PENGARUH INDUKSI HORMON OOCYTE DEVELOPER (OODEV) TERHADAP KEMATANGAN GONAD CALON INDUK IKAN NILEM (Osteochilus hasselti)

  

PENGARUH INDUKSI HORMON OOCYTE DEVELOPER (OODEV)

TERHADAP KEMATANGAN GONAD CALON INDUK IKAN NILEM

(Osteochilus hasselti)

  

Oleh :

EVA DWI CHOLIFAH

SIDOARJO – JAWA TIMUR

  

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016 Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Eva Dwi Cholifah N I M : 141211133002 Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 15 Februari 1994 Alamat : Jl. Ngelom Megare RT/RW 01 No. 585, Kec. Taman, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur. Telp./HP 08563107877 Judul Skripsi : Pengaruh Induksi Hormon Oocyte Developer (Oodev) Terhadap Kematangan Gonad Calon Induk Ikan Nilem

  (Osteochilus hasselti )

  Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, MP., Ir. . Shofy

  

2. Dr. Epy Muhammad Luqman,Drh.,Msi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat

adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian :

Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).

  

Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri

tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38

  • – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri.

  

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan

dipergunakan sebagaimana mestinya.

  SKRIPSI

PENGARUH INDUKSI HORMON OOCYTE DEVELOPER (OODEV)

TERHADAP KEMATANGAN GONAD CALON INDUK IKAN NILEM

  

(Osteochilus hasselti)

  Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh : EVA DWI CHOLIFAH

  NIM : 141211133002 Menyetujui,

  Komisi Pembimbing

  SKRIPSI

PENGARUH INDUKSI HORMON OOCYTE DEVELOPER (OODEV)

TERHADAP KEMATANGAN GONAD CALON INDUK IKAN NILEM

  

(Osteochilus hasselti)

  Oleh : EVA DWI CHOLIFAH

  NIM : 141211133002 Telah diujikan pada Tanggal : 24 Agustus 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., M.P.

  Anggota : Dr. Endang Dewi Masithah, Ir, M.P Dr. Epy Muhammad Luqman, Drh.,M.Si Dr. Widjiati, Drh., M.Si.

  Abdul Manan, S.Pi., M.Si.

  

RINGKASAN

EVA DWI CHOLIFAH. Pengaruh Induksi Hormon Oocyt Developer (oodev)

Terhadap Kematangan Gonad Pada Calon Induk Ikan Nilem (Osteochilus

hasselti). Dosen Pembimbing I Dr. Endang Dewi Masithah, MP., Ir. dan

Dosen Pembimbing II Dr. Epy Muhammad Luqman,Drh.,Msi

  Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Menurut Data Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013 mencantumkan nilai produksi ikan nilem di Indonesia pada tahun 2009, 2010 dan 2011 bersifat fluktuatif. Produksi yang diperoleh yaitu 167.461.235 kg, 385.701.378 kg, dan 308.763.779 kg. Kendala produksi ikan nilem yang fluktuatif menyebabkan penyediaan benih tidak sepanjang tahun. Upaya mengatasi kendala tersebut adalah adanya ketersediaan induk matang gonad. Mempercepat perkembangan gonad ikan nilem, perlu adanya induksi hormonal, pada penelitian ini menggunakan hormon Oodev.

  Hormon Oodev merupakan kombinasi hormon yang mengandung

pregnant mare’s serum gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (Farastuti, 2014).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh induksi hormon Oodev untuk mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem dan mengetahui dosis optimum hormon Oodev dalam mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil pengamatan yang didapatkan dari induksi hormon Oodev dengan dosis berbeda terhadap kematangan gonad calon induk ikan nilem yang merupakan dosis optimum diperoleh pada dosis hormon Oodev 0,75 mL/kg pada hari ke-14. Pada pengamatan menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan dosis 0,75 mL/kg (1,24225%/hari), indeks kematangan gonad pada perlakuan dosis 0,75 mL/kg terjadi yaitu 3,8575 ± 0,11730% dan ukuran diameter telur pada perlakuan dosis 0,75 mL/kg sebesar 1,1050 ± 0,00577 mm.

  

SUMMARY

EVA DWI CHOLIFAH. Effect Induced of Oocyte Developer (Oodev)

Hormone to Maturity Gonad Brood Nilem Fish. Academic Advisor I Dr.

