesehatan, 9(1):1-8. Gutek, BA, Searle, S, Klepa, L. 1991. Rational versus gender role explanations for

work-family conflict. Journal of Applied Psychology,76(4): 560-8. Hasibuan, 2010. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hidayat, T. 2003. Bahaya laten kelelahan kerja. Jakarta: Harian Pikiran Rakyat. Hossain J L, Reinish L W, Kayumov L, Bhuiya P, Shapiro CM. 2003. Underlying

sleep pathology may cause chronic high fatigue in shift-workers. J. Sleep Res. 12: 223-30.

ILO. 2003. Encyclopedia of occupational health and safety. Geneva.

Ida, K. 2001. Hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada operator telepon di kantor daerah telekomunikasi Medan tahun 2001. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Inta, H, Trimawaan HW, Santi, S. 2012. Hubungan Kerja shift terhadap kelelahan perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan. (web.unair.ac.id/admin/file/f_41725_inta1.docx). [12 Oktober 2013]. International Council of Nurses. 2007. Nurses and shift work.pdf. [19 Januari 2014].


(50)

Joko, S, Titin IO, Sigit, TS. 2012. Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan karyawan dengan metode bourdon wiersman dan 30 items of rating scale. Jurnal Teknologi, 5(1); 32-39.

Kenyon, TA, Gluesing RE, White KY, Dunkel W L, Burlingame B L. 2007. On call: Alert or unsafe? A report of the AORN on-call electronic task force. AORN journal. 86(4): 630-9.

Kroemer, KHE, Grandjean E. 2005. Fitting the task to the human : a Textbook of Occupational Ergonomics. Fifth edition. Taylor & Francis Publisher. Page 200.

Kudo Y, Satoh T, Kido S, Watanabe M, Miki T, Miyajima E, et al. 2008. A pilot study testing the dimensions of safety climate among Japanese nurses. Industrial Health. 46(2): 158-65.

Mauludi, MN. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement Tunggal Prakarsa TBK Citeureup-bogor. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Mentari, A, Kalsum, Salmah, A. 2012. Hubungan karakteristik pekerja dan cara

kerja dengan kelelahan kerja pada pemanen kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Adolina. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mississauga. 2012. A Review of mechanisms, outcomes, and measurement of fatigue at work : The Toronto Workshop. Ontario: CRE-MSD.

Nalini, R. 2009. Problems experienced by nurses in their workplace. Trained Nurses' Association of India (TNAI) VOL. C No. 7.

Nasution, HR. 1998. Kelelahan tenaga kerja wanita dan pemberian musik pengiring di Andiyanto Batik Yogjakarta. Universitas Gajah Mada. Yogjakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oentoro, S. 2004. Kampanye atasi kelelahan mental dan fisik. Jakarta: UI Press. Øyane, NMF, Pallesen, S, Moen, BE, Åkerstedt, T, Bjorvatn, B, 2013. Associations

between night work and anxiety, depression, insomnia, sleepiness and fatigue in a sample of norwegian nurses. PLOS ONE, 8: 1-7.

Putri, DP. 2008. Hubungan faktor internal dan eksternal pekerja terhadap kelelahan (fatigue) pada operator alat besar PT. Indonesia Power Unit Bisnis


(51)

Pembangkitan Suralaya Periode Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Rogers, AE. 2008. The Effects of Fatigue and sleepiness on nurse performance and patient safety. Pubmed: patient safety and quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses: Vol. 2

Rogers, AE, Hwang, W, Scott, LD, Aiken LH, and Dinges, DF. 2004. The working hours of hospital nurses and patient safety. Health Affairs, 23(4), 202–222. Rosati, E. 2011. Perbedaan Tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saosa, M, Jesephus, J, Akili, RH. 2013. Hubungan faktor individu dengan kelelahan kerja tenaga kerja bongkar muat di pelabuan Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Scott, LD, Rogers, AE, Hwang, W, and Zhang, Y. 2006. Effects of critical care nurses’ work hours on vigilance and patients’ safety. American Journal of CriticalCare, 15(1), 30–37.

