PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI DOSIS

(1)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS)

PADA BERBAGAI DOSIS

(Skripsi)

Oleh:

Yhonatan Aditya M.U. 0714111019

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS)

PADA BERBAGAI DOSIS Oleh

Yhonatan Aditya M.U.

Ekstrak testis sapi (ETS) merupakan bahan alami yang mengandung hormon testosteron, pemberian ekstrak testis sapi selain dapat meningkatkan konsentrasi testosteron gonad yang diaromatasi menjadi estradiol, juga untuk memberikan umpan balik positif terhadap pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin sehingga proses perkembangan gonad ikan lele menjadi lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan ETS di pakan terhadap perkembangan gonad induk ikan lele. Perkembangan gonad diamati melalui analisis histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan ETS pakan mampu mempercepat perkembangan gonad yang ditunjukkan oleh menurunnya proporsi oosit previtellogenesis di dosis 1, 3, dan 4 mg/kg, dan peningkatan proporsi oosit matang gonad di dosis 1, 2, 3, dan 4 mg/kg pakan. Proporsi oosit matang tertinggi diperoleh pada dosis 4 mg/kg pakan.

Kata kunci : Ikan lele (Clarias sp.), ekstrak testis sapi, previtellogenesis, matang gonad.


(3)

ABSTRACT

DIETARY EFFECT OF BOVINE TESTICULAR EXTRACT ON GONAD DEVELOPMENT OF CATFISH (Clarias sp) BROODSTOCK

By

Yhonatan Aditya M.U.

Bovine testicular extract (BTE), is a natural ingredient that contains the testosterone, the addition of bovine testicular extract, besides could increasing concentrations of the testosterone, it’s also give a positive feedback to the pituitary to secrete gonadotropins hormones that accelerate the gonad development catfish. This study aimed to determine the dietary effects of BTE on the gonad development catfish broadstock. Gonadal development was observed by histological analysis. The results showed that the dietary of BTE is able to accelerate the gonad development, indicated by the decreasing the proportion of previtellogenesis oocytes in dose 1, 3, and 4 mg / kg, and increasing the proportion of mature oocytes in the gonad dosis1, 2, 3, and 4 mg / kg of feed. The highest proportion of mature oocytes shown at dose 4 mg / kg of feed.

Keyword : Catfish (Clarias sp.), cows testicular extract (CTE), previtellogenesis, mature gonads.


(4)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI

(ETS) PADA BERBAGAI DOSIS

Oleh

YHONATAN ADITYA MARTO UTOMO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI DOSIS

Nama Mahasiswa : Yhonatan Aditya Marto Utomo Nomor Pokok Mahasiswa : 0714111019

Jurusan / Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. Tarsim, S.Pi., M.Si. NIP. 196402151996032001 NIP. 197610122000121001

2. Ketua Program Sudi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ...

Sekretaris : Tarsim, S.Pi., M.Si. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Eko Efendi, S.T., M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Yhonatan Aditya Marto Utomo lahir di Bandarlampung pada tanggal 22 Agustus 1989. Penulis merupakan bungsu dari dua bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 1 Beringin Raya, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP N 14 Bandarlampung dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA N 3 Bandarlampung. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2007, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan. Penulis juga pernah aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA). Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan Budidaya Perairan pada tahun 2012 dengan judul skrpsi “PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI DOSIS”.


(8)

SANWACANA

Haleluya, Puji Tuhan penulis panjatkan untuk segala anugerah-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI DOSISadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung, dalam hal ini telah banyak pihak yang memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. sebagai Pembimbing Pertama sekaligus Ketua Jurusan Program Studi Budidaya Perairan atas masukan, motivasi, arahan dan nasehatnya.

2. Tarsim, S.pi., M.Si. sebagai Pembimbing Kedua atas masukan, motivasi, arahan dan nasehatnya.

3. Eko Efendi, S.T., M.Si sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas masukan, motivasi, arahan, dan nasehatnya.

4. Munti Sarida S.Pi. atas saran dan semangat dalam menyelesaikan proposal skripsi.


(9)

5. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Kedua orang tuaku Tercinta, Papaku Sumardiyono Marto Utomo dan Mamaku Rujiatun Utaminingsih, dan Kakakku tersayang Agung Rudito Marto Utomo untuk kasih sayang, doa, bantuan moril, dan materil yang tak pernah berhenti untuk masa depanku.

7. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Unila.

8. Nadisa Theresia Putri, sahabat yang selalu mendukung, menyemangati dan mengganggu penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat, saudara, dan teman seperjuanganku Wayan Marta Sastradi S.Pi., Sutan Fasya S.Pi., Gede Deta Kp. S.Pi., untuk perjuangan bersama di Purbolinggo.

10.Saudara – saudara seperjuanganku Ade Irawan, Angga Julian Dwi Prabowo, Agung Kusuma, Dwi Mulyasih, Candra, Edi Purwanto, Heri Gunawan, Herman Aprianto, Mussani S., Mas Bowie (Prabowo), Bang Leo, Kang Hasyim (M. Hasyim A.) untuk masa – masa indah selama perkuliahan.

11.Sahabat – sahabat di saung Hidrila yang mengisi kepenatan di masa – masa kuliahku.