Endang Dewi Masithah, MP., Ir. and Academic Advisor II Dr. Epy

Muhammad Luqman,Drh.,Msi

  Nilem fish (Osteochilus hasselti) is a freshwater aquaculture commodity, that has economic value. According to Ministry of fisheries and marine affairs, nilem fish production in Indonesia in 2009, 2010, and 2011 was fluctuated. The fluctuation nilem fish production was caused by the supply, which is not annually done. One of the efforts to overcome these obstacles is the availability of the mature brood gonad. To accelerate nilem fish gonad development, it needs hormonal induction. Which Oodev hormone was administrated used oodev hormone is a combination of pregnant mare`s serum gonadotropin (PMSG) and Antidopamin (Farastuti, 2014).

  The purpose of this research was to determine the effect of Oodev hormone induction in accelerating the gonad maturation in nilem fish brood and determine the optimum dose of Oodev hormone in accelerating the gonad maturation in nilem fish brood. The method used is an experimental method. The observation design used was completely randomized design (CRD). The result from the observation obtained from inducing Oodev hormone with different doses towards the gonad maturation of nilem fish brood showed that all fish can be gonad maturity and the optimum dose was obtained at dose of 0.75 mL/kg on day

  14. The observation also showed that there was an average specific growth rate in the treatment at dose of 0.75 mL/kg about 1.24225%/day, gonadosomatic index at dose of 0.75 mL/kg occurred 3.8575 ± 0.11730% and the diameter of the eggs at dose of 0.75 mL/kg was 1.1050 ± 0.00577 mm.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh induksi hormon

  

Oocyte developer (Oodev) terhadap kematangan gonad pada calon induk ikan

  nilem (Osteochilus hasselti) yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan produktifitas perikanan di Indonesia. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar

  • –besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan ijin dan bantuan fasilitas dalam penyelesaian penelitan ini.

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi serta perkembangan ilmu dan teknologi di bidang perikanan Indonesia.

  Sidoarjo, September 2016 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Induksi Hormon Oocyte Developer (Oodev) Terhadap Kematangan Gonad Calon Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasselti).

  Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain :

  Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya, Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, M.P., Ir.dan Bapak Dr. Epy Muhammad Luqman,Drh.,M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan selaku dosen pembimbing kedua yang selama ini telah memberikan ilmu, saran, motivasi, bimbingan, dan masukan serta telah banyak memberikan literatur dalam skripsi saya.

  Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., M.P., Ibu Dr. Widjiati, Drh., M.Si.dan Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi ini.

  Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi bagi saya selama menempuh kuliah. Seluruh staf pengajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga atas bantuan dalam penelitian dan wawasan ilmu selama mengikuti pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya, semoga penulis bisa mengamalkan ilmu yang telah diberikan.

  Bapak Boedi Rachman, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing lapangan di Balai Besar Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi.

  Seluruh Staf Kependidikan, Bagian Akademik, Bagian Keuangan, Bagian Tata Usaha, dan Bagian sistem Informasi yang telah banyak membantu penulis selama belajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  Orang tua penulis, Mustaqim Choiri (Alm) dan Ibu Nunuk Dwi Hartini, S.Pd. dan kakak penulis, Rizal dan Riska serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, bimbingan, dan motivasi yang tiada henti kepada penulis untuk menjadi lebih baik.

  Sahabat terkasih : Elly, Farah, Dimas, Intan, Gigih, Miko, Stella, Dian, Hito, Syifa, Pita, Nunuk, Reni, Pipin, Anita, Umi, Nur, Parida, kak Rillo, Hamidah, Sakina dan Hilda sebagai saudara seperjuangan yang telah memberikan banyak bantuan dan semangat untuk selalu menjadi lebih baik. Teman-teman angkatan 2012 dan teman-teman penulis lain yang belum disebutkan.

  Harapan terakhir penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para penuntut ilmu dan pengajar serta membuka kritik serta saran untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih progresif.

  

DAFTAR ISI

Halaman

  RINGKASAN ..................................................................................... iv SUMMARY ........................................................................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................ vii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ............................................. xiv I PENDAHULUAN .......................................................................

  1 1.1 Latar Belakang .......................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................

  3 1.3 Tujuan ....................................................................................

  3 1.4 Manfaat ..................................................................................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

  4

  2.1 Hormon Oodev (Oocyte Developer) .......................................

  4 2.2 Dopamin dan Antidopamin ....................................................

  4 2.3 Klasifikasi ...............................................................................

  5 2.4 Morfologi ..............................................................................

  6 2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ......................................

  6 2.6 Indeks Kematangan Gonad (IKG) .........................................

  7 2.7 Hormon Oocyte Developer (Oodev) dalam Proses Vitelogenin ...