Setiarto, H. 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi bus jurusan Grabag-Borobudur. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang.

Setyawati, LM. 2004. Kelelahan kerja & stress kerja. Seminar Nasional Ergonomi Aplikasi Ergonomi dalam Industri. Yogyakarta.

____________. 2007. Promosi kesehatan dan keselamatan kerja. Pelatihan Para Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klaten.

____________. 2010. Selintas tentang kelelahan kerja. Yogyakarta: Amara Books. Shen, JH, Botly LCP, Chung SA, Gibbs AL, Sabanadzovic S, Shapiro CM. 2006.

Fatigue and shift work. J. Sleep Res. 15: 1-5.

Sugiono. 2002. Metode penelitian administrasi. Cetakan XI. Alfabetha. Bandung. Suma’mur, PK. 2009. Higiene perusahaan dan keselamatan kerja. Jakarta: Sagung


(52)

Supriana, U. 2011. Analisa pengaruh konflik peran ganda dan kelelahan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Pandeglang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Tarwaka, SHA, Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Virgy, S. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Widyo, S. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja di bagian Saw Mill Park PT. Marcelindo Jaya Pratama Desa Kuningan Kecamatan Karangawen. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.

Wijaya. 2005. Hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur & kelelahan kerja perawat Instalasi Rawat Darurat RS DR.Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Work Safe Victoria. 2008. Fatigue prevention in the workplace. (http://www.workcover.nsw.gov.au/formspublications/publications/Docum ents/fatigue_prevention_in_the_workplace_5581.pdf. [13 Oktober 2013] WSHCouncil. 2010. Workplace safety & health guidelines (Fatigue Management).

(https://www.wshc.sg/wps/themes/html/upload/cms/file/Fatigue%20Manag ement.pdf). [9 Oktober 2013].

Yuan SC, Chou MC, Chen CJ, Lin YJ, Chen MC, Liu HH, Kuo HW. 2011. Influences of shift work on fatigue among nurses. Journal of Nursing Management. 19(3):339-45.


(1)

67

b) Usahakan untuk tetap menjaga pola makan dengan baik untuk tetap dapat menjada produktivitas kerja.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a) Perlu dilakukan penelitian dengan penggunaan waktu reaksi untuk mendapatkan gambaran kelelahan kerja secara objektif.

b) Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang pengaruh modifikasi shift kerja terhadap kelelahan kerja.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akerstedts T, Fredlund P, Gillberg M, Jansson B. 2002. Work load and work in relation to disturbed sleep and fatigue in a large representative sample. Psychosom. Res. 53: 585-8.

American Nurses’ Association and the Congress on Nursing Practice & Economics. 2006. Assuring patient safety: Registered nurses’ responsibility in all roles and settings to guard against working when fatigues. (http://ana.nursingworld.org/MainMenuCategories/HealthcareandPolicyIss ues/ANAPositionStatements/All-Position-Statements.aspx). [19 Januari 2014].

Baiduri W. 2008. Fatigue Assessment. Jakarta: PT. Pamapersada Nusantara.

Barker, ML. 2009. Measuring and modeling the effects of fatigue on performance: Specific application to the nursing profession. Dissertation submitted to the faculty of Virginia Polytechnic Institute and State University to partially fulfill the requirements of a Doctor of Philosophy In Industrial and Systems Engineering: Blacksburg, Virginia.

Budiono, AMS, Jusuf, RMF, Pusparini, A. 2003. Hiperkes dan keselamatan kerja. Semarang: Bunga Rampai

Centre for Obesity Research and Education. 2007. Body Mass Index: BMI Calculator. Cut, R. 2005. Hubungan antara faktor individu dengan kelelahan kerja shift pagi di Ruang Kontrol PT. Pupuk Iskandar Muda Lhoksumawe Aceh Utara tahun 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 5. Jakarta:

Salemba Medika, hlm: 19-20,197-208.