12.Teman-teman angkatan 2007 atas kebersamaan selama kuliah, serta adik-adik angkatan 2008-2011 atas bantuan serta dukungannya.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan segala kritik serta saran yang sifatnya membangun agar skripsi ini dapat diterima di masyarakat umumnya dan masyarakat akuakultur khususnya serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,


(11)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN PERKEMBANGAN GONAD INDUK IKAN LELE (Clarias Sp.) MELALUI PEMBERIAN EKSTRAK TESTIS SAPI (ETS) PADA BERBAGAI DOSIS”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. sebagai Pembimbing I dan Bapak Tarsim, S.pi., M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah memberi saran dan meluangkan waktu untuk mendiskusikan skripsi ini, dan pihak Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung yang telah menyediakan tempat untuk melakukan penelitian ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(12)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

D. Kerangka Pikir ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Gonad Ikan Lele ... 7

B. Peranan Hormon dalam Reproduksi Ikan ... 9

C. Ekstrak Testis Sapi ... 11

D. Vitelogenesis ... 11

E. Faktor Penentu Kematangan Gonad ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat ... 16

B. Alat Dan Bahan ... 16


(13)

ii

1. Persiapan ... 16

2. Perlakuan ... 27

3. Pelaksanaan Penelitian ... 18

D. Parameter Yang Diamati ... 19

E. Analisis Data... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 22

1. Histologi gonad ... 22

2. Kualitas Air ... 26

B. Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN A. Simpulan ... 30

B. Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA


(14)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir ... 4

2. Preparat gonad ikan lele ... 22

3. Grafik persentase oosit previtellogenesis ... 23

4. Grafik persentase oosit vitellogenesis ... 24


(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komoditi ikan yang menjadi primadona di Indonesia saat ini adalah ikan lele (Clarias sp). Rasa yang gurih dan harga yang terjangkau merupakan salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan yang menguntungkan karena waktu pemeliharaan yang relatif pendek dan pemeliharaannya yang mudah. Faktor utama yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan budidaya ikan lele adalah tersedianya benih yang kontinyu, baik dalam jenis, jumlah, mutu, maupun harganya. Agar budidaya dapat berjalan dengan baik diperlukan ketersediaan benih yang tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas dan tepat harga. Untuk mencapai hal tersebut, maka kontrol sepenuhnya terhadap siklus reproduksi ikan di dalam sistem budidaya mutlak diperlukan (Zairin, 2003).

Pada umumnya terdapat tiga komponen yang terlibat dalam siklus reproduksi ikan yaitu organ reproduksi, sinyal lingkungan dan sistem hormon (Suhandoyo, 2002). Dalam membahas kontrol hormon pada reproduksi ikan,perlu dibedakan dua hal, yaitu pematangan gonad serta ovulasi dan pemijahan. Pada banyak kasus, sinyal lingkungan untuk proses pematangan gonad serta ovulasi dan pemijahan


(16)

2

tidak diketahui. Kalau pun diketahui, faktor lingkungan tersebut sukar ditiru atau mahal sehingga tidak efektif untuk dilakukan. Dengan dasar bahwa untuk proses perkembangan gonad membutuhkan ketersediaan gonadotropin hormon (GTH) secara terus menerus. Maka dilakukan manipulasi hormonal berupa pemberian berbagai hormon untuk merangsang keluarnya GTH.

Untuk tujuan pematangan gonad, hormon yang biasa digunakan adalah kombinasi antara 17α-metiltestosteron dan a-LHRH (Crim, 1991). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cholik et al. (1990), LHRH-a yang dikombinasikan dengan 17α -metiltestoteron diimplantasikan pada ikan bandeng (Chanos chanos Fork,) memperlihatkan hasil pemijahan yang paling optimal. 17α-metiltestoteron berfungsi untuk meningkatkan kadar testosteron di dalam plasma darah yang kemudian akan dirubah menjadi estradiol-17β yang erat kaitannya pada pematangan gonad. Hasil penelitian Hassin et al. (1991) menunjukkan bahwa konsentrasi estradiol dalam plasma darah tinggi, diindikasikan juga dengan peningkatan konsentrasi vitellogenin di dalam darah. Namun, penggunaan hormon sintesis 17α-metiltestosteron mulai dikurangi karena dampak buruk bagi ikan, yaitu dapat menyebabkan ikan menjadi steril, bahkan dapat menyebabkan kematian jika digunakan pada dosis yang terlalu tinggi di ikan, sehingga penggunaan hormon tersebut diganti dengan ekstrak testis sapi yang mengandung testosteron dan lebih alami. Pemberian ekstrak testis sapi selain dapat meningkatkan konsentrasi testosteron gonad yang diaromatasi menjadi estradiol, juga untuk memberikan umpan balik positif terhadap pituitari untuk mensekresikan hormon gonadotropin sehingga proses perkembangan gonad ikan menjadi lebih cepat.


(17)

3

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ETS melalui pakan terhadap perkembangan gonad induk ikan lele, dan menentukan dosis penambahan ETS ke dalam pakan yang terbaik.

C. Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk mempercepat produksi ikan lele secara cepat dan relatif aman sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan dalam penggunaannya.

D. Kerangka pikir

Secara garis besar kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka pikir Umpan balik


(18)

4

Untuk tujuan pematangan gonad, hormon yang digunakan adalah testoteron didalam ekstrak testis sapi. Hormon ini diberikan melalui pakan ikan lele, cara kerja ETS sendiri adalah dengan meningkatkan konsentrasi testosteron di dalam tubuh ikan lele, Lee et al. (1986) mengemukakan bahwa hormon testosteron dapat memberikan umpan balik positif terhadap hipofisa dalam mensekresikan gonadotropin. Harvey dan Carosfeld (1993) mengemukakan lebih lanjut bahwa hormon gonadotropin (GtH I) akan mengkonversi testosteron menjadi estradiol-17β oleh enzim aromatase di dalam sel granulosa. Estradiol-17β merupakan hormon perangsang biosintesis vitelogenin di hati, estradiol-17β akan diedarkan ke dalam hati melalui darah, di dalam hati estradiol-17β dengan proses spesifik akan dirombak menjadi vitelogenin, dan melalui pembuluh darah dialirkan kembali menuju gonad (Subagja, 2006). Di samping itu kadar estradiol-17β yang tinggi dalam darah memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh estradiol-17β kepada hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin yang juga berperan dalam membantu proses penyerapan vitelogenin oleh telur. Siklus hormonal terus berjalan di dalam tubuh ikan selama terjadinya proses vitelogenesis (Nagahama 1983 dan Yaron, 1995).