  8 2.8 Reproduksi .............................................................................

  9 2.9 Kualitas Air ............................................................................

  10 III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .....................

  11 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .....................................

  11 3.2 Hipotesis Penelitian ..........................................................

  15 IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................

  16 4.1 Waktu dan Tempat ..................................................................

  16 4.2 Materi Penelitian .....................................................................

  16 4.3 Metode Penelitian ..................................................................

  16 4.3.1 Rancangan Penelitian ....................................................

  17 4.3.2 Prosedur Kerja ..............................................................

  18 4.3.3 Parameter Pengamatan ..................................................

  19 A. Parameter Utama ......................................................

  19 B. Parameter Pendukung ...............................................

  20 4.3.4 Analisis Data .................................................................

  20

  V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  22 5.1 Hasil ........................................................................................

  22 5.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................

  22 5.1.2 Indeks Kematangan Gonad ...........................................

  23 5.1.3 Diameter telur ................................................................

  25 5.1.4 Kualitas Air ....................................................................

  26 5.2 Pembahasan ..............................................................................

  27 VI SIMPULAN DAN SARAN .........................................................

  37 5.1 Simpulan ................................................................................

  37 5.2 Saran ......................................................................................

  37 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

  38 LAMPIRAN ........................................................................................

  44

  

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

  1. Perlakuan dosis hormon yang diterapkan

  17

  2. Data laju pertumbuhan spesifik

  22

  3. Indeks kematangan gonad

  24

  4. Diamater telur

  26

  5. Kisaran parameter kualitas air

  27

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.Ikan nilem(Osteochilus hasselti) .......................................................

  6 2. Diagram alur mekanisme kerja hormon perlakuan induksi maturasi..

  9 3. Bagan kerangka konseptual..............................................................

  14 4. Diagram alir penelitian .....................................................................

  21

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Dokumentasi Penelitian..................................................................

  44 2. Gambaran Gonad Ikan Nilem ........................................................

  45

  3. Data Pertumbuhan Rata-Rata Bobot Pada Setiap Perlakuan......... 48

  4. Analisis Varian Laju Pertumbuhan Spesifik.................................. 49

  5. Data Rata-Rata Indeks Kematangan Gonad.................................. 51

  6. Analisis Varian Indeks Kematangan Gonad.................................. 52

  7. Data Rata-Rata Diameter Telur...................................................... 53

  8. Analisis Varian Diameter Telur...................................................... 54

  9. Gambaran Diameter Telur Ikan Nilem .......................................... 56

  10. Gambaran Diameter Telur Ikan Nilem.......................................... 58

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

  Oodev = Oocyte developer PMSG = Pregnant Mare`s Serum Gonadotropin AD = Anti Dopamin FSH = Follicle Stimulating Hormone LH = Luteinizing Hormone

  IKG = Indeks Kematangan Gonad FSH-RH = Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone LH-RH = Luteinizing Hormone Releasing Hormone GTH = Gonadotropin Hormone MIS = Maturation Inducting Steroid LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik SGR = Spesific Growth Rate GNRH = Gonadotrophin Releasing Factor GRIH = Gonadotropin Release Inhibiting Factor TKG = Tingkat Kematangan Gonad MGV = Migration Germinal Vesicle

  PGV = Perpheral Germinal Vesicle ANOVA = Analysis of Variance

  

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kusdiarti (2011) menyatakan ikan nilem memiliki ketahanan terhadap penyakit, sintasan dan reproduksi yang tinggi serta mempunyai beragam potensi antara lain ikan terapi, restocking pada perairan umum dan telurnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan caviar ikan air tawar (Subagja dkk., 2006). Produk olahan ikan nilem yang diminati oleh masyarakat adalah pindang dan snack baby fish (Rahardjo dan Marliani, 2007).

  Menurut Data Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013 mencantumkan nilai produksi ikan nilem di Indonesia pada tahun 2009, 2010 dan 2011 bersifat fluktuatif. Produksi yang diperoleh yaitu 167.461.235 kg, 385.701.378 kg, dan 308.763.779 kg. Kendala produksi ikan nilem yang fluktuatif menyebabkan penyediaan benih tidak sepanjang tahun. Fluktuasi produksi ikan nilem sangat terkait dengan jumlah pembesaran yang rendah. Sumantadinata (1983) menjelaskan bahwa secara alami proses pemijahan ikan nilem betina dapat dipijahkan dari umur satu hingga satu setengah tahun dengan berat badan sekitar 100 gr dan lebih banyak terjadi pada musim penghujan saja (Cholik et al., 2005).