Depkes RI. 2003. Modul pelatihan bagi fasilitator kesehatan kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


(3)

69

Dian, K dan Solikhah. 2012. Hubungan kelelahan kerja dengan kinerja perawat di bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (2): 162-232.

Dorrian J, Lamond N, Van den Heuvel C, Pincombe J, Rodgers AE, Dawson D. 2006. A pilot study of safety implications of Australian nurses’ sleep and work hours. Chronobiology International. 23(6): 49-63.

Ellis, JR. 2008. Quality of care, nurses’ work schedules, and fatigue: A white paper. Seattle: Washington State Nurses Association.

Eraliesa, F. 2008. Hubungan faktor individu dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tapaktuan kecamatan tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Gatot, DB, Adisasmito, W. 2005. Hubungan karakteristik perawat, isi pekerja dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Jurnal Makara, Kesehatan, 9(1):1-8. Gutek, BA, Searle, S, Klepa, L. 1991. Rational versus gender role explanations for

work-family conflict. Journal of Applied Psychology,76(4): 560-8. Hasibuan, 2010. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hidayat, T. 2003. Bahaya laten kelelahan kerja. Jakarta: Harian Pikiran Rakyat. Hossain J L, Reinish L W, Kayumov L, Bhuiya P, Shapiro CM. 2003. Underlying

sleep pathology may cause chronic high fatigue in shift-workers. J. Sleep Res. 12: 223-30.

ILO. 2003. Encyclopedia of occupational health and safety. Geneva.

Ida, K. 2001. Hubungan shift kerja dengan terjadinya kelelahan kerja pada operator telepon di kantor daerah telekomunikasi Medan tahun 2001. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Inta, H, Trimawaan HW, Santi, S. 2012. Hubungan Kerja shift terhadap kelelahan perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan. (web.unair.ac.id/admin/file/f_41725_inta1.docx). [12 Oktober 2013]. International Council of Nurses. 2007. Nurses and shift work.pdf. [19 Januari 2014].


(4)

Joko, S, Titin IO, Sigit, TS. 2012. Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan karyawan dengan metode bourdon wiersman dan 30 items of rating scale. Jurnal Teknologi, 5(1); 32-39.

Kenyon, TA, Gluesing RE, White KY, Dunkel W L, Burlingame B L. 2007. On call: Alert or unsafe? A report of the AORN on-call electronic task force. AORN journal. 86(4): 630-9.

Kroemer, KHE, Grandjean E. 2005. Fitting the task to the human : a Textbook of Occupational Ergonomics. Fifth edition. Taylor & Francis Publisher. Page 200.

Kudo Y, Satoh T, Kido S, Watanabe M, Miki T, Miyajima E, et al. 2008. A pilot study testing the dimensions of safety climate among Japanese nurses. Industrial Health. 46(2): 158-65.

Mauludi, MN. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement Tunggal Prakarsa TBK Citeureup-bogor. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Mentari, A, Kalsum, Salmah, A. 2012. Hubungan karakteristik pekerja dan cara

kerja dengan kelelahan kerja pada pemanen kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Adolina. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mississauga. 2012. A Review of mechanisms, outcomes, and measurement of fatigue at work : The Toronto Workshop. Ontario: CRE-MSD.

Nalini, R. 2009. Problems experienced by nurses in their workplace.Trained Nurses' Association of India (TNAI) VOL. C No. 7.

Nasution, HR. 1998. Kelelahan tenaga kerja wanita dan pemberian musik pengiring di Andiyanto Batik Yogjakarta. Universitas Gajah Mada. Yogjakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oentoro, S. 2004. Kampanye atasi kelelahan mental dan fisik. Jakarta: UI Press. Øyane, NMF, Pallesen, S, Moen, BE, Åkerstedt, T, Bjorvatn, B, 2013. Associations

between night work and anxiety, depression, insomnia, sleepiness and fatigue in a sample of norwegian nurses. PLOS ONE, 8: 1-7.