Pada proses pematangan gonad, sinyal lingkungan berupa perubahan suhu, subtrat, dan lain-lain diterima oleh syaraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Sebagai respon, hipotalamus akan melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisis. Selanjutnya hipofisis akan melepaskan hormon gonadotropin-I yang bekerja pada lapisan teka oosit. Akibat kerja hormon gonadotropin-I, lapisan teka mensintesis testosteron


(19)

5

dan di lapisan granula, testosteron akan disintesis menjadi estradiol-17β oleh enzim aromatase. Selanjutnya estradiol-17β akan merangsang hati mensintesis vetelogenin yang merupakan bakal kuning telur. Vitellogenin kemudian akan dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh lapisan folikel oosit (Zohar, 1989; Yaron, 1995; Blazquet, 1998). Akibat menyerap vitellogenin, oosit akan membesar hingga ukuran maksimum. Pada kondisi inilah telur dikatakan telah matang dan menunggu sinyal lingkungan untuk memijah. Parameter yang diamati untuk mengetahui bahwa proses vitelogenesis meningkat adalah persentase kondisi kematangan telur yang dilihat dari histologi telur.

E. Hipotesis

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi tidak berbeda pada selang kepercayaan 95%

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi berbeda pada selang kepercayaan 95%


(20)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kematangan Gonad Ikan Lele

Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 - 200 gram. Di Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober (Sinjal, 2007).

Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ sel yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovaprim menjalankan sekresi pembelahan mitosis dan ditahan pada diploten dari profase miosis pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian menjalankan masa tubuh yang meliputi dua fase, pertama adalah previtelogenesis dimana ukuran oosit membesar akibat meningkatnya volume sitoplasma, namun belum menjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis dimana terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan di bawa ke dalam oosit secara mikropinositosis. Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologi yang mencirikan stadianya. Stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleolus, serta keberadaan


(21)

8

butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Menurut Sinjal (2007) klasifikasi oosit dibagi dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus), oil drop stadium yolk primer, sekunder, tersier, dan stadium matang. Chinabut et al. (1991); Sinjal 2007, membagi oosit ke dalam enam kelas untuk Clarias sp, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikatagorikan sebagai stadium pertama, dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut :

Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilin- eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar ditengah.

Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, fitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.

Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan provitilin nukleoli mengelilingi inti.

Stadium 4 : Euvitilin ini telah berkembang dan berada disekitar selaput inti. Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiata tampak jelas pada epitel folikular.


(22)

9

Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas.

Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak ditepi. Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.

B. Peranan Hormon dalam Reproduksi Ikan

Menurut Cook (1990); Darwisito (2002), ada beberapa hormon yang terlibat di dalam pengaturan reproduksi ikan. Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar hypothalamus, hipofisa dan gonad.

GnRh (Gonadotropin Releasing Hormon), GnRH dihasilkan oleh kelenjar hypothalamus yang mana ada dua macam hormon yaitu FSH-RH (Folikel Stimulating Hormon Releasing Hormon) dan LH-RH (Luteinizing Hormon Releasing Hormon). FSH-RH berfungsi merangsang kelenjar hipofisa untuk menghasikan atau melepaskan hormon FSH (Folikel Stimulating Hormon), sedangkan LH-RH berfungsi merangsang kelenjar hipofisa untuk menghasilkan atau melepaskan hormon LH (Lituinezing Hormon).

GtH (Gonadotropin Hormon), hormon ini yang terdiri dari FSH dan LH. Kedua hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisa. FSH berfungsi merangsang proses spermatogenesis (pembentukan sperma) dan proses oogenesis (pembentukan ovum atau sel telur). Sedangkan LH berfungsi merangsang proses spermiasi spermatozoa dan merangsang sel-sel leydig pada gonad ikan jantan untuk


(23)

10

menghasilkan hormon testosteron. Pada ikan betina hormon LH berfungsi merangsang proses ovulasi dan pelepasan hormon estrogen dan progesteron dari gonad ikan betina.

Estrogen, hormon ini dihasilkan oleh gonad ikan betina yang berfungsi merangsang proses vitelogeneis pada telur dan merangsang tingkah laku ikan memijah.

Progesteron, Hormon progesteron juga dihasilkan oleh gonad ikan betina yang berfungsi merangsang proses pematangan telur sehingga mencapai kematangan tahap akhir atau GVBD (Germinal Vesicle Break Down). Telur yang nantinya berada pada tahap GVBD ini siap untuk diovulasikan dan dibuahi oleh sperma nantinya.

Testosteron, hormon ini dihasilkan oleh sel-sel leydig pada gonad ikan jantan. Hormon testosteron ini berfungsi merangsang proses spermiasi spermatozoa dan merangsang libido atau tingkah laku pemijahan pada ikan jantan. Pada ikan betina hormon ini disintesis di lapisan teka pada oosit, dan di lapisan granulosa testosteron akan diubah menjadi estradiol-17β oleh enzim aromatase. Estradiol-17β akan merangsang hati mensintesis vitelogenin yang merupakan bakal kuning telur (Zairin, 2003).


(24)

11

C. Ekstrak Testis Sapi

Testis sapi yang selama ini menjadi limbah, ternyata kaya testosteron. Berdasarkan uji radio immuno assay (RIA) memakai yodium-125, ekstrak jaringan testis sapi mengandung kadar testosteron lebih tinggi ketimbang mencit, domba, dan kambing. Jumlahnya sekitar 30% lebih tinggi daripada domba dan kambing, kata Dra. Adria PM, peneliti sex reversal dari BATAN. Ekstrak testis sapi dibuat dengan cara mengiris-iris testis sapi menjadi kepingan-kepingan kecil seukuran 5 cm. Potongan itu lantas dioven pada suhu 60º C. Setiap 100 g tepung testis ditambahkan metil alkohol 70% sebanyak 50% dari total volume. Pada proses vitelogenin testosteron di dalam tubuh ikan lele akan diaromatase menjadi estradiol-17β. Estradiol-17β merupakan hormon perangsang biosintesis vitelogenin di hati. Di samping itu estradiol-17β di dalam darah memberikan rangsangan balik terhadap hipofisis dan hipotalamus ikan. Rangsangan yang diberikan oleh estradiol-17β kepada hipofisis ikan adalah rangsangan dalam proses pembentukan gonadotropin yang juga berperan dalam membantu proses penyerapan vitelogenin oleh telur (Pamungkas, 2006).