  Upaya untuk mengatasi kendala fluktuasi produksi ikan nilem adalah ketersediaan induk matang gonad. Ketersediaan induk matang gonad dapat meningkatkan ketersediaan benih secara berkelanjutan. Salah satu yang diperlukan yaitu teknologi yang mampu mempercepat kematangan gonad ikan nilem. Menurut Tang dan Affandi (2004) bahwa strategi kematangan gonad dapat dilakukan dengan memanipulasi hormonal.

  Hormon yang digunakan dalam manipulasi hormonal adalah oocyte developer (Oodev) yang berasal dari campuran pregnant mare`s serum gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) (Farastuti, 2014). Hormon Oodev merupakan hormon yang dapat merangsang perkembangan oosit pada ikan-ikan belum matang gonad (Sihaloho, 2014).

  Metode yang digunakan adalah metode penyuntikan, metode ini dianggap lebih efektif karena pregnant mare`s serum gonadotropin (PMSG) dan antidopamin dapat langsung masuk ke pembuluh darah ikan untuk kemudian dapat mempercepat kematangan gonad (Sihaloho, 2014). Antidopamin pada hormon Oodev berfungsi memblok dopamin sehingga sekresi gonadotropin di otak tidak terhambat (Ahlina, 2015).

  Pada penelitian Farastuti (2014) memperlihatkan bahwa penggunaan Oodev dengan dosis 1 mL/kg bobot biomas telah mampu mematangkan gonad (maturasi) ikan torsoro dalam waktu 1 minggu dan penelitian Sihaloho (2014) menyatakan bahwa hormon Oodev dapat mematurasi ikan patin dengan dosis 0,25 mL/kg bobot biomas dalam waktu 2 minggu.

  Penggunaan hormon Oodev telah diketahui mampu mempercepat kematangan gonad untuk berbagai ikan, namun dosis yang optimum belum diketahui secara pasti untuk ikan nilem melalui metode penyuntikan. Penelitian ini dilakukan dengan menyuntikan hormon Oodev pada calon induk ikan nilem (belum pernah memijah). Penggunaan hormon Oodev ini diharapkan dapat mempercepat kematangan gonad calon induk betina ikan nilem sehingga dapat mengatasi kendala benih ikan nilem sepanjang tahun.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas sehingga masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Apakah induksi hormon Oodev mampu mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem?

  2. Berapa dosis optimum hormon Oodev dalam mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

  1. Mengetahui pengaruh induksi hormon Oodev untuk mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

  2. Mengetahui dosis optimum hormon Oodev dalam mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah tentang reproduksi dan kematangan gonad calon induk ikan nilem (Osteochilus hasselti) sebagai salah satu teknologi alternatif yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan pembenihan ikan nilem (Osteochilus hasselti). Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan teknologi, khusus di bidang reproduksi ikan nilem (Osteochilus hasselti).

II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Hormon Oodev (Oocyte Developer)

  Hormon adalah zat kimia spesifik yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh (glandula endrokrin) yang langsung masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke jaringan tubuh untuk membantu dan mengatur fungsi fisiologis (Sturkie, 1987).

  Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya terhadap organ sasaran yang ditentukan secara genetik (Nalbandov, 1964). Hormon Oodev merupakan kombinasi hormon

  pregnant mare’s serum gonadotropin (PMSG) dan

  antidopamin (AD) (Ahlina, 2015). Pada hormon Oodev memiliki PMSG yang mengandung gonadotropin berupa follicle stimulating hormone (FSH) dan sedikit

  

luteinizing hormone (LH). PMSG yang mengandung FSH akan mengaktivasi

  gonad untuk mensintesis estradiol 17β dan mengaktivasi hati untuk aktivitas vitelogenesis (Nagahama, 1983). Hormon Oodev juga menstimulasi sekresi gonadotropin karena ada antidopamin yang berfungsi untuk memblok dopamin. Pemberian antidopamin ini akan menstimulasi perilisan FSH dari pituitari (Rafiuddin, 2014).

  2.2 Dopamin dan Antidopamin

  Dufour et al., (2005) mengemukakan dopamin atau 4-(2-aminoetil) benzena-1, 2-diol yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus berfungsi sebagai neurotransmitter atau zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain dan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Posisi dopamin terdapat dalam saraf pusat sebagai aktifator modulasi neuronal yang mampu mengatur beberapa fungsi fisiologis tubuh seperti kematangan gonad (Callier et al., 2003) dijelaskan lebih lanjut bahwa modulasi akan berlangsung jika ada rangsangan sensorik pada retina atau organ penciuman menyebabkan hipotalamus mengatur perilaku seksual dan kelenjar hipofisis akan mengatur pelepasan prolaktin. Menurut Mylonas dan Zohar (2001), di luar musim pemijahan ikan maka dopamin akan menghambat neurotransmitter saat melakukan instruksi kepada hipotalamus dalam mensekresi gonadotropin pada proses kematangan gonad.