Putri, DP. 2008. Hubungan faktor internal dan eksternal pekerja terhadap kelelahan (fatigue) pada operator alat besar PT. Indonesia Power Unit Bisnis


(5)

71

Pembangkitan Suralaya Periode Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Rogers, AE. 2008. The Effects of Fatigue and sleepiness on nurse performance and patient safety. Pubmed: patient safety and quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses: Vol. 2

Rogers, AE, Hwang, W, Scott, LD, Aiken LH, and Dinges, DF. 2004. The working hours of hospital nurses and patient safety. Health Affairs, 23(4), 202–222. Rosati, E. 2011. Perbedaan Tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saosa, M, Jesephus, J, Akili, RH. 2013. Hubungan faktor individu dengan kelelahan kerja tenaga kerja bongkar muat di pelabuan Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Scott, LD, Rogers, AE, Hwang, W, and Zhang, Y. 2006. Effects of critical care nurses’ work hours on vigilance and patients’ safety. American Journal of CriticalCare, 15(1), 30–37.

Setiarto, H. 2002. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi bus jurusan Grabag-Borobudur. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang.

Setyawati, LM. 2004. Kelelahan kerja & stress kerja. Seminar Nasional Ergonomi Aplikasi Ergonomi dalam Industri. Yogyakarta.

____________. 2007. Promosi kesehatan dan keselamatan kerja. Pelatihan Para Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klaten.

____________. 2010. Selintas tentang kelelahan kerja. Yogyakarta: Amara Books. Shen, JH, Botly LCP, Chung SA, Gibbs AL, Sabanadzovic S, Shapiro CM. 2006.

Fatigue and shift work. J. Sleep Res. 15: 1-5.

Sugiono. 2002. Metode penelitian administrasi. Cetakan XI. Alfabetha. Bandung. Suma’mur, PK. 2009. Higiene perusahaan dan keselamatan kerja. Jakarta: Sagung


(6)

Supriana, U. 2011. Analisa pengaruh konflik peran ganda dan kelelahan kerja terhadap kinerja perawat RSUD Pandeglang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Tarwaka, SHA, Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

Virgy, S. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Widyo, S. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja di bagian Saw Mill Park PT. Marcelindo Jaya Pratama Desa Kuningan Kecamatan Karangawen. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.

Wijaya. 2005. Hubungan antara shift kerja dengan gangguan tidur & kelelahan kerja perawat Instalasi Rawat Darurat RS DR.Sardjito Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Work Safe Victoria. 2008. Fatigue prevention in the workplace. (http://www.workcover.nsw.gov.au/formspublications/publications/Docum ents/fatigue_prevention_in_the_workplace_5581.pdf. [13 Oktober 2013] WSHCouncil. 2010. Workplace safety & health guidelines (Fatigue Management).

(https://www.wshc.sg/wps/themes/html/upload/cms/file/Fatigue%20Manag ement.pdf). [9 Oktober 2013].

Yuan SC, Chou MC, Chen CJ, Lin YJ, Chen MC, Liu HH, Kuo HW. 2011. Influences of shift work on fatigue among nurses. Journal of Nursing Management. 19(3):339-45.


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014

1 9 199

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014

6 36 203

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2013

18 100 62

HUBUNGAN STRES KERJA DAN KETERATURAN MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

5 35 72

HUBUNGAN SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

10 97 70

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016

0 15 81

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD.DR. MOEWARDI SURAKARTA.

0 3 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD.DR. MOEWARDI SURAKARTA.

0 1 13

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD.DR. MOEWARDI SURAKARTA.

0 1 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2014.

0 1 10