D. Vitelogenesis

Perkembangan gonad ikan betina terdiri atas beberapa tingkat yang dapat didasarkan atas pengamatan secara mikroskopis dan makroskopis. Secara mikroskopis perkembangan telur diamati untuk menilai perkembangan ovarium antara lain tebal dinding indung telur, keadaan pembuluh darah, inti butiran minyak, dan kuning telur. Secara makroskopis perkembangan ovarium ditentukan


(25)

12

dengan mengamati warna indung telur, ukuran butiran telur, dan volume rongga perut ikan (Subagja, 2006).

Vitelogenesis adalah sintesis vitelogenin (prekursor kuning telur) di dalam hati. Vitelogenin diangkut dalam darah menuju oosit, lalu diserap secara selektif dan disimpan sebagai kuning telur. Vitelogenin ini berupa glikofosfoprotein yang mengandung kira-kira 20% lemak, terutama fosfolipid, trigliserida, lipoprotein, dan kolesterol. Berat molekul vitelogenin untuk beberapa jenis ikan diketahui antara 140-220kDa (Komatsu dan Hayashi, 1997; Sinjal, 2007).

Proses oogenesis pada teleost terdiri atas dua fase, yaitu pertumbuhan oosit (vitelogenesis) dan pematangan oosit. Vitelogenesis merupakan aspek penting dalam pertumbuhan oosit yang melalui proses: (1) adanya sirkulasi estrogen dalam darah menggretak hati untuk mensekresikan dan mensintesis vitelogenin yang merupakan prekursor protein kuning telur; (2) vitelogenin diedarkan menuju lapisan permukaan oosit yang sedang tumbuh; (3) secara selektif, vitelogenin akan ditangkap oleh reseptor dalam endositosis; dan (4) terjadi pertukaran sitoplasma membentuk badan kuning telur bersamaan dengan pembelahan preteolitik dari vitelogenin menjadi subunit lipoprotein kuning telur, lipovitelin, dan fosfitin. Adanya vitelogenin menunjukkan terjadinya akumulasi lipoprotein kuning telur di dalam oosit. Pada beberapa jenis ikan selama pertumbuhan oosit terjadi peningkatan indeks gonad somatik (IGS) sampai 20% atau lebih (Subagja, 2006).

Pada ikan betina, ovari berkembang terhadap peningkatan konsentrasi gonadotropin dengan meningkatkan secara tidak langsung produksi estrogen, yakni estradiol-17β (E2). Estradiol-17β beredar menuju hati, memasuki jaringan


(26)

13

dengan cara difusi dan secara spesifik merangsang sintesis vitelogenin (Ng dan Idler, 1983). Aktifitas vitelogenin ini menimbulkan nilai indeks hepatosomatik (IHS) dan indeks gonad somatik (IGS) ikan meningkat (Cerda et al, 1996).

Terjadinya penimbunan kuning telur akibat pembesaran oosit. Pada ikan umumnya kuning telur merupakan komponen penting oosit akan teleostei. Terdapat tiga tipe material kuning telur pada ikan lele: butiran kecil minyak, gelembung kuning telur dan butiran kuning telur. Secara umum, butiran kecil minyak yang sering kita kenal dengan lipid yang berantai panjang (asam lemak tidak jenuh) pertama kali muncul di daerah perinuklear dan kemudian berpindah ke periferi (tepi sel) pada tahap selanjutnya. Urutan kemunculan material kuning telur berbeda antar spesies. Sebagai contoh ikan rainbow, butiran muncul segera setelah dimulainya pembentukan gelembung kuning telur (Devlin and Nagahama, 2002).

Ketika vitelogenesis berlangsung, sebagian besar sitoplasma telur matang ditempati oleh banyak gelembung kuning telur yang padat dengan asam lemak dan dikelilingi oleh selapis membran pembatas. Selama tahap akhir vitelogenesis, globula kuning telur beberapa ikan bergabung menjadi satu membentuk masa tunggal kuning telur (Suhandoyo, 2002).

Pada ovarium ikan terdapat bakal sel telur yang dilindungi suatu jaringan pengikat yang bagian luarnya dilapisi peritoneum dan bagian dalamnya dilapisi epitelium. Sebagian sel-sel epitelium akan membesar dan berisi nukleus, yang kemudian butiran ini kelak akan menjadi telur. Selama perkembangannya, ukuran oosit akan bervariasi. Pada tahap perkembangan awal, oogonis terlihat masih sangat kecil,


(27)

14

berbentuk bulat dengan inti sel yang sangat besar dibandingkan dengan sitoplasmanya. Oogonia terlihat berkelompok namun kadang-kadang ada juga yang berbentuk tunggal. Pada ikan yang memiliki siklus reproduksi tahunan atau tengah tahunan akan terlihat adanya puncak-puncak pembelahan oogonia. Pada ikan yang memijah sepanjang tahun, perbanyakan oogonia akan terus menerus sepanjang tahun (Sinjal, 2007).

Transformasi oogonia menjadi oosit primer banyak terjadi pada tahap pertumbuhan yang ditandai dengan munculnya kromosom. Setelah itu, folikel berubah bentuk, dari semula yang berbentuk skuamosa menjadi bentuk kapsul oosit. Inti sel terletak pada bagian sentral dibungkus oleh lapisan sitoplasma yang tipis (Machlin 1990; Sinjal, 2007).

E. Faktor Penentu Pematangan Gonad

Terdapat beberapa faktor penentu pematangan gonad ikan antara lain, umur dan ukuran ikan. Untuk spesies yang sama saat pertama kali matang gonad umur dan ukuran terkadang tidak sama, perbedaan tersebut diakibatkan adanya perbedaan kondisi ekologis perairan (Blay and Evenson, 1980). Pada spesies ikan yang sama, perkembangan oosit dalam ovarium bergantung pada ukuran ikan, pada ikan yang berukuran lebih kecil banyak ditemukan stadium oosit dini dari pada ikan yang lebih besar (Hardjamulia dkk., 1990).