  Vidal et al., (2004) menyatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam kematangan gonad agar kerja fisiologis kelenjar hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin endogen (Gth) tetap berlangsung tanpa dipengaruhi oleh rangsangan sensorik adalah pemberian antidopamin. Chen dan Fernal (2008) menyatakan bahwa antidopamin adalah bahan kimia yang dapat menghentikan kerja dopamin. Pengaruh antidopamin akan merangsang hipofisa untuk menghasilkan gonadotropin yaitu FSH endogeneus yang memiliki fungsi dalam pematangan awal atau vitelogenesis (Ahlina, 2015).

2.3 Klasifikasi Ikan nilem merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae.

  Menurut Saanin ( 1984 ) urutan klasifikasi ikan nilem adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Sub-ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Sub-famili : Cyprininae Genus : Ostheochilus Species : Osteochilus hasselti

  Gambar 1. Ikan nilem (Osteochilus hasselti) (Rachman dkk., 2015)

  2.4 Morfologi

  Morfologi ikan nilem dicirikan dengan ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, terdapat sungut peraba pada sudut

  • –sudut mulut. Bentuk tubuh
  • – agak pipih, dan bintik hitam besar pada ekor. Sirip punggung terdiri dari tiga jari jari keras dan 12
  • –18 jari–jari lunak. Sirip ekor berbentuk simetris dan sirip dubur terdiri dari tiga jari –jari keras dan lima jari–jari lunak serta jumlah sisik–sisik gurat sisi berkisar antara 33 –36 keping (Susanto, 2006).

  Hardjamulia dan Atmawinata (1980) menyebutkan bahwa spesies ikan nilem dapat dibedakan dari warna sisik pada dasar sirip punggung yaitu coklat kehitaman yang biasa disebut Osteochilus hasselti sedangkan hitam kehijauan adalah Osteochilus vitatus. Rata –rata ikan nilem mempunyai panjang berkisar antara 25 –32 cm dengan bobot 150–310 gr.

  2.5 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

  Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Pada gonad yang semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telur. Peningkatan ukuran gonad disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh (Effendie, 2002).

  Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran, panjang, berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Menurut Nikolsky (1969) dalam Effendie (1997) tingkat kematangan gonad ikan betina secara morfologi dan histologi adalah sebagai berikut :

  a. Tingkat I : Ovari masih kecil seperti benang, warna ovari merah muda dan memanjang di rongga perut.

  b. Tingkat II : Ukuran ovarium bertambah besar, warna ovari menjadi coklat muda, butiran telur belum terlihat.

  c. Tingkat III : Ukuran ovari relatif besar dan mengisi hampir sepertiga rongga perut. Butiran-butiran telur telihat jelas dan berwarna kuning muda.

  d. Tingkat IV : Gonad mengisi penuh rongga perut, semakin pejal dan warna butiran telur kuning tua. Butiran telur besarnya hampir sama dan mudah dipisahkan. Secara histologi inti terlihat jelas dan sebaan kuning telur mendominasi oosit.

  2. 6 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

  Nikolsky (1969) menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Perubahan yang terjadi pada gonad dan tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG). Nilai IKG untuk mengetahui tingkat kematangan gonad saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi. Pengamatan ukuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas tentang tingkatan aktivitas reproduksi (Tyler et al., 1991). Hubungan indeks kematangan gonad dengan tingkat kematangan gonad (TKG) diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad.

2.7 Hormon Oocyt Developer (Oodev) dalam Proses Vitelogenin

  Oocyte developer (Oodev) yang berasal dari kombinasi pregnant mare’s

serum gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) (Farastuti, 2014). Hormon

  Oodev adalah hormon yang dapat merangsang perkembangan oosit pada ikan- ikan belum matang gonad dalam proses vitelogenin. Vitelogenesis diartikan sebagai proses deposisi protein vitelogenin dari hati ke dalam sitoplasma oosit. Mekanisme Oodev jika disuntikkan pada ikan akan menyebabkan perilisan gonadotropin endogen (Gth) dari hipotalmus seperti FSH-RH dan LH-RH serta terjaga konsentrasi FSH dan LH analog yang terdapat pada tubuh (Jalabert, 2005). Menurut Donaldson et al., (1983), pertumbuhan sel interestial ovarium dan pemasakan folikel akan mengalami pertambahan diameter dan kematangan telur hingga tahap siap untuk di ovulasikan atau ikan siap dipijahkan (dilihat pada Gambar 2).

  Aktivitas vitelogenesis sangat erat dengan aktivitas hati dalam proses reproduksi ikan betina. Hal ini disebabkan oleh fungsi hati dalam proses reproduksi sebagai tempat sintesis vitelogenin di bawah kendali estra diol 17β yang dihasilkan oleh ovarium.

  Semakin banyak volume hormon estradiol 17β yang diproduksi di dalam gonad akan meningkatkan ukuran oosit yang selanjutnya akan meningkatkan volume dan bobot gonad ikan tersebut menyebabkan kematangan gonad (Arukwe dan Goksoyr, 2003).

  Gambar 2. Diagram alur mekanisme kerja hormon perlakuan induksi maturasi (Sudrajat, 2010)

2.8 Reproduksi

  Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompok. Ikan memiliki waktu reproduksi yang berbeda-beda tergantung pada jenis, kebiasaan hidup dan habitat. Ikan nilem tergolong ikan yang memijah secara musiman. Di alam umumnya hanya pada saat musim penghujan saja (Cholik et al, 2005). Tipe reproduksi ikan nilem adalah partial spawner atau multiple spawner. Ikan nilem berpijah di perairan dikaitkan dengan fluktuasi tingginya permukaan air akibat hujan atau banjir (Junaidi dkk., 2015).

  Pada reproduksi ikan nilem memiliki sebaran diameter telur, dari sebaran diameter tersebut akan mencerminkan pola pemijahan. Tempat pemijahan yang disukai ikan nilem berupa perairan jernih yang berarus lambat. Pemijahan ikan

  o

  nilem berlangsung pada malam hari dengan suhu air berkisar antara 18 –24 C telur-telur yang telah terbuahi akan menetas dalam waktu 15

  • –17 jam (Rachman dkk., 2015).

2.9 Kualitas Air

  Willoughby (1999) menyatakan bahwa ikan nilem akan tumbuh dan matang gonad dengan baik pada kondisi oksigen terlarut dalam media hidup berkisar antara 5 –6 ppm, suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup berkisar

  º

  antara 18 C dan pH antara 6,7 –28 –8,6 (Susanto, 2001).

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan komoditas air tawar yang banyak memiliki keunggulan komparatif. Beberapa potensi menguntungkan yang dimiliki adalah sumber protein hewani, pembersih badan air dan penyeimbang ekosistem perairan, sehingga ikan nilem dari berbagai ukuran banyak dibudidayakan maupun dijadikan sebagai bahan makanan olahan. Permintaan benih ikan nilem yang tinggi pada saat ini tidak dapat tersedia sepanjang tahun, hal ini disebabkan ikan nilem memijah hanya pada musim penghujan (Cholik et

  

al. , 2005). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah

  mempercepat waktu kematangan gonad melalui manipulasi hormonal menggunakan hormon maturasi oocyte developer (Oodev).

  Oocyte developer (Oodev) yang berasal dari campuran pregnant mare`s

serum gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) (Farastuti, 2014).

  Reproduksi pada ikan nilem diatur oleh sistem endrokrin reproduksi yang terdiri dari hipotalamus, kelenjar pituitari dan gonad (Rottmann et al., 1991). Mekanisme sistem hormon reproduksi pada ikan yaitu hipotalamus merespon dengan melepaskan hormon GnRH untuk bekerja pada kelenjar hipofisa. Selanjutnya hipofisa tidak mengsekrisikan hormon FSH, melainkan hormon LH yang juga bekerja pada lapisan teka oosit. Akibat kerja LH, lapisan teka akan mensintesis hormon 17α,20β-dihisroksiprogesteron (Maturation Inducting Steroid, MIS) oleh enzim 20β-hidroksi steroid dehidrogenase. Selanjutnya steroid akan merangsang pembentukan faktor perangsang kematangan (Zairin, 2003).