Pada umumnya umur juga berpengaruh pada perkembangan gonad, pada umumnya ikan jantan matang lebih dulu dibandingkan ikan betina. Ikan jantan


(28)

15

mulai matang pada umur 8 bulan sedangkan ikan betina matang gonad pada umur 1 tahun (Legendre et al., 2000). Selanjutnya pakan, pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad, khususnya ovarium, karana proses vitelogenesis (akumulasi vitelogenin dalam telur) membutuhkan nutrien. Selain itu pakan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap fekunditas dan kualitas telur. Pertumbuhan dan pematangan gonad akan terjadi bila terdapat kelebihan energi yang diperoleh dari makanan untuk pemeliharaan tubuh. Apabila kekurangan energi dapat meningkatkan oosit atresia. Halver dan Hardy (2002) mengemukakan bahwa metabolisme protein berbeda pada ikan yang sedang berkembang gonadnya dibandingkan ikan yang hanya sedang tumbuh. Pada tahap perkembangan gonad diperlukan banyak energi dan asam amino. Banyak asam amino diperlukan untuk pematangan gonad diambil dari cadangan yang ada di otot putih dan tersedia sebagai hasil degradasi protein.

Penggunaan hormon dalam pakan buatan telah dicoba pada beberapa ikan antara lain ikan bandeng dan ikan kerapu, pakan yang digunakan adalah pakan dalam bentuk pelet kolesterol, dimana pada pakan tersebut ditambahkan hormon yang bertujuan untuk mempercepat tingkat pematangan gonad, hormon yang digunakan adalah kombinasi antara 17α-metiltestoteron dan a-LHRH (Gusrina, 2008). Selain kedua hal diatas suhu juga tidak kalah penting, suhu air yang ideal untuk kegiatan budidaya ikan lele adalah 220-320C. Selain untuk membantu dalam pertumbuhan juga sebagai laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kadar oksigen terlarut di dalam air (Khairuman dan Amri, 2008).


(29)

16 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Probolinggo, Lampung Timur.

B. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kolam dengan ukuran 32x15x1m3 untuk pemeliharaan induk, happa dengan ukuran 1x1x1 m3 untuk perlakuan, mikroskop, timbangan, penggaris, sprayer, perlengkapan aerasi, kamera digital, dan alat ukur kualitas air (termometer, DO meter, dan pH meter).

Bahan yang akan digunakan adalah ikan lele betina dengan ukuran 400-600 gr sebanyak 45 ekor, Ekstrak Testis Sapi (ETS), alkohol 70%, dan pakan buatan berbentuk pellet.

C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi persiapan kolam dan pemeliharaan induk. Persiapan kolam dilakukan dengan menguras kolam berukuran 32x15x1m3. Kemudian dikeringkan selama 3 hari, selanjutnya pada hari ke empat kolam diisi dengan air sampai ketinggian sekitar 80 cm dan dibiarkan sampai hari ke-7. Masa adaptasi ikan dilakukan selama 7 hari dengan


(30)

17 pemberian pakan buatan berbentuk pellet. Pemberian makan induk selama pemeliharaan dilakukan sebanyak dua kali sehari secara ad satiation (sampai ikan kenyang). Setelah 7 hari masa adaptasi, ikan lele diseleksi dan ditempatkan di dalam happa berukuran 1x1x1 m3 sesuai dengan perlakuan yang ditentukan.

2. Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian ini yaitu pemberian pakan dengan tambahan ekstrak testis sapi, dengan dosis :

0 mg/kg pakan (kontrol) (P1), 1 mg/kg pakan (P2), 2 mg/kg pakan (P3), 3 mg/kg pakan (P4) dan 4 mg/kg pakan (P5).

Tabel 1. Perlakuan penambahan ETS pada pakan pada berbagai dosis yang dicobakan pada ikan lele.

Perlakuan Ekstrak Testis Sapi (mg/kg pakan)

A 0

B 1

C 2

D 3

E 4

Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Model dalam RAL adalah sebagai berikut:

ij

i

Yij


(31)

18 Keterangan :

Yij = Pengaruh perlakuan dosis penambahan ekstrak testis sapi pada pakan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah data

τi = Pengaruh dosis penambahan ekstrak testis sapi pada pakan ke-i εij = Galat dosis penambahan ekstrak testis sapi pada pakan dari

perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = Dosis penambahan ekstrak testis sapi pada pakan j = Ulangan (1, 2, 3, dan 4)

3. Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian yaitu :

1. Tahap awal penelitian dilakukan dengan menyeleksi induk lele. Induk lele yang dipilih adalah induk yang belum matang gonad.

2. Setiap perlakuan diberikan pakan dengan tambahan ekstrak testis sapi sesuai dengan perlakuan dengan jumlah pemberian pakan 3% dari bobot tubuh. Pemberian pakan dilakukan selama 30 hari, 2 kali sehari pada pukul 08.00 WIB dan 16.00 WIB.

3. Pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengukur kadar DO, suhu dan pH. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sedangkan pengukuran pHdan DO dilakukan seminggu sekali.

4. Pada tiap perlakuan diambil sampel gonad kemudian dilakukan histologi gonad di BBPBL Hanura Lampung Selatan.

5. Dilakukan pengukuran tingkat perkembangan gonad dengan cara menghitung perbandingan persentase tingkat kematangan gonad pada 3 lapang pandang di tiap perlakuan. Secara garis besar oosit diklasifikasikan; tahap


(32)

19 previtellogenesis; vitellogenesis awal; vitellogenesis pertengahan; vitellogenesis akhir; dan maturasi. Jumlah oosit pada masing – masing perkembangan dihitung dengan mengevaluasi histologi ovarium bagian posterior, median, dan anterior, untuk setiap preparat diamati dalam 3 lapang pandang, setiap lapang pandang dihitung jumlah setiap tahapan sel pada oogenesis. Oosit pada masing – masing tahapan kemudian dipersentasekan terhadap jumlah total oosit yang diamati. Proporsi oosit pada masing – masing perkembangan (X) dihitung dengan rumus:

6. Dilakukan uji proporsi untuk melihat pengaruh dari penambahan ETS ke dalam pakan terhadap tingkat perkembangan telur induk ikan lele.

D. Parameter Yang Diamati

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah :

a. Tingkat perkembangan gonad

Analisis histologi telur, analisis telur dilakukan untuk mengetahui tingkatan perkembangan gonad pada ikan lele terhadap dosis penambahan ekstrak testis sapi pada pakan yang berbeda. Pewarnaan preparat gonad dilakukan dengan menggunakan metode Hematoksilin Eosin. Setelah dilakukan pewarnaan maka dilakukan pengamatan kematangan gonad dengan menghitung persentase


(33)

20 gonad yang berada pada tingkat provitellogenesis, vitellogenesis dan matang gonad. Tahapan kondisi kematangan gonad dapat dilihat di Tabel 2

Tabel 2. Tahapan kondisi kematangan gonad Tahapan Perkembangan

Oosit Keterangan

Previtellogenesis Adanya oosit berukuran kecil yang belum terdapat globula lemak

Vitellogenesis awal Mulai munculnya globula lemak yang terdapat pada oosit

Vitellogenesis pertengahan

Oosit mulai berukuran cukup besar dengan globula lemak yang sangat banyak dan sudah terdapat granula lemak

Vitellogenesis akhir Sitoplasma oosit berukuran besar dengan sedikit globula lemak namun granula lemak meningkat (Wijayanti et al, 2004)

b. Kualitas air, pengukuran kualitas air dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan, setelah perlakuan. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO (dissolved oxygen). Alat yang digunakan yaitu thermometer, pH meter, DO meter, dan spektrofotometer.

E. Analisa Data

Untuk membandingkan proporsi previtellogenesis, vitellogenesis, dan matang gonad dari dua populasi digunakan uji dua proporsi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Walpole, 1995):


(34)

21 Wilayah kritik untuk p1≠p2 adalah – tα/2 > z atau z > tα/2

̂ =

̂ =

̂ =

̂ = 1 - ̂

z = ̂ ̂

√ ̂ ̂

Keterangan :

: Jumlah previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad populasi ke- 1

: Jumlah previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad populasi ke- 2

: Jumlah anggota populasi ke- 1

: Jumlah anggota populasi ke- 2

̂ : Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad ke- 1

̂ : Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad ke- 2

̂ : Dugaan gabungan proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad

z : Uji dua proporsi

: Nilai tabel t

Hipotesis yang digunakan dalam uji dua proporsi adalah sebagai berikut :

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi tidak berbeda pada selang kepercayaan 95%

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi berbeda pada selang kepercayaan 95%


(35)

22 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak testis sapi (ETS) kedalam pakan buatan dapat mempercepat perkembangan gonad induk ikan lele.

Dosis terbaik adalah penambahan ETS sebanyak 4 mg/kg pakan.

B. Saran

Dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan proses pemijahan untuk mengetahui efek ETS terhadap Hatching Rate, Survival rate, dan pertumbuhan benih.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Blay J, K. N. Evenson. Observation on reproductive biologu of shad, Ethmalosa Fibriata in coastal water of the cape coast. Ghana, Journal of fish Biology, 21: 158-196.

Blazquez, M, P. T. Bosma, E. J. Fraser, K. J. W. Van Look, and V. L. Trudeau. 1998. Fish as models for the neuroendocrine regulation of reproduction and growth. Comparative Biochemistry and Physiology, part C 119: 345-364.

Cerda, J.B.G., Calman, G.J., Lafleur, J.r., Limesand, S. 1996. Pattern of vitellogenesis and folicle maturational competence during the ovarian folicular cycle of Fundulus heteroclitus. Gen. Comp Endocrinol 103: 24-35.

Chinabut S, Limsuwan LC, Kitsawat P.1991. Histology of the walking catfish Clarias bathcarus. International Development Research Center. Canada. Cholik, F., Azwar, Z.I., Priono, A., Sumiarsa, G., Badraeni, & Irianti, S.N. 1990.

Taknologi pembenihan Ikan bandeng ( Chanos chanos, Foskall). Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai, Gondol, Bali.

Cook B., 1990. Hormon-hormon reproduksi, fisiologi reproduksi pada mamalia. Universitas Indonesia Press Jakarta.

Crim, L.W. 1991. Hormonal manipulation of fish seasonal reproductive cycles. Hal: 43-47. Fourth Internatoinal of symposium on the rproductive Physiology of fish, Norwich 7-12 July.

Darwisito. 2002. “Strategi Reproduksi pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) ”. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor < URL : http:

//www.tumoutou.net/702_05123/suia_darwisito.htm >.

Devlin, R.H. and Y. Nagahama.2002. Sex Determination and Sex Differentiation in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: 191-364.


(37)

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3 untuk SMK . Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, DirektoratJenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Departemen Pendidikan Nasional, 2008.xi. 94 hlm. Halver, J.E., and R.W., Hardy. 2002. Fish Nutrition, “Third edition”, Academic

Press. Amsterdam, P: 767-768.

Hardjamulia A, N Suhendra, A Widiyati, TH Prihadi. 1990. Penelitian Penambahan Vitamin E (alfatocoferol) dalam pakan untuk mendukung pematangan gonad ikan ikan jambal siam (Pangasius hypophthalamus). Buletin Penelitian Perikanan Darat, Bogor 6 hal.

Harvey, B. & J. Carolsfeld. 1993. Induced breeding in tropical fish culture. Ottawa, Ori IDRC. 48 p.

Hassin, S., Z. Yaron, and Y. Zohar. 1991. Follicular steroidogenesis, steroid profiles and oogenesis in the European sea bass, Dicentrarchus labrax. p. 100. Proceedings of The Fourth International Symposium on The

Reproductive Physiology of Fish. Univ. of East Anglia, Norwich, U.K. 7-12 July 1991.