  Mekanisme hormonal Oodev yakni PMSG sebagai FSH yang berasal dari luar merangsang gonad untuk pematangan awal melalui perangsangan pada sel teka. Setelah itu testosteron masuk kedalam lapisan granulosa dan terjadi proses pengubahan testosteron menjadi estradiol-

  17β oleh enzim aromatase. Selanjutnya estradiol- 17β akan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur. Saat sekresi FSH ditekan, maka LH akan meningkat. Kadar FSH dan LH dalam plasma darah ikan nilem dapat ditentukan sebagai indikator fase pertumbuhan gonad ikan nilem.

  Faktor yang menentukan pendewasaan kelamin pada ikan nilem yaitu dopamin. Dopamin memberi kontribusi bagi gonad untuk menghambat fungsi estradiol

  17β. Dopamin perlu dihambat dengan zat anti dopamin. Antidopamin sebagai neurotransmitter berfungsi untuk menghambat kerja dopamin, agar merangsang produksi FSH dan LH di kelenjar hipofisis. Selanjutnya, oosit akan dirangsang untuk mensintesis testosteron dan mengubahnya menjadi estradiol

  17β dengan bantuan enzim aromatase.

  Estradiol 17β akan merangsang hati untuk mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur. Setelah diserap oleh oosit sampai ukuran maksimum, akan terjadi umpan balik positif ke hipotalamus untuk memproduksi GnRH dan merangsang hipofisis memproduksi LH berfungsi untuk vitelogenesis.

  Vitelogenin akan dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif terjadi penyerapan oleh lapisan folikel oosit (Nagahama, 1983). Akibat dari proses penyerapan vitelogenin adalah oosit akan tumbuh membesar sampai kemudian berhenti bila telah mencapai ukuran yang maksimum. Keadaan ini disebut fase dorman, dimana telur hanya menunggu sinyal lingkungan untuk memijah.

  Aktifitas vitelogenesis ini menyebabkan nilai GSI ikan meningkat (Cerda

  et al ., 1996). Sintesis vitelogenin dipengaruhi oleh estradiol-

  17β yang merupakan stimulator dalam biosintesis vitelogenin, selain itu dipengaruhi juga oleh androgen yang ada dalam tubuh ikan. Androgen ini akan diubah menjadi estrogen oleh aeromatase hati. Menurut Yaron (1995), ketika proses vitelogenesis tersebut berlangsung granula atau globul kuning telur bertambah dalam jumlah dan ukurannya, sehingga volume oosit membesar. Menurut Affandi et al. (2002), pada pematangan oosit akhir, dimulai dari perpindahan germinal vesicle yang mudah terlihat dibawah mikroskop. Budidaya ikan nilem Kendala fluktuasi produksi Teknik kematangan gonad Buatan (secara hormonal)

  Oodev

  

Hipotalamus

  menghambat

  PMSG AD dopamin GnRH

  Sekresi hormon gonadotropin

  meningkatkan

  

LH FSH

Sel teka

  17α,20β-dihisroksiprogesteron

  

Sel granulosa

Estradiol 17β

Hati

vitelogenesis

  Kematangan gonad Bobot ikan Bobot gonad Diameter telur

  Gambar 3. Bagan kerangka konseptual

3.2 Hipotesis

  Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

  1. Tingkat kematangan gonad H0 : Penggunaan Oodev tidak mampu mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

  H1: Penggunaan Oodev mampu mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

  2. Dosis hormon Oodev H0 : Tidak ada dosis Oodev optimum dalam mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

  H1 : Ada dosis Oodev optimum dalam mempercepat kematangan gonad pada calon induk ikan nilem.

IV METODOLOGI

  4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Maret 2016 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBPBAT), Jawa Barat.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Alat

  Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah syringe 1 mL dan 2,5 mL, sprayer bervolume 50 mL, kateter, timbangan digital, timbangan analitik, aerasi, pompa air, selang pompa, selang aerasi, aerator, pipet, object glass, mikroskop, penggaris, DO meter, termometer, pH paper dan happa pemeliharaan

  3

  berukuran 1,25 x 1,25 x 1 m , kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan air

  3 (inlet) dan saluran pembuangan (outlet). Debit air sekitar 25 cm /detik.

  4.2.2 Bahan

  Bahan yang digunakan meliputi 40 ekor calon induk betina ikan nilem (belum pernah memijah) dengan bobot berkisar antara 100 gr, hormon oocyte developer (Oodev) sebanyak 75 mL/kg dan pelet.

4.3 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Percobaan ditunjukan untuk pengamatan kemungkinan adanya sebab-akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan yang diamati dan selanjutnya membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih yang tidak dikenai kondisi perlakuan (kontrol). Teknik pengambilan data secara observasi langsung melalui pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti (Suryabrata, 2002).