Khairuman, dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta, 358 hlm.

Komatsu, M., Hayashi, S. 1997. Pharmacological dose of estradiol 17-β induces vitelogenin synthesis in cultured hepatocytes of immature Eel (Anguilla Japonica). Fisheries Sciences, 63: 98-994.

Lee C. S., C. S. Tamaru, J. E. Banno, C. D. Kelley. 1986. Influence of Chorionic Administration of LHRH-a and/or 17a-methyltestoterone on Maturation in Milkfis, Chanos chanos. Aquaqulture,59: 147-159.

Legendre, M., J. Slembrouck, J. Subagja, and A. H. Kristanto. 2000. Ovulation rate, latency period and ovaviability after GnRH- or hCG-induced breeding in the Asian catfish Pangasius hypothalamus (siluriformes, Pangasiidae). Aquatic Living Resource 13: 145-151.

Machlin LJ, 1990. Handbook Of Vitamin. Second Edition. Revised and Expanded. Nagahama, Y. 1983. The fungsional morphology of teleost gonads. p. 187-212. In. W.S. Hoar and Randall (Eds). Fish physiology IX A. Acad. Press. New York.

Ng, T.B., Idler, D.R. 1983.Yolk formationand differentiation in teleostei fishes. Didalam: Hendry, A. 2010. Manipulasi Fotothermal dalam memacu


(38)

pematangan gonad ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Tesis Pascasarjana IPB: Bogor, 111 halaman.

Pamungkas, A. J. 2006. Efektivitas Hormon 17α-metiltestoteron dan LHRH-a dalam mencapai tingkat kematangan gonad siap memijah pada ikan belida (Notopterus chitala). Tesis Pascasarjana ITB, 41 halaman.

Sinjal, H.J.2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Betina melalui pemanbahan Ascorbyl Phosphate Magnesium sebagai sumber vitamin C dan implitasi dengan Estradiol-17β. Tesis IPB, 78 hlm. Subagja, J. 2006. Implantasi LHRH-a Dengan Kombinasi Dosis 17α

-Metiltestosteron Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker). Institiut Pertanian Bogor. 37 hlm. Suhandoyo. 1996. Aplikasi Teknologi Induksi Untuk Meningkatkan Efesiensi

Reproduksi Ikan Budidaya. Cakrawala pendidikan : jurnal ilmiah pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat. 8 hlm.

Yaron, Z. 1995. Endocrine Control of Gametogenesis and Spawning Induction in the Carp. Aquaculture, 129: 49-73.

Walpole.R.E. 1995. Statistika Edisi ke-3 cetakan ke-6. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Wijayanti, G.E., Simanjuntak, S.B.I., Sugiharto. 2004. Optimasi potensi reproduksi pada ikan nilem (Osteochilus hasseltii C. V) melalui kajian gametogenesis. Seminar Nasional Hasil – Hasil Penelitian Perikanan, Universitas Diponegoro. Didalam: Hendry, A. 2010. Manipulasi Fotothermal dalam memacu pematangan gonad ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Tesis Pascasarjana IPB: Bogor, 111 halaman.

Zairin, M. Jr. 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 71 hlm.

Zohar, Y. 1989. Endrocrinology and fish farming: aspects in reproduction, growth, and smoltification. Fish Physiology and Biochemistry 7: 395-405.


(1)

20 gonad yang berada pada tingkat provitellogenesis, vitellogenesis dan matang gonad. Tahapan kondisi kematangan gonad dapat dilihat di Tabel 2

Tabel 2. Tahapan kondisi kematangan gonad Tahapan Perkembangan

Oosit Keterangan

Previtellogenesis Adanya oosit berukuran kecil yang belum terdapat globula lemak

Vitellogenesis awal Mulai munculnya globula lemak yang terdapat pada oosit

Vitellogenesis pertengahan

Oosit mulai berukuran cukup besar dengan globula lemak yang sangat banyak dan sudah terdapat granula lemak

Vitellogenesis akhir Sitoplasma oosit berukuran besar dengan sedikit globula lemak namun granula lemak meningkat (Wijayanti et al, 2004)

b. Kualitas air, pengukuran kualitas air dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan, setelah perlakuan. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO (dissolved oxygen). Alat yang digunakan yaitu thermometer, pH meter, DO meter, dan spektrofotometer.

E. Analisa Data

Untuk membandingkan proporsi previtellogenesis, vitellogenesis, dan matang gonad dari dua populasi digunakan uji dua proporsi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Walpole, 1995):


(2)

21 Wilayah kritik untuk p1≠p2 adalah – tα/2 > z atau z > tα/2

̂ =

̂ =

̂ =

̂ = 1 - ̂ z = ̂ ̂

√ ̂ ̂

Keterangan :

: Jumlah previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad populasi ke- 1 : Jumlah previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad populasi ke- 2 : Jumlah anggota populasi ke- 1

: Jumlah anggota populasi ke- 2

̂ : Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad ke- 1

̂ : Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad ke- 2

̂ : Dugaan gabungan proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad

z : Uji dua proporsi

: Nilai tabel t

Hipotesis yang digunakan dalam uji dua proporsi adalah sebagai berikut :

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi tidak berbeda pada selang kepercayaan 95%

: Proporsi previtellogenesis/ vitellogenesis/ matang gonad dua populasi berbeda pada selang kepercayaan 95%


(3)

22 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak testis sapi (ETS) kedalam pakan buatan dapat mempercepat perkembangan gonad induk ikan lele.

Dosis terbaik adalah penambahan ETS sebanyak 4 mg/kg pakan.

B. Saran

Dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan proses pemijahan untuk mengetahui efek ETS terhadap Hatching Rate, Survival rate, dan pertumbuhan benih.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Blay J, K. N. Evenson. Observation on reproductive biologu of shad, Ethmalosa Fibriata in coastal water of the cape coast. Ghana, Journal of fish Biology, 21: 158-196.

Blazquez, M, P. T. Bosma, E. J. Fraser, K. J. W. Van Look, and V. L. Trudeau. 1998. Fish as models for the neuroendocrine regulation of reproduction and growth. Comparative Biochemistry and Physiology, part C 119: 345-364.

Cerda, J.B.G., Calman, G.J., Lafleur, J.r., Limesand, S. 1996. Pattern of vitellogenesis and folicle maturational competence during the ovarian folicular cycle of Fundulus heteroclitus. Gen. Comp Endocrinol 103: 24-35.

Chinabut S, Limsuwan LC, Kitsawat P.1991. Histology of the walking catfish Clarias bathcarus. International Development Research Center. Canada.

Cholik, F., Azwar, Z.I., Priono, A., Sumiarsa, G., Badraeni, & Irianti, S.N. 1990. Taknologi pembenihan Ikan bandeng ( Chanos chanos, Foskall). Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai, Gondol, Bali.

Cook B., 1990. Hormon-hormon reproduksi, fisiologi reproduksi pada mamalia. Universitas Indonesia Press Jakarta.

Crim, L.W. 1991. Hormonal manipulation of fish seasonal reproductive cycles. Hal: 43-47. Fourth Internatoinal of symposium on the rproductive Physiology of fish, Norwich 7-12 July.

Darwisito. 2002. “Strategi Reproduksi pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) ”. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor < URL : http:

//www.tumoutou.net/702_05123/suia_darwisito.htm >.

Devlin, R.H. and Y. Nagahama.2002. Sex Determination and Sex Differentiation in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: 191-364.


(5)

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3 untuk SMK . Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, DirektoratJenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Departemen Pendidikan Nasional, 2008.xi. 94 hlm. Halver, J.E., and R.W., Hardy. 2002. Fish Nutrition, “Third edition”, Academic

Press. Amsterdam, P: 767-768.

Hardjamulia A, N Suhendra, A Widiyati, TH Prihadi. 1990. Penelitian Penambahan Vitamin E (alfatocoferol) dalam pakan untuk mendukung pematangan gonad ikan ikan jambal siam (Pangasius hypophthalamus). Buletin Penelitian Perikanan Darat, Bogor 6 hal.

Harvey, B. & J. Carolsfeld. 1993. Induced breeding in tropical fish culture. Ottawa, Ori IDRC. 48 p.

Hassin, S., Z. Yaron, and Y. Zohar. 1991. Follicular steroidogenesis, steroid profiles and oogenesis in the European sea bass, Dicentrarchus labrax. p. 100. Proceedings of The Fourth International Symposium on The

Reproductive Physiology of Fish. Univ. of East Anglia, Norwich, U.K. 7-12 July 1991.

Khairuman, dan Amri, K. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta, 358 hlm.

Komatsu, M., Hayashi, S. 1997. Pharmacological dose of estradiol 17-β induces vitelogenin synthesis in cultured hepatocytes of immature Eel (Anguilla Japonica). Fisheries Sciences, 63: 98-994.

Lee C. S., C. S. Tamaru, J. E. Banno, C. D. Kelley. 1986. Influence of Chorionic Administration of LHRH-a and/or 17a-methyltestoterone on Maturation in Milkfis, Chanos chanos. Aquaqulture,59: 147-159.

Legendre, M., J. Slembrouck, J. Subagja, and A. H. Kristanto. 2000. Ovulation rate, latency period and ovaviability after GnRH- or hCG-induced breeding in the Asian catfish Pangasius hypothalamus (siluriformes, Pangasiidae). Aquatic Living Resource 13: 145-151.

Machlin LJ, 1990. Handbook Of Vitamin. Second Edition. Revised and Expanded. Nagahama, Y. 1983. The fungsional morphology of teleost gonads. p. 187-212. In. W.S. Hoar and Randall (Eds). Fish physiology IX A. Acad. Press. New York.

Ng, T.B., Idler, D.R. 1983.Yolk formationand differentiation in teleostei fishes. Didalam: Hendry, A. 2010. Manipulasi Fotothermal dalam memacu


(6)

pematangan gonad ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Tesis Pascasarjana IPB: Bogor, 111 halaman.

Pamungkas, A. J. 2006. Efektivitas Hormon 17α-metiltestoteron dan LHRH-a dalam mencapai tingkat kematangan gonad siap memijah pada ikan belida (Notopterus chitala). Tesis Pascasarjana ITB, 41 halaman.

Sinjal, H.J.2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Betina melalui pemanbahan Ascorbyl Phosphate Magnesium sebagai sumber vitamin C dan implitasi dengan Estradiol-17β. Tesis IPB, 78 hlm. Subagja, J. 2006. Implantasi LHRH-a Dengan Kombinasi Dosis 17α

-Metiltestosteron Terhadap Perkembangan Gonad Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker). Institiut Pertanian Bogor. 37 hlm.

Suhandoyo. 1996. Aplikasi Teknologi Induksi Untuk Meningkatkan Efesiensi Reproduksi Ikan Budidaya. Cakrawala pendidikan : jurnal ilmiah pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat. 8 hlm.

Yaron, Z. 1995. Endocrine Control of Gametogenesis and Spawning Induction in the Carp. Aquaculture, 129: 49-73.

Walpole.R.E. 1995. Statistika Edisi ke-3 cetakan ke-6. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Wijayanti, G.E., Simanjuntak, S.B.I., Sugiharto. 2004. Optimasi potensi reproduksi pada ikan nilem (Osteochilus hasseltii C. V) melalui kajian gametogenesis. Seminar Nasional Hasil – Hasil Penelitian Perikanan, Universitas Diponegoro. Didalam: Hendry, A. 2010. Manipulasi Fotothermal dalam memacu pematangan gonad ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Tesis Pascasarjana IPB: Bogor, 111 halaman.

Zairin, M. Jr. 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi ilmiah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 71 hlm.

Zohar, Y. 1989. Endrocrinology and fish farming: aspects in reproduction, growth, and smoltification. Fish Physiology and Biochemistry 7: 395-405.