4.3.1 Rancangan Penelitian

  Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), sebab dalam penelitian ini semua dikondisikan sama kecuali perlakuan (Kusriningrum, 2008). Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dengan empat ulangan, setiap ulangannya terdapat 10 ekor ikan uji. Perlakuaan tanpa dikenai induksi hormon Oodev sebagai kontrol sebagai P0, perlakuan pertama (P1) menggunakan dosis 0,25 mL/kg, perlakuan kedua (P2) menggunakan dosis 0,50 mL/kg, perlakuan ketiga (P3) menggunakan dosis 0,75 mL/kg, dan perlakuan keempat (P4) menggunakan dosis 1 mL/kg.

  Tabel 1.Perlakuan dosis hormon yang akan diterapkan Dosis

  Perlakuan ke Oodev (mL/kg)

  P0 (kontrol) 0 (tanpa Oodev) P1 0,25 P2 0,50 P3 0,75 P4

  1 Perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan spesifik, diameter telur dan indeks kematangan gonad.

  Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel bebas : dosis oocyte developer (Oodev) Variabel terikat : laju pertumbuhan spesifik, indeks kematangan gonad dan diameter telur.

  Variabel kontrol : peralatan penelitian, pakan yang digunakan, calon induk ikan nilem yang digunakan, dan parameter kualitas air.

4.3.2 Prosedur Kerja

  Penelitian yang dilakukan menggunakan 40 ekor calon induk ikan nilem yang belum pernah memijah dan telah dipelihara di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBPBAT), Jawa Barat. Umur calon induk ikan nilem yang diteliti adalah 16 bulan dan bobot berkisar antara 100 gram, dibagi ke dalam lima perlakuan dengan empat ulangan.

  Ikan nilem dimasukkan ke bak aklimatisasi. Ikan nilem dibiarkan terlebih dahulu satu hari tanpa diberi pakan. Pemberian pakan dilakukan pada hari berikutnya selama satu minggu. Aklimatisasi dilakukan dengan tujuan adaptasi lingkungan, pakan dan seleksi. Setelah satu minggu, dipilih induk sebanyak 40 ekor sebagai ikan uji .

  Manajemen pemberian pakan dengan FR 3% per hari dari bobot tubuh total calon induk ikan nilem. Pakan yang digunakan berupa pelet terapung yang diberikan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB, pukul 12.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor ikan. Setiap ulangan, ikan dibedakan dengan memberi tanda (marker) berupa tali plastik pada tulang keras sirip dorsal dengan warna yang berbeda. Setiap calon induk ikan nilem diberikan tanda agar mudah dalam memantau perkembangan dari masing- masing ikan percobaan pada setiap perlakuan.

  Sampling data bobot untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik dimulai pada hari ke-1 kemudian sampling dilakukan setiap 7 hari sekali hingga berakhir masa maturasi (matang gonad). Kematangan gonad ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telur (Chinabut

  

et al ., 1991). Sampling diameter telur untuk menentukan TKG mulai dilakukan

pada hari ke-7. Penyuntikan dilakukan secara intarmuscullar pada otot punggung.

  Pelaksanaan penyuntikan dimulai pada hari-1 dan selanjutnya dilakukan setiap 7 hari sekali mengacu pada penelitian Farastuti (2014). Kanuliasi untuk mengetahui perkembangan diameter telur dilakukan mulai hari ke-10, hari ke-14, hari ke-23, dan hari ke-30. Penyuntikan dihentikan saat ikan telah mempunyai tanda-tanda mengalami kematangan gonad. Percobaan berlangsung selama 4 minggu.

4.4 Parameter yang Diamati

A. Parameter Utama

4.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik

  Sampling laju pertumbuhan spesifik dimulai pada hari ke-1 kemudian sampling dilakukan setiap 7 hari sekali hingga berakhir masa maturasi, selanjutnya penimbangan dilakukan bersamaan dengan waktu penyuntikan. Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihitung dengan menggunakan rumus dari Dawes (1981).

  x

  Laju pertumbuhan spesifik = 100% Keterangan: LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%) t : lama pemeliharaan (hari) Wt : bobot induk pada hari ke-t penelitian (gram) Wo : bobot induk awal penelitian (gram)

  4.4.2 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

  Perhitungan indeks kematangan gonad (IKG) dihitung berdasarkan suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100 persen sebanyak 1 ekor per perlakuan. Perhitungan IKG dihitung dengan rumus :

  IKG = x 100% Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad (%)

  Bg = bobot gonad (gram) Bt = bobot tubuh (gram)